Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a) Nama : An. TAB
b) Jenis Kelamin : Laki-laki
c) Umur : 1118 tahun
d) Pekerjaan : Pelajar
e) Alamat : RT. 7 25 kel tambak sariLebak
Bandung
f) Tanggal Periksa : 6 Agustus 20172016

2. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a) Status Perkawinan : Belum Menikah
b) Status Ekonomi Keluarga : Sosial ekonomi menengah
c) Kondisi Rumah :
c) Pasien tinggal di asrama madeasarumah Formatted: Indent: Left: 0.8", No bullets or numbering

permanen. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar,


1 dapur, dan 1 kamar mandi, dengan pencahayaan dan ventilasi cukup.
Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM. Jamban
yang digunakan adalah jamban leher angsa dan terletak didalam rumah
d) Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal di wilayah yang tidak
begitu padat, kondisi lingkungan kurang bersih dikarenakan ada
sampah disekitar rumah pasien.

3. Aspek Psikologis Dalam Keluarga :


Hubungan dengan anggota keluarga harmonis dan baik
Kehidupan di asrama harmonis, pasien bersekolah di Asrama.

5.4. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :


 Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)

1
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat penyakit kencing manis disangkal
 Riwayat penyakit menahun disangkal
 Sedang konsumsi obat disangkal
 Riwayat keluarga memiliki penyakit dengan keluhan yang sama (+-)

6.5. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan bintil-bintil merah dan terasa gatal pada
perut, sela jari tangan dan selangkangan kanan dan kiri, punggung kanan,
lengan kanan dan kiri, ketiak kanan dan kiri, dan telapak tangan kiri sejak ± 1
2 minggubulan yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :


Sejak ± 2 minggu1 bulan yang lalu os mengeluh timbul bintil-bintil
merah dan terasa gatal pada perut, sela jari tangan dan telapak tangan.bintil-
bintil merah yang terasa gatal di perut bagian bawah, gatal dirasakan setiap saat
namun lebih dirasakan pada malam hari.

± 1 Awalnya pasien mengeluh 1 bulan yang lalu muncul di sela jari


tangan pasien. Lalu lama kelamaan muncul keluhan yang sama pada telapak
tangan dan perut pasien. Pasien mengaku menggaruk ketika gatal sehingga
timbul luka akibat garukan. Selain bintik-bintik muncul juga bintik kecil berisi
cairan. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat pada malam hari.

Pasien mengaku kakaknya juga mengeluh keluhan yang sama dengan


pasien dan beberapa teman pasien juga mengeluh keluhan yang sama. Pasien
mengaku sering berganti pakaian dan tidur bersama kakaknya. minggu yang
lalu, keluhan bintil kemerahan yang dirasakan pasien semakin meluas hingga

2
ke selangkangan dan punggung.Pasien mengaku telapak tangan kanan juga
terasa gatal. Os juga mengatakan temannya

Karena keluhan yang dirasakan pasien tidak kunjung hilang, pasienos


akhirnya berobat ke Puskesmas

Olak Kemang

Os tinggal bersama di asrama madrasah dengan yang berisikan 1 kamar


terdiri dari 12 orang. Teman os juga mengeluh memiliki bintil- bintil merah
dan bentuknya sama seperti punya os

Menurut keterangan os, pertama kali mengeluhkan timbul bintil-bintil


merah yang terasa gatal ini karena sering memakai handuk bergantian, dan
terkadang meminjam baju temannya yang juga memiliki keluhan yamg sama
dengan os.

Sebelumnya pasien pernah mengeluh penyakit yang sama, begitu juga


teman pasien yang tinggal 1 kamar pernah mengeluh keluhan yang sama,

7.6. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TB :15557 cm
BB : 43 kg
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Frekuensi nafas : 20 x/ menit
Temperatur : 36,4 o C
Kulit
Warna pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor cepat kembali, kelembaban cukup.
Kepala

3
Bentuk kepala : normocephal, simetris, tidak terdapat deformitas
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Telinga
Sekret (-), serumen (+) minimal, hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Hidung
Deformitas (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)
Tenggorokan
Tonsil T1-T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Mulut
Stomatitis (-), mukosa hiperemis (-)
Leher
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar getah bening : tidak membesar
JVP : 5-2 cmH2O

Thorax
● Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-).
● Paru : Simetris kanan dan kiri, sonor pada kedua lapang paru, vesikuler
normal kanan dan kiri, rhonki (-), wheezing (-).

Abdomen:
Datar, simetris, BU (+) normal, Soepel, Nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba,
timpani.
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan pada alat genitalia pasien.

