Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan karunia nya, sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Penulis
Nurfadila arif :
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sengketa ekonomi biasanya ditafsirkan sebagai sebuah problem yang terjadi dalam ranah
perekonomian sebuah negara, secara khusus sengketa ekonomi diartikan sebagai sebuah
konflik atau pertentangan yang terjadi berkaitan masalah-masalah ekonomi.
Sebagaimana realita yang terjadi bahwa saat ini didalam dunia bisnis terjadi begitu banyak
transaksi setiap harinya, hal itu tidak menutup terjadinya sengketa diantara pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi tersebut. Setiap jenis sengketa yang terjadi menuntut akan adanya
pemecahan dan penyelesaian yang cepat dan tepat. Karena perlu diketahui bahwa semakin
banyak dan luasnya aktivitas perdagangan maka frekuensi terjadinya sengketa dimungkinkan
juga akan tinggi, selain itu membiarkan sengketa tersebut tanpa adanya penyelesaian yang
cepat maka akan menimbulkan pembangunan yang tidak efisien, produktifitas menurun, dunia
bisnis akan mengalami kemunduran serta beragam kerugian-kerugian lainnya yang akan
menimpa jika suatu sengketa terlambat diselesaikan. Oleh karena itu, perlu cara-cara khusus
yang diterapkan agar penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien.
Untuk itu harus dibina & diwujudkan suatu sistem penyelesaian sengketa yang dapat
menyesuaikan diri dengan laju perkembangan perekonomian dan perdagangan di masa datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalahnya, antara lain :
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan dan penyusunan makalah ini, antara lain :
b. Untuk menambah pengetahuan tentang sengketa ekonomi dan mengetahui bagaimana cara
penyelesaian sengketa ekonomi.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sengketa
Sebelum membahas secara mendalam tentang sengketa ekonomi, maka terlebih perlu
dipahami defenisi dari sengketa, dimana di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia
sengketa berarti pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau
pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi
terhadap satu objek permasalahan.
Adapun defenisi sengketa menurut beberapa ahli, diantaranya adalah :
1. Menurut Winardi
Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-
kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
2. Menurut Ali Achmad
Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari
persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.
Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sengketa adalah prilaku
pertentangan antara dua orang atau lebih yang mana nantinya dapat menimbulkan suatu
akibat hukum dan karenanya dapat diberi sangsi hukum bagi salah satu diantara
keduanya.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk
kerja sama dalam dunia ekonomi. mengingat kegiatan ekonomi khususnya bisnis yang
semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para
pihak yang terlibat. Perlu diketahui bahwa Sengketa muncul dikarenakan berbagai
alasan dan masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanya Conflict Of
Interest diantara para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat
dalam berbagai macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa ekonomi.
4
Secara rinci sengketa dalam ranah ekonomi dapat berupa sengketa sebagai berikut :
1. Sengketa perniagaan 8. Sengketa pekerjaan
2. Sengketa perbankan 9. Sengketa perburuhan
3. Sengketa Keuangan 10. Sengketa perusahaan
4. Sengketa Penanaman Modal 11. Sengketa hak
5. Sengketa Perindustrian 12. Sengketa property
6. Sengketa HKI 13. Sengketa Kontrak
7. Sengketa Konsumen 14. Dll.
5
BAB III
PEMBAHASAN
a. Negosiasi/ Perundingan
Negosiasi adalah komunikasi dua arah dirancang untuk mencapai kesepakatan pada
saat keduabelah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda.
Adapun Keuntungan Negoisasi :
1). Mengetahui pandanga pihak lawan.
2). Kesempatan mengutarakan isi hati untuk didengar pihak lawan
3). Memungkinkan sengketa secara bersama-sama.
4). Mengupayakan solusi terbaik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
5). Tidak terikat kepada kebenaran fakta atau masalah hukum.
6). Dapat diadakan dan diakhiri sewaktu-waktu.
6
Adapun Kelemahan Negoisasi :
1. Mengetahui pandanga pihak lawan.
2. Tidak dapat berjalan tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
3. Tidak efektif jika dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang mengambil
kesepakatan
4. Sulit berjalan apabila posisi para pihak tidak seimbang.
5. Memungkinkan diadakan untuk menunda penyelesaian untuk mengetahui
informasi yang dirahasiakan lawan.
6. Dapat membuka kekuatan dan kelemahan salah satu pihak.
7. Dapat membuat kesepakan yang kurang menguntungkan.
Tahapan Negoisasi menurut William Ury dibagi menjadi Empat Tahap yaitu :
a) Tahapan Persiapan :
Persiapan sebagai kunci keberhasilan
Mengenal lawan, pelajari sebanyak mungkin pihak lawan dan lakukan
penelitian.
Usahakan berfikir dengan cara berfikir lawan dan seolah-olah kepentingan
lawan sama dengan kepentingan anda.
Sebaiknya persiapkan pertanyaan - pertanyaan sebelum pertemuan dan ajukan
dalam bahasa yang jelas dan jangan sekali-kali memojokkan atau menyerang
pihak lawan.
Memahami kepentingan kita dan kepentingan lawan.
Identifikasi masalahnya, apakah masalah tersebut menjadi masalah bersama?
Menyiapkan agenda, logistik, ruangan dan konsumsi dan Menyiapkan tim dan
strategi.
Menentukan BTNA (Best Alternative to A Negitieted Agreement) alternative
lain atau harga dasar (Bottom Line).
b) Tahap Orientasi dan Mengatur Posisi :
Bertukar Informasi
Saling menjelaskan permasalahan dan kebutuhan
Mengajuakan tawaran awal.
7
c). Tahap Pemberian Konsensi/ Tawar Menawar
Enquiry (penyelidikan) adalah merupakan kegiatan untuk mencari fakta yang dilakukan oleh
pihak ketiga.
f). Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para
pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang
esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat
perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima
atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala
sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian majelis
hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi.
8
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya
perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian masing-
masing pihak yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari ke
22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan penetapan. Jika
terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
g). Konsiliasi
Konsiliasi adalah Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Dalam pengertian lain
Konsolidasi (conciliation), dapat pula diartikan sebagai pendamai atau lembaga pendamai.
Bentuk ini sebenarnya mirip dengan apa yang diatur dalam Pasal 131 HIR. Oleh karena itu,
pada hakikatnya sistem peradilan Indonesia dapat disebut mirip dengan mix arbitration,
yang berarti:
1. Pada tahap pertama proses pemeriksaan perkara, majelis hakim bertindak sebagai
conciliator atau majelis pendamai
2. setelah gagal mendamaikan, baru terbuka kewenangan majelis hakim untuk
memeriksa dan mengadili perkara dengan jalan menjatuhkan putusan. Akan tetapi,
dalam kenyataan praktek, terutama pada saat sekarang; upaya mendamaikan yang
digariskan pasal 131 HIR, hanya dianggap dan diterapkan sebagai formalitas saja.
Jarang ditemukan pada saat sekarang penyelesaian sengketa melalui perdamaian di
muka hakim. Lain halnya di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, maupun di
kawasan Pasific seperti Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan Singapura.
Sistem konsiliasi sangat menonjol sebagai alternatif. Mereka cenderung mencari
penyelesaian melelui konsiliasi daripada mengajukan ke pengadilan.
h). Arbitrase
Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihak
menyerahkan kewenangan kepada kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk
memberikan putusan.
9
Istilah arbitrase berasal dari kata “Arbitrare” (bahasa Latin) yang berarti “kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan”
Azas- Azas Arbitrase :
1. Azas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau
beberapa oramg arbiter.
2. Azas musyawarah, yaitu setiap perselisihan diupayakan untuk diselesaikan
secara musyawarah, baik antara arbiter dengan para pihak maupun antara arbiter
itu sendiri
3. Azas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan
melalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak
4. Azas final and binding, yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan
mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi
banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak
dalam klausa atau perjanjian arbitrase.
Tujuan Arbitrase : Sehubungan dengan asas-asas tersebut, tujuan arbitrase itu sendiri adalah
untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya
oleh para pihak, dengan mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil, Tanpa adanya
formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang menghambat penyelisihan
perselisihan.
Selain dari pada beberapa proses penyelesaian sengketa diatas, adapaun cara lain yang dapat
ditempuh Yaitu melalui proses Litigasi : merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui
jalur pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum. Lembaga penyelesaiannya :
a. Pengadilan Umum
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai karakteristik :
1) Prosesnya sangat formal
2) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)
3) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4) Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)
5) Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)
6) Persidangan bersifat terbuka
10
b. Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan
umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan
Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa
HAKI.
Akan tetapi jika melakukan penyelesaian sengketa melalui sistem peradilan, maka akan
menimbulkan beberapa dampak, diantaranya :
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka, dapat disimpulkan bahwa:
1) Sengketa dapat diartikan sebagai sebuah konflik atau pertentangan, jadi secara umum
sengketa ekonomi adalah sebuah pertentangan antara satu pihak dengan pihak lain
yang saling berinteraksi serta saling berhungan satu sama lain.
2) Mekanisme atau cara penyelesaian sengketa khususnya mengenai ekonomi dapat
dilakukan dengan cara legitasi yaitu bisa dengan melalui ( pengadilan umum dan
pengadilan niaga), serta cara lain yang bisa ditempuh dalam melakukan penyelesaian
sengketa adalah dengan non-legitasi yang biasanya berupa tindakan-tindakan
arbitrase, mediasi, konsolidasi, negosiasi, dll.
B. Saran
Adapun saran yang kami berikan kepada pembaca adalah bahwa didalam mempelajari
mengenai penyelesaian sebuah sengketa khususnya dibidang ekonomi, maka di
butuhkan pemahaman secera mendalam tentang aturan-aturan atau hukum yang
mengatur tentang persengketaan.
Kemudian lebih dari pada itu bahwa setiap dari kita di tuntut menjadi seseorang yang
kritis akan sebuah ilmu, oleh kami selaku penulis, berharap ada kritik dan saran yang
membangun yang dapat diberikan,demi perbaikan pembuatan karya ilmiah kami
selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Silondae, Arus Akbar, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan Bisnis, (Cet.2; Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2010, Hal. 45.
13