NIM : 1031611037
PENGANTAR GEOLOGI MIGAS 4-B
CEKUNGAN
@ PULAU SUMATERA
Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang
berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indo-Australia, yang bergerak ke
arah utara hingga timurlaut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam. Zona
penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan
Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang berada di antara zona
interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona konvergensi dalam
berbagai bentuk dan arah. Penunjaman lempeng Indo-Australia tersebut dapat
mempengaruhi keadaan batuan, morfologi, tektonik dan struktur di Sumatera
Selatan. Tumbukan tektonik lempeng di Pulau Sumatera menghasilkan jalur busur
depan, magmatik, dan busur belakang (Bishop, 2000). Cekungan Sumatera
Selatan termasuk kedalam cekungan busur belakang (Back Arc Basin) yang
terbentuk akibat interaksi antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng mikro-
sunda. Cekungan ini dibagi menjadi 4 (empat) sub cekungan (Pulonggono, 1984)
yaitu: 1. Sub Cekungan Jambi 2. Sub Cekungan Palembang Utara 3. Sub
Cekungan Palembang Selatan 4. Sub Cekungan Palembang Tengah Cekungan ini
terdiri dari sedimen Tersier yang terletak tidak selaras (unconformity) di atas
permukaan metamorfik dan batuan beku Pra-Tersier.
CEKUNGAN
@ PULAU JAWA
GEOMORFOLOGI
Zona ini meliputi pantai utara Jawa yang membentang dari Tuban ke arah
berarah barat-timur dan berselingan dengan dataran aluvial. Lebar rata-rata zona
ini adalah 50 km dengan puncak tertinggi 515 m (Gading) dan 491 (Tungangan).
Litologi karbonat mendominasi zona ini. Aksesibilitas cukup mudah dan karakter
tanah keras.
Jalur Rembang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium
yang memanjang ke arah Barat – Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora,
Jatirogo, Tuban sampai Pulau Madura. Morfologi di daerah tersebut dapat dibagi
Lusi, yang mengalir ke arah Baratdaya, melalui Kota Blora dan bermuara di
Bengawan Solo.
STRUKTUR GEOLOGI
Pulau Jawa dan sekitarnya, khususnya Cekungan Jawa Timur bagian Utara
Pulonggono, 1994).
Evolusi tektonik di Jawa Timur bisa diikuti mulai dari Jaman Akhir Kapur
(85 – 65 juta tahun yang lalu) sampai sekarang (Pulonggono, 1990). Secara
ringkasnya, pada cekungan Jawa Timur mengalami dua periode waktu yang
menyebabkan arah relatif jalur magmatik atau pola tektoniknya berubah, yaitu
pada jaman Paleogen (Eosen – Oligosen), yang berorientasi Timur Laut – Barat
Daya (searah dengan pola Meratus). Pola ini menyebabkan Cekungan Jawa Timur
bagian Utara, yang merupakan cekungan belakang busur, mengalami rejim
tektonik regangan yang diindikasikan oleh litologi batuan dasar berumur Pra –
Tersier menunjukkan pola akresi berarah Timur Laut – Barat Daya, yang
ditunjukkan oleh orientasi sesar – sesar di batuan dasar, horst atau sesar – sesar
anjak dan graben atau sesar tangga. Dan pada jaman Neogen (Miosen – Pliosen)
geologi lipatan, sesar – sesar anjak dan menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara
Jawa Timur bagian Utara, data yang mendukung kedua pola tektonik bisa dilihat
(North East Java Basin) yaitu Zona Kendeng, Zona Rembang – Madura, Zona
Keadaan struktur perlipatan pada Cekungan Jawa Timur bagian Utara pada
berarah Timur Laut – Barat Daya dan ada beberapa sesar naik berarah Timur –
Barat.
Tawun, bahkan kadang – kadang sampai Kujung Bawah. Di bagian selatan dari
daerah ini terletak antara lain struktur – struktur Banyubang, Mojokerep dan
Ngrayong.
positif yang jelas berdekatan dengan Cepu. Di jalur positif sebelah Utara terdapat
Ngimbang High.
1. CEKUNGAN KUTAI
Gambar 3.1 Fisiografi Cekungan Kutai (Peterson dkk., 1997 dalam Mora dkk.,2001)
KONDISIS GEOLOGI
a. Batuan Induk
oil dan gas dari percampuran kerogen dengan tipe yang berbeda. Nilai
TOC berkisar antara 0.14 ± 15.37% dan rata ± rata berkisar antara 0.5 ±
1.0%. Endapan serpih organic dari delta plain bawah sampai lingkungan
delta front diketahui sebagai batuan induk pada barat laut Kalimantan dan
b. Batuan Reservoar
lepas pantai (inner offshore) terdiri dari sedimen ±sedimen lower delta
channel juga hadir dengan dimensi yang sama denngan reservoar darat
namun lebih jarang muncul. Reservoar pada delta front terdiri dari
bar biasanyaterdapat di bagian sayap dari antikllin dan dapat juga muncul
dan erosi 1.000 kaki sedimen berumur Oligosen dan Miosen (Anshary,
besar mudston
d. Migrasi
Migrasi primer hidrokarbon terjadi pada batuan induk Eosen Tengah ±
Eosen.
2. CEKUNGAN TARAKAN
Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga dengan Cekungan Tarakan
(IBS, 2006) merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Kalimantan
Timur bagian utara. Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 sub-cekungan
yaitu: Sub-cekungan Tidung, Sub-cekungan Berau, Sub-cekungan Tarakan, dan
Sub-cekungan Muara (Biantoro dkk., 1996; IBS, 2006). Batas-batas dari empat
sub-cekungan tersebut adalah zona-zona sesar dan tinggian. Bagian utara dari
Cekungan Kalimantan Timur Utara dibatasi oleh Tinggian Samporna yang
terletak sedikit ke utara dari perbatasan wilayah Indonesia dan Malaysia. Bagian
barat ke arah Kalimantan dibatasi oleh Punggungan Sekatak-Berau. Sedangkan di
bagian selatan, terdapat Punggungan Mangkalihat yang memisahkan Cekungan
Tarakan dengan Cekungan Kutai. Batas timur dan tenggara dari cekungan ini
berupa laut lepas Selat Makasar.
.Fasa ini berubah menjadi regresif ketika proses rifting berakhir dan
pengangkatan mencapai puncaknya pada akhir dair Miosen Akhir. Pengangkatan
yang kedua ini berbeda dengan proses pengangkatan pertama karena berkembang
ke arah timur dan menghasilkan Punggungan Dasin-Fanny. Proses rifting yang
kedua ini menghasilkan sesar-sesar normal yang memiliki arah timurlaut-
baratdaya.
Gambar 2. Tektonik Sub-Cekungan Tarakan (Modifikasi dari
Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-
sedimen berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau
disebut juga Formasi Damiu (IBS, 2006), Formasi Sembakung, dan Batulempung
1. Cekungan Minahasa
Cekungan Minahasa terletak di bagian utara Pulau Sulawesi, Indonesia Timur. Secara
geografis, cekungan ini terletak di antara 12°00’ - 12°40’ BT dan 10° - 20° LU dan
memiliki luas area mencapai 16.910 km2. Batuan dasar cekungan berumur Kapur, dengan
dipengaruhi oleh interaksi tumbukan tiga lempeng, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak
ke barat, Lempeng India-Australia bergerak ke utara dan Lempeng Eurasia yang ditekan
oleh pergerakan dua lempeng diatasnya. Batas cekungan berdasarkan pada anomali gaya
berat yang menunjukkan anomali negatif dan didukung data isopach. Cekungan Minahasa
dibatasi oleh Busur Sangihe dan Filipina Selatan di bagian timur, pada bagian selatan
dibatasi oleh lengan utara Sulawesi, bagian barat oleh Pulau Kalimantan dan bagian utara
kedalaman kurang dari 200 m membatasi bagian pinggir sepanjang pesisir utara
(PERTAMINA-BEICIP, 1992).
Gambar 0.1 Tektonik umum dan Peta penyebaran batuan wilayah Sulawesi
(modifikasi dari Silver dkk., 1983 dalam Djajadihardja dkk., 2003).
CEKUNGAN
@ PULAU INDONESIA TIMUR
related Basins.
lapisan Tersier terlipat kuat membentuk sesar naik dan sungkup ke arah
Banggai.
• Cekungan Bintuni
Pada Cekungan ini terbukti batuan Pra- Tersier
berbentuk asimetri.