Isi PDF
Isi PDF
LIMA LANTAI
Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Baja Gedung Tahun
Ajaran 2014/2015
Dibuat oleh :
Deasy Monica Parhastuti 131111003
Kelas KG-2A
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
3. Dapat mengetahui berat struktur dan kebutuhan biaya yang harus disediakan untuk
Sistematika Penulisan. Bab II Dasar Teori, menguraikan tentang teori yang mendukung
pengerjaan laporan ini. Bab III Data Struktur, menguraikan tentang data yang di input
dalam mendesain struktur baja yang direncanakan. Bab IV Analisa Struktur dan
Interpretasi Luaran Software yaitu menguraikan tentang deformasi yang terjadi dalam
struktur, gaya-gaya dalam dan reaksi perletakkan disertai dengan analisisnya, Dan Bab V
3
BAB II
DASAR TEORI
Penggunaan baja sebagai bahan struktur utama dimulai pada akhir abad ke-19
ketika metode pengolahan baja yang murah dikembangkan dengan skala yang luas. Baja
merupakan bahan yang mempunyai sifat struktur yang baik. Baja mempunyai kekuatan
yang tinggi dan sama kuat pada kekuatan tarik maupun tekan dan oleh karena itu baja
adalah elemen struktur yang memiliki batasan sempurna yang akan menahan beban jenis
tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan fasilitas yang hampir sama. Berat jenis baja
tinggi, tetapi perbandingan antara kekuatan terhadap beratnya juga tinggi sehingga
komponen baja tersebut tidak terlalu berat jika dihubungkan dengan kapasitas muat
bebannya, selama bentuk-bentuk struktur yang digunakan menjamin bahwa bahan
tersebut dipergunakan secara efisien.
2.1.1 Kekurangan Baja Sebagai Elemen Struktur
Sebagai elemen struktur, baja memiliki kekurangan yang diantaranya: biaya
pemeliharaan; biaya perlindungan terhadap kebakaran; rentan terhadapa
buckling(tekuk); fatik(menurunnya kekuatan baja karena mendapat beban siklis);
dan keruntuhan getas.
2.1.2 Kelebihan Baja Sebagai Elemen Struktur
Kelebihan baja terlihat dari kekuatan, relative ringan, kemudahan dalam
pemasangan. Tetapi masih banyak lagi kelebihan yang dimiliki oleh baja, antara
lain: kekuatan yang tinggi; keseragaman; elastis; permanen; daktil(sifat baja
untuk menahan deformasi yang besar tanpa keruntuhan terhadap beban tarik);
liat(toughness); sangat baik sebagai tambahan pada struktur yang telah ada.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di paragraph sebelumnya, baja juga memiliki
kelebihan dalam kemudahan penyambungan, cepat dalam pemasangan, dapat dibentuk
sesuai dengan profil yang diinginkan, dapat digunakan kembali setelah pembongkaran,
masih bernilai walaupun sudah tidak menjadi elemen struktur, dan adaktif terhadap pre-
fabrikasi.
4
2.2 BALOK
Jika beban gravitasi bekerja pada balok tumpuan sederhana dengan bentang yang
cukup panjang, balok akan melentur kebawah dengan bagian atas tertekan dan
berperilaku seperti batang tekan. Sebagaimana umumnya balok mempunyai dimensi
tinggi yang lebih besar dibandingkan lebarnya, sehingga momen inersia bagian yang
tertekan terhadap sumbu vertikal (sumbu y) akan lebih kecil dibandingkan momen
inersia terhadap sumbu x. Jika tidak diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y maka
balok akan mengalami tekuk lateral akibat beban yang lebih kecil.
Tekuk lateral tidak akan terjadi jika flens tekan dikekang secara lateral pada jarak
tertentu. Dalam hal ini perlu ditinjau tekuk akibat momen dari balok baja daktil kompak
dengan berbagai kondisi sokongan lateral. Penampang kompak adalah penampang
dengan profil yang memungkinkan terjadinya tegangan plastis penuh sebelum terjadi
tekuk.
Gambar 2.1 Momen nominal sebagai fungsi dari panjang tanpa sokongan pada flens tekan
Dari gambar diatas terlihat bahwa balok mempunyai tiga daerah tekuk
tergantung pada kondisi sokongan lateral yang diberikan. Jika pada balok diberikan
sokongan lateral menerus atau pada jarak yang dekat, maka balok akan menekuk secara
plastis(termasuk dalam tekuk Zona 1). Dengan bertambahnya jarak sokongan lateral,
balok akan runtuh secara inelastic pada momen yang lebih kecil (termasuk dalam Zona
2). Dan jika jarak sokongan diperbesar lagi, balok akan runtuh secara elastis(termasuk
dalam Zona 3).
5
2.2.1 Tekuk Plastis (Zona 1)
Jika pada balok kompak diberikan sokongan lateral pada flens tekan dengan jarak
tertentu, maka balok tersebut dapat dibebani sampai tercapai momen plastis dan
redistribusi momen apabila jarak pengaku tidak lebih dari Lp. Nilai Lp tergantung
pada dimensi penampang balok dan tegangan lelehnya. Umumnya balok berada
dalam Zona 1.
Penampang lingkaran atau persegi atau I yang melentur terhadap sumbu lemah
tidak ada batasan terhadap mutu baja. Karena jika penampang I melentur terhadap
sumbu lemah atau sumbu y, maka tidak akan terjadi tekuk sebelum tercapai
momen plastis penuh Mp terhadap sumbu y.
Untuk dapat dikatakan sebagai penampang kompak, rasio lebar-tebal dari flens dan
web dari penampang I dan C diberikan batasan sebagai berikut:
Untuk flens
λp =
√
Untuk web
λp =
√
Dalam rumus diatas, h adalah jarak dari kaki fillet web atas dan
bawah(sama dengan dua kali jarak dari sumbu netral ke sisi dalam flens tekan
dikurangi jari-jari fillet).
2.2.2 Tekuk Inelastis (Zona 2)
Dengan bertambahnya jarak sokongan lateral, momen yang dapat ditahan oleh
penampang akan berkurang sampai akhirnya akan terjadi tekuk sebelum seluruh
penampang tertekan mencapai tegangan leleh. Jarak maksimum sokongan lateral
dimana masih dapat tercapai tegangan leleh Fy pada suatu titik adalah akhir dari
daerah inelastis. Nilai tersebut diberikan dalam Gambar 2.1 dan nilainya
tergantung pada properti penampang balok, tegangan leleh, dan tegangan
redusial/sisa pada balok. Jadi, jika terdapat momen yang secara teoritis
menyebabkan tegangan leleh tercapai pada satu titik (sesungguhnya kurang dari Fy
karena adanya tegangan redusial), maka penampang akan mengalami tekuk.
Dengan bertambahnya jarak sokongan lateral flens tekan hingga melampaui Lp
maka kapasitas momen akan semakin kecil. Akhirnya pada jarak sokongan lateral
Lr, penampang akan menekuk secara elastis sesaat setelah tercapainya tegangan
6
leleh. Karena adanya tegangan sisa Fr, tegangan elastis yang ditimbulkan oleh
momen hanya dapat mencapai Fyw - Fr. Dengan asumsi Cb = 1,0 kapasitas
momen untuk profil I atau C kompak yang melentur terhadap sumbu x untuk
Lb=Lr dapat dihitung dengan rumus berikut.
3 Mu= bMr= b S x ( F yw F r)
Lr merupakan fungsi dari properti penampang seperti luas penampang, modulus
elastisitas, tegangan leleh, dan properti warping dan torsi. Rumus yang cukup rumit
untuk menghitungnya diberikan dalam Spesifikasi LRFD (F1), tetapi nilai untuk
profil balok tertentu diberikan dalam”Load Factor Design Selection Table.”
Dengan jarak sokongan lateral Lr sampai dengan Lp terlihat bahwa tekuk tidak akan
terjadi jika tegangan leleh tercapai terlebih dahulu. Jika balok berada dalam Zona 2
maka terjadi penetrasi tegangan leleh dari serat terluar ke arah dalam. Untuk kasus
seperti ini, jika jarak sokongan lateral berada di antara Lp dan Lr maka kapasitas
momen akan bervariasi secara linier antara Mu = ØFyZ pada Lp dan ØbSx(Fyw - Fr)
pada Lr. Untuk menentukan nilai momen diantara Lp dan Lr kapasitas momen dapat
ditentukan dengan persamaan pada LRFD. Jika Cb lebih besar dari 1,0, penampang
akan dapat menahan momen lebih besar tetapi tidak lebih dari ØbMp = ØbFyZ.
ØbMn = Cb[ØbMp – BF(Lb – Lp)] ØbMp
dimana BF adalah faktor yang diberikan dalam “Load Factor Design Selection
Table” untuk masing-masing penampang.
2.2.3 Tekuk Elastis (Zona 3)
Jika jarak sokongan lateral lebih besar dari Lr penampang akan menekuk secara
elastis sebelum tercapai tegangan leleh dimanapun. Dengan bertambahnya jarak
sokongan lateral, momen tekuk menjadi lebih kecil. Jika pada balok ini momen
terus ditingkatkan, balok akan berdefleksi secara lateral hingga mencapai momen
kritis Mcr. Pada situasi ini penampang balok akan terpuntir dan flens tertekan akan
bergerak secara lateral. Momen Mcr diberikan oleh tahanan torsi dan tahanan
warping balok.
Jika jarak sokongan lateral flens tekan balok lebih besar dari Lr penampang akan
menekuk secara elastis sebelum tegangan leleh tercapai pada satu titik penampang.
Spesifikasi LRFD Section memberikan persamaan untuk menentukan momen
tekuk lentur-torsi, Mcr.
7
Rumus ini berlaku untuk profil I simetri ganda kompak, kanal dengan beban pada
bidang web, profil I simetri tunggal dengan flens tekan lebih besar dari flens tarik.
Tekuk lentur-torsi tidak mungkin terjadi jika momen inersia penampang terhadap
sumbu lentur sama atau lebih kecil dari momen inersia terhadap luar bidang lentur.
Akubatnya, kondisi batas dari tekuk lentur-torsi tidak berlaku untuk profil yang
melentur terhadap sumbu lemah, untuk profil dengan Ix Iy, untuk penampang
pipa atau persegi. Kelelahan akan menentukan jika penampang non-kompak.
2.2.4 Penampang Kompak dan Non-kompak
Penampang kompak adalah penampang yang mampu mencapai distribusi tegangan
plastis penuh(dengan asumsi tersedia sokongan lateral menerus) sebelum terjadi
tekuk lokal pada web atau flens. Untuk dapat dikelompokkan sebagai kompak,
penampang W atau I harus mempunyai rasio lebar-tebal b/t tidak boleh lebih dari
λp = 65/ . Juga, web yang menerima tekan akibat lentur rasio h/t tidak boleh
lebih dari λp = 640/ .
Penampang non-kompak adalah penampang dimana tegangan leleh dapat tercapai
pada beberapa tempat tetapi tidak seluruh elemen tekannya sebelum terjadi tekuk.
Jadi pada penampang seperti ini tidak dapat terjadi distribusi tegangan plastis
penuh. Penampang non-kompak adalah penampang dengan rasio-rasio tinggi/tebal
web lebih dari λp = 141√ - sedangkan untuk web tidak boleh lebih dari λr =
970/
8
Gambar 2.2 nilai n, b, dan t yang digunakan untuk menghitung batas rasio lebar-
tebal,
Jika penampang non-kompak, yaitu penampang dengan λp λ λr, nilai Mn
diperoleh dengan interpolasi linier antara Mp dan Mr sebagaimana dalam
persamaan berikut:
Untuk tekuk lateral-torsi
Jika λ λr, kondisi batas dari tekuk lateral-torsi dan tekuk lokal flens ditentukan
dari rumus LRFD Appendix dan diberikan dibawah ini. Dalam rumus tersebut S
adalah modulus penampang, Fcr adalah tegangan kritis rencana untuk elemen
tekan.
Mn = Mcr = SFcr Mp
2.2.5 Geser
Saat balok melentur, gaya geser akan terjadi karena adanya perubahan
panjang dalam serat longitudinal. Lentur positif akan menyebabkan tertariknya
serat bawah dan serat atas memendek dan diantaranya terdapat sumbu netral
dimana serat tidak berubah panjangnya. Dengan adanya perbedaan deformasi ini,
serat tertentu cenderung akan menggeser serat di atas atau di bawahnya.
Geser horisontal dan vertikal pada suatu titik tidak terpisah dan keduanya
harus terjadi secara simultan. Pada umumnya, gaya geser bukan hal yang
menimbulkan masalah dalam balik karena web dari profil mampu menahan gaya
geser yang besar. Berikut adalah kondisi yang menyebabkan geser menjadi
penting:
1. Jika beban terpusat yang cukup besar ditempatkan dekat tumpuan maka gaya
geser akan meningkat cukup besar tanpa peningkatan momen lentur.
2. Pertemuan dua elemen kaku(pertemuan balok dan kolom) sehingga webnya
terletak pada bidang yang sama.
3. Jika balok dipotong atau diberi takikan seperti pada Gambar 3.3(c) maka akan
timbul geser. Dalam hal ini gaya geser harus dihitung terhadap tinggi yang
9
tersisa. Hal yang sama terjadi jika dibuat lubang pada web untuk perpipaan
atau keperluaan lainnya.
4. Secara teoritis balok dengan bentang pendek yang diberikan beban berat dapat
mengalami geser yang berlebihan, tetapi hal ini jarang terjadi kecuali pada
kasus 1
5. Geser akan menjadi masalah meskipun pada pembebanan yang biasa jika web
terlalu tipis, baik itu digunakan dalam profil baja cetakan atau elemen built-up.
10
2. Tekuk inelastic web.
11
2.3 BRACING A KONSENTRIS
Pada umumnya bracing dirancang untuk menahan kekuatan angin dan gempa.
Bracing ini dibuat dengan bentuk menyerupai huruf A. Dengan bertujuan untuk menahan
gaya tarik dan gaya tekan dan memperkuat struktur terutama dalam kolom.
12
BAB III
DATA STRUKTUR
13
3.1.2 Denah Lantai 1-4
LANTAI 1
LANTAI 2
14
LANTAI 3
LANTAI 4
LANTAI 5
15
3.1.3 Portal B dan E 3.1.5 Portal 2 dan 5
16
3.2 DATA DAN SPESIFIKASI MATERIAL RENCANA STRUKTUR
Pembebanan struktur yang bekerja yaitu beban mati ( terdiri dari beban akibat
berat sendiri dan beban mati tambahan), beban hidup, beban angin, dan beban
Gedung 1987.
a. Beban Mati
Beban mati yang yang terdapat pada struktur ini berupa beban yang berasal
dari berat sendiri struktur dan juga beban mati tambahan dari beban dinding,
b. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja berasal dari beban pengguna yang disesuaikan
beban yang dihitung sebesar 250 kg/m2 untuk di ruang kuliah dan 400 kg/m2
untuk pembebanan pada koridor. Kemudian beban pekerja yang bekerja selama
c. Beban Angin
Beban angin yang digunakan sebesar 25 kg/m2, besarnya nilai beban angin yang
17
dihitung sebesar 0,9 kali besarnya beban angin dibebani sejajar bidang arah X
maupun arah Y.
d. Beban Gempa
yang telah ada karena penulis belum mempelajari ilmu tentang gempa.
e. Kombinasi Pembebanan
sebagai berikut:
Dengan :
18
PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Beban Mati
1. Lantai 1
2. Lantai 2-4
3. Lantai 5
Beban Hidup
19
Panel 1 Panel 2
Panel 3
Panel 4
Panel 5 Panel 6
Panel 1
DL = 538 kg/cm2 x 0,75 = 403,5 kg/m
LL = 300 kg/cm2 x 0,75 = 225 kg/m
Panel 2
DL = 538 kg/cm2 x 0,75 = 403,5 kg/m
LL = 538 kg/cm2 x 0,75 = 225 kg/m
Panel 3
DL = 538 kg/cm2 x 0,75 = 403,5 kg/m
LL = 300 kg/cm2 x 0,75 = 225 kg/m
Panel 4
DL = 538 kg/cm2 x 3 = 1614 kg/m
LL = 300 kg/cm2 x 3 = 900 kg/m
Panel 5
DL = 538 kg/cm2 x 0,75 = 403,5 kg/m
LL = 300 kg/cm2 x 0,75 = 225 kg/m
Panel 6
DL = 538 kg/cm2 x 3 = 1614 kg/m
LL = 300 kg/cm2 x 1,5 = 450 kg/m
20
BAB IV
INTERPRETASI
21
4.2 GAYA-GAYA DALAM PADA BALOK (Kip in)
GESER (Kip-in)
1. X = 0,5 / Lantai 1
Geser terbesar ada di batang no 541, 542, 543, 546, 547, 548, 551, 552,553, 556,
22
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 1
Batang 541, geser maksimum = 1,194 k
Profil W12x65 (d = 12,12 in ; tw = 0,390 ; k = jarak dari serat flens terjauh ke
Jawab :
h = d – 2*k = 12,12 – 2* = 9,495 in
(OK)
vVn = (0.9)*(0,6)*(fyw)*(Aw)
= (0,9)*(0,6)*(36)*(12,12*0,39) = 91,89 k > 1,194 k (Memenuhi Syarat)
23
2. X = 4,5 / Lantai 2
Geser terbesar ada di batang no 367, 369, 370, 375, 377 dan 429
24
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 2
Batang 367, geser maksimum = 46,395 k
Profil W12x106 (d = 12,89 in ; tw = 0,610 ; k = jarak dari serat flens terjauh ke
kaki las pada web = 1 =
Jawab :
h = d – 2*k = 12,89 – 2* = 11,37 in
(OK)
vVn = (0.9)*(0,6)*(fyw)*(Aw)
= (0,9)*(0,6)*(36)*(12,89*0,61) = 152,85 k > 46,395 k (Memenuhi Syarat)
25
3. X = 8,5 / Lantai 3
Geser terbesar ada di batang no 401, 402, 403, 413, 414 dan 415
26
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 3
Batang 401, geser maksimum = 33,799 k
Profil W12x79 (d = 12,38 in ; tw = 0,47 ; k = jarak dari serat flens terjauh ke
kaki las pada web = 1 =
Jawab :
h = d – 2*k = 12,38 – 2* = 10,86 in
(OK)
vVn = (0.9)*(0,6)*(fyw)*(Aw)
= (0,9)*(0,6)*(36)*(12,38*0,47) = 113,11 k > 33,799 k (Memenuhi Syarat)
27
4. X = 12,5 / Lantai 4
Geser terbesar ada di batang no 461, 462, 463, 573, 574 dan 575
28
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 4
Batang 461, geser maksimum = 33,799 k
Profil W12x79 (d = 12,38 in ; tw = 0,47 ; k = jarak dari serat flens terjauh ke
kaki las pada web = 1 =
Jawab :
h = d – 2*k = 12,38 – 2* = 10,86 in
(OK)
vVn = (0.9)*(0,6)*(fyw)*(Aw)
= (0,9)*(0,6)*(36)*(12,38*0,47) = 113,11 k > 33,799 k (Memenuhi Syarat)
29
5. X = 16,5 / Lantai 5
Geser terbesar ada di batang no 312, 313, 314, 324, 325 dan 326
30
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 5
Batang 312, geser maksimum = 33,799 k
Profil W12x79 (d = 12,38 in ; tw = 0,47 ; k = jarak dari serat flens terjauh ke
kaki las pada web = 1 =
Jawab :
h = d – 2*k = 12,38 – 2* = 10,86 in
(OK)
vVn = (0.9)*(0,6)*(fyw)*(Aw)
= (0,9)*(0,6)*(36)*(12,38*0,47) = 113,11 k > 33,799 k (Memenuhi Syarat)
31
KESIMPULAN PERHITUNGAN GESER
Ke Sap Manual
(kip-in) (kip-in)
syarat
syarat
syarat
syarat
syarat
32
MOMEN (Kip-ft)
1. X = 0,5 / Lantai 1
Momen terbesar ada di batang no 541, 542, 543, 546, 547, 548, 551, 552, 553,
33
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 1
Batang 541, momen maksimum = 7,84 kip-ft
Profil W12x65 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,6 ft ; Lr = 44,7 ft ; BF = 2,8 ; [ b
Mp = 261)
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ b Mp – BF (Lb – Lp)]
34
2. X = 4,5 / Lantai 2
Momen terbesar ada di batang no 367, 369, 375, 377 dan 429
35
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 2
Batang 367, momen maksimum = 369,6426 kip-ft
Profil W12x106 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 67,2 ft ; Mp = 443;
BF = 2,95)
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
36
3. X = 8,5 / Lantai 3
Momen terbesar ada di batang no 401, 402, 403, 413, 414 dan 415
37
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 3
Batang 401, momen maksimum = 269,253 kip-ft
Profil W12x79 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,7 ft ; Lr = 51,8 ft ; Mp = 321;
BF = 2,88)
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
38
4. X = 12,5 / Lantai 4
Momen terbesar ada di batang no 461, 462, 463, 573, 574 dan 575
39
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 4
Batang 461, momen maksimum = 269,253 kip-ft
Profil W12x79 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,7 ft ; Lr = 51,8 ft ; Mp = 321;
BF = 2,88)
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
40
5. X = 12,5 / Lantai 5
Momen terbesar ada di batang no 312, 313, 314, 324, 325 dan 326
41
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 5
Batang 312, momen maksimum = 269,253 kip-ft
Profil W12x79 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,7 ft ; Lr = 51,8 ft ; Mp = 321;
BF = 2,88)
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
42
KESIMPULAN PERHITUNGAN MOMEN
Ke Sap Manual
(kip-ft) (kip-ft)
syarat
syarat
syarat
syarat
syarat
43
LENDUTAN (Kip-ft)
1. X = 0,5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 1
Joint no 30, lendutan maksimum = -0,001685 ft-k
Berat sendiri = 555,46 kip/8m = 1,764
Jawab :
44
2. X = 4,5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 2
Joint no 695, lendutan maksimum = -0,010529 ft-k
Berat sendiri = 555,467 kip/8m = 1,764022
Jawab :
45
3. X = 8,5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 3
Joint no 694, lendutan maksimum = -0,019607 ft-k
Berat sendiri = 555,467 kip/8m = 1,764022
Jawab :
46
4. X = 12,5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 4
Joint no 104, lendutan maksimum = -0,028313 ft-k
Berat sendiri = 555,467 kip/8m = 1,764022
Jawab :
47
5. X = 16,5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 5
Joint no 376, lendutan maksimum = -0,034703 ft-k
Berat sendiri = 555,467 kip/8m = 1,764022
Jawab :
48
KESIMPULAN PERHITUNGAN LENDUTAN
Berikut
(Kip-ft) (Kip-ft)
syarat
syarat
syarat
syarat
syarat
49
4.3 GAYA-GAYA DALAM PADA KOLOM
MOMEN (Kip-ft)
X = 0,5 / Lantai 1
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 1
Profil W12x190 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 82 ft ; Mp = 565;
BF = 2,95)
Batang no 564, momen maksimum = 0
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
13 < 26,5< 82
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
50
X = 4,5 / Lantai 2
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 2
Profil W12x136 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75 ft ; Mp = 532;
BF = 2,95)
Batang no 568, momen maksimum = 0 kip-ft
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
13 < 26,5< 75
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
51
X = 8,5 / Lantai 3
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 3
Profil W12x79 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,7 ft ; Lr = 51,8 ft ; Mp = 321;
BF = 2,95)
Batang no 591, momen maksimum = 0 kip-ft
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
52
X = 12,5 / Lantai 4
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 4
Profil W12x79 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,7 ft ; Lr = 51,8 ft ; Mp = 321;
BF = 2,95)
Batang no 596, momen maksimum = 0 kip-ft
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
53
X = 16,5 / Lantai 5
PENGECEKKAN
Dik :
Lantai 5
Profil W12x65 (Lb = 8 m = 26,25 ft ; Lp = 12,6 ft ; Lr = 44,7 ft ; Mp = 261;
BF = 2,95)
Batang no 603, momen maksimum = 7,738 E-16 kip-ft
Jawab :
Zona 2
Lp < Lb < Lr
b Mn = Cb [ Mp – BF (Lb – Lp)]
54
KESIMPULAN PERHITUNGAN MOMEN
(kip-ft) (kip-ft)
Memenuhi
Lantai 1 564 0 496,43
syarat
Memenuhi
Lantai 2 492,93
568 0
syarat
Memenuhi
Lantai 3 591 281,03
0
syarat
Memenuhi
Lantai 4 596 281,03
0
syarat
Memenuhi
Lantai 5 603 7,738 E-16 220,74
syarat
55
TARIK AKSIAL DAN TEKAN AKSIAL (Kip-ft)
X = 0,5 / Lantai 1
Tarik Aksial
Tekan Aksial
PENGECEKKAN
Jawab :
Tarik Aksial
Lantai 1 Batang no 567
Profil W12x190 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 82 ft ; Mp = 565; b Mr
= 564,62 Kip-ft
56
+( ) 1
+( ) 1
Tekan Aksial
Lantai 1 Batang 763
Profil W14x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 5,6 ft ; Lr = 67,9 ft ; Mp = 571;
b Mr = 371 Kip-ft ; BF = 3,86 ; rx = 6,24 in = 0,52 ft; ry = 3,74 in = 0,31 ft; Zx =
212 in3 = 0,123 ft3 ; Zy = 202 in3 = 0,12 ft3)
P maks = -418,614 kip-ft
A = 35,3 = 0,245 ft2
Momen Maks = 0 kip-ft
Lp = = = 15,4 ft = 2642,64 K
cP n = 2880 K
M3 = Muy = 0
57
X = 4,5 / Lantai 2
PENGECEKKAN
Jawab :
Tarik Aksial
Lantai 2 Batang no 568
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
= 501,82 Kip-ft
+( ) 1
+( ) 1
58
Tekan Aksial
Lantai 2 Batang 569
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
b Mr = 318 Kip-ft ; BF = 2,95 ; rx = 5,51 in = 0,46 ft; ry = 3,13 in = 0,26 ft; Zx =
186 in3 = 0,11 ft3 ; Zy = 85,4 in3 = 0,045 ft3)
P maks = -154,701 kip-ft
A = 35,3 = 0,245 ft2
Momen Maks = 0 kip-ft
Lp = = = 13 ft = 2090,4 K
cP n = 2880 K
M3 = Muy = 0
Syarat)
59
X = 8,5 / Lantai 3
PENGECEKKAN
Jawab :
Tarik Aksial
Lantai 3 Batang no 591
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
= = 0,07< 0,2
= 501,82 Kip-ft
+( ) 1
+( ) 1
60
Tekan Aksial
Lantai 3 Batang 592
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
b Mr = 318 Kip-ft ; BF = 2,95 ; rx = 5,51 in = 0,46 ft; ry = 3,13 in = 0,26 ft; Zx =
186 in3 = 0,11 ft3 ; Zy = 85,4 in3 = 0,045 ft3)
P maks = -108,75 kip-ft
A = 35,3 = 0,245 ft2
Momen Maks = 0 kip-ft
Lp = = = 13 ft = 2090,4 K
cP n = 2880 K
M3 = Muy = 0
Syarat)
61
X = 12,5 / Lantai 4
PENGECEKKAN
Jawab :
Tarik Aksial
Lantai 4 Batang no 596
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
= = 0,039< 0,2
= 501,82 Kip-ft
+( ) 1
+( ) 1
62
Tekan Aksial
Lantai 4 Batang 597
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
b Mr = 318 Kip-ft ; BF = 2,95 ; rx = 5,51 in = 0,46 ft; ry = 3,13 in = 0,26 ft; Zx =
186 in3 = 0,11 ft3 ; Zy = 85,4 in3 = 0,045 ft3)
P maks = -63,694 kip-ft
A = 35,3 = 0,245 ft2
Momen Maks = 0 kip-ft
Lp = = = 13 ft = 2090,4 K
cP n = 2880 K
M3 = Muy = 0
Syarat)
63
X = 16,5 / Lantai 5
PENGECEKKAN
Jawab :
Tarik Aksial
Lantai 5 Batang no 600
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
= = 0,013< 0,2
= 501,82 Kip-ft
+( ) 1
+( ) 1
64
Tekan Aksial
Lantai 5 Batang 601
Profil W12x120 (Lb = 4 m = 13,13 ft ; Lp = 13 ft ; Lr = 75,5 ft ; Mp = 502;
b Mr = 318 Kip-ft ; BF = 2,95 ; rx = 5,51 in = 0,46 ft; ry = 3,13 in = 0,26 ft; Zx =
186 in3 = 0,11 ft3 ; Zy = 85,4 in3 = 0,045 ft3)
P maks = -19,159 kip-ft
A = 35,3 = 0,245 ft2
Momen Maks = 0 kip-ft
Lp = = = 13 ft = 2090,4 K
cP n = 2880 K
M3 = Muy = 0
Syarat)
65
KESIMPULAN PERHITUNGAN TARIK AKSIAL
Perhitungan
Lantai P Maksimum Dari Sap
Batang no Manual Keterangan
Ke (kip-ft)
(kip-ft)
Memenuhi
Lantai 1 567 -95,238 0,069
Syarat
Memenuhi
Lantai 2 0,0454
568 -62,086
Syarat
Memenuhi
Lantai 3 591 0,033
-44,463
Syarat
Memenuhi
Lantai 4 596 0,019
-26,84
Syarat
Memenuhi
Lantai 5 600 -9,382 0,000686
Syarat
66
KESIMPULAN PERHITUNGAN TEKAN AKSIAL
Perhitungan
Lantai P Minimum Dari Sap
Batang no Manual Keterangan
Ke (kip-ft)
(kip-ft)
Memenuhi
Lantai 1 763 -418,614 0,32
Syarat
Memenuhi
Lantai 2 0,026
569 -154,701
Syarat
Memenuhi
Lantai 3 592 0,019
-108,75
Syarat
Memenuhi
Lantai 4 597 0,013
-63,694
Syarat
Memenuhi
Lantai 5 601 -19,159 0,000378
Syarat
67
4.4 BERAT SENDIRI
4.5 HARGA
Harga gedung 5 Lantai rancangan saya sebesar = Berat sendiri * Harga baja 1 Kg
= 25.692,32 * 13.500
= Rp 346.846.320
Jadi biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan gedung 5 lantai dengan bahan dasar baja
sebesar Rp 346.846.320
68
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan dan analisis struktur yang telah penulis lakukan,
bangunan dan profil yang digunakan dapat di wujudkan dalam sebuah konstruksi karena
telah aman untuk diaplikasikan. Mulai dari analisis gaya-gaya dalam pada kolom dan
balok hingga kapasitas rasio. Selain itu, biaya total untuk membangun gedung lima lantai
5.2 KOMENTAR
Dalam perancangan, apabila menggunakan profil yang berbeda untuk setiap lantai
akan mengakibatkan harga bangunan yang menjadi murah karena lebih efisien dalam
penggunaan profilnya, hanya saja akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama dalam
yang sama untuk setiap lantai, maka harga bangunan menjadi lebih mahal karena kurang
efisien, namun dalam menganalisis gaya-gaya dalam secara manual, membutuhkan waktu
lebih cepat. Dalam menentukan pilihan seorang perancang harus mengetetahui betul
dalam pemilihan profil mana yang akan digunakan untuk setiap lantainya.
69