4
Ekstremitas
 Superior : akral hangat, edem (-)
 Inferior : akral hangat, edem (-)
Status Dermatologis
Regio abdominalis, aksilaris dan trunkus: tampak papul, multiple, warna eritem,
hiperpigmentosa, bentuk bulat, diameter ± 0.3-0.4 mm, sirkumskripta, dengan
konsistensi padat dan diskret.

Regio interdigiti I, II, III, IV, dan dorsum manus sinistra dan dextra:

Ttampak papul, multiple, sirkumskirpta, warna eritemhipopigmentasi, sama dengan


kulit, bentuk bulat, ukuran ± 0.2-0.3 mm, sirkumskripta, dengan konsistensi padat
dan diskret, daerah sekitar terdapat eksoriasi dan erosi.

Tampak vesikel multiple sirkumskripta tepi reguler distribussi diskret permukaan


berbenjol

5
Laboratorium Dan Usulan pemeriksaan :
7.
- Pemeriksaan mikroskopis
- Biopsi Irisan
- Uji Tetrasiklin
 Pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan minyak mineral

8. Diagnosis Kerja
Scabies

9. Diagnosis Banding
Prurigo hebra
, insect bite, dermatitis atopik, Ddermatitis kontak

10. Manajemen
a) Promotif :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyebab penyakitnya adalah
tungau yang mudah sekali menular, cara penyebaran, pencegahan,
faktor risiko, serta hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani
penyakit ini.
b) Preventif :

6
 Menjelaskan kepada pasien bahwa seluruh keluarga yang serumah
perlu diberi pengobatan, pengobatan dilakukan secara tuntas agar
tidak berulang.
 Menasehati pasien untuk tidak menggaruk lesi karena akan
menyebabkan lesi semakin luas.
 Menjaga kebersihan baju, celana, handuk, seprai yang direndem
dengan air panas lalu dicuci dan dikeringkan dan disetrikaagar
tungau skabies mati dan penyakit tidak berulang
c) Kuratif :
Non farmakologi :
Higienitas diri, mencuci baju, seprai, celana, handuk dengan air panas,
atau mendiamkannya didalam pelastik selama satu minggu agar tungau
mati. Makan-makanan yang bergizi. Mandi dengan sabun belerang
(sulfur)
Farmakologi:
Salep 2-4 (permetrin 5%) satu kali seminggu1 kali sehari
Cetirizin tablet 10 mg 2x 1 hari
Resep 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
dr. Clinton Franda SIP. G1A215021 STR 16/11/2016

Tanggal : 16 November 2016


R/ Cetirizine 10mg tab No. VI
S.2dd tab I
R/ Scabimite Zalf tube No.I
S.u.e.

Pro : F
Umur : 14 Tahun
Alamat: Madrasah Tsnawiyah
Resep tidak boleh di tukar tanpa sepengetahuan dokter

7
Resep 2

8
d) Rehabilitasi :
 Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan obat secara
teratur, sesuai petunjuk dokter dan tidak menghentikan pengobatan
tanpa seizin dokter. Jika obat habis pasien harus segera datang lagi
ke Puskesmas, jangan sampai pengobatan terputus dan tidak tuntas

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada
tubuh. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular.
Penyakit ini dapat ditular kan secara langsung (kontakkulitdengankulit)
misalnya berjabat tangan,tidur bersama,dan melalui hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
1
handuk, sprei, bantal, dan selimut ). Skabies adalah penyakit
menularyang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven
year itch ,Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit
ampera2 Scabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh
tungau Sarcoptesscabei. Scabies ini tidak membahayakan manusia namun
adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang
mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit scabies ini banyak
berjangkit di: (1)lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan
kumuh,(3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Scabies
cenderung tinggi pada anak-anak usias ekolah, remaja bahkan orang
dewasa3.

Gambar 1. Sarcoptes Scabiei var hominis

10
2. ETIOLOGI
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100tahun
lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acaruss cabiei atau
pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili
Sarcoptes1. Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan
gepeng,berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih
lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-
350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron .Stadium
dewasa mempunyai 4 pasang kaki,2 pasang merupakan kaki depan dan 2
pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi
dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes Scabiei betina terdapat bulu
cambuk pada pasangan kakike-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan
bulu cambuk demikian hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja4

3. EPIDEMIOLOGI
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain
sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan
sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan
perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu faktor penularannya bisa
melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur,lewat pakaian, perlengkapan
tidur atau benda-benda lainnya. Cara penularan (transmisi): kontak
langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak seksual.Kontak
tidak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-
lain 5

4. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman
atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

11
sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau 5.
Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa memerlukan
waktu selama 10-14 hari. Pada suhu kamar (21°C dengan kelembaban
relatif 40-80 %) tungau masih dapat hidup diluar pejamu selama 24-36
jam.4

5. CARA PENULARAN
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun
kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang
saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur,
handuk dan pakaian 5.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-
sama disatu tempat yang relatif sempit.Penularan skabies terjadi ketika
orang-orang tidur bersama disatu tempat tidur yangsama dilingkungan
rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan
pemondokan, serta fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama
di lingkungan padat penduduk 6.

6. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal
terutama pada malamhari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta
pasien berkeringat 3. Gejala yang ditunjukkan adalah warnamerah, iritasi
dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul disela-sela jari,
selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit 4.

12
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini:
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas
tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut.Dikenal dengan hiposensitisasi yang
seluruh anggota keluarganya terkena.
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yangdicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata 1centimeter,p ada ujung terowongan ditemukan
papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada
infeksi sekunder, timbul poli morf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang
hebat terutama pada malam hari sebelum tidur Adanya tanda
:papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas
garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam.

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian 5:
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian
pula halnya dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular,
Terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk
sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum
tingkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan
status gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :

13
- Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi
pengobatan secaraserentak.
- Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikatuntuk menyikatbadan.Sesudah mandipakaian yang
akan dipakai harusdisetrika.
- Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal,kasur,selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari
selama beberapa jam.

b. Penatalaksanaan secarakhusus.
Obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara
1
lain :
- Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salap atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
- Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari .Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
- Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio,termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya
cukupsekali,kecualijika masihadagejala diulangi seminggu kemudian.
- Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan antigatal.Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
- Permetrin dengan kadar 5% dalam krim,kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
10 jam.Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan
pada bayi di bawah umur12 bulan.

14
BAB III

ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh.
Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini
dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat
tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak
langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
selimut
Terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan asrama
rumah dan lingkungan sekitar pasien dimana terdapat kakak dan beberapa
teman pasien yang seasrama menderita penyakit yang sama dengan pasien

, dan pasien terkena penyakit ini dari temannya dimana sebelumnya pasien
kadang meminjam peralatan mandi seperti handuk
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Diagnosis scabies tidak disebabkan oleh faktor emosi ataupun psikis,
tidak ada masalah dalam keluarga, hubungan antar keluarga pasien dan
tetangga baik. Pasien berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarganya
sangat harmonis. Sehingga tidak terdapat hubungan antara diagnosis pada
pasien ini dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c.b. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar.
Terdapat hubungan diagnosis dan perilaku kesehatan dimana handuk dan
baju yang digunakan teman pasien dan kakaknya yang ternyata memilki
keluhan yang sama digunakan oleh pasien serta pasien juga tidur bersama
dengan kakaknya. seprai dan selimut dicuci sebulan sekali, sedangkan bantal,

15
guling dan kasur jarang dijemur, pasien juga mandi sekadarnya. Adanya
penyakit yang sama dilingkungan sekitar, beberapa teman pasien memiliki
penyakit gatal lalu pasien terkadang meminjam barang kawannya seperti
handuk lalu tidur di kasur teman satu asramanya
d.c. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini.
Pasien meminjam peralatan kakakteman pasien yang ternyata memiliki
penyakit yang sama dan juga dimana pasien tidur dikasur yang sama dengan
kakaknya. lalu dan juga terkadang menggunakan baju sekolah milik temannya.
Pasien juga menggunakan lalu menggunakan handuk yang sama dengan
temannya.

e.d. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan


faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
- Semua murid asramakeluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus
diberi pengobatan secara serentak.
- Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan.Sesudah mandi, pakaian yang
akan dipakai harus disetrika.
- Semua perlengkapan di asrama seperti kasur, sprei, bantal, ,selimut,
handuk harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama
beberapa jam.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, R. 2007. Skabies, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima
Cetakan Kedua Hal. 122-125. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Hunter J., Savin J., Dahl M. Clinical Dermatology. Third Edition. Blackwell
Science. USA : 2002

3. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Skabies. Available at:


http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm. (Accessed: 10 Februari
2016)

4. Djuanda Adhi . Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2002.

5. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas penyakit kulit dan
kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.

6. Mansyur, M, dkk. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada


Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah.Diunduh dari: (10 Februari
2016):indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/.../488/489

17
LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai