Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada kami serta salawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad

SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

bapak M. Nasir Mara, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan serta

petunjuk sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya dengan

kesungguhan hati, kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman

yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan semoga berguna bagi

penulisan makalah lainnya.

Banda Aceh, 06 Maret 2012

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah UV-VIS …………………………………………………………..4
B. Pengertian Spektroskopi UV-VIS …………………………………..5
C. Kegunaan UV-VIS …………………………………………………..6
D. Analisis Sampel Spektroskopi UV-VIS …………………………………..6
1. Analisis Kuantitatif …………………………………………………..6
2. Analisis Kualitatif …………………………………………………..7
E. Penentuan Kromatogram …………………………………………10
F. Instrumen UV-VIS …………………………………………16
1. Spektrometer Single Beam …………………………………22
2. Spektrometer Double Beam …………………………………24
G. PARAMETER INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS …………25

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………29
A. Daftar Pustaka …………………………………………………………30

2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies


kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnet atau listrik untuk
mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan.Tanggapan
tersebut dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara interaksi
dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran (luminenscence) emisi,
dan penghamburan (scattering) tergantung pada sifat materi. Teknik spektroskopi
meliputi spektroskopi UV-VIS, spektroskopi serapan atom, spektroskopi infra
merah, spektroskopi fluorensi, spektroskopi NMR, spektroskopi massa.
Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi cahaya dengan atom dan
molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai
gelombang. Dasar spektroskopi UV-VIS adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh
pada senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai
dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Serapan cahaya oleh molekul
dalam daerah spektrum UV-VIS tergantung pada struktur elektronik dari molekul.
Spektra UV-VIS dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-
transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Oleh sebab itu, serapan
radiasi UV-VIS sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Keuntungan dari
serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus karakteristik dapat dikenal dalam molekul-
molekul yang sangat kompleks.
Spektroskopi UV-VIS merupakan teknik spektroskopi pada daerah ultra
violet dan sinar tampak. Dari spektrum absorpsi dapat diketahui panjang
gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Contohnya analisis protein, asam amino, kinetika enzim. Pada prinsipnya
spektroskopi UV-VIS menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi
substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. . SEJARAH UV-VIS
Senyawa organik terkonjugasi menyerap UV (190-400 nm) atau terlihat
(400-700 nm) cahaya semakin besar derajat konjugasi semakin besar tingkat
penyerapan pada panjang gelombang lebih lama. Dengan demikian, senyawa yang
sangat terkonjugasi seperti β-karoten dan hemoglobin menyerap di bagian terlihat
spektrum dan berwarna. Senyawa aromatik terkonjugasi kurang menyerap dalam
daerah UV spektrum. Namun, kemajuan besar diikuti penemuan fundamental
dalam spektrokopi studi tentang penyerapan radiasi elektromagnetik oleh senyawa
kimia, dan spektrometri, studi kuantitatif dari fenomena ini.
Absorbansi cahaya oleh bahan pertama kali dieksplorasi oleh ahli
Matematika Jerman Johann Heinrich Lambert (1728-1777) yang menemukan
bahwa untuk radiasi monokromatik (dalam radiasi praktek pita sempit) jumlah
cahaya yang diserap adalah berbanding lurus dengan panjang jalur cahaya itu
melalui material dan tidak tergantung dari intensitas cahaya. Astronom Jerman
Wilhelm Beer (1797-1850) memperluas pekerjaan ini dan menemukan bahwa,
untuk larutan encer, ada hubungan linier antara konsentrasi analit dan absorbansi.
Ahli kimia klinis Henry Bence Jones (1813-1873) menggunakan
spektroskopi emisi untuk mendeteksi lithium dalam urin dan pada jaringan lain
termasuk lensa dihapus dari mata pasien katarak dan bekerja dengan Agustus
Dupre (1835-1907), digunakan analisis fluoresensi untuk mendeteksi kina dalam
darah dan jaringan lain. Pengenalan spektrofotometer komersial UV pertama, oleh
Arnold O. Beckman (1900-2004), Namun, kelompok-kelompok seperti yang
dipimpin oleh Bernand B. Brodie (1907-1989) melanjutkan untuk menggunakan
instrumen untuk mengembangkan kuantitatif. Brodie mendirikan beberapa aturan
dasar untuk sukses meansurement obat dan racun lainnya dalam spesimen biologi,
banyak yang masih berlaku hari ini.
Seperti dengan pengembangan spektrofotometer UV praktis, kepentingan
militer, Kali ini dalam obat antimaterials, juga mendorong kemajuan di
spektrophotofluorimetry. Brodie dan Sidney Udenfriend (1918-2001)

4
menggunakan fluorimeter Coleman sederhana filter untuk mengukur quinacrine
dalam plasma, tetapi jelas bahwa jika panjang gelombang eksitasi dapat bervariasi
banyak molekul lebih dapat dianalisis menggunakan teknik ini. Robert L.
Bowman (1916-1995) mengembangkan spectrophotofluorimeter monokromator
pertama ganda, yang dengan kolaborasi dari Perusahaan Instrumen Amerika,
dipamerkan pada Konferensi 1956 Tickets Pittburgh sebagai AMINO-Bowman
SPF.
Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert Wilhelm Bunsen
(1811-1899) fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (1824- 1887)
bekerjasama mengembangkan spektrometer menemukan 2 unsur baru: rubidium
dan cesium. Yang digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru.
Kemudian alat ini digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru
semacam galium, indium dan unsur-unsur tanah jarang. Spektroskopi telah
memainkan peran penting dalam penemuan gas-gas mulia. Spektrofotometer
terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor pencatat. Fungsi prisma
adalah untuk memisahkan sinar polikromatis di sumber cahaya menjadi sinar
kromatis. Penggunaan spektroskopi sebagai sarana penentuan struktur senyawa
memiliki sejarah yang panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan prinsip
yang sama dengan spektroskopi.

B. PENGERTIAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada


pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.

5
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan
dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda.
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak disebut
spektroskopi UV-VIS. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat
dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini
digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri.
Dalam spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang
gelombangnya secara kontinyu. Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum
dengan absisnya menyatakan panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau
frekuensi) sinar datang dan ordinatnya menyatakan energi yang diserap sampel.

C. KEGUNAAN UV-VIS

Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan


akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat
diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut
untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan
sinar UV dalam rentang UV yang luas. Selain itu spektroskopi UV/VIS juga
digunakan untuk cairan berwarna.

Adapun kegunaan lain dari spektrofotometer UV/VIS adalah alat yang


digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung

6
dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.

D. ANALISIS SAMPEL SPEKTROSKOPI UV-VIS

Spektrofotometer UV-VIS dapat digunakan untuk analisis kualitatif


maupun analisis kuantitatif.

A. Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab
spektrum sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan yang
lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan kurang
menunjukan puncak-punca serapan. Namun, walaupun puncak yang dihasilkan
bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk memperoleh
keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam suatu molekul
organik.

B. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya ;
 Dapat digunakan secara luas
 Memiliki kepekaan tinggi
 Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
 Ketelitian tinggi
 Tidak rumit dan sepat

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif adalah ;

• Pembentukan warna ( untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya
kurang kuat ),
• Penentuan panjang gelombang maksimum,

7
• Pembuatan kurva kalibrasi,
• Pengukuran konsentrasi sampel.
Radiasi ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 200 nm
adalah sulit untuk menangani, dan jarang digunakan sebagai alat rutin untuk
analisis struktural.

Energi yang disebutkan diatas adalah cukup untuk mempromosikan atau


merangsang elektron molekul ke energi orbital yang lebih tinggi. Akibatnya,
penyerapan spektroskopi dilakukan di wilayah ini kadang disebut "spektroskopi
elektronik".
Panjang gelombang cahaya UV-VIS jauh lebih pendek daripada
panjang gelombang radiasi inframerah. Spektrum sinar tampak terentang dari
sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet
terentang dari 100 nm sampai 400 nm.
Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik
dengan panjang gelombang radiasi :

8
 Violet : 400 - 420 nm
 Indigo : 420 - 440 nm
 Biru : 440-490 nm
 Hijau : 490-570 nm
 Kuning: 570-585 nm
 Oranye: 585-620 nm
 Merah : 620-780 nm

Gambar spektrum UV.

Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari


larutan sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah
aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:

A = - log T = - log It / Io = ε . b . C

9
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis
menggunakan spektrofotometer adalah:
a) Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas
yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet
ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk
tempat blangko dan sampel.
c) Kesalahan fotometrik normal
Pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal
ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan) Sama seperti
pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-VIS
maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-VIS
dilakukan dengan menggunakan blangko:

Setting nilai absorbansi = 0


Setting nilai transmitansi = 100 %

10
Penentuan kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam
sampel)
dengan kuvet yang sama.
b. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
c. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam
panjang
gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-VIS ini maka akan
membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi.

E. PENENTUAN KROMATOGRAM
Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul tersebut dari tingkat energi dasar
(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited stated). Proses ini
melalui dua tahap :

tahap 1 : M + hv  M*
tahap 2 : M*  M + heat

Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul


umumnya menghasilkan eksitasi bonding; akibatnya, panjang gelombang absorbsi
maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul
yang sedang diselidiki. Oleh karena itu, spektroskopi serapan berharga untuk
mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan
tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultra violet dan
sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang mengandung
gugus pengabsorbsi.

11
Gugus atom yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya disebut
kromofor (chromophores). Secara umum, ada tiga jenis senyawa kimia yang
mengandung gugus pengabsorpsi yaitu:
 Senyawa organik yang memiliki elektron σ, π, dan n.
 Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
 Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)

A. Senyawa organik yang mengandung elektron σ , π, dan n.


Zat pengabsorbsi yang mengandung elektron σ , π, dan n meliputi
molekul/ion organik juga sejumlah anion anorganik. Semua senyawa organik
mampu mengabsorbsi cahaya, sebab senyawa organik mengandung elektron
valensi yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi eksitasi
untuk elektron pembentuk ikatan tunggal adalah cukup tinggi sehingga
pengabsorbsiannya terbatas pada daerah ultraviolet vakum (λ<185), dimana
komponen-komponen atmosfer jugamengabsorbsi secara kuat. Oleh karena itu
percobaan dengan sinar ultraviolet vakum ini sulit dilakukan. Akibatnya,
penyelidikan spektroskopi senyawa-senyawa organik dilakukan pada daerah
panjang gelombangnya lebih besar dari 185nm. Pengabsorbsian sinar ultraviolet
dan sinar tampak, yang panjang gelombangnya lebih besar, terbatas pada sejumlah
gugus fungsional ( chromophore) yang mengandung elektron valensi dengan
energi eksitasi rendah.

Jenis elektron pengabsorbsi


Elektron-elektron yang bertanggung jawab pada pengabsorbsian cahaya
oleh suatu molekul organik adalah
1) Elektron-elektron yang terlibat langsung didalam pembentukan ikatan
antara atom-atom
2) Elektron-elektron bebas atau tak berpasangan seperti pada atom-atom
oksigen, halogen, belerang dan nitrogen.

12
Ikatan kovalen terjadi karena elektron pembentuk ikatan bergerak didalam
medan dua atom pusat untuk mengurangi gaya tolakan koulom antara pusat-pusat.
Medan-medan yang terlokalisasikan diantara atom-atom ditempati oleh elektron-
elektron bonding yang disebut orbital molekul dan dianggap sebagai hasil dari
tunpang tindih orbital atom. Bila dua orbital atom bergabung, maka salah satu
orbital molekul bonding berenergi rendah atau orbital moolekul antibonding yang
berenergi tinggi dihasilkan.
Orbital-orbital molekul yang diasosiasikan dengan ikatan tunggal didalam
molekul-molekul ditandai dengan orbital sigma (σ ), dan elektron yang terlibat
adalah elektron σ. Ikatan rangkap dua didalam suatu molekul organik
mengandung dua jenis orbital molekul: orbital sigma (σ ) yang membentuk
sepasang ikatan elektron dan orbital pi (π) yang membentuk pasangan lainnya.
Penyebaran muatannya ditandai oleh suatu noda (daerah debgan kerapatan
muatannya sepasang) sepasang sumbu ikatan dan kerapatan maksimum didaerah
bidang atas dan bawah adalah sigma da pi antibonding; orbital-orbitall ini ditandai
oleh σ* dan π*. Beberapa senyawa organik mengandung elektron-elektron
nonbonding. Elektron-elektron tak berpasangan ini ditandai oleh simbol n. Energi-
energi untuk bebrapa jenis orbital molekul yang berbeda. Transisi elektron
diantara tingkat-tingkat energi tertentu yang disebabkan oleh pengabsorbsian
radias
Gambar 1. Diagram tingkat energi pada transisi elektron

13
a. Transisi σ  σ*
Disini suatu elektron didalam orbital molekul bonding diaksitasi ke orbital
antibonding yang sesuai dengan pengabsobsian radiasi. Molekul berada dalam
bentuk exited state, σ*. Relatif terhhadap transisi lainnya, energi yang diperlukan
untuk menyebabkan transisi σ  σ* adalah besar ( gambar. 1). Metana sebagai
contoh senyawa yang mengandung hanya sedikit ikatan tunggal C – H dan karena
itu hanya dapat mengalami transisi σ  σ* yang memperlihatkan absorbsi
maksimum pada 125 nm. Etana mempunyai puncak absorbsi pada 135 nm, yang
juga berasal dari jenis transisi yang sama, tetapi disini elektron yang berasal dar
ikata C – C. oleh karena kekuatan ikatan C – C lebih lemah dari pada ikatan C – H
maka energi yang lebih kecil dibutuhkan untuk eksitasi pada ikatan C – C; jadi
puncak absorbsi terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar.

b. Transisi n  σ*
Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung atom-atom dengan elktron-
elektron yang tidak berpasangan (elektron nonbonding) mempunyai kemampuan
untuk mengadakan transisi n  σ*. Umumnya transisi ini memerlukan energi
yang lebih kecil dari pada transisi σ  σ*, dan dapat disebabkan oleh radiasi
didaerah antara 150nm dan 250nm. Pada data dibawah ini terlihat bahwa energi
yang diperlukan untuk transisi bergantung terutama pada jenis atom yang
berikatan dan pada struktur molekul.

Tabel. 1 Absorpsi UV yang menyebabkan transisi n → σ*

Struktur λmaks, nm ε

H2O 167 1480


CH3OH 184 150
CH3CL 173 200
CH3I 258 365
(CH3)2O 184 2520

14
CH3NH2 215 600
(CH3)3N 227 900

c. Transisi π → π* dan transisi n → π*


Umumnya penggunaan spektroskopi serapan pada senyawa-senyawa
organik didasarkan pada transisi elektron n dan π karena energi-energi yang
diperlukan untuk proses-proses ini cukup rendah, yaitu pada spektrum yang baik
sekali (200 – 700 nm). Kedua transisi memerlukan adanya suatu gugus funsional
tak jenuh untuk menydiakan orbital π. Absorptivitas molar (ε) sangat besar yaitu
-1 -1
antara 1000 – 10.000 L.cm .mol .
Jenis pelarut yang dipakai mempengaruhi panjang gelombang maksimum.
Puncak-puncak (maksimum-maksimum ) yang diasosiakan dengan transisi n→ π*
digeser ke panjang gelombang yang lebih pendek (hypsochromatic atau blue
shift) dengan bertambahnya kepolaran pelarut. Biasanya, tapi tidak selalu,
kebalikannya teramati untuk transisi π → π* (bathochromic atau red shift).

Tabel 2. Absorpsi UV yang menyebabkan transisi π → π*

Struktur λmaks, nm Ε

RCH=CHR 165 15.000


R-C≡C-R 173 6.000
RR’C=O 188 900
>C=N- 190 5.000
-C≡N <160 -
-ONO 218,5 1.120

d. Transisi n → π*
Transisi ini terjadi pada senyawa organik tak jenuh yang mengandung satu
atau lebih atom dengan pasangan elektron bebas yang berasal dari atom N, O, F,

15
-
Cl, Br, I, S, P. Absorptivitas molar (ε) relatif kecil yaitu antara 10 – 100 L.cm
1 -1
.mol .

B. Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.


Kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorbbsi radiasi didaerah
spektrum ultraviolet atau sinar tampak. Untuk deret lantanida dan aktinida, proses
pengabsorbsian menyebabkan transisi elektron 4f dan 5f. sedangkan untuk deret
pertama dan kedua logam transisi menyebabkantransisi elektron 3d dan 4d.

1. Absorbsi oleh deret pertama dan kedua logam transisi ( orbital d)


Ion-ion dan kompleks-kompleks dari 18 unsur transisi deret pertama dan
kedua cenderung mengabsorbsi sinar tampak. Berbeda dengan unsur-unsur
aktinida dan lantanida, unsur-unsur transisi ini sering mempunyai pita absorbsi
yang melebar ( gambar 2) dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan . Salah
7+
satu contoh unsur transisi blok 3d yang berwarna yaitu Mn dalam senyawa
KmnO4.

2. Absorpsi oleh ion-ion lantanida dan aktinida ( orbital f)


Berbeda dengan sifat kebanyakan pengabsorbsi anorganik dan
pengabsorpsi organik, spektra ion-ion lantanida dan aktinida meruncing, jelas dan
khas, yang sedikit dipengaruhi oleh jenis ligan yang bergabung dengan ion logam
tersebut (gambar 3). Hal ini disebabkan karena orbital-orbital dalam dihalangi

16
oleh pengaruh luar elektron-elektron yang menempati bilangan kuantum utama
yang lebih tinggi.

Gambar 3. Spektrum absorpsi UV/Vis unsur Ce, Nd, Pr dan Sm

C. Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)


Zat-zat yang menunjukan absorbsi perpindahan muatan sangat penting,
karena absorbtivitas molarnya sangat besar (εmak>10.000). hal ini meningkatkan
kesensitipan pendekatan dan penentuan zat-zat pengabsorbsi. Beberapa kompleks
anorganik memperlihatkan absorbsi perpindahan muatan dan karenanya disebut
komplek pperpindahan muatan . Salah satu contohnya yaitu reaksi antara ion
besi(II) dengan senyawa 5-nitro-6-amino-1,10-phenanthroline membentuk
senyawa kompleks Tris(5-nitro-6-amino-1,10-phenanthroline)iron(II). Senyawa
kompleks ini memiliki absorpsi maksimum pada 520 nm dengan absorptivitas
4
molar (ε) sebesar 1,39 x 10 .

Suatu komplek memperlihatkan spektrum perpindahan muatan, jika salah


satu komponennya mempunyai sifat penyumbang elektron(electron donor), maka

17
komponen lain yang bersifat penerima elektron(electron acceptor). Umumnya,
didalam charge-transfer komplek yang melibatkan ion logam, logam bertindak
sebagai akseptor elektron. Kecuali didalam kompleks besi (II) o-fenantrolin atau
tembaga (I) o-fenantrolin, ligan merupakan akseptor elektron dan ion logam
sebagai donoe elektron.

F. INSTRUMEN UV-VIS

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari


spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan
alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter,
sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter
dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum
tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample
dan blanko ataupun pembanding.

18
Spektrofotometer terdiri dari :
 Sumber cahaya.
 Monokromator.
 Kompartemen sampel.
 Detektor dan pengukur intensitas cahaya.
 Skema konstruksi spektrofotometer :

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut


spektrofotometer terdiri dari :

sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out


(pembaca).

1. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang
biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini

19
mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 –
2200 nanometer (nm).

Gambar 1. Lampu wolfram


Di bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai
untuk spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim
adalah lampu tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke
375 atau 400 nm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber
pada daerah ultraviolet (UV).

Gambar 2. Lampu deuterium

2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu :

20
a. Prisma

b. Grating (kisi difraksi)

Keuntungan menggunakan kisi difraksi :


 Dispersi sinar merata
 Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama

21
 Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum

Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang


sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut slit.
Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang
dipakai. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis.

3. Sel sampel

Berfungsi sebagai tempat meletakan sampel, UV-VIS menggunakan kuvet


sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun
kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal
ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya
berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm. Cuvet harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
 Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
 Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
 Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
 Tidak boleh rapuh.
 Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan


mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

 Kepekaan yang tinggi


 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

22
Macam-macam detektor :

 Detektor foto (Photo detector)


 Photocell, misalnya CdS.
 Phototube
 Hantaran foto
 Dioda foto
 Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detektor.

Berdasarkan sistem optiknya terdapat 2 jenis spektrofotometer.


a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan
melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.

23
b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)

Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin
yang berputar (chopper).

 Berkas pertama melalui kuvet berisi blanko


 Berkas kedua melalui kuvet berisi standar atau contoh

Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada


gambar. Blanko berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase
atau Io dari sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi
mengontrol titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada
single beam.

G. PARAMETER INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS

Pada dasarnya, setiap instrumen dalam metode analisis kualitatif maupun


analisis kuantitatif memiliki parameter dalam pengukurannya. Instrumen
spektoskopi UV-VIS memiliki beberapa parameter, yaitu:

24
1. Resolusi Spektral

Resolusi spektral merupakan kemampuan instrumen untuk membedakan


dua atau lebih panjang gelombang yang berdekatan (hampir sama panjang
gelombangnya).

Dua buah panjang gelombang dianggap berbeda jika jarak minimum


antara kedua puncak dari output detektor sinyal lebih rendah dari 80% maksimum.

2. Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi

Akurasi panjang gelombang dan presisi merupakan hal yang sangat


penting untuk membandingkan hasil pengukuran antara instrumen yang satu
dengan yang lainnya.

25
3. Akurasi Fotometri dan Presisi

Akurasi fotometri dan prisisi meliputi penyimpangan cahaya (stray light),


gangguan (noise), dan penyimpangan (drift).

A. Stray Light
Stray light dapat didefenisikan sebagai cahaya yang terdeteksi karena
adanya panjanng gelombang yang terletak di luar lebar pita (bandwidth) dari
panjang gelombang yang yang dipilih.
Stray light menyebabkan bias negatif dalammenanggapi instrumen dan
akhirnya adalah faktor pembatas untuk absorbansi, dan dengan
demikian konsentrasi, yang dapat diukur (akhirnya penyimpangan dalam
pembacaan data absorbansi)

B. Noise
Gangguan ini mempengaruhi ketepatan pengukuran, untuk satu
pengukuran, mungkin termasuk kesalahan dalam akurasi juga.
Kesalahan total pada setiap absorbansi adalah jumlah dari kesalahan
karena penyimpangan cahaya dan gangguan(gangguan foton dan gangguan
elektronik).

26
Rata-rata titik dari data mengurangi gangguan.

C. Drift
Penyimpangan (drift) pada umumnya merupakan hasil dari variasi
intensitas lampu antara pengukuran. Perubahan elektronik instrumen juga dapat
menyebabkan penyimpangan.

27
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Spektrofotometri pada UV-VIS adalah suatu metode analisa yang


didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna.
2. Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS untuk identifikasi senyawa
organik dan cairan berwarna
3. Analisis Spektrofotometri UV-VIS terbagi 2:
 Analisis kualitatif
 Analisis kuantitatif
4. Kalibrasi digunakan untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi
5. Kromatogram berupa gelombang yang menyatakan (a- λ).
Penentuan kromatogram meliputi :
 Senyawa organik yang mengandung elektron σ , π, dan n.
 Absorpsi yang melibatkan elektron dari orbital d dan f.
 Absorpsi perpindahan muatan (charge transfer electrons)
6. Instrument pada spektroskopi UV-VIS terbagi 2 :
 Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
 Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
7. Parameter instrumen UV-VIS terbagi 3 :
 Resolusi Spektral
 Akurasi Panjang Gelombang dan Presisi
 Akurasi Fotometri dan Presisi

B. KRITIK DAN SARAN


Dengan adanya makalah ini semoga bermanfaat bagi penulis dan
pembaca,sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Apabila ada kritik dari
teman-teman sangat mendukung untuk perbaikan makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Darusman,LK.2003. Diktat Kimia Analitik. Bandung : FMIPA ITB Press.


Day. J.Y dan Underwood A.L. 2002 Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Airlangga
Flanagan, Robert james,dkk.2003. Fundamental of Analitical Toksikologi. New
York. SP Press.
Hendayana,suma.dkk.1994. Kimia Analitik Instrument. Semarang : IKIP
Semarang Press.
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/
diakses pukul 22.00, tanggal 3 Maret 2012
Khopkar S. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.
Mathias, Laksi.2000. Kimia Analitik Dasar.Bandung : Grafindo Media Utama.
www. Chem.agilent. com. UV-VIS Spektroskopi Chemical analisis.pdf diakses
tanggal 4 maret 2012 pukul 23.00.

29

Anda mungkin juga menyukai