Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional
bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Berdasarkan tujuan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat disebutkan bahwa
hakikat pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
menciptakan kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah
Indonesia, dan membantu melaksanakan ketertiban dunia dan perdamaian
abadi. Dalam pembangunan nasional dikenal beberapa prinsip dalam
penyusunan program pembangunan. Salah satu prinsip penyusunan program
pembangunan tersebut adalah pembangunan prasarana. Pembangunan
prasarana adalah pembangunan yang memberikan bantuan prasarana dan
sarana pendukung pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi.
Prinsip demikian diarahkan pada upaya memicu dan memacu dukungan bagi
pelaksanaan pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi. Tujuan
pembangunan prasarana adalah menyediakan bantuan basis pendukung
bagi pelaksanaan pembangunan manusia dan ekonomi (Bappenas, 2013).

Pembangunan nasional khususnya pembangunan prasarana sangat


berhubungan dengan perubahan kondisi lingkungan di bentang lahan suatu
ekosistem. Perubahan dapat bersifat langsung yang mengubah kondisi
lingkungan secara cepat maupun secara tidak langsung, dimana dampak dari
adanya pembangunan dapat dilihat pada periode waktu yang relatif lama.
Salah satu pembangunan prasarana tersebut adalah pembangunan Bandara
New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. NYIA merupakan salah satu proyek dalam
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI). Pembangunan NYIA sebenarnya telah diwacanakan pada era
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tahun 2011. Akan

1
tetapi, proyek ini terhenti hingga akhirnya Presiden Joko Widodo melanjutkan
memulai pembangunan tersebut pada tahun 2017. Hal ini ditandai dengan
Peraturan Presiden 98/2017 tentang percepatan pembangunan dan
pengoperasian bandara di Kabupaten Kulonprogo.

Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA)


dilakukan di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pembangunan NYIA sebagai salah satu bandara internasional
yang dibangun dan termasuk dalam Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, telah menimbulkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di lokasi
pembangunan. Meskipun pembangunan ditujukan untuk memeratakan
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, hal
ini tidak disetujui oleh masyarakat yang terdampak pembangunan NYIA yang
sebagian besar bermatapencaharian petani, nelayan, dan buruh. Penolakan
juga dilakukan oleh Paguyuban Warga yang beralasan bahwa pembangunan
NYIA akan merusak bentang lahan yang ada. Bentang lahan yang dimaksud
adalah bentang lahan marin dan aeolian.

Prognosis “Kerusakan Bentang Lahan Marin dan Aeolian akibat


Pembangunan New Yogyakarta International Airport” ini sebagai
pendekatan dalam mempelajari perubahan geoekologi bentang lahan di
Kabupaten Kulonprogo akibat pembangunan New Yogyakarta International
Airport (NYIA). Prognosis ini dibuat dari sudut pandang ilmu lingkungan yang
mencoba menggali permasalahan lingkungan yang timbul akibat
pembangunan NYIA.

2
1.2. Tujuan Prognosis Bentanglahan
Berdasarkan pada latar belakang dan kemungkinan permasalahan
yang timbul akibat pembangunan New Yogyakarta International Airport
(NYIA) di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, maka tujuan
prognosis ini adalah:
(1) mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan geoekologi pada
bentanglahan marin dan aeolian di Kabupaten Kulonprogo, Daerah
Istimewa Yogyakarta;
(2) mengetahui perubahan bentanglahan marin dan aeolian akibat
pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta;
(3) mengetahui potensi kerusakan lingkungan akibat pembangunan New
Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta;

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wilayah


2.1.1. Kondisi Geografis
Menurut BPS (2018), Kabupaten Kulon Progo memiliki luas wilayah
58.627,512 ha (586,28 km2), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa, 1 kelurahan
dan 917 dukuh. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima
kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat.
Kabupaten Kulon Progo terletak pada posisi 7 o 38’42” – 7o 59’3” Lintang
Selatan dan antara 110o 1’37” – 110o 16’26” Bujur Timur. Kabupaten Kulon
Progo terdiri dari 12 wilayah Kecamatan. Luas daratan masing-masing
kecamatan tersebut, antara lain: Temon (36,30 km2), Wates (32,00 km2),
Panjatan (44,59 km2), Galur (32,91 km2), Lendah (35,59 km2), Sentolo
(52,65 km2), Pengasih (61,66 km2), Kokap (73,80 km2), Girimulyo (54,90
km2), Nanggulan (39,61 km2), Kalibawang (52,96 km2), dan Samigaluh
(69,29 km2).

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Kulon Progo memiliki


batas-batas:
a. Utara – Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah;
b. Selatan – Samudera Hindia;
c. Barat – Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah;
d. Timur – Kabupaten Sleman dan Bantul, D.I. Yogyakarta.

Wilayah Kulon Progo mencakup dataran rendah, dataran tinggi dan


daerah perbukitan. Persentase luas tanah di Kabupaten Kulon Progo
menurut ketinggiannya adalah 17,58 % berada pada ketinggian < 7 m di atas
permukaan laut (dpal), 15,20 % berada pada ketinggian 8-25 m dpal, 22,84
% berada pada ketinggian 26-100 m dpal, dan 11,37 % berada pada
ketinggian > 500 m dpal (BPS, 2018).

4
Distribusi wilayah Kabupaten Kulon Progo menurut kemiringannya
adalah :
a. 40,11 % berada pada kemiringan < 2o
b. 18,70 % berada pada kemiringan 2o – 15o
c. 22,46 % berada pada kemiringan 16o – 40o
d. 18,73% berada pada kemiringan > 40o.

2.1.2. Iklim
Kabupaten Kulon Progo memiliki rata-rata curah hujan per bulan
sebesar 248 mm dan hari hujan 13 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 716 mm dengan jumlah
hari hujan 23 hh se-bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah
hujan per bulan tertinggi pada tahun 2017 berada di Kecamatan Samigaluh
sebesar 348 mm dengan jumlah hari hujan 12 hh per bulan (BPS, 2018).

2.1.3. Kondisi Geomorfologi


Kondisi geomorfologi Kabupaten Kulon Progo sangat bervariasi,
diantaranya adalah:
a. Bagian Utara : dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian
antara 500 – 1.000 meter dari permukaan laut, meliputi Kecamatan
Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh.
b. Bagian Tengah : daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 500
meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Sentolo, Pengasih,
dan Kokap.
c. Bagian Selatan : dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter dari
permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan,
Galur, dan Lendah.

2.2. Proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA)


Pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA)
merupakan proyek yang besar. Bandara baru ini direncanakan beroperasi
pada bulan Maret 2019. NYIA sebenarnya merupakan salah satu 15 bandara
baru yang akan dibangun, akan tetapi tidak termuat dalam dokumen Deputi

5
Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas tentang infrastruktur RPJMN 2015-
2019. Rencana pembangunan 15 bandara baru dapat dilihat pada Gambar
2.1.

Gambar 2.1. Lokasi pembangunan bandara baru di Indonesia


Sumber: Bappenas

NYIA dibangun sebagai salah satu alternatif pengembangan bandara


akibat kapasitas bandara Adisutjipto yang tidak dapat dikembangkan lagi.
Pemilihan lokasi pembangunan NYIA merupakan hasil kajian kelayakan
lokasi penerbangan dari Pemerintah. Hingga akhirnya Kabupaten Kulon
Progo dipilih sebagai lokasi yang strategis untuk pelaksanaan mega proyek
ini. Menurut Pamungkas dan Bayu (2017), beberapa hal yang menyebabkan
perlunya pembangunan bandara baru di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:
a. Kapasitas terminal Bandara Adisutjipto tidak mampu lagi menampung
pesawat yang take off and landing. Adapun daya tampung Bandara
Adisutjipto adalah 1,2 s.d 1,5 juta, sedangkan jumlah per 2014 sudah
mencapai 6,2 juta penampung. Kapasitas area parkir pesawat (apron)
hanya menampung 7+1 (apron baru).
b. Dari segi pariwisata, pembangunan bandara baru perlu karena wisatawan
lokal maupun mancanegara memerlukan jasa transportasi yang efektif,
efisiensi, dan nyaman. Transportasi udara menjadi pilihan para pelancong

6
dalam berpergian antar negara dan antar kota. Selain itu, pembangunan
bandara baru juga untuk memenuhi kebutuhan jasa penerbangan baik
domestik maupun non-dosmetik, mengingat akan kebutuhan konsumen
yang setiap tahun mengalami peningkatan.
c. Bandara Adisutjipto adalah milik Pangkalan TNI AU yang sebenaranya
bukan untuk komersil, sehingga tidak jarang ketika TNI AU mengadakan
latihan pesawat penerbangan domestik terganggu sehingga
adanya delay atau penundaan baik ketika pesawat akan turun maupun
terbang.

Lokasi pembangunan NYIA berada di Kecamatan Temon, Kabupaten


Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 2.2). Kecamatan Temon
merupakan salah satu daerah yang berada di bentang lahan kuarter dan
secara genetik merupakan bentanglahan pesisir. Kecamatan Temon berada
pada koordinat 7o 52’ 9” LS – 7o 54’59” LS dan 100o 2’1” BT-110o 6’30” BT.

Gambar 2.2. Lokasi Pembangunan Bandara NYIA


Sumber: Setda DIY, 2017

7
Kecamatan Temon memiliki luas wilayah sebesar 3.629,890 Ha.
Sedangkan kebutuhan luas pengembangan bandara NYIA sebesar 5,84 Km2
(584 Ha) (BPS, 2018 dan Setda DIY, 2017). Pengembangan NYIA
membutuhkan luas sebesar 16 % dari total luas Kecamatan Temon. Beberapa
desa yang terdampak pembangunan ini adalah Desa Palihan, Glagah,
Sindutan, Kebonrejo, dan Desa Jangkaran. Sedangkan, desa yang terkena
dampak paling luas adalah Desa Palihan dan Glagah (Pamungkas dan Bayu,
2017). Berdasarkan pada Gambar 2.2., maka dapat dilihat bahwa lokasi
pengembangan berada pada sisi barat dan selatan Kecamatan Temon.
Pembangunan bandara dilakukan di daerah pesisir pantai selatan Pulau
Jawa.
2.3. Bentanglahan Marin dan Aeolian di Kabupaten
Kulonprogo
Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas
sistem-sistem, yang dibentukoleh interaksi dan interpen-densi antara
bentanglahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air,udara,
tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan segala
aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Surastopo,
1982). Menurut Verstappen (1983), bentanglahan dapat dibagi menjadi 10
jenis antara lain:
a. bentanglahan asal proses vulkanik (V);
b. bentanglahan asal proses struktural (S);
c. bentanglahan asal fluvial (F);
d. bentanglahan asal proses solusional (S);
e. bentanglahan asal proses denudasional (D);
f. bentanglahan asal proses aeolin/ eolin (E);
g. bentanglahan asal proses marine (M);
h. bentanglahan asal glasial (G);
i. bentanglahan asal organik (O) dan;
j. bentanglahan asal antropogenik.

8
Berdasarkan pada karakteristik masing-masing bentanglahan yang
ada, Yogyakarta memiliki 9 jenis bentuk lahan dari 10 jenis yang ada di dunia.
Oleh karena itu, Yogyakarta merupakan daerah yang istimewa dari sudut
pandang geomorfologi. Menurut Santosa (2015), sembilan jenis bentanglahan
yang dimaksud adalah bentanglahan asal proses marine (aktivitas
gelombang) di sepanjang wilayah kepesisiran Gunungkidul, Bantul, dan
Kulonprogo; bentanglahan asal proses aeolian (aktivitas angin) berupa gumuk
pasir (sand dunes) di Parangtritis dan sekitarnya; bentanglahan asal proses
solusional di Perbukitan Karst Gunungsewu, Gunungkidul; bentanglahan asal
proses struktural patahan berupa Perbukitan Baturagung di perbatasan
Bantul dan Gunungkidul; bentanglahan asal proses denudasional berupa
Perbukitan Menoreh di Kulonprogo; bentanglahan asal proses organik berupa
pantai-pantai terumbu karang di Gunungkidul; dan bentanglahan asal proses
antropogenik yang berasal dari hasil karya manusia berupa wilayah perkotaan
Yogyakarta dan kabupaten/ kota lainnya.

Berdasarkan jenis bentanglahan yang ada, Kecamatan Temon


memiliki karekteristik bentanglahan marin (masa Pliosen-Pleistosen) dan
aeolin (Holosen) serta dataran aluvial yang merupakan hasil dari proses
fluviomarin. Bentanglahan marin merupakan satuan bentanglahan yang
terbentuk akibat adanya gelombang air laut. Sedangkan bentanglahan aeolin
adalah satuan bentanglahan yang terbentuk akibat adanya aktivitas angin.
Jenis bentanglahan ini terdapat di Kecamatan Temon berupa pasir di daerah
pesisir dan gumuk pasir. Menurut Hidayat dkk (2016), gumuk pasir yang ada
di Kabupaten Kulonprogo termasuk 1 dari 14 gumuk pasir pantai di dunia yang
mempunyai fungsi lingkungan sebagai benteng terhadap ancaman bencana
Tsunami. Oleh karena itu, jika pembangunan bandara New Yogyakarta
International Airport (NYIA) tetap dilanjutkan maka dimungkinkan akan
merusak fungsi ekologis dari bentuk lahan yang ada di Kecamatan Temon.

9
2.4. Prognosis Bentanglahan
Menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia, Prognosis adalah ramalan
tentang peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan
penyakit atau penyembuhan setelah operasi. Akan tetapi, jika dikaitkan
dengan bentanglahan maka definisi prognosis bentanglahan adalah ramalan
atau prediksi peristiwa yang akan terjadi pada suatu daerah akibat adanya
proses alam atau aktivitas manusia yang dapat menyebabkan perubahan
lingkungan. Prognosis dilakukan dengan cara mengkaji faktor-faktor
penyebab, analisis perubahan lingkungan yang sudah tampak, dan
memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. Oleh karena itu, objek dan
sasaran prognosis harus jelas.

Prognosis sangat penting dalam prediksi perubahan lingkungan akibat


faktor alam maupun hasil dari aktivitas manusia. Hal ini dikarenakan
bentanglahan bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan sebagai
konsekuensi dari faktor penyebab yang ada. Kajian seperti ini dapat
digunakan untuk memprediksi kemungkinan permasalahan lingkungan yang
muncul akibat pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport
(NYIA). Upaya prognosis bentanglahan lokasi pembangunan bandara NYIA
memiliki tujuan secara khusus antara lain:
1. memahami perubahan lingkungan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA);
2. memperkirakan permasalahan lingkungan yang muncul baik dari aspek
abiotis, biotis, dan kultur;
3. mengetahui strategi dalam meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan yang dimungkinkan terjadi;
4. mengetahui hubungan antara faktor alam dan aktivitas manusia
terhadap perubahan lingkungan.

Prognosis sederhana sudah dilakukan oleh beberapa masyarakat di


lokasi yang terdampak pembangunan NYIA. Potensi permasalahan
lingkungan yang dimungkinkan terjadi berdasarkan prediksi tersebut antara

10
lain peredaman bencana Tsunami tidak maksimal, bentanglahan yang ada
kehilangan fungsi ekologis, alih profesi oleh sebagian petani dan nelayan,
pencemaran akibat buangan sampah, serta dampak negatif yang lain.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Perubahan Lingkungan di Area New Yogyakarta


International Airport
Pembangunan NYIA dilakukan untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat, khususnya masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Dari segi
ekonomi, bandara baru ini memang memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan daerah. Bandara yang terbangun nanti diharapkan mampu
membuka lapangan kerja baru, menciptakan lapangan usaha baru,
meningkatkan pendapatan daerah, mendongkrak jumlah wisawatan
mancanegara ke Yogyakarta, dan mewujudkan Yogyakarta sebagai salah
satu destinasi wisata dunia. Akan tetapi, jika ditinjau dari kajian lingkungan
maka sejumlah permasalahan akan muncul akibat pembangunan New
Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulonprogo. Beberapa
kegiatan yang dimungkinkan dapat menyebabkan perubahan kondisi fisik
maupun fungsi ekologis dapat dilihat pada Gambar 3.1, Gambar 3.2, dan
Gambar 3.3.

Gambar 3.1. Pengerukan Tanah dan Pasir dalam Pembangunan New Yogyakarta
International Airport (NYIA)
Sumber: www.independensi.com

12
Gambar 3.2. Pengerukan Gumuk Pasir dalam Pembangunan New Yogyakarta
International Airport (NYIA)
Sumber: www.mediasuara.com

Gambar 3.3. Pembangunan Landasan Paju sepanjang 3.250 m di Pesisir Pantai Selatan
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo
Sumber: Dokumen Angkasa Pura I

13
3.2. Prognosis Bentanglahan di Kabupaten Kulonprogo
Berdasarkan pada kemungkinan dan potensi perubahan lingkungan
yang mengarah pada kerusakan lingkungan. Maka prognosis bentanglahan
di lokasi pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) adalah
sebagai berikut:

1 Objek: Bentang Lahan


Analisis:
Daerah pesisir Kabupaten Kulon Progo terdapat bentanglahan marin sebagai akibat dari
adanya aktivitas gelombang maupun aeolian yang tercipta akibat adanya aktivitas
tiupan angin. Bentanglahan memiliki beberapa jasa maupun fungsi ekologis yang
menunjang keberlanjutan ekologi suatu ekosistem. Bentanglahan aeolian yang ada di
Kulon Progo berupa gumuk pasir (sand dunes). Jika ditinjau dari penyediaan jasa
ekosistem, maka gumuk pasir memberikan jasa berupa pengaturan dan budaya. Jasa
pengaturan berupa perlindungan terhadap bencana alam seperti Tsunami. Sedangkan
jasa budaya berupa penyediaan lokasi wisata (ecotourism) maupun sebagai sarana
pendidikan. Sebaran gumuk pasir yang ada di Kabupaten Kulon Progo berada di daerah
pesisir pantai. Diantara gumuk pasir tersebut, terdapat gumuk pasir yang dikeruk dalam
pembangunan NYIA yaitu di Kecamatan Temon. Hal tersebut akan berdampak pada
perubahan lingkungan yang mengarah kepada kerusakan bentanglahan yang ada di
Kecamatan Temon.
Diagnosis:
Gangguan ekosistem akibat adanya kegiatan pembangunan oleh manusia dipastikan
dapat merubah kondisi lingkungan yang mengarah pada kerusakan lingkungan.
Aktivitas pembangunan NYIA sudah dapat dipastikan mengakibat perubahan
lingkungan. Hal ini diperkuat dengan adanya penghilangan gumuk pasir sebagai lokasi
pengembangan bandara.
Prognosis:
Berdasarkan pada beberapa kemungkinan kerusakan yang terjadi, maka dapat diambil
prognosis bentanglahan antara lain:
- Jika Tsunami terjadi, maka daya rusak akan semakin besar karena gumuk pasir
dikeruk. Hal ini disebabkan karena gelombang melaju dengan kecepatan tinggi
akibat tidak ada tembok penghalang/ peredam (red: gumuk pasir),
- Salah satu kekayaan geomorfologi di DIY, yaitu gumuk pasir akan musnah

2 Objek: Penggunaan Lahan


Analisis:
Lahan yang digunakan dalam pembangunan New Yogyakarta International Airport
(NYIA) adalah 5,84 Km 2 (584 Ha). Beberapa desa yang terdampak pembangunan ini
adalah Desa Palihan, Glagah, Sindutan, Kebonrejo, dan Desa Jangkaran. Sedangkan,
desa yang terkena dampak paling luas adalah Desa Palihan dan Glagah (Pamungkas
dan Bayu, 2017). Luas masing-masing desa tersebut antara lain desa Palihan 358,71
Ha, Glagah 603,94 Ha, Sindutan 297,80 Ha, Kebonrejo 172,45 Ha, dan Jangkaran
365,64 Ha. Lahan di Kecamatan Temon didominasi oleh lahan kering seluas 1.262,83
Ha, tanah sawah seluas 1.065 Ha, bangunan 676,33 Ha, dan lain-lain seluas 624,23 Ha.
Diagnosis:
Alih fungsi lahan dari lahan pertanian (sawah) dan permukiman menjadi kawasan
bandara telah merubah fungsi serta kondisi lahan di Kabupaten Kulon Progo.

14
Pengembangan kawasan NYIA mengakibatkan relokasi di beberapa permukiman dan
lahan pertanian milik warga.
Prognosis:
Berdasarkan pada kegiatan penggunaan lahan yang terjadi, maka dapat diambil
prognosis penggunaan lahan antara lain:
- Alih fungsi lahan dalam pengembangan NYIA akan mengakibatkan pengurangan
jumlah lahan pertanian produktif,
- Dalam jangka waktu tertentu, kawasan di sekitar NYIA akan menjadi kawasan
pertokoan, hotel, resort, restoran, dan lain-lain.
- Pertokoan, hotel, restoran, dan, resort akan menambah permasalahan lingkungan
seperti sampah, limbah domestik, dan lain-lain.
- Pembangunan fasilitas-fasilitas pendukung kawasan aerotropolis akan
mengakibatkan penurapan air tanah
3 Objek: Sumber Daya Alam
Analisis:
Menurut UU No. 32 Tahun 2009, sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup
yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem. Sumber daya alam dapat dikelompokkan menjadi
sumber daya alam yang terbarukan dan tidak dapat diperbarui. Secara fisik, sumber
daya alam dapat berupa air, tanah, udara, tumbuhan, hewan dan lain-lain. Berdasarkan
pada pengertian tersebut, sumber daya alam yang ada di Kecamatan Temon
Kabupaten Kulon Progo antara lain: pasir pantai (pasir hitam); angin laut; tanah; air baik
air tawar, payau, maupun asin; cahaya matahari; tanaman pertanian/ tanaman pangan;
dan lain-lain.
Diagnosis:
Sumber daya alam yang ada di Kecamatan Temon akan terkikis secara pelan dan pasti
akibat pembangunan NYIA. Secara langsung maupun tidak, pembangunan maupun
kegiatan operasional bandara akan berpengaruh terhadap sumber daya alam yang ada.
Kebutuhan air yang diperlukan bandara maupun fasilitas pendukung akan berpengaruh
terhadap air tanah yang ada; emisi gas buang pesawat, industri, maupun kendaraan
pengunjung akan berpengaruh terhadap kualitas udara; kegiatan pembangunan akan
mengeruk sebagian pasir dan tanah; serta relokasi pada kawasan permukiman dan
lahan pertanian akan berdampak pada tanaman yang ada.
Prognosis:
Berdasarkan pada kegiatan pembangunan yang dilakukan, maka dapat diambil
prognosis sumber daya alam antara lain:
- Tanah akan mengalami kenaikan harga dalam waktu minimal 1-2 tahun setelah
pembangunan NYIA,
- Air tanah akan dipompa untuk memenuhi kebutuhan NYIA dan fasilitas pendukung
lainnya,
- Pengambilan air tanah yang berlebihan akan menyebabkan intrusi air laut,
- Kualitas udara akan tercemar oleh emisi dari kegiatan operasional yang dilakukan
di bandara dan,
- Beberapa jenis burung dimungkinkan akan bermigrasi karena adanya kebisingan di
sekitar bandara,
4 Objek:Infrastruktur
Analisis:
Infrastruktur merupakan prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan
manusia sehari-hari. Menurut Grigg (1988), infrastruktur adalah sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik
lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan
sosial maupun kebutuhan ekonomi. Infrastruktur tersebut misalnya jaringan

15
transportasi, komunikasi, air, listrik, bangunan pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Menurut BPS Kabupaten Kulon Progo (2018), Infrastruktur di Kecamatan Temon antara
lain jalan sepanjang 834,87 Km yang terdiri dari 28,570 Km jalan negara (3,42 %), jalan
provinsi sepanjang 158,500 Km (18,98 %), dan jalan kabupaten sepanjang 647,80 Km
(77,59 %). Jumlah jembatan sebanyak 433 buah yang lebih banyak berada di daerah
pegunungan. Bangunan sekolah terdiri dari 29 TK, 26 SD, 3 SMP, 1 SMA, dan 4 SMK.
Infrastruktur kesehatan terdiri dari 1 rumah sakit, 2 puskesmas, 5 pustu, 3 poskesdes,
dan 1 rumah bersalin. Sedangkan infrastruktur keagamaan terdiri dari 50 masjid dan 8
gereja. Selain itu, dari segi ekonomi terdapat 6 pasar, 3 SPBU, 11 toserba, dan 8
restoran.
Diagnosis:
Infrastruktur di Kecamatan Temon akan mengalami perubahan akibat adanya
pembangunan NYIA. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya pembangunan
infrastruktur pendukung bandara seperti jaringan transportasi (jalan tol, rel kereta api,
Jogjakarta Outer Ring Road (JORR), jaringan listrik, jaringan air, jaringan
telekomunikasi, dan lain-lain.
Prognosis:
Berdasarkan pada kegiatan pembangunan yang dilakukan, maka dapat diambil
prognosis infrastruktur antara lain:
- Infrastruktur di NYIA akan membutuhkan perawatan lebih sering dan intensif karena
pengaruh angin laut yang mengandung garam. Jika perawatan tidak dilakukan maka
akan mengakibatkan beberapa kerusakan dan dapat membahayakan penumpang,
- Kabupaten Kulon Progo akan mengalami peningkatan pembangunan infrastruktur
yang signifikan seperti jaringan transportasi, jaringan air, rel kereta api, jaringan
telekomunikasi, infrastruktur kelistrikan, dan lain-lain.
5 Objek: Sosial dan Budaya Masyarakat
Analisis:
Kepadatan jumlah penduduk pada desa yang terdampak pembangunan NYIA antara
lain: Desa Palihan (635 Km 2), Glagah (489 Km 2), Sindutan (677 Km 2), Kebonrejo (756
Km2), dan Jangkaran (499 Km 2). Dari segi kebudayaan, beberapa desa tersebut
memiliki kesenian daerah seperti Angguk di Jangkaran, Incling di Sindutan, Jatilan di
Palihan dan Glagah, Karawitan di Palihan, Orkes Melayu di Kebonrejo, Hadroh
Sholawatan di Jangkaran, Mocopat di Palihan dan Glagah, Campursari di Jangkaran
dan Sindutan, serta Ketoprak di Glagah.
Diagnosis:
Perkembangan kota aerotropolis di Kabupaten Kulonprogo akan mengakibatkan
beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positif dapat terjadi jika pembangunan
NYIA memberikan keuntungan secara sosial dan budaya terhadap masyarakat di lokasi
terdampak maupun dapat berdampak sebaliknya. Dampak positif terjadi jika
pembangunan NYIA mampu mendorong perkembangan sosial dan kebudayaan yang
ada. Akan tetapi, juga dapat terjadi sebaliknya seperti menggeser nilai-nilai budaya di
masyarakat. Hal ini terjadi karena pola pikir, perilaku maupun persepsi masyarakat
berubah dalam memandang dan mensikapi NYIA.
Prognosis:
Berdasarkan pada kegiatan pembangunan yang dilakukan, maka dapat diambil
prognosis sosial, ekonomi, dan budaya antara lain:
- Alih profesi sebagian masyarakat yang terdampak pembangunan NYIA. Hal ini
disebabkan karena mereka tidak memiliki lahan untuk diolah,
- Budaya masyarakat lokal perdesaan akan tergeser akibat adanya pengembangan
kawasan kota aerotropolis,
- Muncul lapangan usaha dan lapangan pekerjaan baru,
- Kawasan pengembangan NYIA akan mengalami pertumbuhan ekonomi dalam
beberapa tahun ke depan,

16
- Perpindahan penduduk dari kawasan pelosok menuju ke daerah bandara untuk
mencari pekerjaan baru,
- Dimungkinkan kesenian daerah akan lestari jika dipertunjukkan kepada pengunjung
yang ada.

17
BAB IV
PENUTUP

3.3. Kesimpulan
Berdasarkan pada prognosis Kerusakan Bentang Lahan Marin dan
Aeolian akibat Pembangunan New Yogyakarta International Airport, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pembangunan New Yogyakarta International Airport berpengaruh
terhadap perubahan geoekosistem yang ada di Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulonprogo.
2. Pembangunan New Yogyakarta International Airport bertentangan
dengan beberapa peraturan antara lain: (a). Perpres Nomor 28 tahun
2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali yang menyebutkan bahwa Kabupaten
Kulonprogo merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai zona
rawa bencana alam geologi (pasal 46 ayat 9 huruf d). (b). Perda Provinsi
DIY yang menyebutkan bahwa sepanjang pantai di Kabupaten Kulonprogo
telah ditetapkan sebagai kawasan rawan tsunami (pasal 51 huruf g). (3).
Perda Kabupaten Kulonprogo Nomor 1 Tahun 2012 Tentang RTRW
Kabupaten Kulonprogo yang menyatakan bahwa Kecamatan Temon
merupakan salah satu kawasan rawan tsunami (Pasal 39 ayat 7 huruf a).
3. Perubahan kondisi geoekologi akibat pembangunan New Yogyakarta
International Airport akan berpengaruh terhadap komponen yang lain baik
abiotik, biotik, dan kultur/ budaya.
4. Prognosis merupakan salah satu kajian yang sangat penting untuk
memprediksi kemungkinan perubahan kondisi lingkungan akibat adanya
aktivitas manusia.
5. Kegiatan pembangunan perlu memperhatikan kemungkinan perubahan
lingkungan yang ditimbulkan.

18
3.4. Saran
Berdasarkan pada prognosis Kerusakan Bentang Lahan Marin dan
Aeolian akibat Pembangunan New Yogyakarta International Airport, maka
saran yang dapat diberikan adalah:
1. Kegiatan pembangunan harus memperhatikan kemungkinan perubahan
lingkungan yang akan ditimbulkan.
2. Pendekatan secara persuasif perlu dilakukan dalam upaya relokasi lahan
dalam pembangunan New Yogyakarta International Airport, terutama
dalam menyepakati kompensasi penggantian lahan akibat adanya
pembangunan tersebut.
3. Daerah pesisir Kulon Progo perlu dibangun bangunan pemecah ombak
dan benteng pengaman dalam mencegah dampak perusak akibat adanya
gelombang tsunami.
4. Lahan maupun permukiman yang direlokasi harus diganti dengan nilai
yang sesuai.
5. Masyarakat perlu disosialisasi secara menyeluruh agar mampu
mempersiapkan secara dini dalam menghadapi perubahan sebagai
akibat adanya New Yogyakarta International Airport.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2013. Pokok-pokok Penyelenggaraan Pembangunan Nasional.


BPS. 2018. Kabupaten Kulon Progo dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kulon Progo.
BPS. 2018. Kecamatan Temon dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik
Kulon Progo.
Grigg, N. 1988. Infrastructure Engineering and Management. John Wiley &
Sons.
Pamungkas, S.B dan Bayu, A. 2017. Prahara Mega Proyek Pembangunan
Bandara Kulon Progo (Anatomi, Eskalasi, dan Resolusi).
https://medium.com/nekropolis/prahara-mega-proyek-
pembangunan-bandara-kulon-progo-273274ccc601.
Sekretaris Daerah. 2017. New Yogyakarta International Airport (NYIA),
Mewujudkan DIY sebagai Daerah Tujuan Wisata dan Budaya Kelas
Dunia. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Verstapen, 1983. Applaid Geomorphology: Geomorphological Surveys for
Inveromental Development. Amsterdam: Elvisier.
Santosa, L.W. 2015. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang
Geomorfologi. Gadjah Mada University Press.
Hidayat, T., R.N. Pratiwi, dan E. Setyowati. 2016. Perencanaan Pengelolaan
Tambang Pasir Besi di Kabupaten Kulon Progo dalam Perspektif
Good Governance. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) Vol.2 No.
3, pp 100-114.

20

Anda mungkin juga menyukai