Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Gangguan peredaran darah ke otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Sudoyo,
2009).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. (Corwin, 2002).

2.2 Etiologi
Penyebab utamanya dari stroke diurutkan dari yang paling penting
adalah arterosklerosis (trombosis) embolisme, hipertensi yang menimbulkan
pendarahan srebral dan ruptur aneurisme sekular. Stroke biasanya disertai
satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung,
peningkatan lemak di dalam darah, DM atau penyakit vasculer perifer . Selain
itu, ada beberapa faktor resiko lain yang dapat menjadi penyebab dari
cva/stroke, antara lain :
a) Trombosis : Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher:
Arteriosklerosis serebral.
b) Embolisme serebral : Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik,
infeksi polmonal.
c) Iskemia : Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada
arteri.
d) Hemoragi Serebral: Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak

2.3 Faktor Resiko


1. Faktor yang tidak dapat diubah (Non ireversible)
a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Koleterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes melitus
f. Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol
2.4 Klasifikasi
1. Penyakit Stroke dibagi 2 jenis yaitu:
 Stroke Iskemik
Terjadi akibat terjadi penyumbatan di sel-sel syaraf otak.Hampir
kebanyakan pasien Stroke sebanyak 83% adalah pengidap stroke iskemik.
Stroke Iskemik dibagi menjadi 3 jenis:
o Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
o Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
o Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
 Stroke Hemorragik
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat
aliran darah yang normal.akibatnya darah merembes ke suatu daerah otak
dan merusaknya. Stroke Hemorragik dibagi 2 jenis:
o Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
o Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
2.5 Manifestasi Klinis
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.
2. Tiba-tiba hilang rasa peka
3. Bicara cedel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau
ruptur.
2. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem
3. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark
4. Penilaian kekuatan otot
5. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak

2.7 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

2.8 Komplikasi
 Depresi
Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-
orang yang berada di sekitarnya.oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh
sulit berkomunikasi dan sebagianya,penderita stroke sering mengalami
depresi.
 Darah beku
Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama
pada kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang menggangu,selain
itu pembekuaan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan
darah ke paru-paru(embelio paru-paru)sehingga penderita sulit bernafas
dan dalam beberapa kasus mengalami kematian.
 Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak dapatr menyebabkan sendi menjadi kaku dan
nyeri.misalnya jika otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika harus
berdiri dengan rumit menyentuh lantai.hal ini biasanya di tangani
fisioterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan. (Doenges et al,2007)
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang
status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,
sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Doenges et al,
2007)
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
f. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Biasanya ada
riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
h. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut.
i. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
j. Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
k. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot.
l. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,
tidak kooperatif.
n. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
o. Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi,
antagonis histamin.
p. Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi.
q. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku
yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping
itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed
rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
a) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

b) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.

c) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus


Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

d) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

e) Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
- Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
- Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemiparestesi
- Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis
A. Analisa data

Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang meliputi kegiatan


mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan, mengkaitkan data dan
akhirnya menarik kesimpulan.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien


yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan
sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.

1. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan


perdarahan intracerebral.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori,
penurunan penglihatan.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah otak.
5. Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat.
6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
7. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi.
8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk dan menelan.
10. Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan lesi
pada upper motor neuron.
C. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat


perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien
adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penentuan tujuan,
penetapan kriteria hasil dan menentukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi

Perfusi jaringan NOC : NIC :


cerebral tidak efektif  Circula  Monitor TTV
b/d gangguan afinitas tion status  Monitor AGD, ukuran
Hb oksigen,  Neurol pupil, ketajaman, kesimetrisan
penurunan konsentrasi ogic status dan reaksi
Hb, Hipervolemia,  Tissue  Monitor adanya diplopia,
Hipoventilasi, Prefusion : cerebral pandangan kabur, nyeri kepala
gangguan transport Setelah dilakukan asuhan  Monitor level kebingungan
O2, gangguan aliran selama……… dan orientasi
arteri dan vena ketidakefektifan perfusi  Monitor tonus otot
jaringan cerebral teratasi pergerakan
DO dengan kriteria hasil:  Monitor tekanan intrkranial
- Gangguan status  Tekanan systole dan dan respon nerologis
mental diastole dalam rentang  Catat perubahan pasien
- Perubahan perilaku yang diharapkan dalam merespon stimulus
- Perubahan respon  Tidak ada  Monitor status cairan
motorik ortostatikhipertensi  Pertahankan parameter
- Perubahan reaksi  Komunikasi jelas hemodinamik
pupil  Menunjukkan  Tinggikan kepala 0-45o
- Kesulitan menelan konsentrasi dan orientasi tergantung pada konsisi pasien
- Kelemahan atau  Pupil seimbang dan dan order medis
paralisis reaktif
ekstrermitas  Bebas dari aktivitas
- Abnormalitas bicara kejang
 Tidak mengalami nyeri
kepala

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


 Joint Movement : Exercise therapy :
Berhubungan dengan :
Active ambulation
- Gangguan metabolisme
 Mobility Level  Monitoring vital sign
sel
 Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan
- Keterlembatan
 Transfer performance dan lihat respon pasien
perkembangan
Setelah dilakukan saat latihan
- Pengobatan
tindakan keperawatan  Konsultasikan dengan
- Kurang support
selama….gangguan terapi fisik tentang
lingkungan
mobilitas fisik teratasi rencana ambulasi
- Keterbatasan ketahan
dengan kriteria hasil: sesuai dengan
kardiovaskuler
 Klien meningkat kebutuhan
- Kehilangan integritas
dalam aktivitas fisik  Bantu klien untuk
struktur tulang
 Mengerti tujuan dari menggunakan tongkat
- Terapi pembatasan gerak
peningkatan mobilitas saat berjalan dan cegah
- Kurang pengetahuan
 Memverbalisasikan terhadap cedera
tentang kegunaan
perasaan dalam  Ajarkan pasien atau
pergerakan fisik
meningkatkan tenaga kesehatan lain
- Indeks massa tubuh diatas
kekuatan dan tentang teknik
75 tahun percentil sesuai
kemampuan ambulasi
dengan usia
berpindah  Kaji kemampuan
- Kerusakan persepsi
 Memperagakan pasien dalam
sensori
penggunaan alat mobilisasi
- Tidak nyaman, nyeri
Bantu untuk  Latih pasien dalam
- Kerusakan
mobilisasi (walker) pemenuhan kebutuhan
muskuloskeletal dan
ADLs secara mandiri
neuromuskuler
sesuai kemampuan
- Intoleransi
 Dampingi dan Bantu
aktivitas/penurunan
pasien saat mobilisasi
kekuatan dan stamina
dan bantu penuhi
- Depresi mood atau cemas
kebutuhan ADLs ps.
- Kerusakan kognitif
 Berikan alat Bantu jika
- Penurunan kekuatan otot,
klien memerlukan.
kontrol dan atau masa
 Ajarkan pasien
- Keengganan untuk
bagaimana merubah
memulai gerak
posisi dan berikan
- Gaya hidup yang
bantuan jika
menetap, tidak digunakan,
diperlukan
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum

DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan ahli
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : gizi untuk menentukan
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake jumlah kalori dan nutrisi
memasukkan atau mencerna c. Weight Control yang dibutuhkan pasien
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan  Yakinkan diet yang
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan dimakan mengandung
ekonomi. selama….nutrisi kurang tinggi serat untuk
DS: teratasi dengan indikator: mencegah konstipasi
- Nyeri abdomen  Albumin serum  Ajarkan pasien bagaimana
- Muntah  Pre albumin serum membuat catatan makanan
- Kejang perut  Hematokrit harian.
- Rasa penuh tiba-tiba  Hemoglobin  Monitor adanya penurunan
setelah makan  Total iron binding BB dan gula darah
capacity  Monitor lingkungan
 Jumlah limfosit selama makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan

 Monitor turgor kulit


DO:  Monitor kekeringan,
- Diare rambut kusam, total
- Rontok rambut yang protein, Hb dan kadar Ht
berlebih  Monitor mual dan muntah
- Kurang nafsu makan  Monitor pucat, kemerahan,
- Bising usus berlebih dan kekeringan jaringan
- Konjungtiva pucat konjungtiva
- Denyut nadi lemah  Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Abdul, G. (2009) Manajemen stroke.yogyakarta: pustaka cendikia press.


Brunner & Suddarth., (2004). Medical Surgical Nursing. JB Lippincot Company,
Philadelphia.
Dochterman & Bulecheck. 2004. NIC : Nursing Interventions Classification. Fourth
Edition. Missouri : Mosby
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC, Jakarta.
Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses : Definitions &
Classification, 2012-2014. Oxford : Wiley-Blackwell
Moorhead, Sue. 2004. NOC : Nursing Outcomes Classification. Fourth Edition.
Missouri : Mosby
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Price S.A., Wilson L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
Susilo, H. (2000). Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru Millenium III. Bangkalan.
WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and therapy in
Stroke. Stroke; 20:1407-31.

Anda mungkin juga menyukai