Anda di halaman 1dari 10

BAB 6

PENGERTIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses, output)
dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan

 Cadbury Committee of United Kingdom


Cadbury, Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada
para shareholder khususnya, danstakeholder pada umumnya. Hal ini berkaitan dengan
peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
 Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI (2006)
Pengertian Good Corporate Governance menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia – FCGI (2006) tidak membuat definisi tersendiri tetapi mengambil definisi
dari Cadbury Commite of Uniter Kingdom, yang kalau diterjemahkan adalah:
“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan”
 Menurut Sukrisno Agoes (2006)
Mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu system yang mengatur
hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham, dan pemagku
kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses
yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,pencapaiannya dan penilaian
kinerjanya.
 Organization for Economic Cooperation and Development (OCED) ( dalam Tjager
dkk, 2004).
Mendefinisikan GCG sebagai suatu struktur yang terdiiri atas para pemegang saham,
direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan dan alat – alat yang
ingin yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.
 Menurut Wahyudi Prakarsa (2007:120)
GCG adalah mekanisme ublictrative yang mengatur hubungan-hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok
kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam
bentuk berbagai aturan permainan dan ublic intensif sebagai kerangka kerja yang
diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-
tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan.

KONSEP GCG

1. Wadah Organisasi (perusahaan, social, pemerintah)


Suatu system, proses dan seperangkart peraturan,
2. Model termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang
melandasi praktik bisnis yang sehat
Meningkatkan kinerja organisasi
3. Tujuan
Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku
kepentingan
Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan
yang signifikan dalam mengelola organisasi
Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan
tidak dirugikan
Mengatur dan mempertegas kembali hubungan peran,
wewenang dan tanggung jawab.
4. Mekanisme Dalam arti sempit: antar pemilik/pemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan direksi.
Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan

TUJUAN-TUJUAN GCG

Berdasarkan berbagai definisi GCG yang disampai di atas dapat diketahui ada lima
macam tujuan utama Good Corporate Governance yaitu :
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan demi
menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan.
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaan-perusahaan
pemerintah) terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional; dan
f. Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah.

PRINSIP-PRINSIP GCG

Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakanprinsip-prinsip yang


berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar inidiharapkan menjadi rujukan bagi para
regulator (pemerintah) dalammembangun framework bagi penerapan good corporate
governance. Prinsip-prinsip Dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan
oleh
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 31) adalah sebagai
berikut :
 Fairness (Perlakuan yang Setara)
Merupakan prinsip agar para pengelola memperlakuan yang sama terhadap para
pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk
pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).
 Transparency (Transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat
waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
 Accountability (Akuntablitas)
Adalah Prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina system
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statement )
yang dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.
 Responsibility (Prinsip Tanggung jawab)
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh ubli dan kerja
sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepemtingan dalam menciptakan
kesejahteraan.
 Indepandency (kemandirian)
Sebagai tambahan prinsip dalam pengelolaan BUMN, artinya suatu keadaan dimana
para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandiri,
bebas dari konflok kepentingan dan bebas dari tekanan / pengaruh dari manapun yang
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip
pengelolaan yang sehat.
 Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat
menjadi ublic pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan
yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

MANFAAT GCG
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003) mengatakan
bahwa paling tidak ada lima alas an mengapa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
a. Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan GCG.
b. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
c. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
d. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang
kini telah banyak berubah.
e. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme


penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat
memberikan manfaat antara lain:
a. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
b. Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
c. Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata ublic dalam jangka panjang.
d. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

GCG DAN HUKUM PERSEORANGAN DI INDONESIA

Definisi Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 40


Tahun 2007 (“UUPT”), berbunyi: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya
disebut(“Perseroan”), adalah badan hokum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya”
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan
hokuml penggantian kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia yang didasarkan atas
hokum hokum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 menjadi Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 adalah adanya perubahan dan perkembangan yang cepat
berkaitan dengan teknologi , ekonomi, harapan masyarakat tentang perlunya peningkatan
pelayanan dan kepastian hokum, kesadaran hokum dan lingkungan, sertatuntutan pengelolaan
usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Beberapa
ketentuan lama yang masih relevan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1995 masih dipertahankan. Namun ada beberapa ketentuan baru yang ditambahkan, antara
lain:
a. Dimungkinkan mengadakan RUPS dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada
seperti: telekonferensi, video konferensi dan yang lainnya
b. Kejelasan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian pengesahan status badan hokum
dan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan
c. Memperjelas dan mempeertegas tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan
Komisaris, termasuk mengatur mengenai komisaris independen dan komisaris utusan
d. Kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab hokum dan lingkungan

ORGAN KHUSUS DALAM PENERAPAN GCG, YAITU:


a. Komisaris Independen
b. Direktur Independen
c. Komite Audit
d. Sekretaris Perusahaan

 Komisaris Direktur Independen


Indra Surya dan ivan Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian
independen terkait konsep Komisaris Direktur Independen tersebut
Pertama, Komisaris dan Direktur Independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk
mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas). Sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Perseroan, anggota Direksi dan Komisaris diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS
didasarkan atas perbandingan jumlah suara para pemegang saham Kedua,
Komisaris dan Direktur Independen adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas
mewakili pihak manapun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang
pengetahuan, pengalaman dan keahlian hokumlonal yang dimilikinya untuk
sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan. Keberadaan Komisaris
Independen telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui peraturan BEI sejak tanggal 20
Juli 2001 mengenai beberapa hokuml tentang Komisaris Independen adalah sebagai
berikut:
a. Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham
Pengendali Perusahaan tercatat yang bersangkutan sekurang-kurangnya enam
bulan sebelum menunjukkan sebagai direktur tidak terafiliasi.
b. Tidak memiliki hubungan afiliasi Komisaris dan Direktur lainnya dari perusahaan
Tercatat yang bersangkutan.
c. Tidak bekerja rangkap sebagai direksi pada perusahaan lain
d. Tidak menjadi Orang Dalam pada lembaga atau profesi perpanjang pada pasar
modal yang jasanya digunakan oleh Perusahaan Tercatat selama enam bulan
sebelum penunjukan sebagai direktur

 Komite Audit
Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:
a. Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan
pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.
b. Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan hokumlonal.
c. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik
mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan hokuml.
d. Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang
analisa dan penyusunan laporan keuangan.
e. Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil
berkomunikasi dengan baik. Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit
tidak merangkap jabatan yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.
Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE-
03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-
103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang,
diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit mempunyai fungsi membantu Dewan
Komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas Laporan Keuangan, (ii) menciptakan iklim
disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan, (iii) meningkatkan efektifitas fungsi
internal audit (SPI) maupun eksternal audit, serta (iv) Mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu DK,
sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada
DK), kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari DK,
misalmya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal, dan memimpin
suatu investigasi khusus. Peran dan tanggung jawab Komite Audit akan dituangkan
dalamCharter Komite Audit yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga bagian
besar, yaitufinancial reporting, corporate governance, dan risk and control
management.
Pada akhirnya, suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan yang
terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara efektif dan dibantu oleh
Komite Audit adalah yang paling baik untuk ditempatkan dalam memastikan
implementasi Good Corporate Governance berjalan dengan baik sehingga
kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari. (Alison)

 Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)


Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis
karena orang dalam jabatan ini berfungsi sebagai pejabat penghubung (liason officer)
tau semacam public relations/ investor relations antara perusahaan dengan pihak
diluar perusahaan.tugas utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan dokumen
perusahaan, Daftar Pemegang Saham, risalah rapat direksi dan RUPS, serta
menyimpan dan menyediakan informasi penting lainnya bagi kepentingan seluruh
pemangku kepentingan.

GCG DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

Pada awalnya tujuan dibentuknya BUMN adalah merupakan penjabaran dan


implementasi pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Bumi dan air kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.” Berdasarkan peraturan yang ada, dapat dibedakan tiga jenis bentuk hokum BUMN
yaitu Persero, Perusahaan Umum (Perum), dan perusahaan jawatan (Perjan). Tjager dkk (2003)
selanjutnya mengungkapkan bahwa rendahnya kinerja BUMN ini ada kaitannya dengan belum
efektifnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di BUMN tersebut. Contohnya
pemberian remunerasi yang berlebihan kepada direksi. Tujuan GCG diatur dalam pasal 4
adalah:
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan, dan efesien, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemendirian organ.
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social BUMN terhadap para
pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
e. Menyukseskan program privatisasi.

GCG DAN PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA

Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar dimana berbagai
instrument keuangan jangka panjang hoku diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri, baik yang terbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
Keberadaan pasar modal ditentukan oleh lembaga-lembaga penunjang pasar modal, antara
lain:
 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan;
 Bursa Efek;
 Lembaga Kliring;
 Investor;
 Akuntan public;
 Konsultan hokum.

GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN DI INDONESIA

Menyadari tata kelola perbankan di Indonesia masih lemah, dalam upaya menata
kembali manajemen dan kegiatan perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan No 8/4/PBI/2006 pada tanggal 30 januari 2006 tentang implementasi GCG oleh
Bank-bank komersial. Secara garis besar, peraturan ini mengatur tentang :
 Prosedur pengelolaan melalui penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, independensi dan kesetaraan
 Tujuan implementasi GCE, minimal untuk merealisasikan:
 Kejelasan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris dan Dewan Dereksi
 Kelengkapan dan implementasi tugas komite dan unit pelaksana fungsi internal audit
bank
 Kinerja ketaan, fungsi auditor internal dan eksternal
 Implementasi manajemen resiko termasuk system pengendalian internal
 Ketentuan dalam pihak-pihak terkait dan dana dalam jumlah besar
 Rencana strategi bank
 Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan
 Jumlah komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris
 Jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Dewan Direksi
 Komite
 Ketaatan, Fungsi Auditor Eksternal dan Internal
 Implementasi Management Resiko
 Ketentuan Dana
 Rencana Strategis Bank
 Aspek Transparansi Kondisi Bank
 Konflik Kepentingan dan Pelaporan Internal
 Laporan dan Asesmen Implementasi GCG
 Implementasi GCG di Cabang Luar Negeri
 Sanksi-sanksi
 Ketentuan Peralihan
 Ketentuan Penutup.

CONTOH KASUS GOOD CORPORATE GOVERNANCE :

Good Corporate PT. Telkomsel Tbk.

Telkomsel selalu menekankan pentingnya Good Corporate Governance (GCG)/Tata Kelola


Perusahaan untuk terus diterapkan di perusahaan guna memastikan bahwa para anggota
Direksi ada di jalur yang benar untuk mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan. Fungsi
pengawasan didukung oleh sejumlah komite termasuk:

 Komite Audit yang mengawasi proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern,
proses audit internal dan eksternal serta proses manajemen risiko,
 Komite Remunerasi yang selalu meninjau kebijakan dan strategi remunerasi
Perusahaan secara keseluruhan, dan
 Komite Capital Expenditure, Financing and Management Process (CFMP) yang
mengawasi perencanaan belanja modal dan kebijakan pendanaan, manajemen
kapasitas dan supply chain serta penetapan target operasional.
a. Peran dan fungsi masing-masing komite perlu untuk terus diperkuat untuk memastikan
bahwa tata kelola perusahaan terbaik diimplementasikan di Perusahaan, dengan standar
yang tinggi dalam hal transparansi dan keterbukaan. Pada saat industri telekomunikasi
menuju era digital, Perusahaan harus menyiapkan seluruh sumber dayanya, khususnya
sumber daya manusia dan organisasi. Kompetensi sumber daya manusia dan organisasi
harus diperkuat secara berkelanjutan agar siap menghadapi tantangan industri. Perusahaan
sebagai organisasi juga perlu melanjutkan transformasi untuk mencapai tingkat kinerja
tertinggi.

Komitmen kami akan pelaksanaan GCG dalam setiap aspek bisnis merupakan kepatuhan
kami terhadap undang-undang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007 dan beberapa
aspek dari Sarbanes-Oxley Act (SOA), dimana semua anak perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) diharuskan untuk memenuhi ketentuan GCG
mengingat saham TELKOM yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE).

Pada saat yang sama, penerapan GCG juga dipandang sebagai elemen penting yang akan
memastikan daya saing Perusahaan untuk terus menjaga posisi sebagai pemimpin pasar
dan membantu dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya. Dalam rangka membangun struktur GCG yang kuat
dalam organisasi, kami memiliki lima prinsip yang menjadi pilar pelaksanaan GCG. Lima
prinsip tersebut adalah:

a. Transparansi
Prinsip ini harus dijalankan dalam upaya menghadirkan akses yang adil terhadap semua
informasi tentang kinerja keuangan dan operasional Perusahaan.

b. Akuntabilitas

Manajemen dan staf dari semua tingkatan juga diharuskan untuk mengembangkan
akuntabilitas tinggi dalam setiap tindakan yang diambil dan dalam menjaga hubungan
yang bermanfaat dengan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya serta
dalam menjaga kepatuhan terhadap peraturan.

c. Pertanggungjawaban

Prinsip ini membutuhkan komitmen dari seluruh elemen organisasi untuk menunjukkan
integritas dan tanggung jawab mereka dalam proses pengambilan keputusan, dalam
mempertahankan kepentingan dan aset pemegang saham Perusahaan dan manajemen
risiko untuk menjamin kelangsungan bisnis.

d. Kemandirian
Kami menggunakan kebebasan sebagai sebuah organisasi dengan integritas yang tinggi
dengan memastikan bahwa semua manajemen bebas dari konflik kepentingan dan / atau
pengaruh pihak lain.

e. Kewajaran
Kami menganut prinsip untuk memastikan bahwa seluruh pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya menerima perlakuan yang sama, termasuk peluang yang
adil bagi karyawan untuk mendapatkan promosi karir, pelatihan dan pendidikan, dan
akses terhadap informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, sukrisno & Ardana, I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai