PENDAHULUAN
Duapuluh persen pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi
krisis. Data di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi dari
6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun, menjadi 65% pada penduduk berusia
diatas 60 tahun. Data ini dari total penduduk 30% diantaranya menderita hipertensi
dan hampir 1%-2% akan berlanjut menjadi hipertensi krisis disertai kerusakan organ
target. Sebagian besar pasien dengan stroke perdarahan mengalami hipertensi
krisis.1,2
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dengan/tanpa riwayat minum obat hanya sebesar
9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. Profil data kesehatan
Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10
penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010.1
DATA PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 56 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sasak
Berat Badan : 35
2
BAB III
DATA KLINIS
Riwayat Pengobatan
Os mengaku bahwa ia biasanya mengkonsumsi timun jika kepalanya terasa nyeri.
Os pernah kontrol ke puskesmas dan mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan oleh
Puskesmas namun tidak rutin diminum.
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus, lebat
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Dada
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
dinding dada simetris.
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-),
vena kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: (-)
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan
4
Fossa jugularis: tak tampak deviasi
6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal
sinistra.
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
Sonor seluruh lapang paru.
Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
Batas paru-jantung:
Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
Cor: S1 S2 tunggal regular, mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo:
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
Rhonki (-/-).
Wheezing (-/-).
Egofoni (-).
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: simetris
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-),
massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-), spider nevy (-)
Distensi (-)
5
Ascites (-)
Auskultasi:
Bising usus (+) normal
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
Perkusi:
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-)
Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-)
Massa (-)
Hepar/lien/ren: tidak teraba
Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis :
Refleks Fisiologis :
Biseps +2/+2
Triseps +2/+2
6
Patella +2/+2
Achilles +2/+2
Kaku Kuduk : (-)
Refleks Babinski (-)
Refleks Patologis lainnya: (-)
Nervus Cranialis : dalam batas normal
IV. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
O2 2 lpm
Amlodipine tab 10 mg SL
V. Prognosis
Dubia at Bonam
VI. Konseling
Menjelaskan penyakit yang diderita adalah Krisis Hipertensi yang
membutuhkan penanganan khusus.
Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala penyakit Hipertensi dan factor
resiko penyakit.
Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan
tekanan darahnya untuk evaluasi perkembangan penyakit di Puskemas
Selaparang, meskipun os sudah merasa sehat.
Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh serta membatasi asupan garam.
Menganjurkan pasien olahraga aerobic seperti jalan cepat minimal 30 menit
setiap hari.
7
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
8
disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol
sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan
fungsi autoregulasi.4
Mekanisme Autoregulasi
MANIFESTASI KLINIS
9
Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan
perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada
sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih
dominan seperti; angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut.
Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau
hematuria bisa saja terjadi.6,7,8
10
Tabel 2. Hipertensi Urgensi (mendesak).
Hipertensi berat dengan tekanan darah > 180/120 mmHg, tetapi
dengan minimal atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak
dijumpai keadaan pada tabel 1
1. Funduskopi KW I atau KW II
2. Hipertensi post operasi
3. Hipertensi tak terkontrol/tanpa diobati pada
perioperatif
PENDEKATAN DIAGNOSIS
11
Gambar 2. Alur Pendekatan Diagnosis Pada Pasien Hipertensi
PENATALAKSANAAN
1. Hipertensi Urgensi
A. Penatalaksanaan Umum
12
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral
bukan tanpa risiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading
dose obat oral anti-hipertensi dapat menimbul- kan efek akumulasi dan
pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi
penggunaan kombinasi obat oral merupakan pilihan terapi untuk pasien
dengan hipertensi urgensi.8,9
13
dan dapat diulangi setiap 3-4 jam kemudian. Efek samping yang sering muncul
adalah mual dan sakit kepala.3,11
2. Hipertensi Emergensi
A. Penatalaksanaan Umum
14
B. Penatalaksanaan khusus untuk hipertensi emergensi
Kidney Failure. Acute kidney injury bisa disebabkan oleh atau merupakan
konsekuensi dari hipertensi emergensi. Acute kidney injury ditandai dengan
proteinuria, hematuria, oligouria dan atau anuria. Terapi yang diberikan masih
kontroversi, namun nitroprusside IV telah digunakan secara luas namun
nitroprusside sendiri dapat menyebabkan keracunan sianida atau tiosianat.
Pemberian fenoldopam secara parenteral dapat menghindari potensi keracunan
sianida akibat dari pemberian nitroprussidedalam terapi gagal ginjal.3,7,8
15
Hyperadrenergic states. Hipertensi emergensi dapat disebabkan
karena pengaruh obat-obatan seperti katekolamin, klonidin dan penghambat
monoamin oksidase. Pasien dengan kelebihan zat-zat katekolamin seper- ti
pheochromocytoma, kokain atau amphetamine dapat menyebabkan over dosis.
Penghambat monoamin ok- sidase dapat mencetuskan timbulnya hipertensi
atau klonidin yang dapat menimbukan sindrom withdrawal. Pada orang-orang
dengan kelebihan zat seperti pheochromocytoma, tekanan darah dapat dikontrol
dengan pemberian sodium nitroprusside (vasodilator arteri) atau phentolamine IV
(ganglion-blocking agent). Golongan β-blockers dapat diberikan sebagai
tambahan sampai tekanan darah yang diinginkan tercapai. Hipertensi yang
dicetuskan oleh klonidinterapi yang terbaik adalah dengan memberikan kembali
klonidin sebagai dosis inisial dan dengan penambahan obat-obatan anti
hipertensi yang telah dijelaskan di atas.4,6
PROGNOSIS
Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%) , gagal ginjal (19%) dan
gagal jantun (13%). Prognosis menjadi lebih baik apabila penangannannya tepat
dan segera.
16
DAFTAR PUSTAKA
17