Resperidon
a. Indikasi
Gangguan mental berupa skizofrenia atau bipolar tentu saja dapat mengganggu
kehidupan penderitanya. Apakah dalam kehidupan sehari-hari, Anda pernah berjumpa
atau menemui seseorang yang menderita skizofrenia atau kelainan bipolar? Jika Anda
mengenal orang yang menderita penyakit ini, mungkin Anda akan bertanya-tanya
mengenai obat yang cocok diberikan oleh dokter kepada penderita. Salah satu obat
yang diberikan kepada penderita skizofrenia dan bipolar adalah obat Risperidone.
Tablet
25mg
5mg
1mg
2mg
3mg
4mg
Larutan Oral
1mg/mL
Bubuk Injeksi
5mg
25mg
5mg
50mg
d. Kelas obat Risperidone adalah antipsikotik generasi kedua dan obat antimanik
Yang termasuk obat antipsikotik generasi kedua: Aripiprazole, Asenapine,
Cariprazine, Clozapine, Iloperidone, Lurasidone, Olanzapine, Quetiapine,
Ziprasidone
Yang termasuk obat antimanik: Aririprazole, Karbamazepine, Olanzapine,
Quetiapine
e. Dosis Risperidone dan Indikasi Dewasa
Skizofrenia
PO
IM
12,5-50 mg disuntikkan ke dalam deltoid (otot lengan atas) atau otot gluteal
(otot pantat) setiap 2 minggu; dosis tidak harus disesuaikan lebih sering setiap
4 minggu
Direkomendasikan untuk membangun tolerabilitas PO risperidone sebelum
memulai pengobatan dengan risperidone IM
Bipolar Mania
PO
2-3 mg hari pada awalnya; dapat ditingkatkan jika perlu penambahan sebesar
1 mg/hari dengan interval 24 jam untuk 6 mg/hari; rekomendasi dosis tidak
tersedia untuk pengobatan durasi >3 minggu
IM
Pemberian
Gangguan Ginjal
Gangguan Hati
PO: 0,5 mg setiap 12 jam awalnya; pertimbangkan interval titrasi lagi; dapat
ditingkatkan hingga 0,5 mg/hari PO dibagi setiap 12 jam; Dosis peningkatan
>1,5 mg setiap 12 jam harus terjadi tidak lebih sering dari sekali seminggu
IM: Jika 2-mg dosis total harian PO resperidone ditoleransi dengan baik, bisa
dimulai dengan 25 mg IM setiap 2 minggu; terus suplementasi PO selama 3
minggu setelah suntikan pertama sampai rilis utama risperidone dari injeksi telah
dimulai
g. Peringatan
Penggunaan obat Risperidone untuk ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk
digunakan, karena memiliki risiko yang membahayakan bagi bayi Anda. Harap
melakukan konsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan risiko yang akan
diterima sebelum menggunakan obat ini.
h. Efek Samping
Frekuensi >10%
Mengantuk (40-45%)
Insomnia (26-30%)
Agitasi (20-25%)
Kecemasan (10-15%)
Sakit kepala (10-15%)
Rhinitis (10-15%)
Kelelahan (18-31%)
Parkinsonisme (28-62%)
Akatisia (5-11%)
Nafsu makan meningkat (4-44%)
Muntah (10-20%)
Drooling (<12%)
Inkontinensia urin (22/05%)
Tremor (11-24%)
Nasopharyngitis (19/04%)
Rhinorrhea (4-12%)
Enuresis (1-16%)
Frekuensi 1-10%
Sembelit (5-10%)
Dispepsia (5-10%)
Mual (5-10%)
Nyeri perut (1-5%)
Reaksi agresif (1-5%)
Edema wajah (<4%)
Pada EKG: Perpanjangan QT (<4%)
Pusing (1-5%)
Gejala ekstrapiramidal (EPS; 1-5%)
Ginekomastia (payudara membesar) pada anak-anak (1-5%)
Ruam (1-5%)
Takikardia (1-5%)
Sinkop (1-2%)
Bradikardia (<4%)
Palpitasi (<4%)
Nyeri dada (<4%)
Agitasi (<4%)
Postural pusing (<4%)
Pruritus (<4%)
Jerawat (1-2%)
Hiperprolaktinemia (<4%)
Disfungsi seksual (<4%)
Xerostomia (7-10%)
Frekuensi <1%
Agranulositosis
Kolesterol meningkat
Delirium
Ketoasidosis
Hipotensi ortostatik
Kejang
Diabetes mellitus
Hipertermia
Hipoglikemia
Hipotermia
Mielosupresi
Sindrom Neuroleptic maligna (NMS)
Priapismus (ereksi >2 jam)
Interval QT berkepanjangan
Tardive dyskinesia
Trombotik purpura thrombocytopenic (TTP)
Sindrom sleep apnea (henti napas ketika tidur)
Retensi urin
i. Perhatian
2.CHLORPROMAZINE
a. Farmakodinamik
Chlorpromazine adalah neuroleptik yang bertindak dengan menghambat reseptor dopamin
post sinap, terutama di area sistem dopaminergik mesolimbik. Obat ini juga mampu
mencegah pelepasan hormon-hormon hipotalamus dan hipofisis. [1]
b. Farmakokinetik
Farmakokinetik chlorpromazine yang diberikan secara oral akan mengalami first pass
metabolism secara ekstensif, sehingga bioavailabilitasnya hanya 20%. [5]
Absorpsi
Obat chlorpromazine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral. [2, 4] Bioavailabilitas obat
berkisar 20% setelah melewati metabolisme di hepar, dengan onset kerja obat per oral
sekitar 30‒60 menit. [5]
Konsentrasi puncak plasma obat oral tercapai dalam waktu 2‒4 jam. Sedangkan,
konsentrasi puncak pada pemberian intramuskular tercapai dalam waktu 15‒30 menit. [1]
Metabolisme
Chlorpromazine per oral, setelah diabsorpsi akan dimetabolisme secara ekstensif di hepar,
melalui jalur utama isoenzim sitokrom P450, yaitu CYP1A2, dan CYP3A4, menjadi 10‒12
metabolit-metabolit utama. seperti 7-hidroksichlorpromazine, dan chlorpromazine N-
oksida. [11]
Distribusi
Eliminasi
Waktu paruh biologis dilaporkan berkisar 30 jam. Obat dieliminasi melalui urin dan feses
dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif. [1]
Formulasi chlorpromazine di Indonesia adalah sebagai sediaan tablet salut selaput dan
cairan injeksi.
c. Bentuk Sediaan
Chlorpromazine oral di Indonesia tersedia dalam bentuk tablet salut selaput kekuatan 25
mg dan 100 mg.
Chlorpromazine injeksi tersedia dalam bentuk 5 mg/ml dalam ampul 2 ml, serta 25 mg/ml
dalam ampul 1 ml. [3]
d. Cara Mengonsumsi
Chlorpromazine oral dapat dikonsumsi tanpa, atau bersama makanan. Injeksi intramuskular
dilakukan secara perlahan. [12]
Pemberian obat chlorpromazine secara injeksi intravena biasanya hanya untuk kasus
migraine dan mual-muntah. Sebelum dilakukan injeksi intravena, chlorpromazine
dilarutkan dalam cairan salin normal 200-1000 ml hingga konsentrasi maksimal 1 mg/ml.
Kecepatan pemberian tidak boleh melebihi 1 mg/ menit untuk dewasa atau 0,5 mg/menit
untuk anak.
Pada intractable hiccup, chlorpromazine diberikan sebagai infus kontinyu. Chlorpromazine
dilarutkan terlebih dulu dalam cairan salin normal 500-1000 ml dan diberikan perlahan. [5]
e. Cara Penyimpanan
Chlorpromazine mesti disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada tempat yang
kering dan sejuk. Dianjurkan pada temperatur ruangan sekitar 20‒25 C.
Hindari pembekuan pada sediaan obat larutan, dan injeksi, dan pastikan obat injeksi tidak
berubah warna atau terjadi sedimentasi sebelum digunakan. [2, 4]
f. Indikasi
Indikasi chlorpromazine adalah untuk psikosis, gangguan perilaku, mual-muntah,
migraine, dan intractable hiccup. Psikosis yang dapat ditatalaksana dengan chlorpromazine
adalah skizofrenia dan depresi.
Psikosis
Sebagai antipsikosis, chlorpromazine mampu memperbaiki gejala psikosis global dan
mengurangi risiko relaps. [13]
Psikosis
Sebagai antipsikosis, chlorpromazine mampu memperbaiki gejala psikosis global dan
mengurangi risiko relaps. [13]
Dosis inisial pasien dewasa per oral adalah 30-75 mg/hari setiap 6-12 jam. Dosis rumatan
200-800 mg per hari sesuai dengan kondisi klinis masing-masing pasien. Beberapa pasien
mungkin membutuhkan hingga 2 gram per hari.
Jika diberikan secara intravena, maka dosis inisial adalah 25 mg, diikuti 25-50 mg bila
perlu setiap 1-4 jam. Dapat ditingkatkan hingga 400 mg per 4-6 jam hingga gejala pasien
terkontrol. [5]
Chlorpromazine dosis rendah ≤400 mg/hari lebih direkomendasikan daripada dosis tinggi
>800 mg/hari, karena dosis tinggi meningkatkan risiko timbulnya gejala ekstrapiramidal.
[14]
Mual-Muntah
Chlorpromazine untuk mengatasi mual-muntah memiliki dosis yang berbeda antara anak
dan dewasa.
g. Dosis Dewasa
Dosis dewasa per oral adalah 10‒25 mg setiap 4‒6 jam sebagaimana diperlukan.
Sedangkan, secara parenteral diberikan 25 mg intramuskular sekali suntik. Apabila tidak
ada hipotensi, berikan 25‒50 mg intramuskular setiap 3‒4 jam, sebagaimana perlu hingga
muntah berhenti dan selanjutnya pasien diberikan obat per oral.
Dosis Anak
Dosis anak per oral adalah 0,55 mg/kgBB tiap 4‒6 jam, sebagaimana perlu. Apabila
dibutuhkan pemberian secara parenteral, maka dosis pemberian adalah 0,55 mg/kgBB
intramuskular tiap 6‒8 jam. Dosis maksimum secara intramuskular menurut umur hingga
usia 5 tahun adalah 40 mg/hari, sedangkan usia anak 5‒12 tahun adalah 75 mg/hari.
Migrain
Chlorpromazine dapat digunakan dalam tatalaksana migrain dengan dosis 5- 50 mg secara
infus lambat intravena sebagai dosis tunggal. [5]
Intractable Hiccup
Intractable hiccup adalah cegukan yang menetap selama 1 bulan atau lebih. Pada pasien
dewasa diberikan dosis inisial 25-50 mg sebanyak 3-4 kali sehari selama 2-3 hari. Jika
tidak terjadi perbaikan, maka dapat diberikan 25-50 mg intramuskular. Jika tetap tidak ada
perbaikan, chlorpromazine dapat diberikan sebagai infus lambat dengan melarutkan 25-50
mg chlorpromazine dalam 500-1000 ml cairan salin normal.
Untuk anak usia 1-12 tahun, dapat diberikan 500 mcg/kgBB setiap 4-6 jam. Dosis
maksimal anak usia 1-5 tahun adalah 40 mg per hari, dan anak usia > 5 tahun adalah 75 mg
per hari. [1]
Rawat Inap : Dosis untuk anak usia 6 bulan-12 tahun untuk mengatasi gangguan tingkah laku
berat adalah 50‒100 mg/hari secara oral atau intramuskular
Rawat Jalan : Pasien rawat jalan, diberikan dosis oral 0,55 mg/kgBB setiap 4‒6 jam. [2]
Penggunaan chlorpromazine, umumnya memberikan efek samping berupa rasa
mengantuk, dan sedasi. Interaksi chlorpromazine adalah dengan berbagai obat
seperti cisapride dan disopyramide. [4]
j. Efek Samping
o Beberapa efek samping chlorpromazine dapat timbul dengan intensitas yang lebih berat
pada pasien dengan komorbiditas tertentu. Misalnya, pasien dengan insufisiensi mitral
mungkin mengalami efek samping hipotensi lebih berat. [4]
o Mengantuk
Efek samping mengantuk dapat timbul dalam intensitas ringan-sedang. Efek ini bisa
timbul dalam 1-2 minggu pertama pemberian dan umumnya membaik setelah itu. [1,4,5]
Ikterus
Efek samping ikterus lebih jarang terjadi, dan berbagai ahli menduga ikterus timbul
karena reaksi hipersensitivitas. [4]
Gangguan Hematologi
Kebanyakan gangguan hematologi timbul pada minggu ke-4 hingga ke-10 dari terapi
chlorpromazine. Gangguan hematologi dapat berupa agranulositosis, leukopenia, anemia
hemolitik, anemia aplastik, trombositopenia purpura, dan pansitopenia. [1,4]
Gangguan Kardiovaskular
Gangguan Neurologi
Chlorpromazine dapat menimbulkan gangguan neurologi berupa gejala ekstrapiramidal.
Gejala yang akan muncul adalah akathisia, dystonia, kekakuan otot, sindrom neuroleptik
maligna, parkinsonisme, dan tardive dyskinesia. [4,5]
Gangguan Endokrin
Gangguan endokrin yang dapat muncul akibat pemberian chlorpromazine adalah laktasi
dan breast engorgement pada wanita yang diberikan dosis besar.
Hiperglikemia, hipoglikemia, dan glikosuria juga pernah dilaporkan. [4]
Reaksi Autonom
Reaksi autonom yang pernah dilaporkan adalah mulut kering, kongesti nasal, obstipasi,
retensi urin, priapisme, miosis, dan gangguan ejakulasi. [4]
k. Interaksi Obat
Penggunaan chlorpromazine dengan golongan barbiturat, tranquilizer, sedatif, hipnotik,
dan alkohol, bersifat aditif, dan akan mendepresi susunan saraf pusat. [2, 4, 15]
Penggunaan obat chlorpromazine dengan obat antihipertensi
(misalnya captopril, amlodipine, dan furosemide) dapat bersifat aditif, sehingga
memperparah efek samping hipotensi.
Chlorpromazine yang digunakan bersamaan dengan obat golongan inhibitor simpatetik
post ganglionik, seperti guanetidin, akan bersifat antagonistik terhadap efek obat.
Sedangkan, konsumsi chlorpromazine dengan golongan beta agonis, seperti propranolol,
dapat menginhibisi metabolisme antipsikotik dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
chlorpromazine dalam plasma darah.
Chlorpromazine kontraindikasi digunakan bersama dengan kuinidin, cisapride,
dysopiramide, ibutilide, indapimide, dan pentamidine karena sama-sama memiliki efek
meningkatkan interval QT.
Selain itu, pasien dengan riwayat alergi terhadap obat golongan fenotiazin lainnya,
seperti cisapride, dysopiramide, dan ibutilide, juga kontraindikasi untuk
mengonsumsi chlorpromazine. [5]
m. Peringatan
Hindari pemberian chlorpromazine pada seseorang dengan alkoholisme, koma, atau
mengonsumsi obat depresi susunan saraf pusat, seperti golongan barbiturat.
Chlorpromazine tidak direkomendasikan untuk bayi usia kurang dari 6 bulan. [2, 4]