Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam fikih muamalah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan,
seperti, dalam melaksanakan hak dan bertindak. Tindakan tersebut tidak
boleh menimbulkan kerugian terhadap orang lain. Setiap orang yang
melakukan tindakan yang merugikan orang lain, sekalipun tidak disengaja,
akan diminta pertanggungjawabannya. Pada setiap transaksi, terdapat
beberapa prinsip dasar yang ditetapkan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
Pertama, setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang
bertransaksi, kecuali transaksi yang jelas-jelas melanggar aturan syariat.
Kedua, syarat-syarat transaksi itu dirancang dan dilaksanakan secara bebas
namun bertanggungjawab. Ketiga, setiap transaksi dilakukan secara sukarela,
tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan keempat, syari' (pembuat hukum)
mewajibkan agar setiap perencanaan transaksi dan pelaksanaannya
didasarkan atas niat baik, sehingga segala bentuk penipuan dan kecurangan,
dapat dihindari.
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yaitu masalah muamalah(akad,
transaksi) dalam berbagai bidang . Karena masalah muamalah ini langsung
melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari sekian banyak transaksi atau
akad yang ada, diantaranya adalah akad al-musyarakah. Dari pengertiannya,
Al- Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah
dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu mekanisme yang dapat
menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang bermanfaat
untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap kegiatan yang
dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat dari akad musyarakat?
2. Bagaimana penetapakan nisbah dalam akad musyarakat?
3. Bagaimana perlakuan dan ilustrasi akuntansi dalam akad musyarakat?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat dari akad musyarakat?
2. Mengetahui penetapakan nisbah dalam akad musyarakat?
3. Mengetahui perlakuan dan ilustrasi akuntansi dalam akad musyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Musyarakah
Menurut Afzalur Rahman, Seorang Deputy Sectetary General in The
Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari
musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.
PSAK No 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana untuk
mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah
berjalan maupun yang baru, selanjutnya salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya
secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain. Investasi musyarakah dapat
dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama diantara para pemilik modal
yang mencampurkan modala mereka dengan tujuan mencari keuntungan.
Dalam musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk
membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut.
Modal yang ada dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.
Setiap mitra harus memberi kontibusi dalam pekerjaan dan ia menjadi
wakil mitra lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang
mitra tidak dapat lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra lainnya
dalam menjalankan aktivitas bisnis yang normal.
Dengan bergabungnya dua orang atau lebih yang diperoleh diharapkan
jauh lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri, karena didukung oleh
kemampuan akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis yang lebih luas,
keahlian yang lebih beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang
lebih tinggi, dan lain sebagainya.
Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada
para mitra sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase
maupun periodenya harus secara tegas dan jelas ditentukan di dalam
perjanjian), sedangkan bila rugi akan didistribusikan kepada para mitra sesuai
dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan
dari mitra lainnya karena bertentangan dengan prinsip utang muncul bersama
risiko (al ghunnu bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mencegah mitra
melakukan kelalalan, melakukan kesalahan disengaja atau melanggar
perjanjian yang sudah disepakati, diperbolehkan meminta jaminan dari mitra
lain atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini baru dapat dicairkan apabila
terbukti ia melakukan penyimpangan. PSAK No. 106 par 7 memberikan
beberapa contoh kesalahan yang disengaja yaitu: (a) pelanggaran terhadap
akad; antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan
pendapatan operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah.
Dalam musyarakah, dapat ditemukan aplikasi ajaran islam tentang
ta’awun (gotong-royong), ukhuwah tentang persaudaraan dan keadilan.
Keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan
yang bisa saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh faktor lain
selain modal misalnya keahlian, pengalaman, ketersediaan waktu dan
sebagainya. Selain itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal
merupakan keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah
ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika
utang yang punya modal lebih besar akan menanggung risiko finansial yang
juga lebih besar.
Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidang
pertanian yang pada prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk kontrak
bagi hasil yang ditetapkan pada tanaman pertanian setahun dinamakan
muzara’ah. Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah, maka disebut
mukharabah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian tahunan disebut musaqat (Karim, 2003).
Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad
kerja sama dibuat secara tertulis dan dihadiri oleh para sanksi. Akad atau
perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan
besarnya modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian
kerja diantara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba
dan periode pembagiannya dan lain sebagainya. Apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat merujuk kepada
kontrak yang telah disepakati bersama.
Apabila terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan atara pihak
yang bersengketa maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan keputusan
institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrase syariah.

B. Jenis Akad Musyarakah


Dalam prinsip syariah, Ekonomi memiliki berbagai jenis atau bisa
disebut program kerjasama. Agar transaksi bisa berjalan dengan baik, dan
tidak merugikan pihak manapun. Karena masalah muamalah ini langsung
melibatkan manusia dalam masyarakat dan membawa finansial yang menjadi
hal sensitif pemicu perdebatan.

1. Syirkah Al-Inan
Syirkah Al-Inan memiliki arti dimana ada dua pihak atau lebih
memberikan penyertaan modalnya dengan porsi yang berbeda, maka
dengan bagi hasil keuntungan yang disepakati bersama dan kerugian yang
diderita akan di tanggung sesuai dengan besarnya porsi modalnya masing-
masing. Sehingga sebagian orang cenderung memilih jenis akad ini,
karena lebih aman dan menjanjikan. Ataupun bagi mereka yang tidak
memiliki modal dan dana terlalu besar.
Dalam hal pekerjaan dan tanggung jawab akan ditentukan dengan
kesepakatan bersama dan tidak tergantung pada porsi modalnya, begitu
juga dengan keuntungan yang akan didapat. Mereka tidak akan bergantung
dari porsi modal di sesuaikan dengan perjanjian di muka.Setiap mitra dari
Syirkah Al-Inan maka akan bertindak sebagai wakil dibandingkan mitra
yang lainnya dalam hal modal, serta jenis pekerjaan yang dilakukan untuk
keperluan transaksi bisnisnya. Selain itu ciri khas lainnya adalah setiap
mitra tidak akan saling memberikan jaminan pada masing-masing mitra
bisnisnya, meskipun dalam bentuk barang atau persediaan sejenisnya.
Akad ini bersifat tidak mengikat dan pada saat tertentu, mitra dan
partner bisa mengundurkan diri dan mencoba memutus kontrak. Namun
kembali lagi, anda harus menggunakan prosedur yang teratur agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan kerugian mendadak. Selain itu cara
mengundurkan diri pun menggunakan kerjasama dan penjualan saham,
bukan memutus bisnis secara sepihak.

2. Syirkah Al-Mufawadah
Dalam akad ini, setiap mitra harus menyertakan modal yang sama
nilainya untuk mendapatkan profit yang sesuai dengan modalnya.
Begitupun jika mengalami kerugian dan harus menanggung bersama
sesuai modal. Para Ulama dari Mazhab Hanafi menyatakan bahwa setiap
partner saling menjamin untuk garansi bagi partner lainnya.
Sedangkan Ulama dari Mazhab Hanafi dan Zaidi memandang
bahwa bentuk partnership merupakan hal yang legal, sedangkan Mazhab
Hanbali dan Shafi’i memandang bahwa yang dipahami Mazhab Hanafi
tidak berdasar dan ilegal. Sesungguhnya Syirka Al-Mufawadah cukup sulit
di aplikasikan, karena modal kerja dan keahlian dari masing-masing
partner berbeda-beda. Sedangkan untuk mewujudkan bisnis ini, porsi yang
mereka miliki harus sama beserta persediaan yang melingkupinya.

3. Syirkah a’mal
Kontrak kerjasama antara dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
Misal dua orang arsitek menggarap sebuah proyek.

4. Syirkah wujuh
Kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana mereka membeli barang
secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan
jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Jenis
syrirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit
berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa disebut dengan
musyarakah piutang.

C. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Musyarakah
a) Al Qur’an
“Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS 4:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS 38:24)
b) As Sunnah
Hadist Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat
terhadap yang lainnya. Apabila seorang berkhianat kepada yang
lainnya maka Aku keluar dari keduanya.” (HR Abu Dawud dan Al
Hakim dari Abu Hurairah)
”Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat,
sepanjang keduanya tidak saling berkhianat.” (HR. Muslim)
Berdasarkan keterangan Al Qur’an dan hadits tersebut, pada
prinsipnya seluruh ahli fikih sepakat menetapkan bahwa hukum
musyarakah adalah mubah, meskipun mereka masih memperselisihkan
keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.
2. Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip
kemitraan dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai
keuntungan bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam akad musyarakah
atau rukun musyarakah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas para mitra
2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab Kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan syariah
1. Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh
2. Objek musyarakah
Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya
akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja.
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus tunai.
2) Modal yang diberikan harus dapat berupa uang tunai, emas, perak,
aset perdagangan, atau aset tak terwujud seperti lisensi, hak paten,
dan sebagainya.
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati
bersama.
4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak
diperbolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk
kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai
pembelian bangunan, yang lain untuk membiayai pembelian
perlengkapan kantor.
5) Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola
aset kemitraan.
6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah,
demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal
musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut.
Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri.
8) Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada peminjaman
modal, seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya,
karena musyrakah didasarkan prinsip al ghunmu bi al ghurmi - hak
untuk mendapatkan keuntungan berhubungan dengan risiko yang
diterima. Namun demikian, seorang mitra dapat meminta mitra
yang lain menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila
mitra tersebut melakukan kelalaian atau kesengajaan yang
disengaja.
9) Modal yang ditanamkan tidak boleh ditanamkan untuk membiayai
proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah.
2) Tidak dibenarkan bahwa salah seorang di antara mitra menyatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.
3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak
harus sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta
bagian keuntungan yang lebih besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas
yang ia sepakati, berhak memperkerjakan orang lain untuk
menangani pekerjaan tersebut. Jika ia sendiri yang melakukan
pekerjaan itu, ia berhak menerima upah yang sama dengan yang
dibayar untuk pekerjaan itu di tempat lain, karena biaya pekerjaan
tersebut merupakan tanggungan musyrakah.
7) Jika seorang mitra memperkerjakan pekerja lain untuk
melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul
harus ditanggungnya sendiri.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan
di antara para mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikualifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba
dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul
bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati,
misalnya, untuk organisasi kemanusiaan tertentu atau untuk
cadangan.
Apabila terjadi kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai
dengan porsi modal dari maisng-masing mitra. Dalam musyarakah yang
berkelanjutan (going concern) diperbolehkan untuk menunda alokasi
kerugian dan dikompensasikan dengan keuntungan pada masa-masa
berikutnya. Sehingga nilai modal musyarakah adalah tetap sebesar jumlah
yang disetorkan dan selisih dari modal adalah merupakan keuntungan atau
kerugian.
3. Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah akan berakhir, jika:
1. salah seorang mitra menghentikan akad.
2. salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.
Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh
salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal
sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
3. modal musyarakah hilang/habis.
Apabila salah satu dari mitra keluar dari kemitraan baik dengan
mengundurkan diri, meninggal atau hilang akal maka kemitraan
tersebut dikatakan bubar. Karena musyarakah berawal dari kesepakatan
utnuk bekerja sama dan dalam kegiatan operasional setiap mitra yang
mewakili mitra lainnya. Dengan salah seorang mitra tidak ada lagi
berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.

D. Penetapan Nisbah Dalam Akad Musyarakah


Nisbah dapat ditentukan melalui 2 cara, yaitu:
1. Pembagian Keuntungan Proporsional Sesuai Modal
Cara ini dilakukan dengan cara membagi keuntungan antara para mitra
secara proporsional sesuai dengan modal yang telah disetorkan, tanpa
memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra
tersebut sama atau tidak. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih
besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.
Jika para mitra mengatakan “keuntungan akan dibagi di antara kita”, berarti
keuntungan akan dialokasikan menurut porsi modal masing-masing mitra.
2. Pembagian Keuntungan Tidak Proporsional dengan Modal
Penentuan nisbah yang dipertimbangkan dalam cara ini bukan hanya
modal yang disetorkan saja, akan tetapi juga tanggung jawab, pengalaman,
kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang.
Mazhab Hanafi dan Hambali beragumentasi bahwa keuntungan bukan
hanya berupa hasil modal, melainkan hasil interaksi antara modal dan kerja.
Bila salah satu mitra lebih berpengalaman, ahli, dan teliti dari lainnya, maka
diperbolehkan baginya untuk mensyaratkan bagi dirinya sendiri suatu bagian
tambahan dari keuntungan sebagai ganti dari sumbangan kerja yang lebih
banyak. Mereka merujuk pada perkataan Ali bin Abi Thalib r.a: “keuntungan
harus sesuai dengan yang mereka tentukan, sedangkan kerugian harus
proporsional dengan modal mereka”.
Nisbah dapat ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda
70:30 (misalnya) atau proporsional dengan modal masing-masing mitra.
Begitu para mitra sepakat atas nisbah tertentu berarti dasar inilah yang
digunakan untuk pembagian keuntungan.
E. Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi akad musyarakah dilihat dari sisi pelaku yaitu
mitra aktif dan mitra pasif. Mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab
untuk melakukan pengelolaan usaha sehingga mitra aktif yang akan
mengelola pencatatan akuntansi. Mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
bertanggung jawab mengelola usaha.
1. Akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif
Akuntansi utuk kedua pihak ini dianggap sama karena dalam ilustrasi ini
pencatatan akuntansi dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk. Perbedaan
pencatatannya adalah, jika mitra aktif harus membuat harus membuat buku
besar pembantu untuk memisahkan pencatatan transaksi musyarakah dengan
transaksi lainnya.
a. Pengakuan investasi musyarakah
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
b. Biaya pra-akad
Biaya ini tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali
ada persetujuan dari seluruh mitra.
Jurnal saat mitra aktif mengeluarkan biaya:
Uang muka akad xxx
Kas xxx

Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi,
maka jurnalnya:
Investasi musyarakah xxx
Uang muka akad xxx

Apabila mitra tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi,
jurnal yang dibuat:
Beban musyarakah xxx
Uang muka akad xxx
c. Pengukuran investasi musyarakah
• Apabila investasi dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
diserahkan:
Investasi musyarakah-kas xxx
Kas xxx

• Apabila investasi dalam bentuk non-kas dinilai sebesar nilai wajar.


Jika nilai wajar aset non-kas yang diserahkan lebih besar dari nilai
buku, selisihnya dicatat dan dilaporkan dalam bagian ekuitas.
Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Aset non kas xxx

Selisih penilaian aset tersebut diamortisasi selama masa akad


musyarakah menjadi keuntungan.
Selisish penilaian aset musyarakah xxx
Keuntungan xxx

Jika aset musyarakah bernilai lebih rendah dari nilai buku, selisihnya
dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.
Investasi musyarakah aset nonkas xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Kerugian penurunan nilai xxx
Aset nonkas xxx

Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dimana di akhir akad akan
diterima kembali maka aset tersebut disusutkan berdasarkan nilai
wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa
ekonomis aset.
Beban depresiasi xxx
Akumulasi depresiasi xxx

Untuk mitra pasif, apabila investasi aset nonkas memiliki nilai wajar
lebih besar dari nilai buku maka selisihnya dicatat dalam akun
keuntungan tangguhan dan dilaporkan sebagai akun kontra investasi
musyarakah. Jika aset tersebut dikembalikan di akhir akad, maka akun
investasi nonkas akan berkurang sebesar nilai beban penyusutan aset
yang dikurangi amortisasi keuntungan tangguhan.

d. Jurnal untung dan rugi


Apabila investasi musyarakah menghasilkan keuntungan, jurnalnya:
Kas/piutang xxx
Pendapatan bagi hasil xxx

Apabila investasi musyarakah menghasilkan kerugian, jurnalnya:


Kerugian xxx
Penyisihan kerugian xxx

e. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas dan di akhir
akad yang aset tersebut dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar
aset nonkas ketika aset tersebut diserahkan. Maka, di akhir akad aset
tersebut dijual dan keuntungan atau kerugiannya didistribusikan pada
setiap mitra sesuai nisbah penyertaan/rasio modal.
Ketika pelunasan tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
menghasilkan keuntungan, maka jurnalnya:
Kas xxx
Investasi musyarakah xxx
Keuntungan xxx

Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan


aset menghasilkan keuntungan, maka jurnalnya:
Kas xxx
Penyisihan kerugian xxx
Investasi musyarakah xxx
Keuntungan xxx

Pencatatan di akhir akad


• Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas.
Jurnal jika tidak ada kerugian:
Kas xxx
Investasi musyarakah xxx

Jurnal jika ada kerugian:


Kas xxx
Penyisihan kerugian xxx
Investasi musyarakah xxx

• Apabila modal investasi diserahkan dalam bentuk aset nonkas


Jurnal jika tidak ada kerugian:
Aset nonkas xxx
Investasi musyarakah xxx

Jurnal jika ada kerugian:


Penyisihan kerugian xxx
Kas xxx
Aset nonkas xxx
Investasi musyarakah xxx

f. Bagian mitra aktif untuk investasi musyarakah menurun (dengan


pengembalian secara bertahap) sehingga nilai investasi musyarakahnya
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal akad
ditambah jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan pada
mitra pasif dan dikurangi kerugian jika ada. Untuk bagian mitra pasif, nilai
investasi sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal akad
dikurangi pengembalian dari mitra aktif dan kerugian.

g. Penyajian
Hal-hal yang dilaporkan mitra aktif dalam laporan keuangan adalah:
• Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
• Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer.
• Selisih penilaian aset musyarakah disajikan sebagai unsur ekuitas.

Hal-hal yang dilaporkan mitra pasif dalam laporan keuangan adalah:


• Kas atau aset nonkas yang disishkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musayarah.
• Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos kontra investasi
musyarakah.
h. Pengungkapan
Hal-hal yang diungkap mitra terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas, pada:
• Isi kesepakatan utama usaha musyarakah
• Pengelola usaha
• Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

2. Akuntansi untuk pengelola dana


a. Penerimaan dana musyarakah dari mitra diakui sebagai dana syirkah
temporer, sebesar:
• Jurnal apabila penerimaan dalam bentuk kas:
Kas xxx
Dana syirkah temporer xxx
Dana syirkah temporer dipisahkan antara dana dari mitra aktif atau
mitra pasif.
• Jurnal apabila penerimaan dalam bentuk aset nonkas, dicatat sebesar
nilai wajar:
Aset nonkas xxx
Dana syirkah temporer xxx

Pencatatan depresiasi aset apabila dikembalikan:


Beban depresiasi xxx
Akumulasi depresiasi xxx
b. Pencatatan pembagian laba mitra aktif dan pasif
• Saat mencatat pendapatan
Kas/piutang xxx
Pendapatan xxx
• Saat mencatat beban
Beban xxx
Kas/utang xxx

• Jurnal penutup (apabila laba)


Pendapatan xxx
Beban xxx
Pendapatan yang belum dibagi xxx

• Jurnal ketika dibagihasilkan


Pendapatan yang belum dibagi xxx
Kas xxx

• Jurnal penutup ketika ada kerugian


Pendapatan xxx
Penyisihan kerugian xxx
Beban xxx

• Jurnal jika ada kerugian yang disebabkan kelalaian mitra aktif


Piutang-mitra aktif xxx
Penyisihan kerugian xxx
c. Pendapatan yang dilakukan pada akhir akad
• Jurnal jika dana investasi yang diserahkan berupa kas
Dana syirkah temporer xxx
Kas xxx
Penyisihan kerugian xxx

• Jurnal jika dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas


Dana syirkah temporer xxx
Aset nonkas xxx

Jika aset dikembalikan dan terjadi kerugian, jurnalnya:


Kas xxx
Penyisihan kerugian xxx
• Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas dan
dikembalikan di akhir akad dalam bentuk kas, maka aset nonkas haru
dijual/dilikuidasi dan selisih penjualannya didistribusikan kepada tiap
mitra sesuai nisbah penyertaan.
Jurnal jika penjualan tersebut menguntungkan:
Kas xxx
Akumulasi depresiasi xxx
Aset nonkas xxx
Keuntungan xxx

Jurnal penutupan keuntungan:


Keuntungan xxx
Dana syirkah temporer xxx

Jurnal ketika penjualan mengalami kerugian:


Kas xxx
Akumulasi depresiasi xxx
Penyisihan kerugian xxx
Aset nonkas xxx

Jurnal pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan


penjualan mengalami keuntungan:
Dana syirkah temporer xxx
Kas xxx

Jurnal pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan


penjualan mengalami keuntungan:
Dana syirkah temporer xxx
Penyisihan kerugian xxx
Kas xxx
F. ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUSYARAKAH
a. Penyerahan Modal Dilakukan secara Tunai
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
rupiah)
24 Desember 2004
Mengeluarkan biaya pra akad Uang Muka Rp 10.000
sebesar Rp 10.000 Kas Rp 10.000
Jika biaya pra akad ini disetujui oleh mitra
lain sebagai bagian investasi:
Investasi Musyarakah Rp 10.000
Uang Muka Rp 10.000
Jika tidak disetujui sebagai investasi:
Beban Musyarakah Rp 10.000
Uang Muka Rp 10.000
1 Januari 2012
Mitra aktif menyetorkan Investasi Musyarakah-Kas Rp 100.000 Investasi Musyarakah-Kas Rp 50.000 Kas Rp 150.000
modal sebesar Rp 100.000, Kas Rp 100.000 Kas Rp 50.000 Dana Syirkah Temporer Rp 100.000
sedangkan mitra pasif Mitra Aktif
menyetorkan modal sebesar Dana Syirkah Temporer Rp 50.000
Rp 50.000 Asumsi biaya pra Mitra Pasif
akad tidak disetujui sebagai
penambah investasi
musyarakah nisbah bagi hasil
3:1
31 Desember 2012 Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal
Perusahaan memperoleh penutup
- pendapatan Rp 100.000 Kas/Piutang Rp 100.000
- beban Rp 80.000 Pendapatan Rp 100.000
Beban Rp 80.000
Kas/Utang Rp 80.000
Pendapatan Rp 100.000
Pendapatan yang Belum Rp 20.000
Dibagikan (Kewajiban)
Beban Rp 80.000

- Pembayaran bagi hasil Kas Rp 15.000 Kas Rp 5.000 Pendapatan yang Rp 20.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 15.000 Pendapatan Bagi Hasil Rp 5.000 Belum dibagikan
Kas Rp 20.000
Jika tidak langsung dibagikan: Jika tidak langsung dibagikan:
Piutang Pendapatan Rp 15.000 Piutang Pendapatan Rp 5.000
Bagi Hasil Bagi Hasil
Pendapatan Bagi Hasil Rp 15.000 Pendapatan Bagi Hasil Rp 5.000

Saat dibagikan: Saat dibagikan:


Kas Rp 15.000 Kas Rp 5.000
Piutang Pendapatan Rp 15.000 Piutang Pendapatan Rp 5.000
Bagi Hasil Bagi Hasil
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Aset: Kewajiban:
Investasi Musyarakah Rp 100.000 Investasi Musyarakah Rp 50.000 Utang Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian 0 Penyisihan Kerugian 0 Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
Investasi (net) Rp 100.000 Investasi (net) Rp 50.000 Penyisihan Kerugian 0
Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
31 Desember 2013 Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal
penutup
Perusahaan memperoleh: Kas/Piutang Rp 85.000
- pendapatan Rp 85.000 Pendapatan Rp 85.000
- beban Rp 100.000 Beban Rp 100.000
Kas/Utang Rp 100.000
Pendapatan Rp 85.000
Penyisihan Kerugian Rp 15.000
Beban Rp 100.000
- Pembagian nisbah rugi Kerugian Rp 10.000 Kerugian Rp 5.000
sesuai nisbah modal 2:1 untuk Penyisihan Kerugian Rp 10.000 Penyisihan Kerugian Rp 5.000
mitra aktif dan mitra pasif
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Aset: Kewajiban:
Investasi Musyarakah Rp 100.000 Investasi Musyarakah Rp 50.000 Utang Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian (Rp 10.000) Penyisihan Kerugian (Rp 5.000) Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
Investasi (net) Rp 90.000 Investasi (net) Rp 45.000 Penyisihan Kerugian (Rp 15.000)
Dana Syirkah Temporer Rp 135.000
1 Januari 2014 Kas Rp 90.000 Kas Rp 45.000 Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
Pengembalian pada akhir Penyisihan Kerugian Rp 10.000 Penyisihan Kerugian Rp 5.000 Penyisihan Kerugian Rp 15.000
akad Investasi Musyarakah Rp 100.000 Investasi Musyarakah Rp 50.000 Kas Rp 135.000
b. Transaksi Dilakukan dengan Penyerahan Aset Nonkas dan Dikembalikannya pada Akhir Akad
Transaksi (dalam ribuan Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan/Mitra Aktif
rupiah)
1 Januari 2012
Mitra Aktif menyerahkan aset Investasi musyarakah Rp 120.000 Aset-Nonkas Rp 120.000
dengan harga perolehan Rp Akumulasi musyarakah Rp 20.000 Dana Syirkah Temporer Rp 120.000
100.000, akumulasi Aset Nonkas Rp 100.000 Mitra Aktif
penyusutan Rp 20.000, nilai Selisih Penilaian Aset Rp 40.000
pasar Rp 120.000

Mitra menyerahkan aset Investasi musyarakah Rp 30.000 Aset-Nonkas Rp 30.000


dengan memperoleh harga Akumulasi musyarakah Rp 10.000 Dana Syirkah Temporer Rp 30.000
perolehan Rp 50.000, Kerugian Rp 10.000 Mitra Pasif
akumulasi penyusutan Rp Aset Nonkas Rp 50.000
10.000, nilai pasar Rp 30.000
31 Desember 2012
Dengan asumsi: masa manfaat Beban Penyusutan Rp 40.000 Beban Penyusutan Rp 10.000
aset 3 tahun, nisbah bagi hasil Akumulasi Penyusutan Rp 40.000 Akumulasi Penyusutan Rp 10.000
3:1 dan masa akad 2 tahun

Amortisasi selisih keuntungan Selisih Penilaian Aset Rp 20.000


Keuntungan Rp 20.000
(40.000:2) Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal
Perusahaan memperoleh penutup
pendapatan Rp 100.000 dan Kas/Piutang Rp 100.000
beban sebesar Rp 40.000 Pendapatan Rp 100.000
Beban Rp 40.000
Kas/Utang Rp 40.000
Pendapatan Rp 100.000
Pendapatan yang Belum Rp 60.000
Dibagikan (Kewajiban)
Beban Rp 40.000
Pembayaran Bagi Hasil Kas Rp 45.000 Kas Rp 15.000
Pendapatan Bagi hasil Rp 45.000 Pendapatan Bagi hasil Rp 15.000
Jika tidak dibagi langsung: Jika tidak dibagi langsung: Pendapatan yang Rp 60.000
Piutang Pendapatan Bagi Rp 45.000 Piutang Pendapatan Bagi Rp 15.000 Belum dibagikan
Hasil Hasil Kas Rp 60.000
Pendapatan Bagi hasil Rp 45.000 Pendapatan Bagi hasil Rp 15.000
Saat uang pembayaran diterima: Saat uang pembayaran diterima:
Kas Rp 45.000 Kas Rp 15.000
Piutang pendapatan Rp 45.000 Piutang pendapatan Rp 15.000
bagi hasil bagi hasil
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Aset: Kewajiban:
Investasi Musyarakah Rp 120.000 Investasi Musyarakah Rp 30.000 Utang Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian 0 Penyisihan Kerugian 0 Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
Investasi (net) Rp 120.000 Investasi (net) Rp 30.000 Penyisihan Kerugian 0
Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
31 Desember 2013

Perusahaan memperoleh Beban penyusutan Rp 40.000 Beban penyusutan Rp 10.000


pendapatan Rp 80.000 dan Akumulasi penyusutan Rp 40.000 Akumulasi penyusutan Rp 10.000
beban Rp 100.000
Kerugian Penyusutan Rp 16.000 Kerugian Penyusutan Rp 4.000
Penyisihan Kerugian Rp 16.000 Penyisihan Kerugian Rp 4.000
Musyarakah Musyarakah

