Penerapan Penemuan Hukum, Ultra Petita dan Ex Officio Hakim Secara Proporsional Karya: Dr. Drs. H. A. Mukti Arto, S.H., M.Hum. (Hakim Agung lingkungan Peradilan Agama)
Mufti Hasan (Mentee pada PA Banyuwangi)
KONTEN BAHASAN
Apa itu keadilan berdasarkan Ketuhanan
YME?
Apa itu ex officio Hakim?
Apa itu Penemuan Hukum?
Apa itu Ultra Petita?
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME • Undang-Undang –melalui pasal 2 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman- mengamanatkan agar penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman dilakukan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya keadilan yang berlandaskan nilai- nilai Ketuhanan dan dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. • Hal tersebut menjadi komitmen para Hakim di Mahkamah Agung dan empat lingkungan peradilan di bawahnya dan Hakim Konstitusi untuk menggunakan segala potensi, baik kodrati (intelektualitas) maupun konstitusi (kewenangan yang diberikan Undang-Undang), untuk mengupayakan keadilan. • Keadilan dalam suatu perkara yang diupayakan oleh Hakim dimanifestasikan dalam bentuk Putusan. • Putusan Hakim memenuhi rasa keadilan berdasarkan Ketuhanan YME apabila memenuhi standar berikut: 1) Pihak yang berhak telah mendapatkan haknya; 2) Pihak yang berkewajiban telah memenuhi kewajibannya; 3) Tercipta keseimbangan dan tidak ada diskriminasi; 4) Tidak ada pihak yang menang secara tidak halal; dan 5) Putusan bersifat eksekutorial. Ex Officio Hakim • Sebagai Pejabat Pengemban Kekuasaan Kehakiman yang bertugas untuk mewujudukan keadilan berdasarkan Ketuhanan YME, Hakim dibekali wewenang dan tanggung jawab ex officio. • Ada tujuh wewenang sekaligus tanggung jawab ex officio yang melekat pada diri seorang Hakim karena amanat Undang-Undang, yaitu: 1. Mewujudkan keadilan berdasarkan Ketuhanan YME; 2. Menemukan fakta hukum yang benar; 3. Menemukan konsepsi hukum yang tepat dan fungsional; 4. Membantu pencari keadilan untuk mendapatkan keadilan; 5. Mengadili di luar petitum demi perlindungan hukum dan keadilan; 6. Menjatuhkan amar putusan yang eksekutabel ; 7. Menjatuhkan amar penopang kemudahan eksekusi agar efektif dan efisien. Penemuan Hukum • Penemuan Hukum adalah tindakan intelektual yang dilakukan Hakim untuk mengatasi kendala-kendala yuridis yang muncul di persidangan guna mewujudkan keadilan berdasarkan Ketuhanan YME; • Di satu sisi, Penemuan Hukum merupakan wewenang, artinya Hakim dapat menggunakan atau mengesampingkan wewenang tersebut, tentu melihat ada tidaknya kendala yuridis dalam suatu perkara. Di lain sisi, Penemuan Hukum merupakan tanggung jawab yang berkaitan dengan upaya merealisasikan Keadilan berdasarkan Ketuhanan YME, terutama terhadap perkara yang mengalami kendala yuridis; • Kendala yuridis dapat dijumpai pada setiap proses peradilan, mulai dari penerimaan, pemeriksaan, putusan, dan penyelesaian perkara. Pada tiap proses tersebut melekat wewenang ex officio Hakim untuk melakukan Penemuan Hukum; • Kendala yuridis bisa berupa: 1) Kekosongan hukum; 2) Ketidakjelasan hukum; 3) Kesenjangan antara hukum dengan obyek hukum; • Penemuan Hukum dilakukan dengan cara: 1) Penafsiran Hukum; 2) Argumentasi Hukum; 3) Konstruksi Hukum; dan 4) Penciptaan Hukum. Ultra Petita • Ultra Petita merupakan tindakan Hakim memutus sesuatu yang tidak digugat (kuantitatif) atau memutus melebihi dari yang digugat (kualitatif); • Ultra Petita merupakan tindakan ilegal karena dilarang oleh Undang-Undang; • Ultra Petita dilarang karena tidak sesuai tujuan dasar peradilan untuk mewujudkan Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME; • Dampak dari ultra petita adalah: 1) Terrampasnya hak Penggugat untuk mendapatkan sesuai yang digugat; 2) Tergugat menanggung kewajiban yang tidak semestinya; • Meski dilarang, larangan ultra petita tidak bisa digeneralisasi dan dipandang secara parsial, mengingat Undang-Undang juga memberikan wewenang dan tanggung jawab secara ex officio kepada Hakim untuk mengadili di luar petitum demi perlindungan hukum dan keadilan; • Dua hal yang tampak kontradiksi tersebut harus dilihat secara holistik, bertolak dari tujuan dasar peradilan untuk mewujudkan Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME; • Dengan demikian, tambahan di luar petitum adalah dibolehkan selama: 1) Tidak berkenaan dengan pokok perkara; dan 2) Dilakukan guna mewujudkan keadilan berdasarkan Ketuhanan YME. Thank You Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit.