Anda di halaman 1dari 15

1.

Resperidon
a. Indikasi
Gangguan mental berupa skizofrenia atau bipolar tentu saja dapat mengganggu
kehidupan penderitanya. Apakah dalam kehidupan sehari-hari, Anda pernah berjumpa
atau menemui seseorang yang menderita skizofrenia atau kelainan bipolar? Jika Anda
mengenal orang yang menderita penyakit ini, mungkin Anda akan bertanya-tanya
mengenai obat yang cocok diberikan oleh dokter kepada penderita. Salah satu obat
yang diberikan kepada penderita skizofrenia dan bipolar adalah obat Risperidone.

Obat Risperidone adalah obat antipsikotik yang biasanya digunakan untuk


merawat skizofrenia, kelainan bipolar, dan irritabilitas (sifat pemarah) pada
penderita autisme. Jika rekan atau kerabat Anda menderita penyakit tersebut, dokter
akan memberikan obat Risperidone ini untuk membantu penderita kembali
beraktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi Risperidone & Manfaat Risperidon
Manfaat obat Risperidone adalah merawat, mengontrol, dan mencegah penyakit
skizofrenia, kelainan bipolar, irritabilitas (sifat pemarah), penderita autisme,
gangguan otak, depresi, serta suasana hati mudah tersinggung. Bukan hanya itu saja,
obat Risperidone ini juga dapat digunakan untuk menangani penyakit alzheimer.

Fungsi obat Risperidone adalah mengembalikan keseimbangan senyawa alami di otak


sehingga beberapa gangguan mental di atas dapat diatasi. Setelah Anda mengetahui
manfaat dan fungsi obat Risperidone, mari kenali lebih mendalam mengenai sedian,
dosis dan indikasi untuk orang dewasa. Informasi di bawah ini akan membuat Anda
memahami tata cara penggunaan obat Risperidone yang perlu diketahui secara umum.
Nama: Risperidone
Nama Dagang: Risperidal, Risperdial Consta, Risperidal M-Tab
c. Sediaan Obat Risperidone

Tablet

 25mg
 5mg
 1mg
 2mg
 3mg
 4mg

Larutan Oral

 1mg/mL

Bubuk Injeksi

 5mg
 25mg
 5mg
 50mg

d. Kelas obat Risperidone adalah antipsikotik generasi kedua dan obat antimanik
Yang termasuk obat antipsikotik generasi kedua: Aripiprazole, Asenapine,
Cariprazine, Clozapine, Iloperidone, Lurasidone, Olanzapine, Quetiapine,
Ziprasidone
Yang termasuk obat antimanik: Aririprazole, Karbamazepine, Olanzapine,
Quetiapine
e. Dosis Risperidone dan Indikasi Dewasa

Skizofrenia
PO

 2 mg/hari pada awalnya; dapat ditingkatkan dengan penambahan sebesar 1-2


mg/hari pada interval 24 jam
 Rekomendasi dosis target: 2-8 mg/hari sekali sehari atau dibagi setiap 12 jam
(efikasi berikut kurva berbentuk lonceng; 4-8 mg/hari lebih efektif
dibandingkan 12-16 mg/hari)

IM

 12,5-50 mg disuntikkan ke dalam deltoid (otot lengan atas) atau otot gluteal
(otot pantat) setiap 2 minggu; dosis tidak harus disesuaikan lebih sering setiap
4 minggu
 Direkomendasikan untuk membangun tolerabilitas PO risperidone sebelum
memulai pengobatan dengan risperidone IM

Bipolar Mania
PO

 2-3 mg hari pada awalnya; dapat ditingkatkan jika perlu penambahan sebesar
1 mg/hari dengan interval 24 jam untuk 6 mg/hari; rekomendasi dosis tidak
tersedia untuk pengobatan durasi >3 minggu

IM

 12,5-50 mg disuntikkan ke dalam deltoid atau otot gluteal setiap 2 minggu;


dosis tidak harus disesuaikan lebih sering setiap 4 minggu
 Direkomendasikan untuk membangun tolerabilitas PO risperidone sebelum
memulai pengobatan dengan risperidone IM
Syndrome Tourette
0,5-1 mg/hari PO; dapat meningkat atau menurun dengan penambahan sebesar 0,5 mg
setiap 12 jam pada interval >3 hari; tidak melebihi 6 mg/hari

Gangguan Stress Post Trauma


0,5-8 mg/hari PO

Pemberian

 Pemberian IM (intramuskuler, melalui otot)


 Gunakan pengencer yang hanya disediakan untuk resuspensi
 Lakukan selama 2 menit untuk resuspensi; jika hal ini tidak dilakukan, kocok
kuat untuk resuspend

f. Modifikasi dosis Risperidone

Gangguan Ginjal

 CrCl <30 mL/menit


 PO: 0,5 mg setiap 12 jam awalnya; pertimbangkan interval titrasi lagi; dapat
ditingkatkan hingga 0,5 mg/hari PO dibagi setiap 12 jam; peningkatan Dosis
>1,5 mg setiap 12 jam harus terjadi tidak lebih sering dari sekali seminggu
 IM: Jika 2 mg dosis total harian PO resperidone ditoleransi dengan baik, bisa
dimulai dengan 12,5-25 mg IM setiap 2 minggu; lalu berikan suplementasi PO
selama 3 minggu setelah suntikan pertama sampai rilis utama risperidone dari
injeksi telah dimulai

Gangguan Hati

 PO: 0,5 mg setiap 12 jam awalnya; pertimbangkan interval titrasi lagi; dapat
ditingkatkan hingga 0,5 mg/hari PO dibagi setiap 12 jam; Dosis peningkatan
>1,5 mg setiap 12 jam harus terjadi tidak lebih sering dari sekali seminggu
 IM: Jika 2-mg dosis total harian PO resperidone ditoleransi dengan baik, bisa
dimulai dengan 25 mg IM setiap 2 minggu; terus suplementasi PO selama 3
minggu setelah suntikan pertama sampai rilis utama risperidone dari injeksi telah
dimulai

g. Peringatan
Penggunaan obat Risperidone untuk ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk
digunakan, karena memiliki risiko yang membahayakan bagi bayi Anda. Harap
melakukan konsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan risiko yang akan
diterima sebelum menggunakan obat ini.
h. Efek Samping
Frekuensi >10%

 Mengantuk (40-45%)
 Insomnia (26-30%)
 Agitasi (20-25%)
 Kecemasan (10-15%)
 Sakit kepala (10-15%)
 Rhinitis (10-15%)
 Kelelahan (18-31%)
 Parkinsonisme (28-62%)
 Akatisia (5-11%)
 Nafsu makan meningkat (4-44%)
 Muntah (10-20%)
 Drooling (<12%)
 Inkontinensia urin (22/05%)
 Tremor (11-24%)
 Nasopharyngitis (19/04%)
 Rhinorrhea (4-12%)
 Enuresis (1-16%)
Frekuensi 1-10%

 Sembelit (5-10%)
 Dispepsia (5-10%)
 Mual (5-10%)
 Nyeri perut (1-5%)
 Reaksi agresif (1-5%)
 Edema wajah (<4%)
 Pada EKG: Perpanjangan QT (<4%)
 Pusing (1-5%)
 Gejala ekstrapiramidal (EPS; 1-5%)
 Ginekomastia (payudara membesar) pada anak-anak (1-5%)
 Ruam (1-5%)
 Takikardia (1-5%)
 Sinkop (1-2%)
 Bradikardia (<4%)
 Palpitasi (<4%)
 Nyeri dada (<4%)
 Agitasi (<4%)
 Postural pusing (<4%)
 Pruritus (<4%)
 Jerawat (1-2%)
 Hiperprolaktinemia (<4%)
 Disfungsi seksual (<4%)
 Xerostomia (7-10%)
Frekuensi <1%

 Agranulositosis
 Kolesterol meningkat
 Delirium
 Ketoasidosis
 Hipotensi ortostatik
 Kejang

Frekuensi tidak diketahui

 Diabetes mellitus
 Hipertermia
 Hipoglikemia
 Hipotermia
 Mielosupresi
 Sindrom Neuroleptic maligna (NMS)
 Priapismus (ereksi >2 jam)
 Interval QT berkepanjangan
 Tardive dyskinesia
 Trombotik purpura thrombocytopenic (TTP)
 Sindrom sleep apnea (henti napas ketika tidur)
 Retensi urin

i. Perhatian

 Peningkatan kejadian penyakit serebrovaskular dilaporkan; dapat mengubah


konduksi jantung; mengancam kehidupan aritmia dilaporkan dengan dosis
terapi antipsikotik
 Dapat menyebabkan efek antikolinergik termasuk penglihatan kabur, retensi
urin, agitasi, kebingungan, penglihatan kabur, dan xerostomia
 Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat kejang, penyakit
Parkinson, Lewy body dementia, penyakit kardiovaskular,
hipovolemia, dehidrasi
 Leukopenia/neutropenia dan agranulositosis dilaporkan; faktor risiko yang
mungkin untuk leukopenia/neutropenia meliputi riwayat hitung jenis sel
darah putih yang rendah (WBC) dan riwayat penggunaan obat yang
menginduksi leukopenia/neutropenia
 Jika pasien memiliki riwayat klinis jumlah WBC yang rendah atau riwayat
penggunaan obat yang menginduksi leukopenia/neutropenia, monitor hitung
darah lengkap (CBC) secara rutin selama beberapa bulan pertama terapi;
hentikan obat pada tanda pertama dari penurunan WBC secara klinis yang
signifikan <1000/uL dalam ketiadaan faktor penyebab lainnya, dan terus
memantau hitung WBC sampai pemulihan
 Gunakan hati-hati pada pasien dengan risiko pneumonia; dismotilitas
esofagus dan aspirasi dilaporkan dengan penggunaan antipsikotik
 Dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal termasuk reaksi distonik akut,
akatisia, pseudoparkinsonism, dan tardive dyskinesia
 Sindrom floppy Intraoperatif iris dilaporkan pada pasien yang menerima
terapi risperidone
 Pantau demam, perubahan status mental, rigiditas otot dan/atau
ketidakstabilan otonom; sindrom neuroleptik maligna yang terkait dengan
penggunaan resperidone
 Gunakan dengan hati-hati pada anak-anak <15 kg
 Kasus priapism dilaporkan dengan terapi
 Elevasi prolaktin terjadi dan bertahan selama administrasi kronis
 Gunakan hati saat mengoperasikan mesin berat
 Risiko hipotensi ortostatik
 Peringatan FDA mengenai penggunaan demensia pada lansia
 Perubahan metabolisme tubuh
 Obat antipsikotik atipikal telah dikaitkan dengan perubahan metabolisme
yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular atau serebrovaskular
(misalnya, hiperglikemia, dislipidemia, dan pertambahan berat badan)
 Dalam beberapa kasus, hiperglikemia bersamaan dengan penggunaan
antipsikotik atipikal telah dikaitkan dengan ketoasidosis, koma
hiperosmolar, atau kematian

2.CHLORPROMAZINE

Farmakologi chlorpromazine adalah sebagai antipsikotik dengan memblokade reseptor


dopamin dan sebagai tranquilizer minor dengan memblokade reseptor histamine. [10]

a. Farmakodinamik
Chlorpromazine adalah neuroleptik yang bertindak dengan menghambat reseptor dopamin
post sinap, terutama di area sistem dopaminergik mesolimbik. Obat ini juga mampu
mencegah pelepasan hormon-hormon hipotalamus dan hipofisis. [1]

Chlorpromazine juga bertindak sebagai tranquilizer minor dengan cara menghambat


reseptor histamin. [10]

b. Farmakokinetik
Farmakokinetik chlorpromazine yang diberikan secara oral akan mengalami first pass
metabolism secara ekstensif, sehingga bioavailabilitasnya hanya 20%. [5]
Absorpsi

Obat chlorpromazine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral. [2, 4] Bioavailabilitas obat
berkisar 20% setelah melewati metabolisme di hepar, dengan onset kerja obat per oral
sekitar 30‒60 menit. [5]

Konsentrasi puncak plasma obat oral tercapai dalam waktu 2‒4 jam. Sedangkan,
konsentrasi puncak pada pemberian intramuskular tercapai dalam waktu 15‒30 menit. [1]

 Metabolisme

Chlorpromazine per oral, setelah diabsorpsi akan dimetabolisme secara ekstensif di hepar,
melalui jalur utama isoenzim sitokrom P450, yaitu CYP1A2, dan CYP3A4, menjadi 10‒12
metabolit-metabolit utama. seperti 7-hidroksichlorpromazine, dan chlorpromazine N-
oksida. [11]
 Distribusi

Distribusi chlorpromazine sekitar 92-97% berikatan dengan protein. Volume distribusi


obat berkisar 20 L/kg. [5] Chlorpromazine melewati sawar plasenta dan sawar darah-otak.
Obat ini juga diekskresikan ke dalam ASI. [1]

 Eliminasi

Waktu paruh biologis dilaporkan berkisar 30 jam. Obat dieliminasi melalui urin dan feses
dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif. [1]

Formulasi chlorpromazine di Indonesia adalah sebagai sediaan tablet salut selaput dan
cairan injeksi.

c. Bentuk Sediaan
Chlorpromazine oral di Indonesia tersedia dalam bentuk tablet salut selaput kekuatan 25
mg dan 100 mg.

Chlorpromazine injeksi tersedia dalam bentuk 5 mg/ml dalam ampul 2 ml, serta 25 mg/ml
dalam ampul 1 ml. [3]

d. Cara Mengonsumsi
Chlorpromazine oral dapat dikonsumsi tanpa, atau bersama makanan. Injeksi intramuskular
dilakukan secara perlahan. [12]

Pemberian obat chlorpromazine secara injeksi intravena biasanya hanya untuk kasus
migraine dan mual-muntah. Sebelum dilakukan injeksi intravena, chlorpromazine
dilarutkan dalam cairan salin normal 200-1000 ml hingga konsentrasi maksimal 1 mg/ml.
Kecepatan pemberian tidak boleh melebihi 1 mg/ menit untuk dewasa atau 0,5 mg/menit
untuk anak.
Pada intractable hiccup, chlorpromazine diberikan sebagai infus kontinyu. Chlorpromazine
dilarutkan terlebih dulu dalam cairan salin normal 500-1000 ml dan diberikan perlahan. [5]

e. Cara Penyimpanan
Chlorpromazine mesti disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada tempat yang
kering dan sejuk. Dianjurkan pada temperatur ruangan sekitar 20‒25 C.
Hindari pembekuan pada sediaan obat larutan, dan injeksi, dan pastikan obat injeksi tidak
berubah warna atau terjadi sedimentasi sebelum digunakan. [2, 4]

f. Indikasi
Indikasi chlorpromazine adalah untuk psikosis, gangguan perilaku, mual-muntah,
migraine, dan intractable hiccup. Psikosis yang dapat ditatalaksana dengan chlorpromazine
adalah skizofrenia dan depresi.

Psikosis
Sebagai antipsikosis, chlorpromazine mampu memperbaiki gejala psikosis global dan
mengurangi risiko relaps. [13]

Indikasi chlorpromazine adalah untuk psikosis, gangguan perilaku, mual-muntah,


migraine, dan intractable hiccup. Psikosis yang dapat ditatalaksana dengan chlorpromazine
adalah skizofrenia dan depresi.

Psikosis
Sebagai antipsikosis, chlorpromazine mampu memperbaiki gejala psikosis global dan
mengurangi risiko relaps. [13]

Dosis inisial pasien dewasa per oral adalah 30-75 mg/hari setiap 6-12 jam. Dosis rumatan
200-800 mg per hari sesuai dengan kondisi klinis masing-masing pasien. Beberapa pasien
mungkin membutuhkan hingga 2 gram per hari.

Jika diberikan secara intravena, maka dosis inisial adalah 25 mg, diikuti 25-50 mg bila
perlu setiap 1-4 jam. Dapat ditingkatkan hingga 400 mg per 4-6 jam hingga gejala pasien
terkontrol. [5]

Chlorpromazine dosis rendah ≤400 mg/hari lebih direkomendasikan daripada dosis tinggi
>800 mg/hari, karena dosis tinggi meningkatkan risiko timbulnya gejala ekstrapiramidal.
[14]

Mual-Muntah
Chlorpromazine untuk mengatasi mual-muntah memiliki dosis yang berbeda antara anak
dan dewasa.
g. Dosis Dewasa

Dosis dewasa per oral adalah 10‒25 mg setiap 4‒6 jam sebagaimana diperlukan.
Sedangkan, secara parenteral diberikan 25 mg intramuskular sekali suntik. Apabila tidak
ada hipotensi, berikan 25‒50 mg intramuskular setiap 3‒4 jam, sebagaimana perlu hingga
muntah berhenti dan selanjutnya pasien diberikan obat per oral.

Dosis Anak

Dosis anak per oral adalah 0,55 mg/kgBB tiap 4‒6 jam, sebagaimana perlu. Apabila
dibutuhkan pemberian secara parenteral, maka dosis pemberian adalah 0,55 mg/kgBB
intramuskular tiap 6‒8 jam. Dosis maksimum secara intramuskular menurut umur hingga
usia 5 tahun adalah 40 mg/hari, sedangkan usia anak 5‒12 tahun adalah 75 mg/hari.

Migrain
Chlorpromazine dapat digunakan dalam tatalaksana migrain dengan dosis 5- 50 mg secara
infus lambat intravena sebagai dosis tunggal. [5]

Intractable Hiccup
Intractable hiccup adalah cegukan yang menetap selama 1 bulan atau lebih. Pada pasien
dewasa diberikan dosis inisial 25-50 mg sebanyak 3-4 kali sehari selama 2-3 hari. Jika
tidak terjadi perbaikan, maka dapat diberikan 25-50 mg intramuskular. Jika tetap tidak ada
perbaikan, chlorpromazine dapat diberikan sebagai infus lambat dengan melarutkan 25-50
mg chlorpromazine dalam 500-1000 ml cairan salin normal.
Untuk anak usia 1-12 tahun, dapat diberikan 500 mcg/kgBB setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal anak usia 1-5 tahun adalah 40 mg per hari, dan anak usia > 5 tahun adalah 75 mg
per hari. [1]

Gangguan Tingkah Laku pada Anak


Dosis chlorpromazine untuk gangguan tingkah laku pada anak diberikan sebagai pasien
rawat inap dan rawat jalan.

 Rawat Inap : Dosis untuk anak usia 6 bulan-12 tahun untuk mengatasi gangguan tingkah laku
berat adalah 50‒100 mg/hari secara oral atau intramuskular

 Rawat Jalan : Pasien rawat jalan, diberikan dosis oral 0,55 mg/kgBB setiap 4‒6 jam. [2]
 Penggunaan chlorpromazine, umumnya memberikan efek samping berupa rasa
mengantuk, dan sedasi. Interaksi chlorpromazine adalah dengan berbagai obat
seperti cisapride dan disopyramide. [4]

j. Efek Samping
o Beberapa efek samping chlorpromazine dapat timbul dengan intensitas yang lebih berat
pada pasien dengan komorbiditas tertentu. Misalnya, pasien dengan insufisiensi mitral
mungkin mengalami efek samping hipotensi lebih berat. [4]

o Mengantuk

 Efek samping mengantuk dapat timbul dalam intensitas ringan-sedang. Efek ini bisa
timbul dalam 1-2 minggu pertama pemberian dan umumnya membaik setelah itu. [1,4,5]

 Ikterus

 Efek samping ikterus lebih jarang terjadi, dan berbagai ahli menduga ikterus timbul
karena reaksi hipersensitivitas. [4]

 Gangguan Hematologi

 Kebanyakan gangguan hematologi timbul pada minggu ke-4 hingga ke-10 dari terapi
chlorpromazine. Gangguan hematologi dapat berupa agranulositosis, leukopenia, anemia
hemolitik, anemia aplastik, trombositopenia purpura, dan pansitopenia. [1,4]

 Gangguan Kardiovaskular

 Gangguan kardiovaskular cukup jarang timbul, dapat ditemukan terutama pada


pemberian secara intravena. Gangguan kardiovaskular dapat berupa hipotensi ortostatik
dan takikardia.

 Chlorpromazine juga dilaporkan dapat menyebabkan perubahan EKG nonspesifik seperti


distorsi gelombang QT. [4,5]

 Gangguan Neurologi
 Chlorpromazine dapat menimbulkan gangguan neurologi berupa gejala ekstrapiramidal.
Gejala yang akan muncul adalah akathisia, dystonia, kekakuan otot, sindrom neuroleptik
maligna, parkinsonisme, dan tardive dyskinesia. [4,5]
 Gangguan Endokrin

 Gangguan endokrin yang dapat muncul akibat pemberian chlorpromazine adalah laktasi
dan breast engorgement pada wanita yang diberikan dosis besar.
Hiperglikemia, hipoglikemia, dan glikosuria juga pernah dilaporkan. [4]
 Reaksi Autonom

 Reaksi autonom yang pernah dilaporkan adalah mulut kering, kongesti nasal, obstipasi,
retensi urin, priapisme, miosis, dan gangguan ejakulasi. [4]

k. Interaksi Obat
 Penggunaan chlorpromazine dengan golongan barbiturat, tranquilizer, sedatif, hipnotik,
dan alkohol, bersifat aditif, dan akan mendepresi susunan saraf pusat. [2, 4, 15]
 Penggunaan obat chlorpromazine dengan obat antihipertensi
(misalnya captopril, amlodipine, dan furosemide) dapat bersifat aditif, sehingga
memperparah efek samping hipotensi.
 Chlorpromazine yang digunakan bersamaan dengan obat golongan inhibitor simpatetik
post ganglionik, seperti guanetidin, akan bersifat antagonistik terhadap efek obat.
Sedangkan, konsumsi chlorpromazine dengan golongan beta agonis, seperti propranolol,
dapat menginhibisi metabolisme antipsikotik dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
chlorpromazine dalam plasma darah.
 Chlorpromazine kontraindikasi digunakan bersama dengan kuinidin, cisapride,
dysopiramide, ibutilide, indapimide, dan pentamidine karena sama-sama memiliki efek
meningkatkan interval QT.

 Penggunaan chlorpromazine bersama dengan metrizamide juga kontraindikasi karena


meningkatkan risiko kejang. [4,5]

 Kontraindikasi chlorpromazine adalah pada orang yang memiliki riwayat


hipersensitivitas terhadap fenotiazin. Penggunaan pada pasien lanjut usia harus berhati-
hati dan diperlukan penyesuaian dosis hingga ½ atau 1/3 dosis dewasa. [1,4]
l. Kontraindikasi
 FDA tidak menyetujui penggunaan chlorpromazine untuk kondisi psikotik yang
berhubungan dengan demensia. [2, 4]

 Selain itu, pasien dengan riwayat alergi terhadap obat golongan fenotiazin lainnya,
seperti cisapride, dysopiramide, dan ibutilide, juga kontraindikasi untuk
mengonsumsi chlorpromazine. [5]

m. Peringatan
 Hindari pemberian chlorpromazine pada seseorang dengan alkoholisme, koma, atau
mengonsumsi obat depresi susunan saraf pusat, seperti golongan barbiturat.

 Pemberian chlorpromazine juga dihindari pada pasien dengan gangguan irama


jantung, seperti sindrom kongenital QT memanjang.

 Penghentian penggunaan chlorpromazine mesti secara gradual terutama pada


penggunaan jangka panjang. Penghentian secara mendadak dapat
menyebabkan withdrawal.
 Karena obat chlorpromazine dapat mengganggu proses pikir, dan reaksi tubuh
terhadap situasi sekitar, maka hendaknya pasien tidak mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan mesin berat.

 Chlorpromazine tidak direkomendasikan untuk bayi usia kurang dari 6 bulan. [2, 4]

Anda mungkin juga menyukai