Amortisasi selisih keuntungan Selisih Penilaian Aset Rp 20.000 Mencatat pendapatan, beban, dan jurnal
Keuntungan Rp 20.000 penutup
Kas/Piutang Rp 80.000
Pendapatan Rp 80.000
Beban Rp 100.000
Kas/Utang Rp 100.000
Pendapatan Rp 80.000
Penyisihan Kerugian Rp 20.000
Beban Rp 100.000
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Aset: Kewajiban:
Investasi Musyarakah Rp 120.000 Investasi Musyarakah Rp 50.000 Utang Bagi Hasil Musyarakah 0
Penyisihan Kerugian (Rp 16.000) Penyisihan Kerugian (Rp 4.000) Dana Syirkah Temporer Rp 170.000
Investasi (net) Rp 104.000 Investasi (net) Rp 46.000 Penyisihan Kerugian (Rp 20.000)
Dana Syirkah Temporer Rp 150.000
1 Januari 2014

Mitra menyetorkan uang Penyisihan Kerugian Rp 16.000 Penyisihan Kerugian Rp 4.000 Kas Rp 20.000
untuk menutup kerugian Kas Rp 16.000 Kas Rp 4.000 Penyisihan Kerugian Rp 20.000
*) kas digunakan untuk menutup kerugian.

Pengembalian pada akhir akad Aset Nonkas Rp 60.000 Aset Nonkas Rp 5.000 Dana Syirkah Temporer Rp 30.000
dengan mengembalikan Akumulasi Penyusutan Rp 80.000 Akumulasi Penyusutan Rp 20.000 Aset Nonkas Rp 30.000
bentuk aset. Investasi Musyarakah Rp 120.000 Kerugian Musyarakah Rp 5.000
Asumsi nilai wajar aset Keuntungan Musyarakah Rp 20.000 Investasi Musyarakah Rp 30.000 Dana Syirkah Temporer Rp 120.000
nonkas masing-masing untuk Aset Nonkas Rp 120.000
mitra aktif sebesar Rp 60.000
dan untuk mitra pasif sebesar
Rp 5.000
BAB III
PENUTUP

No 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua


pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Jenis-jenis musyarakat yaitu syirkah Al-Inan memiliki arti dimana ada dua pihak
atau lebih memberikan penyertaan modalnya dengan porsi yang berbeda, maka
dengan bagi hasil keuntungan dan kerugian yang diderita akan di tanggung sesuai
dengan besarnya porsi modalnya. Yang kedua Syirkah Al-Mufawadah yaitu setiap
mitra harus menyertakan modal yang sama nilainya untuk mendapatkan profit
yang sesuai dengan modalnya. Yang ketiga Syirkah a’mal merupakan kontrak
kerjasama antara dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama
dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Yang keempat yaitu Syirkah wujuh,
merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta ahli dalam bisnis, mereka membeli barang secara kredit dari
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian

Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu: (1) Pembagian Keuntungan
Proporsional Sesuai Modal, cara ini dilakukan dengan cara membagi keuntungan
antara para mitra secara proporsional sesuai dengan modal yang telah disetorkan,
tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra
tersebut sama atau tidak. (2) Pembagian Keuntungan Tidak Proporsional dengan
Modal, penentuan nisbah yang dipertimbangkan dalam cara ini bukan hanya
modal yang disetorkan saja, akan tetapi juga tanggung jawab, pengalaman,
kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang.
Perlakuan akuntansi akad musyarakah dilihat dari sisi pelaku yaitu mitra aktif
dan mitra pasif. Mitra aktif adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan usaha sehingga mitra aktif yang akan mengelola
pencatatan akuntansi. Mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut bertanggung jawab
mengelola usaha. Akuntansi utuk kedua pihak ini dianggap sama karena dalam
ilustrasi ini pencatatan akuntansi dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk.
Perbedaan pencatatannya adalah, jika mitra aktif harus membuat harus membuat
buku besar pembantu untuk memisahkan pencatatan transaksi musyarakah dengan
transaksi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai