DEFINISI
A. Pengertian
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke
lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor
fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin).
Pencegahan dan Penanganan kejadian jatuh pada pasien Keselamatan pasien
merupakan tanggung jawab seluruh petugas. Dalam rangka menurunkan risiko cedera
akibat jatuh pada pasien, petugas akan menilai dan melakukan penilaian ulang
terhadap kategori risiko jatuh pasien, serta bekerjasama dalam memberikan intervensi
yang sesuai prosedur.
B. Tujuan
Sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengan cara:
1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan
Skala Morse untuk pasien dewasa, Humpty Dumpty untuk pasien anak dan
Pengkajian Resiko Jatuh Pasien Geriatri untuk pasien diatas sama dengan 65
tahun
2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien yang memiliki risiko jatuh (setiap 3
hari)
3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh
4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif
1
BAB II
RUANG LINGKUP
A. RUANG LINGKUP
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien.
Program pencegahan dan penanganan kejadian jatuh pada pasien meliputi:
1. Asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah- langkah yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Monitoring hasil dari langkah-langkah yang telah dilakukan, baik tentang
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak sengaja.
B. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
1. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis
2. Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan
Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated).
Faktor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan
dapat terjadi sebelum pasien jatuh.
2
Dapat diperkirakan Riwayat jatuh sebelumnya Lantai basah/silau, ruang
Inkontinensia berantakan, pencahayaan
Gangguan kognitif/psikologis kurang, kabel longgar/lepas
Gangguan Alas kaki tidak pas
keseimbangan/mobilitas Dudukan toilet yang rendah
Usia > 65 tahun Kursi atau tempat tidur beroda
Osteoporosis Rawat inap berkepanjangan
Status kesehatan yang buruk Peralatan yang tidak aman
Peralatan rusak
Tempat tidur ditinggalkan dalam
posisi tinggi
Tidak dapat Kejang Reaksi individu terhadap obat-
diperkirakan Aritmia jantung obatan
Stroke atau Serangan Iskemik
Sementara (Transient Ischaemic
Attack-TIA)
Pingsan
‘Serangan jatuh’ (Drop Attack)
3
c. Penyakit Parkinson
d. Riwayat patah tulang / fraktur
e. Deformitas muskuloskletal atau miopati
f. Inkontinensi uri / alvi atau sering ke kamar mandi
g. Gangguan pendengaran
h. Dehidrasi
i. Riwayat jatuh sebelumnya
j. Penggunaan alat penahan diri/ pengekang (restraint)
k. Kesulitan dalam memahami instruksi
l. Aritmia jantung
m. Stroke
n. Delirium /agitasi
o. Depresi
p. Gangguan gaya berjalan atau mobilitas
q. Gangguan penglihatan
r. Vertigo / pusing
s. Hipoglikemia
t. Konsumsi obat-obatan multiple
u. Mengkonsumsi laksatif dan atau diuretic
v. Keterbatasan bahasa
4
Napas, Dehidrasi, Anemia, Anoreksia,
Sinkop/sakit kepala, dll)
Kelainan Psikis/Perilaku 2
Diagnosis Lain 1
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi/balita 4
Pasien menggunakan alat bantu atau bayi dalam 3
ayunan
Pasien berada di tempat tidur standar 2
Di luar ruang rawat 1
Respon Terhadap Dalam 24 jam 3
Operasi/Obat Dalam 48 jam 2
Penenang/efek anestesi >48 jam 1
Penggunaan Obat Bermacam-macam obat yang digunakan obat 3
sedatif (kecuali pasien ICU yang menggunakan
sedasi dan paralisis), hipnotik, Barbiturat,
Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/Diuretika,
Narkotik.
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
TOTAL
Skor 7-11: Risiko Rendah untuk jatuh
Skor ≥ 12 : Risiko Tinggi untuk jatuh
b. Jenis Kelamin :
Skor 2 untuk anak laki-laki
Skor 1 untuk anak perempuan
5
c. Diagnosa :
Skor 4 jika ada diagnosa medis kelainan Neurologi
Skor 3 jika ada diagnosa medis perubahan dalam Oksigenasi
/masalah Saluran Napas, Dehidrasi, Anemia, Anoreksia, Sinkop/sakit
kepala, dll
Skor 2 jika ada diagnosa medis Kelainan Psikis/Perilaku
Skor 1 jika diagnosa medis selain diagnosa diatas.
d. Faktor Lingkungan :
Skor 4 jika pasien ada riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi/balita
Skor 3 jika pasien menggunakan alat bantu atau bayi dalam ayunan
Skor 2 jika pasien berada ditempat tidur standar
Skor 1 jika pasien di luar ruang rawat
f. Penggunaan Obat :
Skor 3 jika pasien menggunakan bersamaan sedative, barbiturate, anti
depresan, diuretik, narkotik
Skor 2 jika pasien menggunakan salah satu dari pengobatan di atas
Skor 1 jika pasien menggunakan pengobatan selain diatas.
6
Skala Morse untuk pasien dewasa
Faktor Risiko Skala Poin Skor Pasien
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis sekunder (≥ 2 Ya 15
diagnosis medis)
Tidak 0
Tongkat/alat penopang 15
Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Lemah 10
Normal/tirah baring/imobilisasi 0
Total
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25 – 44
Risiko rendah = 0 – 24
7
CARA MELAKUKAN SKORING SKALA JATUH MORSE (MORSE FALL
SCALE/MFS)
a. Riwayat jatuh:
Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada
riwayat jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan
menjelang dirawat.
Skor 0 bila tidak pernah jatuh
Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25
b. Diagnosis sekunder:
Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien
Skor 0 jika tidak
c. Bantuan berjalan:
Skor 30 jika pasien berjalan mencengkeram furnitur untuk topangan
Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker,
Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat bantu/dibantu, menggunakan kursi
roda, atau bed rest dan tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali
d. Terpasang infus:
Skor 25 jika pasien diinfus
Skor 0 jika pasien tidak diinfus
8
Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan ciri berjalan dengan kepala tegak,
lengan terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah tanpa ragu-ragu,
pasien bed rest/imobilisasi.
f. Status mental
Skor 15 jika pasien sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki
Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal.
Tanyakan pada pasien, “ Apakah Bapak/Ibu dapat pergi ke kamar mandi
sendiri atau perlu bantuan?” Jika jawaban pasien menilai dirinya konsisten
dengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal
1. Pengkajian
No Penilaian/Pengkajian Ya Tidak
1. Tidak seimbang/sempoyongan/limbung
2. Hasil
9
3. Tindakan
Edukasi
10
BAB III
TATALAKSANA
11
d. Pada pasien Rawat Jalan yang beriko jatuh diberikan stiker resiko jatuh di dada
Kanan Pasien.
3. Proses serah terima pasien dengan risiko jatuh dari IGD keruangan rawat inap
a. Proses serah terima dilakukan di ruangan rawat inap.
b. Perawat ruangan memperkenalkan diri kepada pasien, kemudianakan mengecek
kembali penilaian awal dan skoring pasien risiko tinggi.
c. Perawat ruangan akan mengecek kembali stiker risiko pasien yang dipakai dan
akan mengkonfirmasi ulang tentang kegunaan gelang tersebut kepada pasien.
12
b. Formulir pelaksanaan monitoring/pencegahan diisi sesuai dengan kondisi
pasien.
c. Petugas yang melakukan monitoring harus melibatkan pasien, keluarga dan
Profesional Pembari Asuhan.
7. Kategori risiko jatuh : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut
ini.
a. Beri tanda Resiko Jatuh di pintu kamar pasien
b. Beri penanda berupa stiker berwarna kuning yang dipakaikan di gelang
identitas pasien
c. Sandal anti-licin
13
d. Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2 jam (saat
pasien bangun), dan secara periodik (saat malam hari)
e. Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
f. Nilai kebutuhan akan:
Fisioterapi dan terapi okupasi
Alarm tempat tidur
Pastikan posisi tempat tidur rendah dan kedua sisi pegangan tempat
tidur terpasang baik
Lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station (bila
memungkinkan)
14
D. Protokol Pencegahan Pasien Jatuh Pasien Anak:
15
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi
16
BAB IV
A. Tujuan
1. Menurunnya angka kejadian pasien jatuh di RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh
2. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan pasien jatuh.
3. Diketahui penyebab pasien jatuh sampai akar masalahnya.
4. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian pasien jatuh yang sama dikemudian hari.
17
6. Setelah melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke tim KPRS.
7. Tim KPRS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
regarding.
8. Untuk Grade kuning/ merah tim KPRS akan melakukan analisa akar masalah/
RCA.
9. Setelah melakukan RCA, tim KPRS akan membuat lapopran dan rekomendasi
untuk perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk/ safety allert untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
10. hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Manager Pelayanan.
11. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada unit
terkait.
12. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KPRS.
18
BAB V
DOKUMENTASI
19
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan pasien safety dibutuhkan upaya dan kerjasama berbagi pihak.
Pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan, dan
perawatan memegang peran kunci untuk mencapainya. Hasil dari penelitian ini adalah
Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional:Identifikasi
Risiko Pasien Jatuh Dengan Menggunakan Skala Jatuh Morse Di Rumah Sakit Ibu dan
Anak PKU Muhammadiyah Cipondoh Tangerang.
B. SARAN
Meningkatkan kemampuan perawat dalam mengkategorikan status kesehatan pasien
dalam menghitung secara benar dan akurat serta mendokumentasian yang baik haruslah
lebih ditingkatkan, untuk itu perawat secara berkala dan kesinambungan melakukan
pengkajian risiko jatuh pada pasien.
20