Anda di halaman 1dari 7

3.

Penghitungan saldo kas yang ada di tangan dari fungsi kas dilakukan secara periodik dan
secara mendadak oleh fungsi pemeriksa internal.

4. Bukti kas keluar harus dilampiri dokumen pendukung yang lengkap dan sah.

5. Setiap pencatatan ke register bukti kas keluar harus didukung dengan bukti kas keluar yang
dilampiri dokumen pendukung yang lengkap.

6. Pengecekan secara independen terhadap posting ke dalam buku besar pembantu penerimaan
kas dan buku besar pembantu pengeluaran kas dengan akun kontrolnya di buku besar kas.

7. Pertanggungjawaban secara periodik terhadap semua formulir bernomor urut tercetak.

8. Panduan rekening dan tinjauan terhadap pemberian kode rekening.

9. Tinjauan kinerja secara periodik.

3.5 KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI PIUTANG

3.5.1 Pengertian dan Karakteristik Piutang

Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau yang
menjadi hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Selain
itu, piutang dapat juga timbul dari berbagai kegiatan lainnya seperti pemberian pinjaman kepada
karyawan, pemberian uang muka kepada entitas pemerintahan yang lebih rendah, penjualan
aktiva tetap yang sudah tidak digunakan dalam entitas pemerintah, dan pengakuan akuntansi
karena dasar waktu (berbasis akrual).

3.5.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan prosedur piutang secara umum adalah:

1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi
mengenai piutang, mulai dari pengakuan sampai proses penyelesaian piutang.

2. Memberikan informasi yang tepat mengenai jumlah piutang yang dimiliki oleh pemerintah
daerah sehingga dapat diperhitungkan seberapa besar penyisihan kerugian piutangnya.
3. Sebagai informasi pendukung bagi pemerintah daerah dalam menginformasikan jumlah
piutang yang dimilikinya kepada pihak ketiga.

3.5.3 Kebijakan Akuntansi Piutang

Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. PPK-SKPD melakukan
penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD. Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh
tempo harus diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Piutang daerah jenis
tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah menjadi prioritas untuk
didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

1. Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat dari hubungan keperdataan dapat diselesaikan
dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan.

2. Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau
bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-
undangan.

3. Penghapusan piutang daerah tersebut ditetapkan oleh:

a. Kepala daerah untuk jumlah sampai dengan Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

b. Kepala daerah dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp 5.000.000.000
(lima miliar rupiah).

Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah. Untuk


melaksanakan penagihan piutang daerah tersebut, kepala SKPKD menyiapkan bukti dan
administrasi penagihan. Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang
kepada kepala daerah. Bukti pembayaran piutang SKPKD dari pihak ketiga harus dipisahkan
dengan bukti penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.

3.5.4 Sistem Akuntansi Piutang

Sistem dan prosedur akuntansi piutang pada SKPD meliputi serangkaian proses, baik manual
maupun terkomputerisasi, dimulai dari pencatatan, penggolongan, sampai pada peringkasan
transaksi dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan transaksi
piutang pada SKPD.

1. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi piutang pada SKPD terdiri atas
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD.

2. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur akuntansi piutang pada SKPD terdiri
atas:

a. Bukti memorial yang merupakan dasar pencatatan ke dalam jurnal.

b. Jurnal yang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat semua transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas, dan transaksi nonkas.

c. Buku besar piutang yang merupakan ringkasan catatan (posting) yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi untuk menggolongkan transaksi piutang.

d. Buku besar pembantu piutang yang merupakan ringkasan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi untuk menggolongkan transaksi-transaksi piutang menurut rincian
yang dianggap perlu.

3.5.5 Aktivitas Pengendalian

1. Melakukan observasi apakah semua kas yang diterima pada hari terakhir dari tahun yang
diaudit telah dimasukkan ke dalam kas di tangan atau setoran dalam perjalanan dan apakah
penerimaan kas dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan.

2. Melakukan tinjauan terhadap dokumentasi sebagai berikut: ringkasan transaksi harian, kopi
bukti setor (STS), dan rekening koran bank beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal
neraca untuk menentukan ketepatan pisah batas (cut-off) transaksi penerimaan kas.

3. Piutang milik pemerintah daerah harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih dari debitor pada tanggal neraca. Piutang ini harus disajikan pada
neraca dalam jumlah bruto dikurangi taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
4. Iika pemerintah daerah tidak membentuk cadangan kerugian piutang, maka hal ini harus
dicantumkan dalam pengungkapan di neraca bahwa saldo piutang tersebut adalah jumlah
bersih (neto).

5. Melakukan evaluasi terhadap kecukupan akun cadangan kerugian piutang usaha yang
dibentuk oleh manajemen.

6. Melakukan pengujian atas penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh manajemen
pemerintah daerah.

7. Membandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang
diaudit dengan cadangan yang tercantum di neraca tahun sebelumnya.

8. Memeriksa catatan kredit untuk debitor yang utangnya telah kedaluwarsa (lewat waktu).

3.6 KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN

3.6.1 Persediaan

Persediaan adalah aktiva (barang):

1. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.

3.6.2 Karakteristik Persediaan

Persediaan adalah semua barang milik entitas pemerintah daerah yang disimpan di gudang atau
tempat penyimpanan lain oleh entitas pemerintah daerah, dan dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional entitas pemerintah daerah. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan
disimpan untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi atau
barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, termasuk bahan serta perlengkapan yang
akan digunakan dalam proses produksi.

Persediaan dalam perjalanan ekspor-impor adalah persediaan barang ekspor-impor milik entitas
pemerintah daerah yang dibeli dengan perjanjian FOB Shipping Point yang belum dinyatakan
diterima. Termasuk dalam kelompok persediaan ini adalah:
1. Persediaan barang.

2. Persediaan barang habis pakai.

3. Persediaan suku cadang.

3.6.3 Tujuan

Secara umum, prosedur persediaan bertujuan untuk:

1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi
mengenai persediaan, mulai dari pengakuan sampai proses penerimaannya.

2. Memberikan informasi mengenai alur persediaan yang ada sehingga pemerintah daerah dapat
memperhitungkan tingkat pengendalian yang diperlukan untuk akun persediaan.

3. Pengendalian persediaan sehingga persediaan dapat diperhitungkan secara ekonomis


keberadaannya. Dengan demikian, persediaan dapat dikelola secara baik agar tidak terjadi
pemborosan dan kehabisan persediaan.

3.6.4 Kebijakan Akuntansi Persediaan

Persediaan dicatat pada akhir periode akuntansi dan dihitung berdasarkan hasil inventarisasi fisik
persediaan. Persediaan dinilai di neraca pada:

1. Harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian

2. Harga standar bila diperoleh dengan memproduksi sendiri

3. Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara seperti
donasi.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki oleh proyek swakelola dan dibebankan
ke suatu perkiraan aktiva untuk bangunan dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai
persediaan dalam kelompok aktiva lancar.

3.6.5 Sistem Akuntansi Persediaan

Sistem dan prosedur akuntansi persediaan pada SKPD meliputi serangkaian proses, baik manual
maupun terkomputerisasi yang dimulai dari pencatatan, penggolongan, sampai pada peringkasan
transaksi persediaan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan
dengan transaksi persediaan pada SKPD.
Persediaan dicatat pada akhir periode akuntansi dan dihitung berdasarkan hasil inventarisasi fisik
persediaan. Persediaan dinilai di neraca pada:

1. Harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian

2. Harga standar bila diperoleh dengan memproduksi sendiri

3. Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara seperti
donasi.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki oleh proyek swakelola dan dibebankan
ke suatu perkiraan aktiva untuk bangunan dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai
persediaan dalam kelompok aktiva lancar.

1. Fungsi yang terkait

Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur akuntansi persediaan pada SKPD terdiri atas
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD.

2. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur akuntansi persediaan pada SKPD terdiri
atas:

a. Bukti memorial yang merupakan dasar pencatatan ke dalam jurnal.

b. Jurnal yang merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat semua transaksi penerimaan kas, pengeluaran kas, dan transaksi nonkas.

c. Buku besar piutang yang merupakan ringkasan catatan (posting) yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi untuk menggolongkan transaksi persediaan.

d. Buku besar pembantu persediaan yang merupakan ringkasan catatan yang


diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk menggolongkan transaksi-transaksi
persediaan menurut rincian yang dianggap perlu.

3.6.6 Aktivitas Pengendalian

1. Telusuri saldo persediaan yang tercantum dalam neraca ke saldo persediaan yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo persediaan
yang tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya
kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo persediaan yang dicantumkan di neraca
ditelusuri ke akun buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun persediaan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian perhitungan akun saldo persediaan, pemeriksa menghitung kembali saldo
akun persediaan dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan
menguranginya dengan jumlah pengkreditan untuk tiap-tiap akun control tersebut.
3. Telusuri posting pendebitan dan pengkreditan akun persediaan ke jurnal yang bersangkutan.
Pendebitan dalam berbagai akun persediaan kemudian ditelusuri ke jurnal, buku besar
pembantu persediaan, atau buku besar persediaan. Selanjutnya, pengkreditan kea kun
tersebut ditelusuri ke jurnal atau buku besar dari bahan habis pakai, atau ke buku besar
pembantu untuk bahan habis pakai guna memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan
dan pengurangan persediaan berasal dari jurnal-jurnal yang bersnagkutan.
4. Memeriksa saldo awal akun persediaan ke kertas kerja tahun lalu. Pemeriksa melakukan
pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun persediaan guna memperoleh
keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,
pemeriksa melakukan penelusuran saldo awal persediaan ke kertas kerja tahun lalu. Kertas
kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi mengenai berbagai koreksi yang diajukan oleh
pemeriksa tersebut.
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu persediaan dengan akun control persediaan yang
bersangkutan di dalam buku besar. Saldo akun control persediaan di dalam buku besar
tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun buku besar pembantu persediaan
yang bersangkutan guna memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi yang berkaitan
dengan persediaan dapat dipercaya ketelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai