Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM

OLEH :

NAMA : SHABRINA ZAHRA ANNISA K


NIM : N011 17 1517
KELOMPOK : 7 (TUJUH)
GOLONGAN : SABTU PAGI
ASISTEN : NAUFAL TAQWA

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di Indonesia, bahan pokok yang biasa dimakan ialah beras, jagung,

sagu, singkong atau ubi. Semua bahan makanan tersebut berasal dari

tumbuhan atau senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar

adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan segolongan besar senyawa

organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi

dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar, cadangan

makanan dan materi pembangun (1).

Salah satu makanan yang mengandung karbohidrat yaitu sagu,

Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu jenis tumbuhan palem

wilayah tropika basah. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rawa air tawar,

rawa bergambut, daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau

hutan-hutan rawa. Tumbuhan sagu memiliki daya adaptasi yang tinggi pada

lahan marjinal yang tidak memungkinkan pertumbuhan optimal bagi

tanaman pangan maupun tanaman perkebunan (1).

Pada proses fotosintesis, pada tumbuhan berwarna hijau mengubah

karbondioksida menjadi karbohidrat. Hasil dari metabolisme primer turunan

dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum.

Amilum atau pati merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan,

berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik. Di alam, pati banyak

terkandung di dalam beras, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau


kacang hijau dan banyak juga yang terkandung di dalam berbagai jenis

umbi-umbian seperti singkong, kentang dan ubi (2).

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari praktikum ini yaitu untuk memberikan informasi kepada

peaktikan mengenai bagaimana cara menghitung persentase rendamen,

cara membuat amilum dan menentukan tipe-tipe amilum melalui uji

mikroskopik dengan menggunakan sampel yaitu sagu.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui bagaimana cara membuat amilum dari sagu.

2. Mengetahui tipe-tipe amilum didalam sagu melalu uji mikroskopik.

3. Menghitung persentase rendamen dari sagu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikas

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Spadicifflorae

Famili : Palmae

Genus : Metroxylon Gambar 1. Metroxylon sagus Rottb

Spesies : Metroxylon sagus Rottb (3).

II.1.1 Morfologi

Sagu tumbuh dalam bentuk rumpun. Setiap rumpun terdiri dari 1-8

batang sagu, pada setiap pangkal tumbuh 5-7 batang anakan. Pada

kondisi liar rumpun sagu akan melebar dengan jumlah anakan yang banyak

dalam berbagai tingkat pertumbuhan (4).

Sagu tumbuh berkelompok membentuk rumpun mulai dari anakan

sampai tingkat pohon. Tajuk pohon terbentuk dari pelepah yang berdaun

sirip dengan tinggi pohon dewasa berkisar antara 8-17 meter tergantung

dari jenis dan tempat tumbuhnya (5).

Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan

gudang penyimpanan atau karbohidrat yang lingkup penggunaannya dalam


industri sangat luas, seperti industri pangan, pakan, alkohol dan bermacam-

macam industri lainnya (6).

Batang sagu berbentuk silinder yang tingginya dari permukaaan

tanah sampai pangkal bunga berkisar 10-15 meter, dengan diameter

batang pada bagian bawah dapat mencapai 35 samapi 50 cm, bahakan

dapat mencapai 80 sampai 90 cm. Umumnya diameter batang bagian

bawah agak lebih besar daripada bagian atas, dan batang bagian bawah

umumnya menagndung pati lebih tinggi daripada bagian atas (5).

Daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak lebar dan

berinduk tulang daun di tengah, bertangkai daun dimana antara tangkai

daun dengan lebar daun terdapat ruas yang mudah dipatahkan. Daun sagu

mirip dengan daun kelapa mempunyai pelepah yang menyerupai daun

pinang. Pada waktu muda, pelepah tersusun secara berlapism tetapi

setelah dewasa terlepas dan melekat sendiri-sendiri pada ruas batang (4).

Pada waktu muda daun sagu berwarna hijau muda yang berangsur-

angsur berubah menjadi hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat

kemerah-merahan apabila sudah tua dan matang. Tangkai daun yang

sudah tua akan lepas dari batang (4).

Tanaman sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10 sampai

15 tahun, tergantung jenis dan kondisi pertumbuhannya dan sesudah itu

pohon akan mati. Awal fase berbunga ditandai dengan keluarnya daun

bendera yang ukurannya lebih pendek daripada daun-daun sebelumnya.


Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau

pucuk batang sagu, berwarna merah kecoklatan seperti karat (5). Bunga

sagu tersusun dalam manggar secara rapat, berkuran secara kecil-kecil,

waranya putih berbentuk seperti bunga kelapa jantan dan tidak berbau (4).

II.2. Amilum

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu

sebagian besar tumbuhan terdapat pada bagian umbi, daun, batang, dan

juga pada biji-bijian (7).

Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada

kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau

sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum

juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk

tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan

umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan

kering umbi kentang (2).

Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya

adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya

amilopektin. Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air

(amilosa) dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum

oleh asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara

hampir kuantitatif (2).

Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan

diperoleh dari berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji


tanaman gandum, jagung dan padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot

esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom

umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta

arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (1).

Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang

farmasi adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang

(Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon

(Manihot utilissima) (2).

Fungsi amilum dalam dunia faramasi digunakan sebagai bahan

penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu

hancurnya tablet setelah ditelan (8).Butir amilum dilihat dengan mikroskop

cahaya terpolarisasi tampak terang. Posisi hilum, bentuk, dan ukuran butir,

maupun penampilannya sebagai amilum tunggal atau amilum majemuk

memungkinkan untuk mengenali spesies tumbuhan dengan melihat

tepungnya (10).

Pada butir amilum biasanya tampak adanya lapisan mengelilingi titik

atau hilum, yang disebut lamella. Apabila hilum terletak di tengah, disebut

amilum sentries. Apabila hilum terletak di pinggir, disebut amilum eksentris.

Lapisan dalam amilum (lamela) terbentuk karena pemadatan molekul dan

perbedaan kadar air pada awal pertumbuhan tiap lapisan (10).

Amilum tunggal atau monoadelf adalah butir amilum yang mempunyai

sebuah hilum yang dikelilingi oleh lamela, misalnya pada ubi jalar, ganyong,

atau garut. Amilum setengah majemuk atau diadelf adalah butir amilum
yang mempunyai lebih dari satu hilum yang masing-masing dikelilingi oleh

lamella, dan di luarnya dikelilingi oleh lamella bersama, misalnya pada umbi

kentang. Amilum majemuk atau poliadelf adalah butir amilum yang

mempunyai lebih dari satu hilum, masing-masing hilus dikelilingi oleh

lamella, dan di luarnya tidak dikelilingi oleh lamella bersama. Misalnya yang

terdapat pada padi (10).

II.3. Sagu (Metroxylon spp)

Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu jenis tumbuhan palem

wilayah tropika basah. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rawa air tawar,

rawa bergambut, daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau

hutan-hutan rawa. Tumbuhan sagu memiliki daya adaptasi yang tinggi pada

lahan marjinal yang tidak memungkinkan pertumbuhan optimal bagi

tanaman pangan maupun tanaman perkebunan (3).

Sagu termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae Jussieu, sub

famili Calamoideae, genus Metroxylon, dan ordo Spadiciflorae. Nama

Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metra” dan

“xylon”. Metra berarti isi batang atau empulur dan xylon berarti xylem (5).

Di Indonesia, masyarakat mengenal dua jenis penghasil tepung sagu

utama, yaitu dari jenis Metroxylon dan jenis Arenga (sagu aren). Sagu aren

tumbuh pada lahan relatif kering (banyak ditemukan di Jawa, Sumatera dan

Kalimantan) dan kandungan tepungnya relatif lebih sedikit dibandingkan

dengan sagu Metroxylon (5).


Tanaman sagu yang tumbuh di Papua terdiri atas banyak jenis, dan

sampai saat ini telah diidentifikasi 60 jenis pada empat tempat di Papua (5).

II.3.1 Manfaat

Tanaman sagu mempunyai banyak manfaat. Hampir semua bagian

tanaman sagu mempunyai manfaat tersendiri. Batangnya dapat

dimanfaatkan sebagai tiang atau balok jembatan atau bahkan dapat dibuat

tepung. Tepung tersebut digunakan sebagai bahan makanan pokok di

Papua yang disebut papeda (9).

Di samping itu, sagu juga dapat diolah menjadi kue dan bahan baku

untuk pembuatan spirtus atau alkohol. Daunnya digunakan sebagai atap

rumah, pelepahnya untuk dinding rumah, dan ampasnya dapat

dimanfaatkan sebagai pulp untuk pembuatan kertas atau pakan ternak.

Buah sagu yang belum dewasa dapat langsung dimakan. Buah dan

daunnya dipergunakan dalam upacara keagamaan setempat (9).


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah botol semprot, bunsen, chamber,

deck glass, gegep, gunting, lempeng KLT, mikroskop, objek glass, pipet

tetes, batang pengaduk dan mangkok kaca.

III.1.2 Bahan

Bahan yang akan digunakan adalah aluminium foil, benang godam,

etanol, floroglusin, klorahidrat, kloroform, sagu dan tissu.

III.2 Cara Kerja

Pertama-tama tuang sagu ke dalam baskom yang sebelumnya telah

ditimbang sebanyak 300 gram di dalam mangkuk kaca. Kemudian tuang

sagu yang telah ditimbang tadi ke dalam baskom lalu tuangkan aquadest

hingga sagu larut sambil diaduk menggunakan batang pengaduk. Lalu,

siapkan kain saring dan tuang sagu ke baskom yang telah dilapisi kain

saring tersebut. Pindahkan hasil saringan air sagu tadi ke dalam mangkuk

kaca dan biarkan selama beberapa saat hingga mengendap. Setelah

terbentuk endapan ambil air sisa endapan tadi menggunakan pipet tetes

dan tuang alkohol 70% ke dalam mangkuk yang berisi hasil endapan sagu

kemudian pindahkan ke dalam cawan porselin. Setelah itu, masukkan

cawan porselin yang berisi endapan sagu ke dalam oven pada suhu 45 -
55֯C hingga kering. Setelah kering hitung beratnya kemudian hitung

persentase rendamen dari sagu tersebut.

Untuk melihat tipe amilum sagu dengan mikroskop, pertama-tama

letakkan sagu di atas object glass secukupnya lalu tuangkan sedikit

aquadest kemudian tutupi dengan deck glass kemudian amati di mikrosko

dengan perbesaran 40x dan 100x.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengamatan Mikroskopik

Tabel 1. Hasil pengamatan mikroskopik

Sampel Tipe Amilum Pengamatan Mikroskopik

Sagu Konsentris

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop

perbesaran 100x, tipe amilum sagu adalah konsentris. Hasil ini sesuai

dengan pustaka yang menyatakan bahwa amilum sagu berbentuk butiran

bulat atau butir telur dengan tipe amilum konsentris [11].

VI. 2 Pembuatan Amilum


Tabel 2. % Rendamen
Sampel Bobot Sagu Bobot Amilum % Rendamen
Sagu 300 gram 25,8751 gram 0,086%

Berdasarkan bobot awal sagu yaitu 300 gram dan bobot sagu
setelah diendapkan dan dikeringkan atau bobot akhirnya yaitu 25,8751
gram didapatkan persentase rendamen senilai 8,62%.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pada praktikum pembuatan dan pengamatan amilum pada sampel

sagu didapatkan hasil bahwa sagu memiliki bentuk amilum yang bulat dan

tipe amilum yang konsentris karena terdapat hilus dikelilingi oleh lamela dan

mendapatkan hasil untuk persentase rendamennya adalah 8,62%

V.2 Saran

Sebaiknya asisten menjelaskan secara detail mengenai format laporan

kepada praktikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan laporan

Dan timbangan sebaiknya diperbanyak agar praktikum bisa berjalan secara

cepat dan efektif.


DAFTAR PUSTAKA
1. Fahn, A. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. 1995

2. Gunawan, D., Mulyani., S. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta:


Penebar Swadaya. 2004.

3. Suryana, A. Arah Dan Strategi Pengembangan Sagu Di Indonesia. Batam. 2007

4. Harsanto, P., B. Budidaya dan Pengolahan Sagu. Kanisius. Yogyakarta. 1986.

5. Haryanto, B., dan Pangloli., P. Potensi dan Pemanfaatan


Sagu. Kanisius. Yogyakarta. 1992.

6. Jumadi, A. Sistem Pertanian Sagu di Daerah Luwu Sulsel. Thesis Pasca


Sarjana IPB. Bogor. 1989.

7. Poedjiadi. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:Universitas Indonesia Press. 2009.

8. Syamsuni, H., A. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2007.

9. Chafid, Achamd., dan Galuh Kusumawardhani. Modifikasi Tepung Sagu Menjadi


Maltodekstrin Menggunakan Enzim α-Amylase. Semarang. Universitas
Diponegoro. 2010.

10. Mulyani, Sri. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius. 2006.

11. Bachtiar, Sitti Yuniarti Saraswati. Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan
Mikroskopik. Kendari. 2016.z
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

1.1 Pembuatan Amilum

Sagu (Metroxylon sagus)

-Tepung sagu ditimbang


-Ditambahkan air,
-disaring
-kemudian diendapkan,
-ditambahkan alcohol
-kemudian dikeringkan dalam oven.

Amilum sagu(Metroxylon sagus)

1.2 Pengamatan Amilum

Amilum sagu(Metroxylon sagus)

-Amilum diletakkan pada object glass


-kemudian ditambahkan aquades secukupnya
-lalu tutupi dengan deck glass
-amati di bawah mikroskop

Hasil Pengamatan
Lampiran 2. Perhitungan % Rendamen
Diketahui :
Berat Sagu = 300 gram
Berat Amilum = 25,8751 gram
Berat Amilum
% Rendamen =
Berat Sagu
× 100 %

25,8751
% Rendamen = × 100 %
300

% Rendamen = 8,62 %
Lampiran 3. Gambar

Gambar 2. Penyaringan saripati Gambar 3. Proses pengendapan


sagu amilum sagu

Gambar 4. Penimbangan tepung Gambar 5. Hasil setelah


sagu dikeringkan

Anda mungkin juga menyukai