Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses, output)
dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan
KONSEP GCG
TUJUAN-TUJUAN GCG
Berdasarkan berbagai definisi GCG yang disampai di atas dapat diketahui ada lima
macam tujuan utama Good Corporate Governance yaitu :
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan demi
menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan.
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaan-perusahaan
pemerintah) terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional; dan
f. Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.
PRINSIP-PRINSIP GCG
MANFAAT GCG
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003) mengatakan
bahwa paling tidak ada lima alas an mengapa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
a. Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan GCG.
b. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang
kini telah banyak berubah.
e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Komite Audit
Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:
a. Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan
pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.
b. Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan hokumlonal.
c. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik
mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan hokuml.
d. Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang
analisa dan penyusunan laporan keuangan.
e. Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil
berkomunikasi dengan baik. Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit
tidak merangkap jabatan yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE-
03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-
103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang,
diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit mempunyai fungsi membantu Dewan
Komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan Keuangan, (ii) menciptakan iklim
disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, (iii) meningkatkan efektifitas fungsi
internal audit (SPI) maupun eksternal audit, serta (iv) Mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu DK,
sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada
DK), kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari DK,
misalmya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal, dan memimpin
suatu investigasi khusus. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan
dalamCharter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian
besar, yaitufinancial reporting, corporate governance, dan risk and control
management.
Pada akhirnya, suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan yang
terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu oleh
Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam memastikan
implementasi Good Corporate Governance berjalan dengan baik sehingga
kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari. (Alison)
Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar dimana berbagai
instrument keuangan jangka panjang hoku diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang terbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga-lembaga penunjang pasar modal, antara
lain:
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
Bursa Efek;
Lembaga Kliring;
Investor;
Akuntan public;
Konsultan hokum.
Menyadari tata kelola perbankan di Indonesia masih lemah, dalam upaya menata
kembali manajemen dan kegiatan perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan No 8/4/PBI/2006 pada tanggal 30 januari 2006 tentang implementasi GCG oleh
Bank-bank komersial. Secara garis besar, peraturan ini mengatur tentang :
Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, independensi dan kesetaraan
Tujuan implementasi GCE, minimal untuk merealisasikan:
Kejelasan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris dan Dewan Dereksi
Kelengkapan dan implementasi tugas komite dan unit pelaksana fungsi internal audit
bank
Kinerja ketaan, fungsi auditor internal dan eksternal
Implementasi manajemen resiko termasuk system pengendalian internal
Ketentuan dalam pihak-pihak terkait dan dana dalam jumlah besar
Rencana strategi bank
Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan
Jumlah komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris
Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Direksi
Komite
Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal
Implementasi Management Resiko
Ketentuan Dana
Rencana Strategis Bank
Aspek Transparansi Kondisi Bank
Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal
Laporan dan Asesmen Implementasi GCG
Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri
Sanksi-sanksi
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup.
Komite Audit yang mengawasi proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern,
proses audit internal dan eksternal serta proses manajemen risiko,
Komite Remunerasi yang selalu meninjau kebijakan dan strategi remunerasi
Perusahaan secara keseluruhan, dan
Komite Capital Expenditure, Financing and Management Process (CFMP) yang
mengawasi perencanaan belanja modal dan kebijakan pendanaan, manajemen
kapasitas dan supply chain serta penetapan target operasional.
a. Peran dan fungsi masing-masing komite perlu untuk terus diperkuat untuk memastikan
bahwa tata kelola perusahaan terbaik diimplementasikan di Perusahaan, dengan standar
yang tinggi dalam hal transparansi dan keterbukaan. Pada saat industri telekomunikasi
menuju era digital, Perusahaan harus menyiapkan seluruh sumber dayanya, khususnya
sumber daya manusia dan organisasi. Kompetensi sumber daya manusia dan organisasi
harus diperkuat secara berkelanjutan agar siap menghadapi tantangan industri. Perusahaan
sebagai organisasi juga perlu melanjutkan transformasi untuk mencapai tingkat kinerja
tertinggi.
Komitmen kami akan pelaksanaan GCG dalam setiap aspek bisnis merupakan kepatuhan
kami terhadap undang-undang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007 dan beberapa
aspek dari Sarbanes-Oxley Act (SOA), dimana semua anak perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) diharuskan untuk memenuhi ketentuan GCG
mengingat saham TELKOM yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE).
Pada saat yang sama, penerapan GCG juga dipandang sebagai elemen penting yang akan
memastikan daya saing Perusahaan untuk terus menjaga posisi sebagai pemimpin pasar
dan membantu dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya. Dalam rangka membangun struktur GCG yang kuat
dalam organisasi, kami memiliki lima prinsip yang menjadi pilar pelaksanaan GCG. Lima
prinsip tersebut adalah:
a. Transparansi
Prinsip ini harus dijalankan dalam upaya menghadirkan akses yang adil terhadap semua
informasi tentang kinerja keuangan dan operasional Perusahaan.
b. Akuntabilitas
Manajemen dan staf dari semua tingkatan juga diharuskan untuk mengembangkan
akuntabilitas tinggi dalam setiap tindakan yang diambil dan dalam menjaga hubungan
yang bermanfaat dengan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya serta
dalam menjaga kepatuhan terhadap peraturan.
c. Pertanggungjawaban
Prinsip ini membutuhkan komitmen dari seluruh elemen organisasi untuk menunjukkan
integritas dan tanggung jawab mereka dalam proses pengambilan keputusan, dalam
mempertahankan kepentingan dan aset pemegang saham Perusahaan dan manajemen
risiko untuk menjamin kelangsungan bisnis.
d. Kemandirian
Kami menggunakan kebebasan sebagai sebuah organisasi dengan integritas yang tinggi
dengan memastikan bahwa semua manajemen bebas dari konflik kepentingan dan / atau
pengaruh pihak lain.
e. Kewajaran
Kami menganut prinsip untuk memastikan bahwa seluruh pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya menerima perlakuan yang sama, termasuk peluang yang
adil bagi karyawan untuk mendapatkan promosi karir, pelatihan dan pendidikan, dan
akses terhadap informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, sukrisno & Ardana, I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.