Anda di halaman 1dari 52

Tenaga Surya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Pembangkit listrik tenaga surya adalah ramah lingkungan, dan sangat menjanjikan. Sebagai salah satu
alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara).
Sistem energi pembangkti tenaga surya, mengurangi ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil,
bayangkan energi gratis dan terus-menerus yang bersumber dari bumi kita disediakan untuk kebutuhan
energi dan dapat dihandalkan mengurangi pengeluaran daya,
dimana terus menjadi beban dalam kehidupan rumah tangga dan keuntungan bisnis anda.
Menggunakan listrik sendiri dari tenaga surya (mandiri) apakah memungkinkan? Bukankah PLN sudah
menyediakan listrik yang lumayan murah? Apakah keuntungan menggunakan listrik mandiri?
Keuntungan menggunakan listrik mandiri dengan menggunakan solar panel / panel surya:
 Merupakan energi terbarukan yang tidak pernah habis
 Menghemat listrik dalam jangka panjang
 Mengurangi pemanasan global
 Bersih dan ramah lingkungan
 Praktis tidak memerlukan perawatan
 Umur panel surya yang panjang
 Tidak tergantung dengan PLN
 Sangat cocok untuk daerah tropis seperti Indonesia

Cara Kerja Solar Power

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Karena pembangkit listrik tenaga surya sangat tergantung kepada sinar matahari, maka perencanaan
yang baik sangat diperlukan. Perencanaan terdiri dari:
1. Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (Watt).
2. Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam Ampere hour), dalam hal ini
memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
3. Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan
penggunaan tanpa sinar matahari. (Ampere hour).
Dalam nilai ke-ekonomian, pembangkit listrik tenaga surya memiliki nilai yang lebih tinggi, dimana
listrik dari PT. PLN tidak dimungkinkan, ataupun instalasi generator listrik bensin ataupun solar.
Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi listrik tenaga surya, terdiri dari:
1. Panel surya / solar panel
Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut
juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik.
Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt
terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimum).
Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik
sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai, sehingga
listrik bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari. Klik disini untuk melihat
produk Panel Surya

2. Solar charge controller


Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke baterai dan beban. Alat
elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan untuk melindungi
baterai. Klik disini untuk melihat produk Solar Controller

3. Inverter
Inverter dalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct current)
menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating current). Klik disini untuk melihat produk Inverter

4. Baterai
Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya sebelum dimanfaatkan
untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau peralatan elektronik
lainnya yang membutuhkan listrik. Klik disini untuk melihat produk Baterai
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai kebutuhan daya:
 Jumlah pemakaian
 Jumlah solar panel
 Jumlah baterai
Lampu LED sebagai Penerangan Rumah
Saat ini sudah ada lampu hemat energi yang menggunakan DC seperti lampu LED. Bandingkan lampu
LED 3 Watt setara dengan Lampu AC 15 Watt.
Kekurangannya adalah:
 Instalasi kabel baru untuk lampu LED
 Biaya pengadaan lampu yang lebih mahal.
Keuntungannya adalah:
 Penggunaan energi yang kecil
 Keandalan lampu LED 10 x lampu standard biasa
 Penggunaan kabel listrik 2 inti.
Lampu AC Lampu LED
Voltage 220 VAC 12 VDC

Watt 15 Watt 3 Watt


Lifetime 6,000 jam 50,000 jam
Harga ± Rp. 25,000 ± Rp. 115,000
Klik disini untuk melihat produk Lampu LED
Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Perhitungan keperluan daya (perhitungan daya listrik perangkat dapat dilihat pada label di belakang
perangkat, ataupun dibaca dari manual):
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 600 Watt hour.
 Televisi 21″: @ 100 Watt x 5 jam sehari = 500 Watt hour
 Kulkas 360 liter : @ 135 Watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu hidup,
umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka pintu) = 1080 Watt hour
 Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 Watt hour
 Perangkat lainnya = 400 Watt hour
Total kebutuhan daya = 3480 Watt hour
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 Watt (perhitungan adalah 5 jam
maksimum tenaga surya):
Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5) = 7 panel surya.
Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan baterai minimun (batere hanya digunakan 50% untuk pemenuhan kebutuhan listrik), dengan
demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 = 6960 Watt hour = 6960 / 12 Volt / 100 Amp
= 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari) :
3480 x 3 x 2 = 20880 Watt hour =20880 / 12 Volt / 100 Amp = 17 batere 100 Ah.
Memasang Solar Home System atau
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mini untuk
Rumah
Catatan: SHS yang saya rangkai dalam tulisan ini sudah mengalami modifikasi untuk
meningkatkan efisiensi maupun safety. Perubahan-perubahan modifikasi dicatat di bagian
akhir tulisan ini.
*****
DISCLAIMER: SHS yang saya rangkai ini hanyalah sebatas uji coba sebagai bagian dari hobi
saya tentang elektronika. Sistem/rangkaian yang dipaparkan dalam tulisan ini tidak
merujuk pada standar mana pun, namun tetap memerhatikan aspek safety kelistrikan pada
umumnya. Sistem/rangkaian dalam tulisan ini tidak disarankan diaplikasikan oleh
pihak/kontraktor mana pun untuk layanan instalasi profesional tanpa adanya riset kelaikan
untuk umum. Anda yang ingin membangun SHS di rumah, disarankan berkonsultasi dengan
kontraktor profesional di kota/daerah Anda, dan tidak disarankan untuk memasangnya
sendiri.
*****
Saya mempunyai salah satu hobi yang cukup berbeda dengan profesi yaitu ‘elektronika’.
Sejak SMP sudah suka utak-atik dan bikin radio, walky talky, dll. Berkaitan dengan hobi
tersebut, dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi tentang solar home system(SHS)
yang sudah saya pasang di rumah.
Ide untuk membuat PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) mini untuk perumahan atau
SHS ini sebenarnya sudah lama. Ketika tinggal di Jerman, perumahan di seberang kampus
saya dulu ternyata atap-atap rumahnya banyak yang dipasang panel surya. Benar-benar
inspiratif karena di negara yang musim panasnya hanya seperempat tahun saja sudah mulai
menggunakan energi yang bersumber dari matahari. Indonesia yang terletak di daerah
tropis seharusnya mulai melirik sumber energi terbarukan ini.
Masalah keekonomian, memang perlu hitung-hitungan apakah SHS ini bisa dibilang lebih irit
dari listrik PLN atau tidak, tulisan ini tidak mengarah ke sana. Yang jelas investasi awal
memang besar, namun setelahnya tidak memerlukan biaya operasional. Kita hanya perlu
melakukan perawatan saja terutama untuk aki sebagai penyimpan energi listrik.

Gambar 1. Skema SHS


Untuk membuat SHS setidaknya harus ada empat komponen utama seperti pada Gambar 1
yaitu:
1. Panel surya
2. Solar charge controller
3. Aki
4. Inverter DC ke AC
1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Dalam sinar matahari terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai
permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik.
Prinsip ini dikenal sebagai prinsip fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat
dari material semikonduktor yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua
jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p).
Terdapat setidaknya dua jenis panel surya yaitu polikristalin dan monokristalin. Panel surya
monokristalin merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini
dan menghasilkan daya listrik per satuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang
untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang
beriklim tropis. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik di tempat
yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca
berawan.
Panel surya polikristalin merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena
difabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih
besar dibandingkan dengan jenis monokristalin untuk menghasilkan daya listrik yang sama.
Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristalin,
sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. Keunggulan tipe polikristalin adalah
panel surya masih dapat mengkonversi energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan
jika dibandingkan dengan tipe monokristalin.
2. Solar Charge Controller
Solar controller adalah alat yang digunakan untuk mengontrol proses pengisian muatan
listrik dari panel surya ke aki dan juga pengosongan muatan listrik dari aki ke beban seperti
lampu, inverter, TV, dll. Terdapat setidaknya dua jenis solar controller yaitu yang
menggunakan teknologi PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum power point
tracking). Solar controller PWM akan melakukan pengisian muatan listrik ke aki dengan arus
yang besar ketika aki kosong, dan kemudian arus pengisian diturunkan secara bertahap
ketika aki semakin penuh. Teknologi ini memungkinkan aki akan terisi dalam kondisi yang
benar-benar penuh tanpa menimbulkan ‘stress’ pada aki. Ketika aki penuh solar
controller ini akan menjaga aki tetap penuh dengan tegangan float tertentu.
Untuk membuat rangkaian SHS bisa bekerja, maka tegangan output dari panel surya harus
lebih besar daripada tegangan aki yang akan diisi muatan listrik. Apabila tegangan output
panel surya sama atau bahkan malah kurang dari tegangan aki, maka proses pengisian
muatan listrik ke aki tidak akan terjadi. Umumnya panel surya dapat mempunyai tegangan
output sekitar 18 volt, masuk ke solar controller yang mempunyai tegangan output antara
14,2 – 14,5 volt untuk pengisian aki 12 volt. Dengan demikian akan terdapat kelebihan
tegangan sekitar (18 – 14,5 = 3,5) volt. Pada solar controllerdengan teknologi MPPT,
kelebihan tegangan ini akan dikonversikan ke penambahan arus pengisian aki, sehingga
teknologi ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada PWM.
3. Aki
Aki adalah media penyimpan muatan listrik. Secara garis besar aki dibedakan
berdasarkanaplikasi dan konstruksi. Berdasarkan aplikasi maka aki dibedakan
untuk engine starter(otomotif) dan deep cycle. Aki otomotif umumnya dibuat dengan pelat
timbal yang tipis namun banyak sehingga luas permukaannya lebih besar (Gambar 2).
Dengan demikian aki ini bisa menyuplai arus listrik yang besar pada saat awal untuk
menghidupkan mesin. Akideep cycle biasanya digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar
cell) dan back up power, dimana aki mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya
tinggal sedikit.

Gambar 2. Jenis aki starter (otomotif) (a) dan deep cycle (b)
Jenis aki starter atau otomotif sebaiknya tidak mengalami discharge hingga melampaui 50%
kapasitas muatan lsitriknya untuk menjaga keawetan aki. Apabila muatan aki basah sampai
di bawah 50% dan dibiarkan dalam waktu lama (berhari-hari tidak di-charge kembali),
maka kapasitas muat aki tersebut akan semakin berkurang sehingga menjadi tidak awet.
Berkurangnya kapasitas muat aki tersebut karena proses pembentukan kristal sulfat yang
menempel pada pelat ketika muatan aki tidak penuh (di bawah 50%). Keawetan aki
berkaitan dengan banyaknya discharging pada kedua jenis aki tersebut ditunjukkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Siklus pengisian pada jenis aki otomotif dan deep cycle
Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead
acid),sealed lead acid (SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed
glass mat); dimana semuanya merupakan aki yang berbasis asam timbal (lead acid). Tabel
2 menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging (dengan arus
maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki
tersebut.
Tabel 2. Voltase charging untuk berbagai jenis aki

Gambar 3. Model gelombang inverter


4. Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari aki menjadi arus
AC dengan tegangan umumnya 220 volt. Alat ini diperlukan untuk SHS karena menyangkut
instalasi kabel yang banyak dan panjang. Apabila beban bukan untuk instalasi rumah,
misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu atau alat dengan voltase 12 VDC dan
tidak menggunakan kabel yang panjang (seperti PJU: Penerangan Jalan Umum), inverter
tidak diperlukan. Apabila jumlah beban banyak dan kabel panjang dan tetap menggunakan
arus DC 12 volt tanpa inverter, maka akan banyak sekali listrik yang hilang di kabel
(losses). Selain itu jika menggunakan inverter yang mengubah menjadi arus AC 220 volt,
ini akan sesuai dengan listrik PLN sehingga bisa dibuat listrik hibrid (gabungan listrik PLN
dan SHS) dengan instalasi kabel dan lampu yang sama.
Terdapat tiga jenis inverter dilihat dari gelombang output-nya yaitu pure sine wave,square
wave, dan modified sine wave (Gambar 3).
Inverter pure sine wave mempunyai bentuk gelombang sinus murni seperti listrik dari PLN.
Bentuk gelombang ini merupakan yang paling ideal untuk peralatan elektronik pada
umumnya.
Inverter square wave mempunyai bentuk gelombang kotak sebagai hasil dari
prosesswicthing sederhana. Bentuk gelombang ini tidak ideal dan dalam banyak kasus
dapat merusak peralatan elektronik rumah tangga.
Inverter modified sine wave mempunyai gelombang yang dimodifikasi mendekati bentuk
sinus. Bentuk gelombang ini dapat merusak peralatan yang bersifat sensitif.
Inverter square wave sebaiknya dihindari supaya tidak merusak peralatan elektronik,
sedangkan inverter modified sine wave sebaiknya tidak digunakan untuk peralatan yang
mengubah listrik menjadi gerakan seperti pompa, kipas angin, printer, dll. Inverter modified
sine wave merupakan inverter yang banyak dijual di pasaran, sedangkaninverter pure sine
wave jarang ada di pasaran karena harganya yang mahal, sekitar 10 kali lipat
harga inverter modified sine wave.
Merangkai Solar Home System
Rangkaian SHS sebenarnya sangatlah sederhana seperti pada Gambar 1 di atas. Panel
surya yang saya gunakan sebanyak 6 yang terdiri dari 2 panel 50 watt peak (Wp) dan 4
panel 100 Wp, masing-masing mempunyai tegangan output 18 volt. Untuk
menghindarilosses listrik yang besar, SHS yang saya pasang menggunakan sistem solar
controller 24 volt, bukan 12 volt. Supaya tegangannya mencukupi untuk pengisian aki,
maka panel surya harus diseri. Dua kali dua (2 x 2) panel 100 Wp diseri menghasilkan
tegangan 36 volt dan arus maksimum 2 x 5,8 A, kemudian dua kali panel 50 Wp juga diseri
menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 3A. Dua rangkaian tersebut kemudian
diparalel sehingga diperoleh panel surya total 36 volt dan arus maksimum 14,6 A (Gambar
4).
Gambar 4. Skema kombinasi panel surya
Untuk panel surya saya pilih yang tipe monokristalin karena komplek perumahan yang
berada di sekitar sawah dimana tidak ada halangan sinar matahari yang cukup berarti
sepanjang pagi hingga sore kecuali awan/mendung. Sehingga tipe monokristalin ini akan
memberikan efisiensi konversi energi yang lebih baik. Gambar 5 dan Gambar 6 adalah foto
panel surya yang saya pasang di atas genting rumah.
Gambar 5. Panel surya 4×100 Wp, di atas genting yang menghadap ke timur

Gambar 6. Panel Surya 2×50 Wp, di atas genting yang menghadap ke barat
Output dari panel surya dialirkan ke solar controller yang kemudian diatur untuk pengisian
aki dan juga beban ke inverter (Gambar 7). Hal yang harus diperhatikan adalah besarnya
kabel koneksi. Berhubung arus yang akan mengalir ke solar controller dan kemudian ke aki
dan inverter cukup besar, maka kabel harus menyesuaikan. Acuan singkatnya untuk arus
sebesar 10 A maka kabel yang dipasang setidaknya mempunyai ukuran luas penampang
minimal 2,5 mm2, jika kurang dari itu maka kabel bisa panas dan terbakar.

Gambar 7. Koneksi solar controller


Solar charge controller yang digunakan seperti pada gambar di bawah, dengan kapasitas 30
A (Gambar 8). Menurut saya ini adalah jenis controller yang cukup bagus karena beberapa
alasan.
Pertama, controller ini menggunakan teknologi MPPT sehingga efisiensi dalam pengisian aki
lebih tinggi. Sesuai spesifikasi panel surya yang saya rangkai, arus pengisian adalah 14,6 A,
namun dengan solar controller ini kelebihan tegangan panel surya dikonversi ke arus
pengisian sehingga totalnya menjadi maksimal kurang lebih 18 A.
Kedua, parameter bisa diubah-ubah sesuai dengan tipe aki. Sebagai contoh tegangan
pengisian (charging) ‘float’ bisa diubah-ubah. Tegangan charging float untuk aki basah
umumnya 13,5 volt untuk aki 12 volt atau 27 volt untuk aki 24 volt. Jenis aki lain
mempunyai tegangan charging float yang berbeda. Parameter lain yang bisa diubah adalah
tegangan aki minimum ketika aliran listrik ke beban harus diputus. Ketika terjadi
proses discharging karena digunakan oleh beban, maka tegangan aki akan terus berkurang.
Ketika tegangan yang menurun tersebut sampai pada tegangan minimum yang ditentukan
tadi, maka solar charge controller otomatis akan memutuskan aliran ke beban supaya aki
tidak terjadi over-discharging. Fitur ini sangat penting ketika kita tidak menggunakan jenis
aki deep cycle. Dari beberapa fitur yang disebut di atas, sudah jelascontroller ini sangat
fleksibel.
Ketiga, controller ini sangat informatif dengan parameter-parameter semua ditampilkan
dalam layar LCD seperti arus dan tegangan charging, serta arus dan tegangandischarging.
Keempat, seperti jenis controller pada umumnya, disertai fitur program otomasi untuk
pengaturan kapan aliran beban disambung dan diputus, apakah dengan timer atau dengan
indikator sinar matahari (ON ketika gelap di sore hari, dan OFF ketika terang di pagi hari).

Gambar 8. Solar Charge Controller MPPT 12/24 volt (Auto), 30 A.


Jenis aki yang digunakan adalah aki basah sebanyak 2×100 Ah dan 2x60Ah yang
dikombinasi seri dan paralel seperti skema Gambar 7 di atas. Dari konfigurasi tersebut
diperoleh aki 24 volt dengan kapasitas muatan 160 Ah. Di sini saya sengaja memilih jenis
aki basah karena lebih murah dari jenis aki lain (Gambar 9). Dengan jenis solar charge
controller seperti dijelaskan di atas, penggunaan aki basah saya pikir tidak terlalu menjadi
masalah. Hanya saja kita memang harus rajin memeriksa level air aki setidaknya setiap 2
bulan sekali.
Selain itu penempatan aki basah dalam ruang tertutup atau di dalam rumah juga cukup
beresiko, karena selama proses charging aki akan mengeluarkan uap air aki yang berbau
menyengat dan tidak bagus bagi manusia. Untuk mengantisipasinya, saya pasang selang
ventilasi dari lemari kecil tersebut melewati dalam tembok bersama kabel-kabel dan
kemudian dihisap dengan kipas hisap yang biasanya untuk laptop di atas plafon rumah.
Gambar 9. Aki Basah 160 Ah 24 Volt
Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave (Gambar 10). Sebelumnya saya
menggunakan jenis modified sine wave dari berbagai merk dan spesifikasi yang ternyata
memang bermasalah atau tidak cocok untuk beberapa alat elektronik di rumah seperti
lampu jenis LED merk tertentu, sensor gerak dengan saklar relay, sensor cahaya dengan
saklar relay, dll. Sehingga saya beralih ke inverter pure sine wave supaya benar-benar lebih
aman untuk semua peralatan elektronik di rumah. Sampai saat ini dengan jenis inverter ini
tidak ada masalah untuk semua peralatan elektronik.
Gambar 10. Inverter Pure Sine Wave 24 Volt
Load atau beban disetel tersambung aliran listrik hanya ketika gelap (malam hari), dan
ketika siang aliran listrik ke beban (inverter) akan diputus oleh solar controller. Beban yang
terpasang adalah semua lampu di rumah, televisi, beberapa stop contact tertentu yang
salah satunya untuk laptop. Beban dibagi dalam 4 saklar seperti Gambar 11 dan Gambar 12
di bawah.

Gambar 11. Panel Saklar


Gambar 12. Pembagian Beban Listrik pada 4 Saklar
Listrik di rumah dibuat sistem hibrid, yaitu menggunakan sumber listrik dari PLN dan PLTS.
Saklar yang mengarah ke atas artinya menggunakan listrik PLN terus menerus selama 24
jam. Saklar mengarah ke bawah artinya menggunakan listrik PLN dan SHS yang berganti
secara otomatis ketika petang dan pagi hari (sistem hibrid). Untuk yang terakhir ini, sistem
otomasi cukup sederhana yaitu hanya menggunakan saklar elektrik (relay). Ketika solar
controller memutus aliran ke beban, maka relay secara pasif akan menghubungkan aliran
ke listrik PLN. Ketika gelap (petang) aliran ke beban tersambung sehingga menggerakkan
relay yang kemudian mengganti sambungan listrik ke SHS.
Rata-rata beban SHS dari petang hari hingga malam jam 9 sekitar 200 Watt, sedangkan
setelah jam 9 malam hingga pagi hari beban SHS rata-rata sekitar 100 Watt. Beban ini
relatif kecil karena semua lampu sudah berupa lampu LED. Selain itu TV juga sudah
menggunakan TV LED. Jika dihitung muatan listrik yang terpakai setiap malam rata-rata 60
Ah dari aki 24 volt. Karena muatan aki total adalah 160 Ah (24 volt) maka masih tersisa
setiap pagi hari rata-rata 100 Ah, dimana ini masih jauh di atas 50% kapasitas muat aki,
sehingga masih relatif aman supaya aki basah ini tetap awet.
Untuk charging dari panel surya, dengan mengasumsikan penyinaran matahari maksimum
terjadi selama 5 jam sehari dengan arus 14,6 A maka akan tersimpan muatan sebesar 14,6
A x 5 jam = 73 Ah. Di luar 5 jam penyinaran maksimum tersebut, panel surya masih tetap
melakukan charging namun dengan arus yang lebih kecil. Sehingga penggunaan 60 Ah
setiap malam umumnya akan terkompensasi dengan pengisian aki pada siang hari.
Hitungan di atas hanyalah perkiraan kasar karena tidak memasukkan faktor efisiensi alat-
alat.
Dalam kondisi musim penghujan proses charging bisa jadi akan kurang dari 50 Ah setiap
harinya, sehingga aki semakin lama akan semakin terkuras habis setelah berhari-hari
kondisi hujan (mendung). Untuk mengantisipasi supaya aki tetap terjaga dalam kondisi full
setiap menjelang petang hari, dipasang juga charger aki biasa yang bersumber dari listrik
PLN (Gambar 13).
Gambar 13. Charger Aki Konvensional
Charger konvensional ini disetel secara otomatis akan hidup setiap harinya menjelang
petang (jam 4 sore) untuk mengecek kapasitas aki apakah sudah full muatannya atau
belum. Penyetelan otomatisnya menggunakan timer. Apabila kondisi aki belum full, maka
charger konvensional akan melakukan pengisian aki. Apabila aki sudah full, maka charger
konvensional tidak akan melakukan pengisian aki. Yang harus diperhatikan di sini adalah
ketika charger konvensional hidup maka secara otomatis koneksi aki dan panel surya
kesolar controller harus terputus. Mekanisme ini dilakukan dengan memasang saklar
elektrik (relay).
Tentang biaya, perangkat-perangkat yang saya sebut di atas dibeli pada kuartal ke-3 tahun
2013 dengan harga pada saat itu. Harga panel surya sebenarnya sangat bervariasi di
pasaran, tergantung merk. Panel surya yang saya beli merk-nya Sunrise buatan China
dengan garansi 25 (dua puluh lima) tahun. Harga panel yang 100 Wp adalah Rp 1,8 juta,
sedangkan panel yang 50 Wp Rp 1 juta. Harga aki basah 2×100 Ah dan 2×60 Ah total
adalah Rp 2,7 juta. Solar charge controller MPPT 30 A harganya Rp 0,6 juta. Inverter pure
sine wave 500 W (1200 W surge) harganya Rp 1,4 juta. Sehingga biaya keempat perangkat
utama SHS adalah sekitar Rp 14 juta. Perangkat pendukung lain seperti kabel instalasi,
saklar elektrik (relay), lampu-lampu LED, dll juga harus disiapkan.
SHS yang terpasang di rumah dilihat secara keseluruhan seperti pada Gambar 14 berikut.
Gambar 14. Solar Home System
Sedangkan Gambar 15 di bawah ini adalah sebagian peralatan yang setiap malam
dinyalakan dengan listrik bertenaga surya.
Gambar 15. Sebagian peralatan yang dinyalakan dengan listrik bertenaga surya.
.

Tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada siapa saja yang kebetulan tertarik utak-atik
tentang SHS. Semua peralatan utama SHS saya beli secara online, baik dari penjual dalam
negeri (panel surya, aki) maupun luar negeri (solar charge controller, inverter pure sine
wave). Semoga pada tertarik dan semakin banyak komunitas yang memakai listrik
bertenaga surya, karena negara Indonesia terletak di daerah tropis, maka tenaga matahari
adalah sumber energi alternatif yang sangat melimpah.
Energi matahari, energi terbarukan, energi hijau….
Materi tulisan ini sebagian diambil dari beberapa sumber:
1. http://www.projectfreepower.com
2. http://www.cmacpower.co.za
3. http://www.panelsurya.com
4. http://www.sunpowerplus.co.nz
5. http://solarpanelindonesia.wordpress.com
6. http://panel-surya.blogspot.com
Terima kasih banyak kepada CV. Aneka Surya (http://www.anekapanel.com) atas suplai
panel surya dan juga konsultasi gratis yang ramah selama ini.
Perhatian: SHS yang saya pasang ini sudah mempertimbangkan banyak aspek
keamanan dan standar pemasangan. Jika Anda tertarik dengan SHS dan belum
mengerti tentang kelistrikan secara umum dan SHS secara khusus, jangan
memasangnya sendiri, sebaiknya meminta kepada kontraktor yang ada di daerah
Anda untuk mendesain dan memasangnya.
UPDATE:
1. Karena banyak keterbatasan kapasitas maupun isu gas asam yang timbul, SHS/PLTS di
rumah sudah diganti dengan aki VRLA (valve regulated lead acid) deep cycle sebanyak 2
buah masing-masing 110 Ah (2 x 100 Ah). Berikut foto setelah diganti dengan aki VRLA:

Aki VRLA Deep Cycle 2 x 100 Ah


2. Selain itu juga dipasang desulfator aki merk CLEN. Desulfator mungkin belum banyak
yang mengetahui manfaatnya, termasuk saya di awal pemasangan PLTS/SHS di rumah juga
belum pernah mendengarnya. Namun setelah baca-baca referensi melalui internet ternyata
saya merasa perlu untuk memasang desulfator. Kegunaannya adalah untuk menghancurkan
kristal-kristal timbal sulfat yang menempel pada lempeng anoda. Timbal sulfat adalah hal
yang biasa di dalam reaksi kimia aki, namun ketika kristal-kristal timbal sulfat menumpuk
dan saling mengunci karena aki terlalu lama dibiarkan kosong muatan listriknya (lama tidak
di-charge), maka kristal-kristal tersebut akan sulit terlarut kembali ketika aki di-charge
sehingga akan menurunkan kapasitas aki atau aki menjadi soak. Aki yang soak bisa
disebabkan oleh banyak faktor misalnya kerusakan fisik pada sel aki, penumpukan kristal
sulfat (sulfation), dll. Statistik menunjukkan 84% aki yang soak disebabkan oleh sulfation.
Dengan demikian penggunaan desulfator saya rasa bisa menjadi langkah untuk
memperpanjang usia aki.
Saya menggunakan desulfator merk CLEN yang bisa musti-voltage dari 12 hingga 48 Volt.
Pemasangannya cukup mudah yaitu dengan memasang kabel berwarna merah ke terminal
positif aki dan kabel hitam ke terminal negatif aki. Jika sudah dipasang maka sesuai dengan
fungsinya, desulfator akan mencegah sulfation atau dapat pula menghancurkan kristal-
kristal timbal sulfat yang sudah lama menumpuk, sehingga aki menjadi ‘seperti baru’ lagi.
Untuk lebih detil tentang desulfator bisa dilihat di link ini: .
Berikut gambar desulfator yang terpasang di SHS. Desulfator ini hanya saya fungsikan
sekali dalam sebulan selama 2 hari non-stop.
Desulfator aki asam timbal (lead acid) CLEN.
3. Berhubung banyak yang menanyakan tentang skema rangkaian. Berikut ini adalah skema
rangkaian SHS di rumah saya dengan kondisi paling akhir.

Skema rangkaian SHS update Mei 2015


Posted by Haris Hobi Subscribe to RSS feed
Facebook comments:

118 Comments on Memasang Solar Home System atau Pembangkit


Listrik Tenaga Surya Mini untuk Rumah

1. alfin says:

January 6, 2014 at 2:49 am

keren abis mas aris. ntar saya jg mau pasang deh, kalo dah jd penduduk kota. skrg
gk memungkinkan krn msh dihutan. hehe..
luar biasa emg bapak dosen tambang satu ini. dishare lg mas info2 ttg PLTS nya,
bwt wawasan byk org.

Reply

o Slamet says:

April 28, 2015 at 5:08 am

Kalau menurut saya sih justru solar panel lebih cocok untuk daerah terpencil
yang belum terjangkau listrik. Kalau di kota harus “bersaing” dengan PLN,
mana yang lebih ekonomis …

Reply

2. Johan says:

January 18, 2014 at 12:58 am

Mas Haris, kenapa ga sekalian pake tenaga angin? kalau musim hujan / cuaca
berawan kan, cukup efektif tuh. karena kecepatan angin pada cuaca tersebut
lumayan kencang. pake kincir spiral, biar bisa terima angin dari segala arah. jadi
kalau cuaca panas, pakai solar panel, sedangkan kalau cuaca cloudy or rainy, pakai
kincir a
ngin. sehingga mas ga perlu lagi “nyentuh” listrik PLN, hehehe….

Reply

o Haris says:

January 18, 2014 at 3:22 am


Bukannya angin cuma efektif di daerah pantai atau daerah-daerah yang
kenceng anginnya? Kalau tempat saya kok sepertinya nggak kenceng
anginnya ya…. nggak tahu apa kincir bisa efektif atau tidak….

Reply

3. Rusdy says:

February 21, 2014 at 3:14 am

Wah wah, kalau semakin banyak rakyat yang melek teknologi kayak pak Haris ini,
PLN bisa bangkrut :). PLN di negara maju aja udah pada ketakutan sama listrik dari
sumber terbarukan (http://www.economist.com/news/.....lion-euros).

Proyek selanjutnya apa Pak? Pake sepeda listrik, terus cas pake panel surya?
(sekalian ngiklan proyek saya ah –> http://epxhilon.blogspot.com.a.....enaga.html

Reply

4. bayu says:

May 23, 2014 at 1:52 am

mas haris utk umur aki yang setiap hari charging dan discarging bisa kuat brp bulan
sampe aki soak ?

Reply

o Haris says:

July 22, 2014 at 1:10 am

tergantung tingkat discharging harian. kalau yang saya paparkan dalam


tulisan di atas, aki masih sangat bagus seperti baru walaupun sudah terpakai
hampir setahun.

Reply

5. ramaji says:

July 18, 2014 at 9:37 am

Mohon maaf bisa minta no HP mas haris untuk konsultasi lbh lanjut
karena saya juga sudah membuat seperti ini

Reply

6. Muhammad Agung says:

July 21, 2014 at 5:26 am

Sangat menginspirasi sekali Pak Haris, benar kita harus memanfaatkan semua energi
gratis yang diberikan untuk kita manfaatkan, insyallah saya akan coba di rumah
masa depan saya nanti, saya sarjana teknik mesin sangat berminat
mengembangkan aplikasi energi terbarukan dalam kehidupan sehari-hari.
boleh saya bertanya pak, berapa total budgeting yang di habiskan untuk membuat
pembangkit mini tenaga surya.

Salam,
Agung

Reply

o Haris says:

July 22, 2014 at 1:08 am

Kira-kira total 13 sampai 15 juta.

Reply

7. narendra says:

August 3, 2014 at 7:43 am

Klo boleh tahu, berapa nilai penghematan (dlm rupiah) perbulannya klo
menggunakan SHS om haris?

Reply

o Haris says:

August 26, 2014 at 6:08 am

Dalam semalam kira2 bisa menghemat sekitar 1 KWh

Reply
8. ardi says:

August 23, 2014 at 11:25 am

sangat membantu saya terima kasih

Reply

9. Decky Iskandar Z says:

August 25, 2014 at 2:24 pm

Hello Om Haris
Saya Sangat Tertarik sekali dengan ulasan dengan mas haris dan sangat2 tertarik
untuk mengembangkannya, trs terang juga saya ingin mengikuti jejak mas haris
untuk pakai PLTS / SHS yang perlu saya tanyakan mungkin bisa d jawab dini
maupun di email saya kalau tidak keberatan yaitu :
1. Dimana bisa beli solar cell ?
2. Dari perhitungan controller apakah ada hitungan misal pakai 100wp 4 biji hrs
pakai controller berapa Ampere ?
3. dari ilustrasi pemasangan sprtinya sangat mudah ya hehehehe….cuma kalau lihat
dari pemasangan punya mas haris banyak yang perlu di pelajari dan dibuat nih nah
itu mgkn bisa d share sistemnya dan buatnya ?
4. Dari sekian banyak juga pembagian dari siang dan malam dibedakan dimana ya ?
apakah saluran kabel dibedakan antara PLN damn SHS atau hanya beda di kabel
Plus (+) saja, mohon penjelasannya terima kasih
5. Estimasi Biaya u/ pembuatan sampai berpa ? dan barang yng import yg apa saja ?
maaf mas haris banyak nanya karena saya memang tertarik banget demikian terima
kasih sebelum dan sesudahnya.

Reply

o Haris says:

August 26, 2014 at 6:16 am

1. Bisa beli di toko2 online seperti http://www.anekasurya.com dan lain-lain.


2. 1×100 Wp itu akan menghasilkan arus sekitar 5,8A dan voltase 18V. Kalau
4 panel itu diparalel semua maka akan menghasilkan arus 4 x 5,8A = 23,2A
maksimal dan voltase 18V.
3. Ah itu nggak rumit kok, sederhana saja cuma kombinasi saklar2 saja.
4. Listrik di rumah dibagai menjadi dua jalur yaitu jalur PLN dan jalur Hibrid.
Jalur PLN untuk alat2 yang butuh daya besar seperti mesin cuci, kulkas,
dispenser dll. Jalur hibrid untuk semua lampu (LED) dan peralatan dengan
daya kecil lainnya seperti TV LED, laptop, dll. Untuk jalur hibrid digunakan
saklar relay untuk mengubah aliran listrik dari SHS pada malam hari dan dari
PLN pada siang hari.
5. Semua yang saya keluarkan dalam tulisan di atas adalah sekitar 15 juta
rupiah. Barang yang saya beli dari luar negeri (Cina) adalah controller dengan
display LCD dan inverter pure sine wave.

Reply

 mang joems says:

October 11, 2014 at 4:43 pm

pak haris bisa minta link toko online untuk beli controller, inverter dan
lainnya.
terimakasih untuk jawabanya

Reply

 Haris says:

October 15, 2014 at 1:48 pm

http://www.anekasurya.com

Reply

 mang joems says:

October 17, 2014 at 3:11 pm

maaf saya coba buka


di http://www.anekasurya.com baru lihat harga modul
untuk 4modul 100WP monocrystalline an 2 modul 50WP
saja sudah Rp.11,000,000 belum yg lainnya juga tidak
ada controller dgn display lcd begitupun di toko online
lainnya

 Haris says:

October 17, 2014 at 10:47 pm

Itu harga yang tertera di website, kalau mau beli


langsung kontak no telepon yang ada di web itu.
10. aris says:

August 26, 2014 at 4:32 pm

Thanks sharingnya. Ada yg bisa beli paket dan termasuk instalasinya?

Reply

o Haris says:

August 26, 2014 at 9:59 pm

Ada banyak infonya dari google, untuk instalasi tentu sangat tergantung
lokasi domisilinya dimana.

Reply

11. lulu devilavista says:

August 30, 2014 at 1:37 am

pak, bisakah saya berkonsultasi.. saya ingin punya rumah dengan atap panel surya,
tapi tidak tahu dimana dan dengan siapa harus berdiskusi..

Reply

o Haris says:

August 30, 2014 at 2:07 am

bisa saja, bisa kirim ke email saya melalui link Contact di bagian atas

Reply

12. Danang says:

September 13, 2014 at 6:52 am

wah keren gan


kunjungi lapak ane juga ya gan barangkali ada yang minat pasang kaya gitu kita
siap gan. Juga melayani penjualan solar cell, aki, beserta aksesorisnya. Terimakasih
gan
Surya Energy Indonesia
Jl. Kendalsari Selatan Ruko PCE Blok R19 Rungkut Surabaya
Telp. 0318783440
http://www.pjusolarcell.com | http://www.tiangpju.co.id

Reply

13. Oke says:

September 13, 2014 at 3:02 pm

saya sangat tertarik dengan karya Om Haris.


saya mau tanya beberapa hal:
1.apakah sistem instalasi rumah juga di ubah total.
kalau tidak bagaimana memisahkan penggunaan PLN dan SHS.
sedangkan Om Haris untuk lapu dan tv?
2.Om Haris… yang di sebelah voltase inverte itu timer atau apa ya?berapa harganya
Om?
3.relay yang di maksu om Haris contactor ya?atau relay dc?

Reply

o Haris says:

September 15, 2014 at 1:53 am

Instalasi listrik di rumah diubah hampir semuanya. Kulkas, dispenser,


pemanas air, stop kontak untuk beban besar seperti setrika, oven jalurnya
langsung dari PLN, sedangkan jalur yang lain seperti lampu tv, stop kontak
untuk beban kecil (laptop, dll) dibuat hybrid. Hybrid –> siang memakai PLN
dan malam memakai PLTS. Untuk mengubah sumber hybrid dari PLN atau
PLTS memakai relay.
Itu timer untuk menghidupkan charger konvensional setiap jam 4 sore pas
musim hujan untuk mengecek apakah aki sudah penuh atau belum, jika
belum maka charger akan nge-charge aki dari listrik PLN sampai penuh.

Reply

14. Oke says:

September 13, 2014 at 3:04 pm

terimakasih atas penjelasan artikel dan jawabnya….

Reply
15. Syemy says:

September 15, 2014 at 10:02 am

Salam Pak Haris.


Pak Saya mau pasang Surya di gubuk atau semacam pos ronda.
Pemakaian hanya 2-3 lampu dan cas Hp.
Bagaimana perhitungannya dan berapa modal yang di keluarkan untuk membeli
peralatan tersebut..?
Terima Kasih.

Reply

o Haris says:

October 15, 2014 at 2:00 pm

Kalau itu kebutuhannya sedikit, paling dengan panel 1×100 Wp dan aki
1×100 Ah ditambah controller 10A sudah cukup, mungkin sekitar 3 juta
rupiah.

Reply

16. priyo says:

September 19, 2014 at 7:56 am

Saya yang awam soal hitungan per-listrikan, lagi penasaran dengan plts karena
listrik di rumah makin bengkak…nah..Alhamdulillah nemu tulisan Pak Haris…wah
bagus sekali Pak Haris…karena benar2 dipraktekkan..tulisan yang sangat
bermanfaat.
Mohon penjelasan Pak Haris, 1. Kalau saya butuh kira2 1000 watt untuk AC di
malam hari, perlu berapa unit panel surya yang berapa wp, dan akinya berapa unit?
2. Kalo aki di cas pakai PLN kemudian pasang inverter untuk output misal 700 watt,
masih lebih efisien gak dibandingkan langsung konsumsi PLN. Terimakasih atas
sharring ilmunya. Salam

Reply

o Haris says:

October 15, 2014 at 1:57 pm

waduh itu banyak pak unit sel dan akinya. saran saya dicoba dari beban kecil
dulu, jika dilihat cukup prospek ya tinggal dinaikkan kapasitasnya. untuk
keekonomian saya tidk bisa menjawab karena saya memasang PLTS sekedar
hobi dan mencoba untuk memakai energi ‘hijau’.

Reply

17. intan says:

September 20, 2014 at 4:42 am

assalamualaikum,, pak haris, saya intan mahasiswa tingkat akhir di Universitas


Muhammadiyah Jakarta. Saya ingin meneliti tentang SHS yang ada di youtube di
blog nya mas haris. mengenai efisiensi nya. kebetulan saya tertarik karna waktu itu
di rumah paman saya di lahr, baden württemberg menggunakan photofoltaic untuk
kelistrikanya, nah saya ingin meneliti ini untuk tugas akhir saya, apabila berkenan
untuk memberikan materi saya bersedia pak.

Reply

o Haris says:

October 15, 2014 at 1:53 pm

saya membuat PLTS sekedar hobi dan tidak memakai hitung2an ekonomi,
walaupun begitu instalasinya dibuat secara aman dan standar. untuk materi
mungkin sebaiknya dimintakan kepada ahlinya yang memang profesi atau
ilmunya di bidang kelistrikan.

Reply

18. alpha says:

September 26, 2014 at 6:10 pm

wuedan !!! keren om !! tinggalnya dimana nih?

mau tanya, itu yg di gambar skema, inverternya ambil dari aki, tapi yg di deskripsi,
inverter ambil dari load MPPT, mana yg benar om?

fyi, saya hampir desperate dg shs pake konvensional lead acid.

Reply

o Haris says:
October 15, 2014 at 1:50 pm

input inverter pasti dari load controller. kenapa desperate dengan


konvensional lead acid om? sharing dunk

Reply

19. nanCATSU says:

October 3, 2014 at 4:37 pm

Mas… klo buat nyalain aquarium doang … bahan n alat yang di pake apa aja….
inverter perlu ga….

Reply

o Haris says:

October 15, 2014 at 1:49 pm

inverter tidak perlu, akuarium kan bisa pakai lampu yang 12V, juga kalau
untuk pompa gelembung itu kan pakai arus DC voltase rendah mungkin 12V

Reply

20. bayu says:

October 13, 2014 at 5:24 pm

artikel sangat membantu, kebetulan di rumah lagi buat projek seperti di atas.. yang
angka digital itu timer apa bukan?? trus fungsi relays untuk apa??

Reply

o Haris says:

October 15, 2014 at 1:47 pm

Ya, itu timer. fungsi relay untuk memindahkan aliran listrik dari PLN dan PLTS
secara otomatis.

Reply
21. bayu says:

October 30, 2014 at 3:15 pm

untuk charger konvesional, output nya masuk langsung ke battrey apa ke controller
/ BCR dulu ? mohon penjelasannya. terima kasih

Reply

22. Hermawan says:

December 7, 2014 at 2:53 am

Sangat memberikan inspirasi, ada yang ingin saya tanyakan untuk solar panel
kenapa tidak menggunakan 5x 100wp yah? Saya lagi nyicil sedikit sedikit komponen
shs nya karena keterbatasan bujet heheheheheh. Thank

Reply

o Haris says:

April 11, 2015 at 12:08 pm

ya tadinya pakai yng kecil 50 Wp saja, terus nambah 50 wp lagi, karena


cukup menarik akhirnya saya tambah hingga 500 wp.

Reply

23. Lies Arief Yuniar says:

December 7, 2014 at 11:59 am

Ini Betul2 persis dalam angan2 saya yang ingin memiliki sistem PLTS sendiri yang
hybrid (gabungan PLN – PLTS), yang jadi ganjalan saya saat ini adalah umur aki itu
sendiri, klo umur aki sebanding dengan umur panel sih tidak masalah, tapi klo umur
aki bertahan 2-3 tahun dan kita harus beli aki baru lagi, rasanya bukan
penghematan yang kita dapat, kira2 ada gak solusi untuk masalah daya tahan aki
ini?

Tapi sungguh saya pribadi kagum takjub dengan project nya Pak Haris ini, betul
menginspirasi saya untuk segera mewujudkan mimpi saya memiliki PLTS sendiri,
hanya saja lagi lagi masalah biaya yang jadi kendala.

Saya ingin sekali mensosialisasikan energi alternatif ini ke masyarakat, bahwasanya


PLTS ini tidak eksklusif bagi daerah yang tak terjangkau listrik PLN, kita pun bisa
mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan ini untuk tujuan penghematan, dan
tentunya penguasaan akan teknologi ini nanti ke depannya.

Reply

24. agus says:

January 14, 2015 at 3:52 am

Pak Haris,
1. Apakah ada forum di internet untuk diskusi masalah pembuatan SHS ini?….
2. Saya masih penasaran dengan Grid Tie System, apakah sudah ada yang
mengaplikasikan di Indonesia?…
terima kasih

Reply

o Haris says:

April 11, 2015 at 12:07 pm

Saya kurang tahu ya forum-forum seperti itu. Kalau tentang grid tie, di
Indonesia belum ada dan saya kira tidak bisa diaplikasikan dalam waktu
dekat, masih jauh.

Reply

25. farid noerhidayanto says:

April 2, 2015 at 3:23 pm

saya sudah memasang SHS untuk di rumah saya. entah kenapa aki selalu tekor,
padahal belum 1 tahun umurnya. jika SHS tersebut jarang di gunakan dapat
merusak aki nya, karena selalu diisi tanpa pemakaian. saya menggunakan aki basah
200 AH 1 buah.
apakah instalasi controller MPPT seperti di contohkan sama dengan instalasi
controller PWM, saya menggunakan Winningstar Solar Charge Controlle 20 A.
mohon solusinya mas. terimakasih

Reply

o Haris says:

April 11, 2015 at 12:04 pm


jarang dipakai untuk beban tapi aki tekor dalam setahun? kalau dipakai
beban normal memang aki basah umurnya sekitar 1-2 tahun saja. Namun
jika jarang dipakai untuk beban mustinya bisa lebih panjang umurnya.
Mungkin perlu dilihat apakah terjadi overcharging karena ‘kebocoran’ di
controller, karena aki jarang diberi beban, namun setiap siang hari selalu
dialiri arus charge.

Reply

26. Farid says:

April 3, 2015 at 2:21 am

Assalamualaikum mas haris. Saya ingin bertanya perihal SHS. Di rumah saya sudah
di pasang SHS. Tapi mengapa dayanya selalu cepat habis padahal beban hanya 5
lampu led 7 watt, pompa aquarium dan tv lcd 32. Inverter 1000 watt, aki 12v 200
ah, controller PWM 20 A, panel 4×50 wp. Waktu pertama pasang, bisa tahan dari
sore sampai pagi, sekarang gak sampai 1 jam,padahal di indicator controller
menandakan baterei full. Bagaimana solusinya mas? Trims infonya

Reply

o Haris says:

April 11, 2015 at 11:56 am

Berarti dayanya dipakai sekitar 100 watt ya? sedangkan panelnya hanya 200
wp (maks 2x beban terpakai). Bisa jadi kalau cahaya matahari kurang terik
bosa cepat ngedrop. Tapi jika matahari terik terus dan tetap ngedrop, perlu
dimodifikasi ganti controller MPPT dengan kapasitas arus yang lebih besar.

Reply

27. Farid says:

April 3, 2015 at 2:25 am

Nambahin mas haris perihal skema SHS. Kalau input inverter saya pasang ke kutub
plus minus aki, bukan output dari load controller, inverter saya gak nyala mas kalau
dari load controller. Apanya yg keliru yaa mas? Trims infonya

Reply

o Haris says:
April 11, 2015 at 11:51 am

Kalau kapasitas arus controllernya kecil, biasanya tidak kuat ‘ngangkat’


inverter jika dipasang ke load controller. Coba saja ganti controller dengan
arus yang lebih besar.

Reply

28. amos sumbung says:

April 7, 2015 at 1:36 am

halo bang, saya memasang SHS 200 WP 12 volt di rumah saya. selama 6 bulan
pemasangan masih baik-baik saja. tapi bebera[a hari terakhir, hanya bisa
menyalahkan 3 buah bahlon total 12 watt utuk 2-3 jam. apakah ada petunjuk
tentang problem ini? btw kemaren saya juga mendengar buntyi bip dari kotroler
yang saya gunakan pada sore hari menjelang matahari terbenam.
thanks

Reply

o Haris says:

April 11, 2015 at 11:48 am

Sepertinya ada masalah pemuatan listrik di aki, bisa jadi masalahnya di solar
charge controller atau di aki. Mungkin perlu dicoba akinya dicharge dengan
charger listrik biasa. Jika sudah penuh dicoba untuk menyalakan lampu
tersebut apakah bisa bertahan lama atau tidak. Jika bisa bertahan lama
berarti masalahnya kemungkinan ada di controller. Saya pernah dua kali
salah beli controller, tidak bisa nge-charge dengan optimal sehingga muatan
listrik di aki yang disimpan semakin lama semakin berkurang dengan cepat.
Saya sarankan mencari controller tipe MPPT dengan kapasitas arus yang
besar.

Reply

29. sulaiman surabaya says:

April 9, 2015 at 6:58 am

salam pak haris, saya ini awam tentang kelistrikan maupun ukuran listrik. Saya
tertarik dg shs ini, yg saya tanyakan apa bisa dibuat usaha seperti usaha laundry utl
menyalakan seterika 350 what atau mesin cuci 350 what ? terimakasih.

Reply
o Haris says:

April 11, 2015 at 11:44 am

Pada dasarnya bisa saja SHS untuk setrika maupun mesin cuci, namun
menurut saya kurang pas karena kedua peralatan elektronik tersebut
membutuhkan daya listrik yang besar. SHS pada saat ini umumnya
digunakan untuk peralatan dengan daya rendah seperti lampu LED, TV LED,
dll.

Reply

30. jhony says:

April 18, 2015 at 6:58 am

Bagus artikelnya, sangat mencerahkan dan tidak pelit untuk berbagi ilmu. Biasanya
ada yang punya kemampuan seperti ini kalo di internet tidak menggunakan
penjelasan seperti ini tetapi menggunakan tabel harga sebagai jasa konsultasi dan
pemasangan. BRRAAVVOO pak haris…terimakasih untuk ilmunya…

Reply

31. cumi says:

April 19, 2015 at 8:00 am

habisnya berapa duit? hitung2nya sama pakai pln leih tuntung mana?

Reply

32. asnawi says:

April 24, 2015 at 5:03 am

salam pak haris.mohon pencerahnya. di sekolah kami ada panel surya yg


kapasitasnya 50 Watt. dengan aki 12 v. 60 ah.dan inverter 1200 watt.kami cuman
pake 1 printer dengan lampu yang langsung ke aki sebnyak 3 biji dgn rata2, 5
watt/bj. ketika kami mau cas laptop dgn daya 65 watt.aki langsng low dgn
menandakn nyala indikator merah di inverter.pdhl altnya belum sampai 5 bulan.
solusinya.apakah kami harus beli tambah panel surya lg atau kami harus mengganti
aki yg di bwh 60 ah. mengingat sekolah kami di pedalaman NTT dah semua harga
electronik mahal. kami sangat mengharapakan bantuan pak haris untuk memberikan
pencerahan dan budi baiknya demi melancarkan aktifitas di sekolah kami. terima
kasih.asnawi SMP N SATU ATAP WAE BELANG MANGGARI (NTT).
Reply

o Haris says:

April 24, 2015 at 4:22 pm

3 buah lampu masing-masing 5 watt berarti total 15 watt, lalu ditambah cas
laptop 65 watt jadinya total 80 watt. Dengan voltase aki 12 volt berarti
diperlukan arus sekitar 7 Ampere. Dilihat dari kapasitas aki 60 Ah mustinya
bisa bertahan setidaknya 7 jam jika kondisi aki full muatan listriknya dan
kondisinya baik. Jika inverter langsung ada indikator merah, berarti masalah
utamanya kemungkinan ada di kapasitas solar panel sehingga aki tidak bisa
terisi penuh. 50 Wp itu arus charge maksimumnya sekitar 3 Ampere pada
kondisi terik matahari, sedangkan Bapak perlunya 7 Ampere. Sebaiknya
ditambah solar panelnya setidaknya menjadi 150 Wp.

Reply

33. sarji says:

April 27, 2015 at 12:28 am

Pak tolong aki yg baru td harganya brapa?

Reply

o Haris says:

April 27, 2015 at 2:25 am

1,9 juta/aki

Reply

34. ardy says:

May 1, 2015 at 10:40 pm

Trimaksih p.Haris atas pencerahannya aq juga nyoba aplikasikan di rumah dengan


100WP dan accu 1x 75 Ah + 1x 65 Ah.

Reply
35. rulli rissapertama says:

May 6, 2015 at 7:08 am

pak Haris,..
kami sekeluarga punya rencana hendak merenovasi rumah di kota Bandung pada
akhir tahun 2015 (insyaAllah).
apakah pak Haris bisa menjadi konsultan kami untuk sistem kelistrikan hybrid nya ?
terima kasih

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:23 pm

Saya sarankan untuk mencari konsultan yang memang bergerak di solar


energy secara profesional. Kalau saya hanya hobi atau amatir.

Reply

36. Dewaindraputra says:

May 8, 2015 at 3:55 am

terimakasi Pak Haris, saya mau mencoba di rumah saya. ada skema pemasangannya
secara detail?

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:25 pm

Skema sebenarnya sudah ada di tulisan tsb

Reply

37. setyorini says:

May 11, 2015 at 2:05 am


jempol dua untuk pak haris ,o y pak untuk aneka surya ada cabang di jogja atau
purworejo tidak?kalo ada minta alamatnya,trmksh

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:26 pm

Saya tdk ada kontaknya. Bisa dicoba googling aja

Reply

38. rahman says:

May 11, 2015 at 2:46 am

Mas, harga2 untk setiap unit part’y brapa ya?

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:27 pm

Sudah ada di tulisan

Reply

39. Yuda Mahendra says:

May 18, 2015 at 12:20 am

Mas Agus, salam kenal..

Mau nanya mengenai :


1. klo bisa saya diberi skema perombakan kelistrikan rumah mas Agus yang telah
dibuat ulang.
2. Untuk panel listrik (thunder) pemasangannya letaknya sebelum solar charge
controller ya?
3. sedikit kurang jelas mengenai otomasi charge jika PV kurang maksimal mengisi
batrai, yang mengatur on-off pengisiannya terletak dimana ya?
Salam,
Yuda Mahendra

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:28 pm

Nanti sy upload skema terbaru di tulisan ini.

Reply

40. ryan says:

May 26, 2015 at 3:18 am

Om haris sblm nya terilmakasih u/ilmu yg d bagikan,itu sgt bermanfaat om saya


mau konsultasi om, dan saya mau brtnya dlu tlg d jwb ya..
1.seumpama tidak memakai panel surya dulu langsung dari aki ke inverter apa tetap
harus pakai solar charge
2.itu punya om yg memakai charger aki biasa lsg ke aki apa input dari solar charge

Kalau untuk beban lampu 30 watt 1tv&1 kipas angin itu butuh solar charge&inverter
brp dan kapasitas aki yg brp. Tlg saya d kasih link toko online nya u/pembelian
inverter
Trimakasih banyak om ilmu anda sgt membantu dan sangat berguna tlg d jwb atau d
kirim ke email q

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:31 pm

Charger biasa langsung ke aki. Peralatan bisa dibeli di anekapanel.com

Reply

41. sugiarto says:

May 28, 2015 at 1:44 am


Pak sy sangat tertarik dgn video bpk di Youtube, sy mau tanya utk membuat tenaga
surya yg spt bpk punya perlu dana brp?. semuanya utk berapa watt?. utk
pemasangan di jkt perusahaan mana yg bgs servis jasa dan harga bersaing?. mohon
informasinya. thanks.

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:33 pm

Dengan 500 Wp dan aki 220 Ah, controller, kabel, dll, semua sekitar hampir
20 jt

Reply

42. josua says:

May 28, 2015 at 4:59 am

Mas aris, mhon info t4 order inverter & charger controller di dlm negri atw pun di
luar. Atw jika mas aris bsa bantu, mhin di bantu utk pengadaan. Trmkasih..

Reply

43. ica says:

May 30, 2015 at 3:08 pm

Mas, mohon penjelasan. Saya mau cari solar yg kira 2 cukup bisa dipake ngecas
penuh aki motor al volt dalam sehari. Kira2 berapa wp yg dibutuhkan? Dan
peralatannya apa aj?…

Reply

o Haris says:

May 30, 2015 at 3:36 pm

Ngecharge aki motor dgn solar panel? Bukannya motor sdh ada chargernya
sendiri?

Reply
44. ica says:

May 30, 2015 at 3:13 pm

Maksudnya. Peralatan kelengkapan solar selnya. Buat ngecas aki

Reply

45. akbar. m says:

June 5, 2015 at 10:43 pm

Terima kasih atas penjelasan yg berguna, saya ingin bertanya mas haris saya punya
modul tapi ngak tau wp nya berapa karena modul second,jumlah cellnya 36 tiap
modul, bisa ngak modul ini saya rangkai 2 ( saya punya 2 modul) trus saya punya
satu buah aki 120 ampere/ 12 volt, kira2 control charge yg bagaimana bisa saya
gunakan, karena rencana kedepan pengen nambah satu aki yg juga 120 ampere,
apa mppt 20 ampere/ 12 volt ud cukup buat sekarang?( mohon bantuannya mas
haris)

Reply

o Haris says:

June 13, 2015 at 11:35 am

mengenai berapa Wp bisa dikira-kira dari luasnya. solar panel 100 Wp yang
saya punya mempunyai ukuran 1,2 x 0,55 m. Jadi silahkan diukur dan
dihitung sendiri. dua modul tersebut bisa digabung asalkan mempunyai
spesifikasi yang sama, bisa di-seri atau di-paralel. saya kira MPPT 20A 12/24V
sudah cukup, namun saya rekomendasikan yang 30A sekalian.

Reply

46. yudi says:

June 7, 2015 at 5:30 pm

Hallo pak Harris,


Ini sungguh merupakan artikel yg sangat menarik.
dr skema yg trakhir, mengapa bapak kembali menggunakan inverter modified sine
wave?

Trimksh
Reply

o Haris says:

June 13, 2015 at 11:29 am

Iya, inverter pure sine wave rusak dan karena saya beli langsung dari luar
negeri jadinya susah untuk reparasinya. Akhirnya saya pakai modified sine
wave Intelligent / Inverter Plus yang ada dukungan reparasi penuh di
Indonesia jika ada kerusakan.

Reply

47. ardy says:

June 14, 2015 at 12:46 am

Mhon ijzin share

Reply

48. yuni says:

June 15, 2015 at 3:27 am

Hallo pak haris, kebetulan saya tinggal di daerah terpencil yg tidak ada listriknya.
Rencana saya ingin memasang solar cell tetapi tidak tahu cara perhitungan brp panel
dan aki yg harus digunakan untuk rumah saya. Ya kira-kira sekitar 3.300 watt hour.
Brp budget yg harus sy siapkan. Sedangkan sy tanya2 dengan teman yg jual solar
cell itu kalo 100 WP tp sudah 1 set tinggal pasang itu kisaran 8,9 jt. Sedangkan kalo
menggunakan genset lebih mahal, apalagi beli bensin harga perliternya sudah 9rb –
10rb. Bisa tolong kirim ke email saya pak mau tanya2. Mohon bantuannya terima

kasih

Reply

o Haris says:

June 20, 2015 at 9:15 pm


3300 Watt hours dibagi 5 jam efektif penyinaran matahari didapat 660 Watt-
peak. Jika memperhitungkan musim hujan jadinya perlu panel sekitar 1000
Wp. Untuk aki bisa memakai sekitar 600 Ah 12V.

Reply

49. hafizh says:

June 17, 2015 at 3:42 am

pak haris, saya ingin bertanya tentang tahap pemasangan panel surya pada atap
bangunan? saya kurang jelas dari penjelasan yang di atas…saya butuh penjelasan
untuk Tugas Akhir saya pak…terima kasih sebelumnya…

Reply

o Haris says:

June 20, 2015 at 9:18 pm

Di atap sih ya tinggal dipasang saja pakai baut. Yg perlu diperhatikan adalah
arah dan sudut kemiringan panel optimal yang bisa berbeda2 tergantung
garis lintang (latitude) lokasinya.

Reply

50. nikolai says:

June 18, 2015 at 1:47 pm

sangat informatif dan sangat membantu sekali dalam usaha pencarian energi
terbarukan saya. praktek dulu dirumah

Reply

51. manaf says:

June 22, 2015 at 10:39 am

Nanya Pak Haris. Saya order mppt controller serupa, tapi setelah lihat2 review di
yutub jadi ragu apa itu benar2 tipe mppt di mana ada kompensasi kelebihan voltase
dikonversi jadi tambahan arus. Gimana menurut pengalaman Pak Haris dengan
kontroler ini? Terim kasih.
Reply

o Haris says:

June 22, 2015 at 10:47 am

Ya benar ada banyak review yang mengatakan controller ini adalah mppt
palsu. Saya kurang tahu pasti ini mppt atau mppt palsu. Yang jelas setelah
ganti controller ini arus charging memang lebih tinggi dibanding controller
sebelumnya. Apakah lebih tingginya arus charge karena faktor ‘mppt’ atau
tidak saya belum menyelidikinya. Saya sudah memakai controller ini 2 tahun
dan sampai sekarang masih normal. Saya sarankan membeli controller yang
memang benar-benar terbukti mppt saja, namun memang lebih mahal.

Reply

 amanaf says:

June 23, 2015 at 1:48 am

Terima Kasih informasinya.

Reply

52. hafizh says:

June 24, 2015 at 5:16 pm

sy mau tanya tentang jarak antar panel dan jarak antara atap dan modul pak berapa
cm ya? trmkasih..

Reply

53. Puji rahmat says:

June 27, 2015 at 3:58 pm

Sya sdh pake controller mppt T40 keluaran terbaru memang terbukti beda dgn PWM

Reply

o Haris says:
June 28, 2015 at 2:25 am

Bisa minta link-nya? Sy ingin lihat spec-nya.

Reply

54. Puji rahmat says:

June 28, 2015 at 5:58 am

Bro haris,Sya beli d tokopedia.searching aja d mbah google controller MPPT T40

Reply

55. Puji rahmat says:

June 28, 2015 at 6:09 am

Bro sya mau tanya lgi belajar bikin solar panel.sya masih blm paham dengan
inverter yg 12v dan 24v apa ke 2nya mempunyai perbedaan.

Reply

o Haris says:

July 2, 2015 at 11:18 am

Perbedaannya pada aki yg dipakai 12 atau 24 V. Voltase yg keluar via Load


juga akan mengikuti voltase aki. Voltase input inverter juga harus sesuai.

Reply

56. andi says:

July 1, 2015 at 2:09 pm

mas saya drmh memakai PLTS. satu aki 70 watt dengan panel 100wp. disini saya
memakai inverter pure sine wave.klo saya pasang utk tv dan parabola kipas
inverternya berputar kencang dan brbunyi mas.tetapi jika utk kipas angin saja tidak
brputar kncang dan tdk brbunyi mas.,., knpa? tlong pnjelasannya ya…

Reply
o Haris says:

July 2, 2015 at 11:15 am

Kalau beban inverternya tinggi pasti kipasnya akan mutar untuk


mendinginkan komponen IC-nya, dan itu normal kok.

Reply

 andi says:

July 3, 2015 at 10:07 am

ok mas..terima kasih

Reply

57. Nengah Darma Antara says:

July 3, 2015 at 6:24 am

Pak Haris,
Akan lebih sipp lagi kalau bisa sinkron dengan sistem PLN. Listrik dari SHS akan bisa
maksimal digunakan, dan bila ada kelebihan pemakaian bisa diexport ke PLN. Saya
pernah dengar PLN dapat menyediakan kWH export-import dan listrik yang kita
export dianggap excess power, harganya sudah diataur dengan Peraturan Menteri
ESDM sekitar Rp 1.000 per kWh.
Bravo, mari kita lestarikan bumi ini dengan menggalakkan energi terbarukan.

Reply

58. Budiarno says:

July 6, 2015 at 5:16 am

Selamat siang Om Haris,

Mohon sarannya, bagusan mana Aki diparalel atau diseri ya Om? Saya berencana
beli aki satu lagi dengan merek dan type yang sama 12 volt 7AH (penggunaan untuk
skala kecil saja di rumah, hanya lampu DC 12 volt).

Makasih Om.

Reply
o Haris says:

July 6, 2015 at 9:30 am

Kalau utk lampu DC 12V sebaiknya paralel, karena kalo seri akan jadi 24V

Reply

59. tanwer says:

July 6, 2015 at 11:31 am

selamat malam pak haris.

saya ingin nanya , misal saya mempunyai Solar panel 100wp , terus
solar Controller 20A , dan aki hanya 12Ah ( Maximum charging currentnya 3.6 Ah yg
tertulis di Aki).

nah yang ingin saya tanyakan , sebenarnya berapa Ah (Amphere ) pengisian dari
Controller ke Aki ( Battery ) Perjamnya.

apakah berbahaya dengan aki yang hanya 12ah dan maximum charging Current 3.6
Ah ( yang tertulis di Aki kering )

karena saya hanya ingin coba dulu dengan Aki yang kecil
, kalau nanti berhasil baru di coba dengan aki yang Ah nya besar
Terima kasih

Reply

o Haris says:

July 6, 2015 at 12:07 pm

100 Wp itu arus chargingnya sekitar 5,8A kalau pakai PWM. Itu lebih besar
dari spec aki tsb. Bisa saja sih, tapi aki akan cepat rusak. Idealnya untuk aki
25-60Ah.

Reply

60. tanwer says:

July 7, 2015 at 1:06 am


ok thank’s pak haris , yang sudah berbagi ilmu

Reply

61. Puji rahmat says:

July 15, 2015 at 11:20 pm

Ada tak yg jual solar panel bersubsidi dri pemerintah.supaya kita sadar akan sumber
daya alam terbaru kan.dan masyarakat dpn memanfaatkannya.

Reply

62. tanwer says:

July 31, 2015 at 1:21 am

selamat pagi pak haris , saya mau konsultasi nih , saya mau pasang fuse/sekering di
arus DC kabel positif untuk lampu , berbentuk tabung yang biasa di motor , tetapi
saya lihat ditabung tertulis
F5A / 250 volt , bagaimana ya membaca sekring ini , kan kalau di arus DC voltnya
12 , apakah tulisan 250 volt di sekring ini juga berfungsi diarus DC ,

terima kasih

Reply

63. dwi heri says:

January 31, 2016 at 10:36 am

Salam,
Dari diagram blok terakhir terdapat “current delayer”. Mohon penjelasannya.
Terima kasih…

Reply

o Haris says:

February 19, 2016 at 1:08 pm

Current delayer digunakan untuk menunda output dari inverter sekitar 1-2
menit supaya ‘siap’ terlebih dahulu sebelum disambungkan ke beban.
Reply

64. Kalau Mau Berhemat, Jangan Pasang Solar Home System Sekarang –
Asli Kampung says:

February 21, 2016 at 8:51 pm

[…] rumahan coba mulai dikerjakan sekitar 2-3 tahun lalu di rumah lama. Kebetulan
saat itu, dari blog Agus Haris sudah cukup lengkap buat jadi panduan. Yang mau
belajar juga cara bikinnya bisa langsung kesana, […]

Reply

65. rinaldi says:

February 25, 2016 at 8:47 pm

Terima kasih om atas ilmu nya… semoga om sukses selalu

Reply

66. andy says:

February 27, 2016 at 3:51 am

terima kasih Pak atas dokumentasi, ilmu dan pengalaman yang dibagikan.
Bermanfaat bagi saya. Best regards. Andy

Reply

67. Ardianto says:

March 9, 2016 at 10:49 am

Pak Haris,

Buat keamanan kelistrikannya gimana? Fuse atau sekring untuk memutus arus
ketika short circuit misalnya dipasang di mana? Setelah inverter? Di antara solar
charge controller dan inverter? Di antara solar cell dan solar charge controller?

Reply

o Haris says:
March 9, 2016 at 1:39 pm

Saya gunakan fuse DC 30A untuk kabel dari solar panel ke controller dan dari
controller ke inverter, fuse tersebut kerjanya persis seperti MCB, bisa
diputus/sambung secara manual, dan bisa otomatis terputus jika terjadi
short-circuit atau kelebihan arus. Kemudian saya juga gunakan fuse AC
(MCB) dari inverter ke beban AC 220V.

Reply

68. ica says:

May 20, 2016 at 2:47 pm

Gimana perkembangan shsnya sekarang mas. Kira2 masalah yg muncul apa saja
dan penyelesaiannya gimana? Buat gambaran saya. Saya pake shs murni. Sini ndak
ada pln.
Shs saya :
Panel Surya 100 wp
Controller ep solar 20 a
Aki basah 100 a.
Pemakaian laptop., 2 buah printer, lampu led 5, 6, 7 12 dan 24 watt. Total 15
lampu. Kadang dipake solder
Pemakaian sdh 9 bulan, aki sdh mulai terasa menurun performa.
Rencananya mau nyari desulfator

Anda mungkin juga menyukai