Anda di halaman 1dari 4

PR Ujian Bangsal

Try Satrio Wicaksono

Penguji : dr.Ivan Riyanto Widjaja Sp.A

Pemeriksaan fisik pada paru, Jantung dan Abdomen pada anak

Paru

Inspeksi :
Yang harus dinilai pada inspeksi paru adalah : 1. Laju napas, 2. Irama atau keteraturan, 3.
Kedalaman 4. Tipe dan pola pernapasan

1. Laju napas
Perhitungan laju napas pada bayi dan anak paling tepat dilakukan pada saat tidur,
dapat dihitung dengan beberapa cara:
Cara inspeksi, pemeriksaan melihat gerakan napas dan menghitung frekuensinya,
cara ini tidak praktis( tidak dianjurkan ), karena pemeriksaan harus melihat gerakan
napas dan detik jarum jam sekaligus.
Cara palpasi, tangan pemeriksa diletakkan pada dinding abdomen atau dinding
dada pada pasien, kemudia dihitung gerakan pernapasan yang terasa pada
tangan tersebut, sementira pemeriksa memperhatikan jarum jam, cara ini
dianjurkan.
Cara auskultasi : dengan stetoskop didengarkan dan dihitung bunyi pernapasan

Palpasi:
Dilakukan dengan cara meletakan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan
punggung, hal yang dinilai adalah :

- Simetris atau asimetris toraks, benjolan abnormal, bagian-bagian yang nyeri,


pembesaran kelenjar limfe pada aksila , fosa infraklavikularis-supraklavikularis
- Fremitus suara, dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang sudah dapat
diajak berbicara, dalam keadaan normal, akan teraba getaran yang sama pada telapak
tangan yang diletakkan pada kedua sisi dada, kemudian kedua sisi punggung.
Fremitus suara meninggi bila ada konsolidasi, misalnya pada pneumonia, fremitus
akan mengurang jika terjadi obstruksi jalan napas,atelektasis. Bila ada mukus yang
banyak pada saluran napas bagian atas, teraba fremitus yang kasar
- Krepitasi subkutis yang menunjukan terdapatnya udara di bawah jaringan kulit

Perkusi:
Dilakukan dengan 2 cara, yakni perkusi langsung dan perkusi tidak langsung . Perkusi
langsung dilakukan dengan mengetukkan ujung jari tengah atau telunjuk langsung ke dinding
dada, dan perkusi tidak langsung dilakukan dengan meletakkan 1 jari pada dinding dadada
dan mengetuknya dengan jari tangan yang lain, perkusi tidak boleh dilakukan terlalu keras,
karena dinding dada anak masih tipis dan otot-ototnya masih kecil. Biasanya perkusi
dilakukan mulai dari daerah supraklavikular, kemudian turun kebawah. Perkusi untuk
menentukan batas paru-jantung sulit dilakukan pada bayi dan anak kecil. Bunyi perkusi
paru normal adalah sonor

Auskultasi
Auskultasi paru dilakukan untuk mendeteksi suara napas dasar dan suara napas tambahan,
dilakukan pada seluruh dada dan punggung, termasuk daerah aksila, Sebaiknya stetoskop
ditekan dengan cukup kuat pada sela iga untuk menghindarkan suara artefak ( bunyi gesekan
dengan kulit atau rambut ), karena tipisnya dinding dada, maka suara napas pada bayi
dan anak cenderung lebih keras dibanding pada orang dewasa.

Jantung

Inspeksi dan palpasi


Denyut apeks, atau iktus kordis , sulit dilihat pada bayi dan anak kecil, kecuali pada anak
yang sangat kurus atau bila terdapat kardiomegali. Pada bayi dan anak kecil, posisi jantung
lebih horizontal, dalam keadaan normal terdapat di sela iga ke-4 pada garis mid-klavikularis
kiri, pada anak berusia 3 tahun keatas, iktus kordis terdapat pada sela iga ke-5. Iktus kordis
paling baik diraba dengan anak duduk, atau sedikit membungkuk.

Perkusi
Pada anak besar perkusi dilakukan dari perifer ke tengah dan dapat memberikan kesan
besarnya jantung, terutama bila terdapat kardiomegali yang nyata, namun pada bayi dan
anak kecil, hal ini sulit dilakukan, bahkan dapat memberi informasi yang menyesatkan

Auskultasi
Untuk memperoleh hasil auskultasi yang baik, diperlukan stetoskop dengan persyaratan
akustik tertentu, hendaknya stetoskop bianural yakni mempunyai sisi mangkuk dan sisi
diafragma. Sisi mangkuk lebih baik untuk menangkap bunyi serta bising yang bernada
rendah, sedangkan sisi diafragma lebih baik menangkap bunyi dan bising bernada tinggi.
Pada umumnya bunyi dan bising jantung pada bayi dan anak kecil dapat didengarkan dengan
baik dengan mempergunakan sisi mangkuk stetoskop.

Abdomen

Inspeksi
Karena otot abdomen anak masih tipis dan waktu berdiri anak kecil cenderung menunjukan
posisi lordosis, maka perut anak kecil tampak agak membuncit ke depan ( pot belly ). Perut
yang buncit dapat simetris atau asimetris. Gambaran vena dinding abdomen dapat terlihat
pada anak gizi kurang atau buruk. Pada bayi dan anak normal, umbilikus tampak berkerut
dan tertutup. Hernia umbilikalis dapat ditemukan pada anak sampai usia 2 tahun.
Hernia yang besar dapat mengindikasikan hypotiroidism. Observasi kulit abdominal
apakah menunjukkan jaundince atau sianosis ( central ).
Palpasi
Pemeriksaan palpasi merupakan bagian terpenting pemeriksaan abdomen, apabila mungkin
perhatian anak dialihkan selama pemeriksaan, pada anak yang sudah mengerti, dapat
dilakukan pembicaraan dengan topik yang disukai pada anak, diminta untuk menarik napas
dalam disamping menekuk lututnya dan berbaring dengan bantal tipis agar otot perut akan
lemas, sehingga palpasi mudah untuk dilakukan. Pada anak yang belum dapat berbicara
dapat diperiksa saat ia minum susu botol atau diperlihatkan mainan, Pada anak yang
menangis pun , masih dapat dilakukan palpasi karena otot perut akan relaksasi pada
inspirasi. Kelainan massa yang biasa dapat dipalpasi di bayi adalah cystic dysplasia of
the kidney.

Perkusi
Cara perkusi abdomen sama saja dengan perkusi dada, hanya penekanan jari lebih ringan dan
ketukan juga lebih perlahan, dilakukan dari daerah epigastrium secara sistematis menuju
kebagian bawah abdomen. Perkusi di abdomen terutama ditujukan untuk menentukan adanya
cairan bebas ( asites ) atau udara didalam rongga abdomen.

Auskultasi
Dalam keadaan normal suara peristaltik terdenganr sebagai suara yang intensitasnya rendah
dan terdengar tiap 10-30 detik. Bila dinding perut diketuk maka frekuensi dan intensitas
preistaltik akan bertambah. Nada peristaltik akan berubah menjadi tinggi ( nyaring )
pada obstruksi traktus gastrointestinalis dan akan berkurang atau berkurang pada
peritonitis atau ileus paralitikus.

Pemeriksaan neurologis

Perasat Brudzinski I

Letakkan satu tangan pemeriksa dibawha kepala pasien yang terlentgan dan tangan lain
diletakkan di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak terangkat, kemudian kepala
pasien difleksikan ke dada secara pasif, bila terdapat rangsang meningeal, maka kedua
tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut

Perasat Brudzinski II

Pasiem yang terlentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.

Perasat Kernig

Pasien dalam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudia dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut, Dalam keadaan normal, tungkai bawah dapat
membentuk sudut lebih dari 135o terhadap tungkai atas, pada iritasi meningeal ekstensi lutut
tersebut akan menyebabkan rasa sakit dan terdapat hambatan
Tanda chvovsteck

Dilakukan dengan melakukan ketukan didepan telinga, arcus zygomaticus, dengna jari atau
pengetuk refleks, Uji disebut positif bila terdapat kontraksi sebagian atau seluruh otot yang
dipersarafi oleh N.fasialis ipsilateral

Refleks tendon dalam

Pada refleks bisep terjadi fleksi sendi siku bila tendon biseps diketuk, pada refleks trisep
terjadi ekstensi sendi siku bila tendon triseps diketuk, refleks patela ( knee jerk ) diperiksa
dengan mengetuk tendon patela, akan terjadi ekstensi sendi lutut jika normal, refleks tendon
achiles terjadi fleksi plantar kaki bila tendon achiles diketuk

Refleks Babinski

Dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, bila
positif akan terjadi berupa ekstensi ibu jari kaki dan disertai abduksi jari-jari kaki yang lain.
Refleks ini normal pada bayi sampai usia 18 bulan, bila masih terdapat pada usia 2-2,5 tahun,
mungkin terdapat lesi piramidal.

Indikasi EEG pada epilepsi

- Memastikan apakah ada epilepsi atau tidak


- Memastikan apakah kejang tersebut adalah epilepsi atau tidak
- Menghentikan pengobatan epilepsi
- Untuk memastikan tipe kejang ( fokal / umum ) atau epilepsi

Sumber/ Daftar Pustaka

1. Wahidiyat,I. Sastroasmoro,S. Pemeriksaan Klinis pada bayi dan anak. Edisi ke-3.
Jakarta: Sagung Seto; 2014.h. 19-124
2. Greydanus,D,E. Feinberg,A,N. Patel,D,R. Homnick,D,N. The Pediatric Diagnostic
Examination,2008 p.83-95
3. https://www.aap.org/en-us/Documents/echo_session_4_testing_diagnostic.pdf

Anda mungkin juga menyukai