LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan “ Referat
Ruptur Anterior Cruciate Ligament”.
Penulisan Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit TK II dr. Soedjono. Penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak. Sebagai penghargaan, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kapten CKM dr. Mulya
Imansyah, Sp.OT selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih
juga kepada paramedik serta seluruh staf SMF Ilmu Bedah dan semua pihak yang
turut membantu dalam penyusunan makalah ini, serta kepada teman-teman yang
selalu ada untuk berbagi dalam berbagai hal.
Penulis menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan makalah ini kamu terima dengan lapang dada dan
senang hati. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 2
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6
2.1 Definisi ........................................................................................... 6
2.2 Anatomi .......................................................................................... 6
2.3 Fisiologi ........................................................................................... 13
2.4 Epidemiologi.................................................................................... 14
2.5 Etiologi ........................................................................................... 14
2.6 Mekanisme Ruptur........................................................................... 15
2.7 Klasifikasi ....................................................................................... 16
2.8 Manifestasi Klinis ........................................................................... 16
2.9 Diagnosis Banding .......................................................................... 17
2.10 Diagnosis ...................................................................................... 17
2.11 Penatalaksaan .................................................................................. 19
2.12 Komplikasi...................................................................................... 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 24
3.1. Kesimpulan .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di
salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki
bagian bawah. ACL berfungsi menjaga kestabilan lutut.
2.2 Anatomi
Secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal, femur bagian
distal dan patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian persendian; medial dan lateral
antara condyle femur dan tibia serta persendian intermediate antara patela dan femur.
Femur distal terdiri dari medial condyle dan lateral condyle, femoral trochlear groove
dan intercondylar notcth. Ligamen tersebut melewati anterior, medial dan distal sendi
dari femur ke tibia. Ligamen berputar membentuk spiral yang sedikit mengarah ke
luar (lateral), melewati bawah ligamentum transverse meniscal di ujung tibialisnya.
Beberapa fasikula mungkin menyatu dengan perlekatan anterior dengan meniskus
lateral. Ikatan tibialis lebih lebar dan lebih kuat dari perlekatan femoralis.1
2.2.1 Ligamentum Intra Capsular
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat
kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua
bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia.
Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.
1
a. Anterior Cruciate Ligament
ACL istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang) dan
crucial (sangat penting). Cruciate ligament saling bersilangan satu sama yang
lain. Menyerupai huruf X. ACL adalah stabilizer untuk knee joint pada
aktivitas pivot. ACL berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran
sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata 38 mm dan lebar rata-rata 10 mm, dan
dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226 kg.
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan ke arah atas, ke belakang dan lateral untuk melekat pada bagian
posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan
mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan
sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur
tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga
mencegah kemungkinan terjadinya patologi meniscal. Ligamen ini terdiri dari
dua bundel, sebuah bundel anteromedial yang ketat di fleksi, dan bundel
posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam ekstensi.
Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle, serta dari
difusi melalui sheath sinovial nya. Persarafan dari ACL terdiri dari
mechanoreceptors yang berasal dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi
untuk proprioseptifnya, serabut rasa nyeri dalam ACL hampir tidak ada, ini
menjelaskan mengapa ada rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut
sebelum terjadinya hemarthrosis yang menyakitkan.
Bursa Anterior
1. Bursa supra patellaris terletak di bawah m. quadriceps femoris dan
berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum
patellae.
3. Bursa infrapatellaris superficialis terletak pada jaringan subcutan
diantara kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae
4. Bursa Infapatellaris Profunda terletak di antara permukaan posterior dari
ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah
dari cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara
keduanya ini jarang terjadi.
Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus ditemukan berhubungan dengan tendon m.
popliteus dan berhubungan dengan rongga sendi.
2. Bursa M. Semimembranosus ditemukan berhubungan dengan insertio
m. semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
3. Empat bursa lainnya ditemukan berhubungan dengan:
a) tendon insertio m. biceps femoris.
b) tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu
berjalan ke insertionya pada tibia.
c) di bawah caput lateral origo m. Gastrocnemius.
d) di bawah caput medial origo m. Gastrocnemius.
a. N. Femoralis
b. N. Obturatorius
c. N. Peroneus communis
d. N. Tibialis
2.4 Epidemiologi
Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada
wanita dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan
cedera ACL juga didapati ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut, meniscus
lateralis lebih sering robek; pada ACL kronis, meniscus medial lebih sering robek.
Pada penelitian prevalensi mengenai cedera ACL pada populasi umum, didapati
bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3500 orang, memperkirakan 95.000 ruptur ACL per
tahun.
Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika Serikat,
dengan sekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL rekonstruksi dilakukan
setiap tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi pada orang yang berpartisipasi
dalam olahraga yang berisiko tinggi seperti basket, bola sepak, ski. Pada tanggapan
frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang lebih tinggi diamati lebih pada
wanita dari laki-laki, pada tingkat 2,4-9,7 kali lebih besar pada wanita.4
2.5 Etiologi ruptur ACL
Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi
melalui mekanisme non – kontak sementara 30 persen adalah hasil dari kontak
langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan
perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau “side
stepping manuver”, pendaratan canggung atau "out of control play".
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki insiden yang
lebih tinggi cedera acl dari atlet laki-laki di olahraga tertentu, telah diusulkan bahwa
ini adalah karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan
kontrol neuromuskular. Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin
yang berkaitan dengan tingkat cedera acl yang termasuk keselarasan pelvis
dan ekstremitas bawah (kaki), peningkatan kelemahan ligamen, dan efek estrogen
pada sifat ligamen.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan
penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi lemah dengan
usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia 40.
2.7 Mekanisme ruptur
Seperti semua ligamen lain, ACL terdiri dari kolagen tipe
I. Ultrastruktur ligamennya sangat mirip dengan tendon, tetapi serat di dalam
ligamen lebih bervariasi dan memiliki kandungan elastin yang lebih
tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. Masing-masing
ligamen berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu
dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi diantara lapisan
fibrocartilage yang tidak bermineral dan yang bermineral. Rupture ACL yang
paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama sewaktu
ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar. ACL kaya
akan suplai darah, terutama dari arteri geniculate medial, sewaktu
ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat. Namun,
meskipun lokasinya di intra-artikular, ACL sebenarnya di berada extrasynovial.7
2.6 Klasifikasi
Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai:8
GRADE I - Sebuah hamparan ringan, dengan nyeri ringan
dan bengkak tetapi tidak ada perpanjangan permanen atau kerusakan
pada ligamen.
GRADE II - Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan
diperpanjang. Ada rasa sakit umumnya lebih dan bengkaka dan sering
memar. Ligament biasanya akan sembuh tanpa operasi. Ligament akan
memiliki beberapa kelemahan (yaitu “member” atau “membuka”)
dibandingkan dengan normal tetapi sendi akan sembuh dan biasanya
dapat berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan.
GRADE III - Liganmentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua.
Sering kali ada rasa sakit yang relative sedikit. Namun, sendi sangat
tidak stabil, dan menahan seringkali sangat sulit bahkan dengan tongkat
sekalipun. Lutut akan terlepas atau “buckle”. Sering memar disekitar
lutut, operasi seringkali diperlukan untuk perbaikan.
2.7 Manifestasi klinis
Pasien selalu merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera.
Hal ini sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan pada saat
melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan mendadak di
lutut. Lutut terasa goyah yang dapat terjadi setelah lompatan atau perubahan arah
atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut. 5
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin
merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-
tiba biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut
terbatas karena pembengkakan dan / atau rasa sakit.4
Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesis yang
cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan
pemeriksaan fisik yang sesuai. Pastikan anamnesis mencakup mekanisme kejadian
cedera sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.4,5
2.9 Diagnosis
Ketika seorang pasien datang dengan cedera ACL pada awalnya untuk
evaluasi di klinik, yang harus ditanyakan adalah proses kejadiannya. Dua pertiga dari
cedera adalah hasil dari cedera non kontak (deselerasi atau berputar) dan sering
dikaitkan dengan bunyi "pop" dan bengkak, yang biasanya terlihat dalam waktu
cedera 4-12 jam. (Cedera lutut lain yang terkait dengan hemarthrosis yang meliputi
robekan cruciatum posterior, robekan meniskus perifer, fraktur osteochondral, cedera
kapsuler, dan dislokasi patella. 6,7
Cedera kontak langsung sering menimbulkan stres hiperekstensi atau valgus
pada lutut yang mengarah ke cedera cruciatum. Pertanyaan lainnya termasuk
kemampuan untuk menanggung berat badan. Apakah pasien terus bermain apakah
ada gejala ketidakstabilan pada persendian lutut? faktor lain yang perlu
dipertimbangkan termasuk sebelum cedera yaitu tingkat aktivitas, kegiatan kerja, dan
rencana masa depan, karena informasi ini akan membantu dalam pengambilan
keputusan. Pasien harus ditanya jika ada riwayat trauma di tempat yang sama
sebelumya. Dokter harus melakukan rontgen untuk mencari setiap fraktur yang
mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik harus segera dilakukan setelah cedera. Hasilnya biasanya
lebih akurat dibandingkan setelah timbulnya pembengkakan, rasa sakit, dan
selanjutnya. Dari observasi, ketidakselarasan dapat dianggap suatu fraktur.
Pembengkakan biasanya muncul dalam 4 jam.7
Tes khusus yang sering dilakukan adalah tes lachman untuk melihat
apakah ACL masih utuh. Pada tes lachman, pasien pada posisi supine, lutut
difleksikan 30 derajat. Femur distabilasikan dengan satu tangan dan satu tangan
mengerakkan tibia ke anterior. Positif jika end point dari translasi anterior tibia tidak
jelas dan infrapatellar slope menghilang, yaitu jika ACL robek, pemeriksa akan
merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas atau anterior) dengan
hubungannya dengan tulang paha (jika dibandingkan dengan kaki normal)
dan gerakan lembut pada end point, (karena ACL robek) saat ini gerakan berakhir.
Tes lain untuk cedera ACL adalah pivot shift test. Pada pivot shift test pasien
pada posisi supine, lutut difleksi 5 derajat dan valgus stres diberikan sambil memberi
gaya internal rotasi pada tibia, lutut kemudian difleksi 30 - 40 derajat, tes positif jika
lutut tereduksi ke posterior. Jika acl robek, tibia akan mulai maju ketika
lutut sepenuhnya lurus dan kemudian akan bergeser kembali ke posisi yang
benar dalam hubungannya dengan tulang paha ketika lutut dibengkokkan lebih 30
derajat.9,10
Selain itu, ada juga tes drawer, dimana pasien dalam posisi supine, lutut fleksi
90 derajat, kaki distabilasikan oleh pemeriksa dan tibia ditarik kearah anterior. Tes
positif apabila terdapat translasi lebih dari 6mm atau apabila tibia didorong ke
posterior akan terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.
Arthroscopi juga dapat dilakukan. Selama artroskopi, alat
bedah akan dimasukkan melalui satu atau lebih potongan kecil (sayatan) pada
lutut untuk melihat bagian dalam lutut. Ini adalah prosedur yang digunakan untuk
memeriksa bagian dalam sendi dengan memasukkan tabung tipis (arthroscope) yang
berisi kamera dan cahaya melalui sayatan kecil di
dekat sendi. Kamera mengirimkan gambar close-up video dari sendi ke monitor, di
mana dokter dapat melihat bagian dalam sendi.9,10
Arthroscopi dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit sendi dan
cedera sendi dan untuk mengobati beberapa masalah bersama. Instrumen bedah juga
dapat dimasukkan melalui arthroscope untuk mengambil sampel jaringan atau untuk
memperbaiki luka atau kerusakan pada sendi. Secara umum, pemulihan
setelah operasi arthroscopic lebih cepat dan lebih mudah daripada setelah
operasi tradisional yang menggunakan sayatan yang lebih besar. Kebanyakan
orang bisa pulang dari rumah sakit hari yang sama.
Magnetic resonance imaging (MRI) scan juga bisa dilakukan untuk
mengevaluasi ACL dan untuk memeriksa tanda cedera pada ligamen lutut
yang lain, serta meniskus tulang rawan, atau tulang rawan artikular.9,10
2.10 Penatalaksanaan
Tatalaksana ruptur ACL tergantung pada keperluan pasien. Sebagai contoh,
atlet muda yang terlibat dalam aktivitas olahraga perlu dioperasi supaya fungsi dapat
kembali normal. Bagi individu yang lebih tua, dengan aktivitas yang lebih sederhana
biasanya tidak perlu dioperasi.11
Setelah 1-2 hari setelah cedera, pasien dapat berjalan seperti biasa. Keadaan
ini bukan berarti ACL sudah sembuh.
Pada perkembangannya pasien akan
merasakan lututnya tidak stabil, gampang 'goyang' dan sering timbul nyeri. Dengan
cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk melakukan aktifitas high-impact sports,
seperti main bola, futsal, basket atau badminton. Sebagian besar cedera ACL
memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar pasien dapat pulih seperti sedia kala.
Standar operasi Arthroscopy ACL Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic
ACL Double Bundle Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali
sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang
karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien.11
Setelah luka bedah sembuh, selanjutnya dilakukan fisioterapi. Tujuan awal
utamanya adalah untuk mengurangi pembengkakan dan untuk mencegah
pembentukan jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk mengembalikan fungsi
gerak, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut. Dengan berbagai
peningkatan gerak dan kekuatan. Rehabilitasi dilakukan dengan control grekan
neuromuskular fungsional yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien.12,13
Keberhasilan rekonstruksi ACL dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk di
dalamnya adalah teknik operasi, rehabilitasi pasca bedah dan ketidakstabilan
sekunder pada saat menghubungkan ligamen. Rekonstruksi ACL biasanya dilakukan
dengan bantuan arthroscopic. Graft mungkin diambil dari bagian lain dari
ekstremitas pasien (autograft), dari mayat (allograft) atau mungkin sintetis.8
Prosedur rekonstruksi ACL biasanya tidak dilakukan saat luka belum pulih
Selama prosedur, pasien dibius dengan anestesi umum atau tulang belakang/epidural
.11 Pada proses penyembuhan, pasien disarankan untuk beristirahat selama 3 atau 4
hari pertama, usaha ini ditunjukan untuk meminimalisasi pembengkakan dan
mengembalikan kembali fungsi quadriceps. Dilakukan elevasi lutut serta penekanan
pada kaki dan pergelangan kaki utuk menambah aliran darah balik dari ekstremitas
(e.g. pompa pergelangan kaki). Dibiasakan berjalan dengan menggunakan tongkat.
Menggunakan sepatu yang nyaman.
International Knee Documentation Committee:
Level I : loncatan, berputar, dan lompat tinggi
Level II : kerja berat, olahraga berat
Level III : perkerjaan keras, olahraga ringan
Level IV : aktivitas yang tak banyak bergerak dan tanpa olahraga4
Pengobatan tanpa operasi mungkin dapat dipertimbangkan bagi pasien yang
memiliki aktivitas pada level III & IV. Atlet muda harus dipertimbangkan untuk
operasi untuk mencegah ketidakstabilan yang berulang..
2.10.1 Terapi Operasi
Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan
disambung seperti semula. Reparasi ACL yang diperbolehkan untuk restorasi
stabilitas lutut adalah rekonstruksi ligamen. Ligamen tersebut akan diganti dengan
graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk ligament yang baru
yang akan tumbuh.
Graft diambil dari beberapa sumber. Biasanya dari tendon patella, yang
merupakan sambungan ‘kneecap’ dan ‘shinbone’. Tendon hamstring pada posterior
juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari ‘kneecap’’ ke
paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat digunakan. Setelah
terjadi penyembuhan dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum atlet
dapat berolahraga.
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat dilakukan menggunakan
artroscopi dengan insisi yang kecil. Kelebihan dari artroskopi adalah tindakkannya
yang kurang invasif, minimal nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan
lebih cepat.
Rekonstruktif ACL adalah terapi tidak selalu harus dilakukan segera. Hal ini
tujuannya adalah untuk memberi waktu pada proses inflamasi yang berjalan, dan
memberi kelonggaran bagi pergerakan sebelum dilakukan operasi. Rekonstruktif
ACL yang terlalu dini dapat meningkatkan resiko artofibrosis atau pembentukan
jaringan parut pada sendi dan bisa meningkatkan resiko kehilangan fungsi gerak.
2.10.3 Rehabilitasi
Rehabilitasi pasca-operasi dimulai sehari setelah operasi. Empat fase
rehabilitasi pasca operasi Program ini akan memiliki efek langsung pada fungsi
pasien dan kembali ke olahraga. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai target- target
diperlukan intervensi berupa modalitas dan exercise. Protokol terapi dibagi empat
menurut Shelbourne and Nitz.14
a. Fase I ini dimulai setelah operasi dan berlanjut selama 2-4 Minggu pasca
rekonstruksi. Terdapat perubahan-perubahan pada lutut seperti reaksi
inflamasi yang dapat dilihat dengan adanya bengkak, kemerahan, hangat
dan hilangnya fungsi. Selain itu juga akan menimbulkan nyeri disekitar
area lutut yang cedera. Fase ini, dapat dilakukan beberapa prosedur
pemeriksaan diantaranya adalah VAS (Visual Analogue Scale),
pengukuran oedem, ROM (Range of Motion), MMT (Manual Muscle
Testing), dan status fungsional. Terdapat target- target yang harus dicapai
pada fase ini yang diantaranya adalah perlindungan jaringan
penyembuhan, penurunan nyeri, penurunan oedem, ROM mencapai 0o-
0o-110o, peningkatan kekuatan otot, Weight Bearing. Oleh karena itu
untuk dapat mencapai target-target diperlukan intervensi berupa
modalitas dan exercise. Intervensi pada fase I antara lain:
1) Penggunaan modalitas TENS guna mengurangi nyeri
2) PRICE (Protective, Bracing, Ice, Compression, Elevation)
3) Gait training menggunakan axillary crutches bilateral dengan
partial weight bearing
b. Fase II ini di mulai 2-6 Minggu setelah operasi. Biasanya akan memakan
waktu 3-5 Minggu untuk mencapai tujuan di fase ini. Pada fase ini
terdapat banyak perubahan yang terjadi antara lain sudah terdapat
penurunan nyeri, penurunan oedem, peningkatan LGS, peningkatan
kekuatan otot, serta pasien sudah dapat mobilisasi mandiri dengan
keluhan minimal. Intervensi yang dilakukan pada fase II antara lain:
1) Menggunakan modalitas TENS guna mengurangi nyeri
2) Active dan pasive Range of Motion
3) Functional Strengthening
4) Latihan Keseimbangan
5) Core body
Gambar 9 Sit-up
Gambar 10. One Legged Bridge (Below)
c. Fase III dapat dimulai ketika tujuan dari fase 2 terpenuhi. Rata-rata fase
ini akan mulai 6-8 minggu setelah operasi :
1) Range of Motion
2) Penguatan fungsional (squat dengan mengangkat lutut)
3) Balance
4) Core body
Gambar 12. Iso abs (Stabilization)
d. Fase IV Fase ini dapat dimulai ketika tujuan Tahap 3 terpenuhi . Fase ini
biasanya akan dimulai 12-16 minggu setelah operasi.
