Anda di halaman 1dari 16

PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591

Volume 5, Nomor 1, 2018: 115-130 DOI: 10.15575/psy.v5i1.2282

Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang


Mengerjakan Skripsi
Witrin Gamayanti, Mahardianisa, Isop Syafei
UIN Sunan Gunung Djati, Jl. A.H. Nasution No. 105 Bandung
e-mail: witrin.gamayanti@uinsgd.ac.id

Abstract

Students often experience stress that comes from academic activities. For final-year students,
finishing a thesis often become a stressor. Symptoms of stress in students are feeling tired,
anxious, not eager to do the thesis. The impact is the thesis is delayed and the students chose to
forget it, avoided their lecturers, complained in the social media about the difficulties
encountered and ultimately delayed the study period. When experiencing stress, students share
their problems to the peer group to get a solution or just to relieve his feelings, called self
disclosure. This study aims to determine the influence of self disclosure on stress levels, using
method of correlation with simple linear regression analysis. The measuring instrument were the
Revised Self Disclosure Scale and the Student-Life Stress Inventory. The participants were 49
students of psychology UIN who are working on thesis. The results showed no influence of self
disclosure toward stress levels.

Keywords: self disclosure, stress, student

Abstrak
Mahasiswa seringkali mengalami stres yang bersumber dari aktivitas akademiknya. Bagi
mahasiswa tingkat akhir, yang sering menjadi stressor adalah menyelesaikan skripsi. Gejala stres
pada mahasiswa yaitu merasa lelah, cemas, tidak bersemangat atau ingin berhenti mengerjakan
skripsi. Dampaknya adalah pengerjaan skripsi ditunda-tunda dan memilih melupakannya,
menghindari dosen pembimbing, mengeluh di media sosial mengenai kesulitan yang dihadapi dan
pada akhirnya tertundanya masa studi. Ketika mengalami stres mahasiswa suka berbagi
permasalahan kepada orang terdekat untuk mendapatkan solusi atau sekedar untuk melegakan
perasaannya, yang disebut dengan self disclosure yang artinya membagi informasi tentang diri
sendiri kepada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self disclosure
terhadap tingkat stres pada mahasiswa. Penelitian menggunakan metode korelasional dengan
analisis regresi linier sederhana. Alat ukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale dan
Student-Life Stress Inventory. Jumlah subjek 49 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD
Bandung yang sedang mengerjakan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh
self disclosure terhadap tingkat stres.

Kata Kunci: self disclosure, stres, mahasiswa

Pendahuluan perubahan gaya belajar dari sekolah


menengah ke pendidikan tinggi, tugas-
Stres bisa terjadi pada siapapun
tugas perkuliahan, target pencapaian nilai,
termasuk pada mahasiswa. Stres pada
prestasi akademik, dan kebutuhan untuk
mahasiswa bisa disebabkan ketidak-
mengatur diri sendiri dan mengembangkan
mampuan dalam melakukan kewajibannya
kemampuan berpikir yang lebih baik
sebagai mahasiswa atau karena
(Heiman & Kariv, 2005 dalam Fadillah,
permasalahn lain (Septiani, 2013);
2013); stres pada mahasiswa semester akhir
tingginya kompleksitas masalah yang
yaitu untuk membuat karya ilmiah atau
dihadapi (Rini, Kartika, & Qurroyzhin,
skripsi (Fadillah, 2013).
2007); kehidupan akademik, terutama dari
Menurut Lazarus dan Folkman (1984),
tuntutan eksternal maupun harapannya
stres berkaitan erat dengan interaksi
sendiri; faktor akademik yang bisa
manusia dan lingkungan, karenanya stres
menimbulkan stres bagi mahasiswa yaitu

115
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

bisa dipahami sebagai hubungan atau meningkat (Astiko, 2013 dalam Putri &
interaksi antara individu dengan lingkungan Savari, 2013); dan pikiran menjadi kacau
yang dihayati sebagai beban atau dirasakan (Rini, Kartika, & Qurroyzhin, 2007).
melebihi kekuatannya. Fenomena yang peneliti amati, stres
Menurut Handoyo (2001 dalam pada mahasiswa karena menyusun skripsi
Fadillah, 2013), stres bisa berupa tuntutan terjadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi
dari eksternal yang dihadapi seseorang UIN SGD Bandung angkatan 2012 yaitu
yang kenyataannya memang berkeluh kesah, sering merasa lelah,
membahayakan atau menimbulkan pusing, terlihat cemas dan tidak
permasalahan. Stres juga bisa dipahami bersemangat, bahkan ada beberapa yang
sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan merasa ingin mengakhiri studinya begitu
yang bersumber dari eksternal dan saja atau membuat status di media sosial
dirasakan tidak menyenangkan. berisi keluhan tentang perasaannya ketika
Pendapat lain disampaikan oleh mengalami kendala dalam menyelesaikan
Abdulghani (2008) yang mengatakan skripsi. Dampak stres lainnya adalah
bahwa stres itu bisa berdampak positif atau sengaja tidak mengerjakan skripsi karena
negatif. Stres bisa berdampak positif ketika tidak ingin merasa terbebani sehingga lebih
tekanan itu tidak melebihi toleransi memilih mencari kesenangan dari kegiatan
stresnya atau tidak melebihi kemampuan lain di luar kampus dan menghindari dosen
dan kapasitas dirinya. Dampak positif stres pembimbing. Hal ini membuat banyaknya
terhadap mahasiswa diantaranya tertantang mahasiswa angkatan 2012 yang menjadi
untuk mengembangkan diri dan subjek penelitian tidak dapat
menumbuhkan kreativitas. Dampak negatif menyelesaikan studinya dengan tepat
dari stres bisa berupa sulit memusatkan waktu.
perhatian (konsentrasi) selama perkuliahan Melihat dampak stres yang tidak
termasuk saat mengikuti proses bimbingan ringan, perlu teknik yang tepat untuk
skripsi dengan dosen pembimbingnya, mengurangi atau menghilangkan dampak
menurunnya minat terhadap hal-hal yang stres. Lazarus dan Folkman (1984)
biasa ia kerjakan, menurunnya motivasi mengatakan bahwa salah satu cara untuk
bahkan memengaruhi perilaku menjadi memahami pertanyaan-pertanyaan
kurang adaptif. mengenai stres adalah dengan mengetahui
Stressor yang dirasakan melebihi lebih lanjut tentang situasi yang dialami.
kapasitas dan kemampuan seseorang bisa Salah satu upaya untuk mengetahui situasi
menjadi ancaman, misalnya kesulitan tersebut adalah dengan membuka diri.
menyelesaikan skripsi sehingga merasa Keterbukaan diri atau self disclosure yang
tidak sanggup untuk menuntaskan, yang baik kemungkinan dapat meringankan
membuat skripsi tidak kunjung selesai dan stres. Peneliti mengamati hal ini dilakukan
membuat masa studi menjadi lama. oleh sebagian mahasiswa, ketika mereka
Gejala stres yang muncul umumnya bertemu sebelum bimbingan atau sekedar
dibagi ke dalam tiga aspek, pertama gejala duduk di selasar kampus, mereka saling
fisik berupa gangguan tidur (tidak bisa tidur berbagi permasalahan mengenai proses
atau terbangun tengah malam dan tidak bisa penyelesaian skripsi. Hal itu bisa
melanjutkan tidurnya) dan berubahnya mengurangi beban karena merasa ada
selera makan. Gejala emosional berupa teman senasib atau bisa katarsis,
perubahan suasana hati, merasa gelisah, mengeluarkan semua perasaannya.
cemas dan tidak memiliki semangat dalam Manusia merupakan makhluk sosial
melakukan akivitas (malas). Gejala berupa yang dalam hidupnya selalu memerlukan
tidak bisa fokus dalam berpikir, pikiran dan membutuhkan orang lain, termasuk
menjadi kacau dan berpikir negatif menjadi saat seseorang mengalami tekanan yang

116
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

bisa menimbulkan stres. Self disclosure individu persepsi lain terhadap apa yang ia
yaitu keterbukaan diri atau pengungkapan alami (Asandi, 2010).
diri. Menurut DeVito (2011) self disclosure Dampak lain dari self disclosure adalah
adalah jenis komunikasi yaitu seseorang individu yang sengaja berbagi pengalaman
terbuka mengungkapkan informasi dan emosi dapat membantu mengurangi
mengenai dirinya (pikiran, perasaan, dan gejala depresi pada saat stres dan akan
perilaku). Self disclosure adalah ketika mengalami peningkatan kepuasan hidup
seseorang mengungkapkan informasi ketika self disclosure dilakukan dengan
pribadi mengenai dirinya kepada orang penuh kedekatan (Zhang, 2017); bisa
lain, salah satu manfaatnya adalah untuk terbuka mengatakan masalah pribadi secara
mendapatkan bantuan dan dukungan atau tepat, lebih adaptif dalam menyesuaikan
mencapai kontrol sosial (Rime, 2016). diri, memiliki kepercayaan diri yang lebih
Efek dari self disclosure adalah baik, kompeten, bisa diandalkan, bersikap
mengurangi stres (Derlega dkk., 1993; positif, mempercayai orang lain, objektif
Kahn & Hessling, 2001; Stiles, 1987, dan lebih terbuka (Johnson, 1981 dalam
dalam Zhang, 2017); dikaitkan dengan dua Gainau, 2009).
mekanisme, pertama, melampiaskan Individu yang kurang mampu
perasaan negatif dapat membangkitkan membangun keterbukaan dengan orang lain
perasaan lega. Efek dari perasaan negatif tumbuh menjadi orang yang keterampilan
tersebut menjadi berkurang bila sosialnya terganggu, kepercayaan diri
diekspresikan atau diceritakan kepada rendah, yang menimbulkan perasaan takut,
orang lain, hal tersebut disebut “katarsis” cemas, self esteem rendah dan tertutup. Itu
(Stiles, 1987 dalam Zhang, 2017). Kedua, semua memengaruhi kesehatan mental
self disclosure bisa membuat pikiran seseorang (Johnson, 1981 dalam Gainau,
menjadi tenang dan tidak terganggu oleh 2009).
kejadian yang muncul, sehingga Penelitian lain yang dilakukan terhadap
memungkinkan individu mengevaluasi dan sejumlah mahasiswa psikologi yang sedang
memahami masalah yang sedang atau telah menyusun skripsi di UNDIP membuktikan
dialami dan meningkatkan kemampuan bahwa terdapat hubungan antara efektivitas
yang ada pada diri individu (Feldman, komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing
Joorman, & Johnson, 2008 dalam Zhang, utama skripsi dengan stres dalam
2017); mendapatkan keuntungan sosial menyusun skripsi (Gunawati, 2006).
(Derlega dkk., 1993 dalam Zhang, 2017); Semakin efektif komunikasi antara
dengan self-disclosure seseorang mahasiswa dan dosen pembimbing utama
mendapatkan sumber daya dari orang lain, maka semakin rendah tingkat stresnya.
baik itu dukungan emosional atau bantuan Penelitan tersebut berkaitan dengan yang
nyata (Clark & Mills, 1979 dalam Zhang, akan peneliti teliti yaitu self disclosure atau
2017); menumbuhkan hubungan yang keterbukaan diri yang merupakan salah satu
interdependensi, saling memberi yang bisa aspek dari efektivitas komunikasi
memunculkan rasa aman, self-acceptance, interpersonal menurut DeVito (2011).
bisa memahami diri sendiri dan Untuk mahasiswa psikologi self
memperoleh solusi dari permasalahan yang disclosure merupakan hal yang penting,
sedang dihadapi. berkaitan dengan perannya di kemudian
Dalam mengungkapkan diri, individu hari sebagai seorang psikolog. Pertama, self
juga dapat menceritakan permasalahan- disclosure membantu melatih kemampuan
permasalahan atau stres yang ia alami dan untuk berbagi ketika mendapatkan tekanan
bisa mendapatkan tanggapan, informasi, dan bisa menjadi katarsis, melatih
saran, ataupun dukungan dari orang lain. meregulasi perasaan, mengenal masalah
Timbal balik tersebut dapat memberikan secara objektif dan potensi pribadinya

117
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

dalam menuntaskan persoalan dan Sedangkan Person (dalam Gainau, 2009)


mengetahui waktu yang tepat untuk mengartikan self disclosure sebagai
meminta masukan dari orang-orang di tindakan seseorang dalam memberikan
sekitarnya. Kedua, ketika berhadapan informasi yang bersifat pribadi pada orang
dengan kliennya, keterbukaan dengan lain secara sukarela dan disengaja untuk
penuh kesadaran dalam batas-batas tertentu maksud memberi informasi akurat tentang
membantu meningkatkan efektivitas dirinya.
konseling. Keterbukaan psikolog dalam Jadi dapat disimpulkan bahwa self
konseling atau sesi terapi dapat mendorong disclosure adalah bentuk komunikasi yang
klien untuk membuka dirinya. membiarkan orang lain tahu tentang
Berdasarkan penjelasan sebelumya, pemikiran, keinginan, dan perasaan diri
peneliti ingin mengetahui apakah ada sendiri yang sebenarnya.
pengaruh self disclosure terhadap tingkat Menurut Wheeles (1986 dalam Devito,
stres mahasiswa yang sedang 2011) dimensi dalam self disclosure dibagi
menyelesaikan skripsi. menjadi lima bagian yaitu: Pertama,
Ukuran atau jumlah self disclosure. Ukuran
Self Disclosure self disclosure didapat dari frekuensi dan
Komponen yang paling penting dalam durasi pesan-pesan yang bersifat self
berkomunikasi adalah diri (self). Self adalah disclosure atau waktu yang diperlukan
“kelengkapan psikologis yang untuk menyatakan pengungkapan tersebut.
memungkinkan refleksi diri berpengaruh Kedua, Valensi. Valensi merupakan hal
terhadap pengalaman kesadaran, yang yang positif atau negatif dari pengungkapan
mendasari semua jenis persepsi, diri. Individu dapat mengungkapkan diri
kepercayaan dan perasaan tentang diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau
sendiri serta yang memungkinkan tidak menyenangkan mengenai dirinya,
seseorang meregulasi tentang perilakunya memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau
sendiri” (Leary, McDonald, & Tangney, menjelek-jelekkan diri individu sendiri.
2003 dalam Rahman, 2013) Faktor nilai juga memengaruhi sifat dasar
Pengungkapan diri menurut Jourard dan tingkat pengungkapan diri. Ketiga,
(dalam Gainau, 2009) berarti pembicaraan Ketepatan dan Kejujuran. Ketepatan dari
mengenai diri sendiri kepada orang lain pengungkapan diri individu dibatasi oleh
sehingga orang lain mengetahui apa yang tingkat di mana individu mengetahui
dipikirkan, dirasakan dan diinginkan oleh dirinya sendiri. Pengungkapan diri berbeda
seseorang. dalam hal kejujuran, individu bisa saja jujur
DeVito (2011) mengemukakan bahwa secara total atau dilebih-lebihkan,
pengungkapan diri merupakan jenis melewatkan bagian penting atau
komunikasi dimana kita mengungkapkan berbohong. Keempat, Tujuan dan Maksud.
informasi diri pribadi yang biasanya kita Seluas apa individu mengungkapkan
sembunyikan kepada orang lain. tentang apa yang ingin diungkapkan,
Pengungkapan diri dapat berupa berbagai seberapa besar kesadaran individu untuk
topik seperti informasi perilaku, sikap, mengontrol informasi-informasi yang akan
perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang dikatakan pada orang lain. Kelima,
sesuai dan terdapat dalam diri orang yang Kedalaman. Individu dapat
bersangkutan. mengungkapkan detail yang paling intim
Menurut Wheeless, Nesser, dan dari hidupnya. Hubungan yang akrab
Mccroskey (1986), self disclosure adalah adalah individu yang mampu
bagian dari referensi diri yang mengungkapkan hal-hal yang bersifat
dikomunikasikan yang diberikan individu pribadi dan khusus tentang dirinya. Sejauh
secara lisan pada suatu kelompok kecil. mana kedalaman dalam self disclosure itu

118
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

akan ditentukan oleh derajat keakraban mendapatkan perspektif baru tentang diri
individu dengan lawan komunikasinya kita sendiri serta pemahaman yang lebih
(Buwana, 2015). mendalam mengenai perilaku kita sendiri;
Menurut Derlega dan Grzelak (dalam (2). Kemampuan mengatasi kesulitan.
Pamuncak, 2011) ada lima alasan untuk Argumen lain yang berkaitan erat adalah
melakukan self disclosure: Pertama, bahwa kita akan lebih mampu
Expression. Dalam kehidupan ini terkadang menanggulangi masalah atau kesulitan kita,
manusia mengalami suatu kekecewaan atau khususnya perasaan bersalah, melalui
kekesalan, baik itu yang menyangkut pengungkapan diri. Dengan
pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk mengungkapkan perasaan dan menerima
membuang semua kekesalan ini biasanya dukungan, bukan penolakan, kita menjadi
akan merasa senang bila bercerita pada lebih siap untuk mengatasi perasaan
seorang teman yag sudah dipercaya. bersalah dan mungkin mengurangi atau
Dengan pengungkapan diri semacam ini bahkan menghilangkannya. Bahkan
manusia mendapat kesempatan untuk penerimaan diri (self acceptance) menjadi
mengekspresikan perasaannya. Kedua, Self sulit tanpa pengungkapan diri. Kita
Clarification. Dengan saling berbagi rasa menerima diri kita sebagian besar melalui
serta menceritakan perasaan dan masalah kacamata orang lain. Jika kita merasa orang
yang sedang dihadapi kepada orang lain, lain menolak kita, kita cenderung menolak
manusia berharap agar dapat memperoleh diri sendiri juga. Melalui pengungkapan
penjelasan dan pemahaman orang lain akan diri dan dukungan-dukungan yang datang,
masalah yang dihadapi sehingga pikiran kita menempatkan diri sendiri dalam posisi
akan menjadi lebih jernih dan dapat melihat yang lebih baik untuk menangkap
persoalannya dengan baik. Ketiga, Social tanggapan positif kepada kita dan kita akan
Validation. Setelah selesai membicarakan lebih mungkin memberikan reaksi dengan
masalah yang dihadapi, biasanya pendengar mengembangkan konsep diri yang positif;
akan memberikan tanggapan mengenai (3). Efisiensi komunikasi. Pengungkapan
permasalahan tersebut. Sehingga dengan diri memperbaiki komunikasi. Kita
demikian, akan mendapatkan suatu memahami pesan-pesan dari orang lain
informasi yang bermanfaat. Individu sebagian besar sejauh kita memahami
mendapat informasi tentang kebenaran dan orang lain secara individual. Kita dapat
ketepatan pandangannya. Keempat, Social lebih memahami apa yang dikatakan
Control. Individu mungkin mengungkap- seseorang jika kita mengenal baik orang
kan atau menyembunyikan informasi tersebut. Pengungkapan diri adalah kondisi
tentang dirinya, sama seperti arti dari yang penting untuk mengenal orang lain.
kontrol sosial. Individu mungkin menekan Kita dapat saja meneliti perilaku seseorang
topik, kepercayaan atau ide yang akan atau bahkan hidup bersamanya selama
membentuk pesan atau kesan baik tentang bertahun-tahun, tetapi jika orang itu tidak
dirinya. Kelima, Relationship Development. pernah mengungkapkan dirinya, kita tidak
Saling berbagi rasa dan informasi tentang akan memahami orang itu sebagai pribadi
diri kita kepada orang lain serta saling yang utuh; (4). Kedalaman hubungan.
mempercayai merupakan saran yang paling Tanpa pengungkapan diri, hubungan yang
penting dalam usaha merintis suatu bermakna dan mendalam tidak mungkin
hubungan sehingga akan semakin terjadi. Dengan pengungkapan diri, kita
meningkat derajat keakraban. memberi tahu orang lain bahwa kita
Menurut DeVito (2011) manfaat dari mempercayai mereka, menghargai mereka,
melakukan self disclosure adalah: (1). dan cukup peduli akan mereka maupun
Pengetahuan diri. Salah satu manfaat dari hubungan kita untuk mengungkapkan diri
pengungkapan diri adalah kita kita kepada mereka. Hal tersebut kemudian

119
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

akan membuat orang lain mau membuka stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis,
diri dan membentuk suatu hubungan yang proses berpikir, dan tingkah laku. Berbagai
bermakna dan jujur. penelitian telah membuktikan bahwa
respon-respon tersebut dapat berguna
Stres sebagai indikator terjadinya stres pada
Folkman dan Lazzarus (1984) individu, dan mengukur tingkat stres yang
mendefinisikan stres sebagai suatu akibat dialami individu. Reaksi stres terlihat
dari interaksi antara seseorang dengan dalam berbagai aspek, yaitu: (1). Reaksi
lingkungannya yang dinilai membahayakan psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada
dirinya. Selye (dalam Santrock, 2006) stres aspek emosi, seperti mudah marah, sedih,
adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat ataupun mudah tersinggung; (2). Reaksi
berbagai tuntutan yang dialamatkan fisiologis, biasanya muncul dalam keluhan
padanya. fisik, seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan
Sarafino (2008) mengemukakan stres darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di
sebagai kondisi akibat dari interaksi kulit, ataupun rambut rontok; (3) Reaksi
individu dengan lingkungan yang menim- kognitif, biasanya tampak dalam gejala
bulkan ketidaksesuaian antara tuntutan- sulit berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun
tuntutan yang bersumber pada sistem sulit mengambil keputusan; (4). Reaksi
biologis, psikologis, dan sosial individu. tingkah laku, tampak dari perilaku-perilaku
Sedangkan Taylor (1997 dalam menyimpang, misalnya menyakiti diri
Suryaningsih dkk., n.d) stres merupakan sendiri atau orang lain atau menghindar
suatu pengalaman emosional negatif yang dari temannya.
disertai dengan perubahan biokimia, Menurut Lahey (2003 dalam Septiani,
fisiologi, kognitif, dan perilaku yang dapat 2013) ada beberapa sumber utama stres:
diarahkan untuk mengurangi atau (1). Life event (perstiwa dalam hidup) yaitu
menyesuaikan diri terhadap peristiwa yang kejadian penting secara psikologis yang
memicu stres dengan cara mengubah terjadi pada kehidupan seseorang, seperti
kejadian ataupun mengakomodasikan efek perceraian, kelahiran, atau perubahan pada
dari stres tersebut. posisi/ jabatan. Umumnya penyebab stres
Ahli lain, Kendal dan Hammen (1998 itu dapat berupa tindak kriminal, kekerasan
dalam Safaria & Saputra, 2009) seksual, dan saksi kejahatan; kehilangan
menyatakan stres dapat terjadi pada anggota keluarga; bencana alam; teror;
individu ketika terdapat ketidakseimbangan masalah-masalah sehari-hari (daily hasles).
antara situasi yang menuntut dengan (2). Frustration (frustrasi), merupakan
perasaan individu atas kemampuannya keadaan yang muncul sebagai hasil tidak
untuk menghadapi tuntutan-tuntutan terpuaskannya suatu tujuan atau motif
tersebut. Situasi yang menuntut tersebut seseorang. (3). Conflict (konflik), merupa-
dipandang sebagai beban atau melebihi kan keadaan dimana terdapat dua atau lebih
kemampuan individu untuk mengatasinya. motif yang tidak terpuaskan karena motif-
Berdasarkan berbagai pengertian dari motif itu saling berkaitan satu sama lain.
para ahli dapat disimpulkan bahwa stres (4) Pressure (tekanan), merupakan suatu
merupakan suatu keadaan yang menekan keadaan yang menimbulkan konflik,
seseorang yang dirasakan melebihi dimana individu merasa terpaksa atau
kemampuan yang dimilikinya. Stres dapat dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal
menghasilkan respon yang saling terkait yang diinginkannya. Tekanan yang kecil,
baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat
pada individu yang mengalaminya. menjadi stres yang hebat. Tekanan dapat
Menurut Helmi (2000 dalam Safaria & berasal dari luar diri maupun dari dalam
Saputra, 2009) ada empat macam reaksi diri sendiri.

120
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

Para peneliti membedakan antara stres terlalu kuat, tapi bisa bertahan lama sampai
yang merugikan atau merusak yang disebut berhari-hari, berminggu-minggu, atau
sebagai distress dan stres yang berbulan-bulan. Stres ini apabila berulang-
menguntungkan atau membangun, yang ulang terjadi pada diri kita maka kesehatan
disebut sebagai eustress (Safaria & Saputra, tubuh dan produktivitas akan terpengaruh.
2009). Selye (1979 dalam Wulandari, Inti dari stres ini yaitu dapat menyebabkan
2012) membagi stres menjadi dua, yaitu kesakitan baik itu secara mental, spiritual,
eustress dan distress. dan lain sebagainya (Roshental, 2002
Stress. Stres yang menghasilkan respon dalam Septiani, 2013).
individu bersifat sehat, positif, dan Rice (dalam Septiani, 2013)
membangun. Respon positif tersebut tidak mengatakan bahwa penyebab stres atau
hanya dirasakan oleh individu tetapi juga yang sering disebut stressor dapat berasal
oleh lingkungan sekitar individu, seperti dari dalam diri individu (internal) dan dapat
dengan adanya pertumbuhan, fleksibilitas, pula berasal dari luar diri individu
kemampuan adaptasi, dan tingkat (eksternal).
performance yang tinggi. Eustress juga Stressor internal. Faktor-faktor yang
merupakan situasi atau kondisi apapun berasal dari dalam diri individu yang dapat
yang dapat memberikan inspirasi dan menjadi penyebab timbulnya stres.
memberikan motivasi untuk bertindak Penyebab stres yang berasal dari dalam diri
positif. Biasanya situasi yang termasuk individu, misalnya harga diri dan konsep
dalam situasi yang membangkitkan diri. Sesuatu yang menimbulkan stres
semangat individu untuk bertingkah laku tergantung bagaimana individu menilai dan
secara positif dan mengoptimalkan seluruh menginterpretasikan suatu kejadian secara
fungsi fisik dan psikisnya. Situasi ini kognitif. Penilaian secara kognitif adalah
dimasukkan ke dalam stres, karena istilah untuk menggambarkan interpretasi
menimbulkan reaksi fisik dan psikologis individu terhadap kejadian-kejadian dalam
yang sama, dengan peningkatan hormon hidup mereka sebagai sesuatu yang
dari kelenjar adrenalin dan adanya gejolak berbahaya, mengancam, dan keyakinan
emosi. Dapat dikatakan bahwa stres yang mereka dalam menghadapi kejadian
baik berasal dari situasi yang dapat tersebut secara efektif.
dikendalikan (Roshental, 2003 dalam Stressor eksternal. Faktor-faktor luar
Septiani 2013). yang dapat menyebabkan individu
Distress. Distress adalah stres yang mengalami stres. Selanjutnya, menurut
berlawanan dengan eustress, yaitu tidak Maramis (2008 dalam Larasaty, 2012)
sehat, negatif, dan merusak. Hal tersebut lingkungan merupakan salah satu sumber
termasuk konsekuensi individu dan juga stres pada individu. Sebagai contoh seorang
organisasi seperti tingkat ketidakhadiran mahasiswa dihadapkan pada beban tuntutan
yang tinggi, sulit berkonsentrasi, sulit dari lingkungan. Selain itu, mahasiswa
menerima hasil yang didapat. Stres buruk seringkali memiliki konflik permasalahan
ini banyak dibahas oleh para ahli karena dengan teman sebaya. Berbagai macam
dampaknya yang begitu besar terhadap permasalahan pada akhirnya dapat memicu
kehidupan individu. Distress atau stres timbulnya stres. Morgan (dalam Septiani,
negatif ini dapat dibagi menjadi dua macam 2013) mengemukakan bahwa perubahan
yaitu: Pertama, stres akut, muncul cukup dalam lingkungan, seperti kelahiran anak,
kuat, tapi menghilang dengan cepat. kematian pasangan, pernikahan yang tidak
Misalnya ketika mendapat tekanan atau bahagia, perceraian, hubungan inter-
ancaman dari orang lain, atau ketika personal dengan orang-orang yang ada di
terlambat ke tempat kuliah dan lain-lain. sekitar dapat menimbulkan stres.
Kedua, stres kronis kemunculannya tidak

121
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

Berdasarkan hal itu hipotesis


penelitiannya adalah terdapat pengaruh Tabel 2
antara self-disclosure dengan tingkat stres Validitas Skala Self Disclosure
pada mahasiswa fakultas psikologi UIN
Aspek Koefisien Korelasi Keterangan
SGD Bandung angkatan 2012 yang sedang Intent 0.62 Tinggi
menyelesaikan skripsi. Amount 0.86 Tinggi Sekali
Valensi 0.80 Tinggi Sekali
Metode Penelitian
Depth 0.78 Tinggi
Penelitian ini menggunakan Honesty 0.65 Tinggi
pendekatan kuantiatif korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah Selanjutnya dari hasil perhitungan
mahasiswa aktif di Fakultas Psikologi UIN Cronbach's Alpha didapat koefisien
Bandung angkatan 2012 dengan jumlah reliabilitas skala self-disclosure sebesar
sampel 49 mahasiswa. 0.89, Hasil koefisien reliabilitas skala
Metode pengumpulan data. Instrumen tingkat stres sebesar 0.89. Nilai tersebut
menggunakan model skala Likert. Alat ukur mempunyai arti bahwa skala self-disclosure
self-disclosure yaitu Revised Self dan skala tingkat stres mempunyai tingkat
Disclosure Scale dari Wheeles yang reliabilitas yang sangat tinggi.
diadaptasi dari Ables (2013) dan tingkat Hasil Penelitian dan Pembahasan
stres yaitu Student-Life Stress Inventory
Hasil Penelitian
yang dikembangkan oleh Gadzella (1991
dalam Goff, 2009). Analisis deskriptif.
Metode Analisis Data. Data yang Analisis deskriptif self disclosure.
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
analisis regresi linier sederhana. Dalam terhadap variabel self-disclosure maka
penelitian ini dilakukan juga uji validitas didapat data sebagai berikut:
konstruk, dengan menggunakan formula Berdasarkan hasil perhitungan
pearson. Sedangkan prinsip umum dalam terhadap variabel self-disclosure diperoleh
menginterpretasikan koefisien validitas, mean sebesar 53.69, serta nilai standart
menggunakan klasifikasi Guillford deviation (SD) sebesar 6.37. Nilai
(Sugiyono, 2012) yang disajikan pada tabel minimum dan maksimum menunjukkan
1. bahwa nilai paling kecil dalam penelitian
Tabel 1 ini (self-disclosure) adalah 41.00 dan nilai
Klasifikasi Koefisien Korelasi Guillford paling besar adalah 76.00.
Koefisien Korelasi Keterangan Subjek penelitian digolongkan menjadi
0.00 – 0.19 Korelasi dangat rendah tiga kategori yaitu: tinggi, sedang, rendah.
0.20 – 0.39 Korelasi rendah Langkah yang dilakukan adalah membagi
0.40 – 0.59 Korelasi sedang skor maksimum hipotetik menjadi tiga.
0.60 – 0.79 Korelasi tinggi Dengan rumus sebagai berikut:
0.80 – 0.99 Korelasi tinggi sekali X < M – 1.SD = Rendah
1.00 Korelasi sempurna M – 1.SD = X < M + 1.SD = Sedang
Berdasarkan hasil perhitungan, maka M + 1.SD = X = Tinggi
didapat nilai validitas tiap aspek untuk Dengan demikian variabel self-
skala self-disclosure dan tingkat stres yang disclosure memiliki rentang 60.06 untuk
sudah dibandingkan dengan tabel kategori tinggi, ≥ 47.28 untuk kategori
klasifikasi koefisien korelasi Guillford, sedang, dan ≥ 47.28 untuk kategori rendah.
diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Berdasarkan kategorisasi memperlihatkan
tabel 2. bahwa self-disclosure 12.24% tinggi,
71.43% sedang, dan 16.33% rendah. Hasil

122
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

tersebut memperlihatkan bahwa tingkat Sedang 43.75 = X 34 69.39%


self-disclosure pada subjek penelitian < 60,85
Rendah X < 43.75 9 18.37%
paling banyak berada pada kategori sedang.
Dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi
Tabel 3 silang menunjukkan bahwa subjek pada
Kategori Skor Variabel Self-Disclosure penelitian ini dominan memiliki self-
Kategori Skor Jumlah Persentase
disclosure pada kategori sedang dengan
Tinggi 60.06 = X 6 12.24%
tingkat stres pada kategori sedang pula
Sedang 47.28 = X 35 71.43 % yang berjumlah 25 subjek atau 51%.
< 60.06
Tabel 5
Rendah X < 47.28 8 16.33 %
Distribusi Silang Self-Disclosure dengan Tingkat
Stress
Analisis deskriptif tingkat stres.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap variabel tingkat stres maka
didapat data sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan
terhadap variabel tingkat stres diperoleh
nilai mean sebesar 52.30 serta nilai
standart deviation (SD) sebesar 8.54. Nilai
minimum dan maksimum menunjukkan
bahwa nilai paling kecil dalam penelitian
ini (tingkat stres) adalah 36.00 dan nilai
paling besar adalah 70.00. Analisis inferensial. Dalam analisis
Subjek penelitian kemudian inferensial yang pertama dijelaskan adalah
digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: nilai korelasi dan determinasi berdasarkan
tinggi, sedang, rendah. Langkah yang tabel 6.
dilakukan adalah membagi skor maksimum
Table 6
hipotetik menjadi tiga. Dengan rumus Koefisien Determinasi
sebagai berikut:
X < M – 1.SD = Rendah
M – 1.SD = X < M + 1.SD = Sedang
M + 1.SD = X = Tinggi
Dengan demikian variabel tingkat stres Nilai korelasi sebesar 0.094
memiliki rentang 60.85 untuk kategori menunjukkan adanya korelasi antara self-
tinggi, ≥ 43.75 untuk kategori sedang, dan disclosure dengan tingkat stres dengan nilai
≥ 43.75 untuk kategori rendah. Berdasarkan determinasi 0.009. Angka tersebut berarti
kategorisasi memperlihatkan bahwa tingkat bahwa 0.9% terdapat pengaruh self-
stres 6 subjek tinggi, 34 subjek sedang, dan disclosure terhadap tingkat stres,
9 subjek rendah. Hasil tersebut sedangkan sisanya 99.1% harus dijelaskan
memperlihatkan bahwa secara umum oleh faktor-faktor penyebab lainnya.
tingkat stres pada subjek penelitian paling
banyak berada pada kategori sedang. Dapat Tabel 7
dilihat pada tabel 4. Perhitungan ANOVA

Tabel 4
Kategori Skor Variabel Tingkat Stres
Kategori Skor Jumlah Persentase
Tinggi 60.85 = X 6 12.24 %

123
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

Nilai 45.54 merupakan nilai konstanta.


Kedua, dari hasil perhitungan Artinya jika variabel self-disclosure
diperoleh data bahwa pengaruhnya tidak nilainya 0 maka variabel tingkat stres
linier karena nilai signifikansinya > dari memiliki nilai positif sebesar 45.54.
0.05. Nilai sig 0.520 > 0.05.
Pembahasan
Tabel 8 Sesuai dengan tujuan yang sudah
Hasil Koefisien Regresi dijelaskan di awal, penelitian ini bertujuan
Unstandardized Standardized untuk melihat adanya pengaruh self-
Coefficients Coefficients
Std.
t Sig. disclosure terhadap tingkat stres pada
B Beta
Model Error
(Constant) 45.545 10,508 4,334 0,000 mahasiswa psikologi angkatan 2012 yang
1
sedang menyelesaikan skripsi di UIN
Self 0.,126 0,194 0,094 0,648 0,520
Disclosure Sunan Gunung Djati Bandung.
a. Dependent Variable: Tingkat Stres Berdasarkan data hasil penelitian dari
jumlah subjek 49 menunjukkan bahwa
Ketiga, diperoleh data bahwa pengaruh sebanyak 6 subjek atau 12.24% berada
self-disclosure terhadap tingkat stres tidak dalam kategori self-disclosure tinggi,
signifikan, dengan nilai t=0.648 dan nilai kemudian 35 subjek atau 71.43% berada
sig. 0.52> 0.05. Karena tingkat signifikansi dalam kategori sedang, dan 8 subjek atau
0.520 > 0.05, maka variabel self-disclosure 16.33% berada dalam kategori rendah.
dikatakan tidak dapat memprediksikan Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tingkat stres. tingkatself-disclosure pada subjek
penelitian berada dalam kategori sedang
yaitu sebanyak 35 subjek atau 71.43%.
Selanjutnya untuk variabel tingkat
stres, dapat diketahui terdapat 6 subjek atau
12.24% berada dalam kategori tingkat stres
tinggi, 34 subjek atau 69.39% berada dalam
kategori sedang, dan 9 subjek atau 18.37%
Pada tabel 8 dapat dilihat pada bagian berada dalam kategori rendah. Sehingga
kolom Beta menunjukkan bahwa terdapat dapat disimpulkan secara umum bahwa
korelasi positif sebesar 0.094 antara self- tingkat stres subjek penelitian sebagian
disclosure dengan tingkat stres pada besar berada dalam kategori sedang yaitu
mahasiswa psikologi UIN SGD Bandung sebanyak 34 subjek atau 69.39%.
angkatan 2012. Selanjutnya untuk melihat Selanjutnya berdasarkan perhitungan
persamaan regresinya adalah sebagai data tabulasi silang, terdapat 3 subjek
berikut: termasuk dalam kategori self-
disclosure tinggi dengan tingkat stres
rendah dan 5 subjek berada dalam
Dengan: kategori self- disclosure rendah dengan
Ý : Nilai dari variabel terikat (dependent) tingkat stres sedang. Terdapat 5 subjek
X : Nilai dari variabel bebas (independent) dalam kategori self-disclosure sedang
a : Nilai konstanta, yaitu 45.545 dengan tingkat stres rendah, 25 subjek
b : Koefisien regresi, yaitu 0.126 termasuk dalam kategori self-
disclosure sedang dengan tingkat stres
Nilai-nilai pada tabel 8 kemudian sedang, dan 5 subjek termasuk
dimasukkan ke dalam persamaan regresi kategori self-disclosure sedang dengan
sebagai berikut: tingkat stres tinggi. Kemudian terdapat 1
subjek berada di kategori self-
Ý = 45.54 + 0.126X

124
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

disclosure tinggi dengan tingkat stres 2011) adalah self-clarification yaitu


rendah, 4 subjek pada kategori self- dengan saling berbagi rasa serta
disclosure tinggi dengan tingkat stres menceritakan perasaan dan masalah yang
sedang, dan 1 subjek berada di sedang dihadapi kepada orang lain,
kategori self-disclosure tinggi dengan seseorang berharap dapat memperoleh
tingkat stres tinggi. penjelasan dan pemahaman orang lain atas
Berdasarkan pengolahan data melalui masalah yang dihadapinya, sehingga
analisis statistik diperoleh hasil pikiran akan menjadi lebih jernih dan dapat
bahwa yang diajukan diterima dan ditolak, melihat persoalannya dengan baik. Manfaat
yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh dari self-disclosure menurut DeVito (2011)
yang signifikan dari self- salah satunya yaitu mengatasi kesulitan,
disclosure terhadap tingkat stres pada dan akan lebih mampu menanggulangi
subjek penelitian. Berdasarkan uji analisis masalah atau kesulitan.
regresi diperoleh koefisien korelasi dengan Pada penelitian ini rata-rata usia subjek
nilai F = .420 dan signifikansi .520 > .05, 22-25
dengan koefisien determinasi sebesar .009 tahun, berdasarkan tahapan perkembangan
atau .9% yang artinya pengaruh self- sudah memasuki usia dewasa awal. Dalam
disclosure terhadap tingkat stres sangat penelitian Parker dan Parot (1995)
kecil dan tidak signifikan, hanya .9% dan dijelaskan bahwa usia dewasa muda atau
99.1%-nya dipengaruhi oleh faktor dewasa awal lebih sering mengungkapkan
lain. Kemudian .648 < .679, artinya diri kepada teman daripada keluarga.
tidak terdapat pengaruh yang Artinya pada masa ini pun, self-
signifikan dari variabel satu terhadap disclosure masih mungkin dilakukan
variabel dua. kepada teman-temannya, hampir sama
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan remaja.
dengan beberapa penelitian yang telah Melihat hasil perhitungan yang sudah
dilakukan sebelumnya yaitu penelitian dibahas sebelumnya bahwa subjek
Fauziyah (2011 dalam Suryaningsih, n.d) memiliki self-disclosure sedang artinya
yang membuktikan bahwa self- mereka memiliki kemampuan untuk
disclosure memiliki peran yang nyata mengungkapkan diri, berbagi kepada orang
dalam menurunkan stres pada lain mengenai masalah yang terkait dengan
remaja. Penelitian Santrock (2006) skripsinya kepada teman yang dianggap
menjelaskan bahwa jika remaja memiliki memahami masalahnya. Di sisi lain, tingkat
masalah, maka mereka akan cenderung stres yang dimiliki pun ternyata paling
berpaling kepada teman sebaya mereka banyak berada pada tingkat sedang. Dari
untuk mendapatkan jalan keluar dari hal ini bisa dicermati meskipun tingkat self-
masalah mereka. Hal tersebut dikarenakan disclosure-nya paling banyak pada tingkat
pada masa remaja, teman memiliki peran sedang tidak membuat tingkat stres-nya
yang cukup penting, selain itu masa remaja menurun. Kedua variabel berada di level
mempunyai kebutuhan sosial yang harus yang sama, ini menunjukkan bahwa
terpenuhi, salah satunya adalah peer meskipun memiliki kemampuan untuk
group atau kelompok. berbagi dan membuka diri, yang menurut
Hasil penelitian Wei, Russel, dan Devito (2011) ketika seseorang bisa
Zakalik (2005) menyatakan bahwa self- melakukan self-disclosure maka bisa
disclosure terbukti dapat mengurangi rasa menurunkan ketegangan atau stres, ternyata
kesepian yang mengakibatkan stres dan ini tidak berlaku bagi mahasiswa yang
depresi pada mahasiswa. Berdasarkan teori, menjadi subjek penelitian ini.
salah satu tujuan self-disclosure menurut Kemampuan self-disclosure yang dimiliki
Derlega dan Grzelak (dalam Pamuncak, tidak serta merta menurunkan tingkat stres

125
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

karena tekanan dalam menyelesaikan dalam melakukan self-disclosure karena hal


skripsi. Tentunya ini sangat menarik untuk itu akan mengukur informasi yang harus ia
ditelaah lebih jauh. bagi supaya tujuan dari self-
Ada beberapa kemungkinan mengapa disclosure tercapai. Dari hal ini bisa
hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada disimpulkan, subjek hanya bercerita tanpa
hubungan yang signifikan bahkan pengaruh mementingkan aspek lain dari self-
variabel satu terhadap variabel duayang disclosure seperti kejujuran, keakraban,
malah sangat kecil. Pertama, karena tujuan dan maksudnya. Subjek hanya
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian mengobrol untuk sekedar membuat
adalah mahasiswa tingkat akhir dan sudah perasaannya menjadi rileks tanpa ada nilai
jarang sekali datang ke kampus kecuali penting di dalamnya.
untuk bimbingan dan mengurus Kedua, secara teoretis terdapat banyak
penyelesaian penelitiannya. Diantara faktor yang berpengaruh signifikan
mahasiswa satu angkatanpun sudah jarang terhadap tingkat stres, seperti tingkat self-
bertemu, sibuk masing-masing, mengingat esteem menurut (Zuntari, 2007 dalam
jadwal bimbingan dan kepentingan Juniartha, n.d); (Farihah, 2014) self-
penyelesaian penelitian bersifat individual, efficacy berpengaruh terhadap stres pada
sehingga kesempatan untuk katarsis, mahasiswa. Dalam penelitiannya dikatakan
berbagi cerita dengan teman juga sudah bahwa pada hakekatnya stres adalah
semakin sempit. Beberapa subjek yang interaksi individu dengan lingkungan,
peneliti amati, hanya mengungkapkan menyebabkan adanya suatu tekanan dan
perasaan atau permasalahannya melalui memengaruhi aspek fisik, perilaku,
media sosial saja. Berdasarkan hasil kognitif, dan emosional. Tekanan yang
observasi daninterview yang dilakukan dialami oleh individu bisa bersumber dari
peneliti pada saat penelitan awal diperoleh faktor internal, salah satu sumber stres dari
informasi kalaupun mereka saling berbagi faktor internal adalah keyakinan dan
cerita, saling mengungkapkan kendala yang kemampuannya. Tingginya self-
dialami, itu dilakukan tidak sengaja ketika efficacy seseorang berkontribusi terhadap
mereka bertemu saat bimbingan dengan kemampuan seseorang menghadapi
mahasiswa lain yang juga sedang berbagai hambatan dan kesulitan yang
bimbingan dengan dosen pembimbing yang dialami. Dengan keyakinan seseorang
berbeda. Mereka hanya bercerita bahwa ia mampu untuk menyelesaikan
sekedarnya tanpa ada unsur sebuah tugas, maka seseorang tersebut akan
kedalaman atau ikatan antara satu dengan mampu beradaptasi dengan kondisi sulit
yang lain. Dari lima aspek self- yang dialaminya sehingga tidak mudah
disclosure, nilai yang tinggi tertekan dan semakin bisa menghadapi
adalahamount (jumlah) yang menunjukkan stres.
mereka masih merasa sering bercerita tapi Selanjutnya, faktor lain yang dapat
yang disampaikan hanya sebatas cerita saja memengaruhi tingkat stres adalah regulasi
tidak dibarengi dengan kedalaman atau emosi. Nurdin (2006) membuktikan bahwa
penilaian (valensi) terhadap isi dari self- mahasiswa dapat mengatasi stres
disclosure. Self-disclosure yang dilakukan dikarenakan mahasiswa tersebut mampu
hanya sekedar cerita, karena tanpa sengaja meregulasi emosinya sehingga stres yang
bertemu, tanpa diniatkan untuk memahami muncul tidak menyebabkan mahasiswa itu
dan menyelesaikan masalah. Sehingga terganggu; Kolat dkk. (n.d) (dalam Nurdin,
aspek tujuan dan maksud yang menjadi 2006) yang menyatakan bahwa regulasi
salah satu aspek dalam tercapainya self- emosi merupakan strategi koping terhadap
disclosure tidak tercapai. Penting untuk stres yang dialami mahasiswa ketika ada
memperhitungkan tujuan dan maksud tekanan dalam penyelesaian tugas-tugas

126
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

akademik. Wade dkk. (n.d) (dalam Nurdin, sebagian besar subjek yang diteliti
2006) berpendapat bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat self disclosure pada
mampu menilai situasi, mengubah pikiran kategori sedang dan tingkat stres pada
yang negatif dan mengontrol emosinya subjek sebagian besar berada pada kategori
akan memiliki koping yang positif terhadap sedang.
masalahnya. Koping yang efektif membuat Hasil analisis regresi menunjukan
seseorang bisa adaptif dan meningkatkan bahwa bahwa tidak terdapat pengaruh
kemampuan untuk bertahan dalam antara self disclosure terhadap tingkat stres.
menghadapi kemungkinan stres Berdasarkan hasil perhitungan, pengaruh
selanjutnya. Regulasi emosi memainkan aspek-aspek self disclosure terhadap tingkat
peran penting yang menumbuhkan stres menunjukan bahwa
kesadaran dalam memahami aspek amount (jumlah) atau seberapa sering
danmerespon stres dengan melakukan self disclosure menunjukan
tepat. Berdasarkan penelitian tersebut bisa angka yang paling mendekati signifikan
disimpulkan orang yang memiliki regulasi dibandingkan aspek lainnya. Berarti
emosi yang baik akan mudah untuk kemungkinan subjek hanya membutuhkan
menganggap biasa sumber-sumber stres di untuk sering berbagi permasalahan yang
sekitarnya, tidak mudah untuk menganggap dialaminya dan membutuhkan banyak
situasi sulit sebagai situasi yang menekan. teman untuk bercerita ketika mengalami
Ketiga, faktor lain yang membuat situasi stres tanpa mempertimbangkan
penelitian ini tidak memiliki hubungan kedalaman, tujuan dan maksud maupun
yang signifikan adalah subjek pada nilai dari self disclosure.
penelitian ini termasuk usia dewasa awal, Faktor lain yang menyebabkan
berdasarkan perkembangan emosi pada usia hipotesis dalam penelitian ini ditolak yaitu
dewasa sudah lebih matang dibandingkan banyaknya aspek lain yang berpengaruh
perkembangan emosi pada remaja, terhadap menurunnya tingkat stres seperti
kemungkinan subjek pada penelitian ini regulasi emosi, self efficacy, dan self
lebih mature dalam menghadapi situasi esteem dan kemungkinan jumlah subjek
stres sehingga curhat atau berbagi yang tidak representatif.
permasalahan kepada orang lain bukan
merupakan suatu kebutuhan utama lagi, Saran
mereka sudah memiliki kemampuan lain Bagi subjek penelitian. Saran untuk
yang bisa menurunkan tingkat stress karena mahasiswa yaitu harus memiliki
masalah penyelesaikan skripsi. Beberapa keterampilan dalam berkomunikasi dan
peneliti amati meskipun stress tapi ia manfaatkan keterbukaan diri (self
menyadari kalau itu adalah tugas yang disclosure ) dengan baik dalam kehidupan
harus ia selesaikan sampai tuntas. sehari-hari agar mendapat wawasan dan
Hal yang perlu diperhatikan lainnya informasi yang lebih luas mengenai diri
adalah jumlah sample yang terbatas sendiri atau lingkungan sekitar yang bisa
sehingga kurang mewakili permasalahan dimanfaatkan untuk meurunkan stress.
yang umumnya berkembang dilevel usia Bagi instansi. Saran untuk instansi
yang sama. Artinya hasil penelitian ini (Fakultas), diperlukan adanya sebuah
tidak bisa digeneralisir untuk semua level pelatihan menulis karya ilmiah atau skripsi,
usia yang sama. agar mahasiswa lebih mudah dalam
menyelesaikan tugas akhirnya.
Simpulan dan Saran Bagi penelitian selanjutnya. Lebih
mematangkan konsep dan teori yang
Simpulan
dipakai dalam penelitian. Peneliti dalam
Dari hasil penelitian yang dilakukan
penelitian ini hanya bisa mengadaptasi alat
oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa

127
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

ukur yang sudah ada. Agar lebih dapat resourfullness in baccalaureate nursing
menggali setiap aspeknya, hendaknya students (Disertasi). University of
dikembangkan kembali. Untuk penelitian Carolina.
selanjutnya disarankan untuk dapat Gunawati, R. (2006). Hubungan antara
menambah variabel lain yang memiliki efektivitas komunikasi mahasiswa
pengaruh lebih besar terhadap tingkat stres. dengan dosen pembimbing utama
Menambah subjek tidak hanya satu skripsi. Jurnal Psikologi Universitas
angkatan bahkan bisa dari fakultas lain Diponegoro, 3(2).
yang dianggap memiliki beban kuliah yang Juniartha, G. N. Hubungan antara harga diri
sama. dengan tingkat stres napi wanita di
Lapas Kelas II Denpasar. Jurnal.
Daftar Pustaka Universitas Udayana.
Rini, Kartika, & Qurroyzhin. (2007).
Ables, J. L. (2013). Status, likes, and Hubungan antara keterbukaan diri
pokes: Self disclosure and motivation dengan kebahagiaan pernikahan pada
for using Facebook (Thesis). pria dewasa awal (Skripsi). Gunadarma
University of Baylor. University.
Abdulghani, H. M. (2008). Stress and Larasaty, R. (2012). Hubungan tingkat stres
depression among medical students: A dengan sleep paralysis pada mahasiswa
cross sectional study at a medical FIK UI angkatan 2008 (Skripsi).
college in Saudi Arabia. Pakistan Fakultas Keperawatan, Universitas
Journal Medical Science, 24(1). Indonesia.
Rahman, A. A. (2013). Psikologi sosial. Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984).
Jakarta: Rajagrafindo Persada. Stress, appraisal, and coping. New
Asandi, Q. R. (2010). Self disclosure pada York: Springer Publishing Company.
remaja pengguna Facebook (Skripsi). Nurdin, Z. (2016). Hubungan regulasi
UIN Sunan Ampel, Surabaya. emosi dengan tingkat stres pada
Devito, J. A. (2011). Komunikasi antar mahasiswa tingkat akhir pendidikan
manusia (ed. 5). Tangerang Selatan: dokter fakultas kedokteran Universitas
Karisma Publishing Group. Syiah Kuala Banda Aceh (Skripsi).
Fadillah, A. E. R. (2013). Stres dan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
motivasi belajar pada mahasiswa Pamuncak, D. (2011). Pengaruh tipe
psikologi Universitas Mulawarman kepribadian terhadap self disclosure
yang sedang menyusun skripsi. pengguna Facebook (Skripsi). UIN
Ejournal Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Mulawarman, 1(3). Parker, G. R., & Parrot, R. (1995). Patterns
Farihah, F. (2014). Pengaruh self efficacy of self disclosure across social support
terhadap stres mahasiswa angkatan networks: Elderly, middle-aged, and
2010 yang menyusun skripsi fakultas young adults. The International
psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Journal of Aging and Human
Malang (Skripsi). UIN Maulana Malik Development, 41, 281-297.
Ibrahim, Malang. Rime, B. (2016). Self disclosure. Dalam H.
Gainau, M. B. (2009). Keterbukaan diri S. Friedman (Ed.), Encyclopedia of
(self disclosure) siswa dalam perspektif Mental Health (ed. 2, vol. 4) (pp. 66-
budaya dan implikasinya bagi 74). Waltham, MA: Academic Press.
konseling. Jurnal Penelitian Ilmiah Rini, K., & Qurroyzhin. (2007). Hubungan
Widya Warta, 3(1). antara keterbukaan diri dengan
Goff, A. M. (2009). Stressors, academic, kebahagiaan pernikahan pada pria
performance, and learned,

128
Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi (Mahardianisa, Witrin Gamayanti, Isop Syafei)

dewasa awal (Skripsi). Gunadarma


University.
Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009).
Managemen emosi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Santrock, J. W. (2006). Adolescence
perkembangan remaja. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sarafino, E. P. (1994). Health psychology:
Biopsychososial interactions.
Septiani, E. (2013). Hubungan antara
tingkat stres dengan gaya humor pada
mahasiswa (Skripsi). UIN SGD
Bandung.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryaningsih. Hubungan self disclosure
dengan stres pada remaja siswa SMP
Negeri 8 Surakarta. Jurnal. Universitas
Sebelas Maret.
Wei, M., Russel, D. W., & Zakalik, R. A.
(2005). Adult attachment, social self
efficccy, self disclosure, loneliness,
and subsequent depression for
freshman colege student: A
longnitudinal study. Journal of
Counseling Psychology, 52(4).
Wheeless, L. R., Nesser, K., & Mccroskey,
J. C. (1986). The relationships of self-
disclosure and disclosiveness to high
and low communication apprehension,
communication research reports.
(Online) Diakses dari
http://www.jamescmccroskey.com/pub
lications/137.pdf
Wulandari, R. P. (2012). Hubungan tingkat
stres dengan gangguan tidur pada
mahasiswa skripsi di salah satu
fakultas rumpun science-technology UI
(Skripsi). Universitas Indonesia,
Depok.
Zhang, R. (2017). The stress buffering
effect of self disclosure on Facebook:
An examination of stressfull life
events, social support, and mental
health among college students. Journal
Computer in Humans Behaviour, 75,
527-537.

129
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 115-130

130

Anda mungkin juga menyukai