1) Resisted strengthening
2) Latihan keseimbangan
3) Menggunakan sepeda static
4) Latihan pool walking
Kembali berolahraga mungkin dapat dilakukan dalam waktu 6-9 bulan
dan sebaiknya dipantau oleh ahli bedah dan terapis fisik.14
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah resiko kegagalan graft
karena luka yang kambuh, hematom, serta risiko terjadinya infeksi pada luka. Operasi
dapat menyebabkan terjadinya radang sendi, lemah otot dan penurunan fungsi
gerakan (ROM). Jika nyeri bertambah karena inflamasi, drainase atau peningkatan
pendarahan pada lutut, segera konsul dengan spesialis.7,15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di
salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan
tulang kaki bagian bawah dengan 70% angka kejadiannya dipengaruhi oleh
mekanisme non-kontak.
Ruptur ACL dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
(tes lachman, pivot shift test, dan drawer test) serta pemeriksaan dengan
menggunakan arthroscopi, dan penunjang radiologi berupa rongent dan MRI.
Berdasarkan tingkat keparahannya, rupture ACL dapat diklasifikasikan
menjadi grade I, II, dan III.
Penatalaksaan pada kasus dapat dilakukan dengan tindakan operatif dan non-
operatif yang disesuaikan dengan usia dan derajat aktivitas pasien.
Dengan perawatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis ruptur ACL baik (ad
bonam).
DAFTAR PUSTAKA
2. Smith BA, Livesay GA, Woo SL. Biology and biomechanics of the anterior
cruciate ligament. Clin Sports Med 1993; 12:637–670.
3. Kennedy JC, Alexander IJ, Hayes KC. Nerve supply of the human knee and
its functional importance. Am J Sports Med 1982; 10:329–335.
7. Klaud Miller , 2000. Acute Knee And Chronic Ligament Injuries. Available
from: http://www.jockdoc.ws/subs/kneeligament.htm
8. Souryal T.O. ACL Injury, ACL Tear, ACL Surgery. Texas Sports Medicine
And Orthopaedic Group. Available from:
http://www.txsportsmed.com/emedicineacl.php
9. Garrick, J. G. (Ed.). 2004. Orthopaedic Knowledge Update: Sports Medicine
(3rd ed.). Rosemont, IL: American Academy of Orthopaedic Surgeons.
Available from: http://www.orthopaedia.com/display/
Main/Anterior+cruciate+ligament+injuries+of+the+knee
10. DeLee, Jesse C., David Drez Jr., and Mark D. Miller, eds. DeLee & Drez's,
2010.orthopaedic sports medicine principles and practice. 3rd ed. Vol. 2.
Philadelphia: Saunders/Elsevier.Available from:
http://www.orthopaedia.com/display/Main/Anterior+cruciate+ligament+injuri
es+of+the+knee
13. Duquin TR, Wind WM, Fineberg MS, Smolinski RJ, Buyea CM. Current
trends in anterior cruciate ligament reconstruction. J Knee Surg. Jan
2009;22(1):7-12
14. Kennedy JC, Alexander IJ, Hayes KC. Nerve supply of the human knee and
its functional importance. Am J Sports Med. Nov-Dec 1982;10(6):329-35
15. Lyon, Daniel. The Complete Book of Pilates for Men. Harper Collins (2005)