Anda di halaman 1dari 10

BEDAH KISI UKG

Perkembangan Aspek Psikomotor


Aspek psikomotor peserta didik merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh
guru. Perkembangan aspek psikomotor peserta didik melalui beberapa tahap. Tahap-tahap
tersebut yaitu:
1. Tahap kognitif: tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat.
Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-
gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan.
2. Tahap asosiatif: pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih
pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan
gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih
dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor.
3. Tahap otonomi: pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat autonomi
yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat
memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena
peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-
gerakan.
Perkembangan Aspek Afektif
Perkembangan aspek afektif peserta didik turut menentukan keberhasilan pembelajaran IPA.
Aspek afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Faktor
pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam
penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
1. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
2. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
3. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
4. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
5. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
6. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain
(Depdiknas, 2006: 10-11).

Guru harus memahami tahap-tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta
didiknya, agar ketika mendesain dan melaksakan pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Dengan demikian dapat tercipta proses pembelajaran yang
bermakna.

Indikator 2
Menentukan Kesulitan Belajar
Materi Pendukung: Kesulitan Belajar Peserta Didik
Kesulitan belajar merupakan gejala yang tampak pada peserta didik yang ditandai dengan
prestasi belajar yang rendah, yaitu : (1) di bawah norma yang telah ditetapkan, (2) dibandingkan
dengan teman-temannya, (3) dibandingkan dengan prestasi belajar sebelumnya. Kesulitan belajar
dapat didiagnosis oleh guru. Diagnosis merupakan kegiatan penentuan jenis ketidakmampuan
dengan meneliti latar belakang penyebab atau menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Kesulitan belajar peserta didik harus dipahami oleh guru sebagai pendidik. Hal yang harus
disadari oleh para pendidik adalah kesulitan atau masalah pada peserta didik terkadang bukanlah
semata-mata karena mereka malas atau mempunyai kemampuan yang rendah, namun bisa
disebabkan karena adanya gangguan secara biologis/fisik ataupun syaraf yang penanganannya
harus ditangani dengan bantuan para ahli di bidangnya.
Kesulitan belajar dapat diidentifikasi dari perilaku peserta didik. Peserta didik dapat dikategorikan
menjadi peserta didik aktif dan peserta didik tidak aktif. Peserta didik aktif ditandai dengan
beberapa indikator, antara lain bertanya, mencatat, rajin mengerjakan tugas, dan sebagainya.
Peserta didik yang tidak aktif dapat diidentifikasi dari beberapa indikator yang tampak, seperti
masa bodoh, meninggalkan pelajaran, tidak pernah bertanya, dan sebagainya.
Kesulitan belajar peserta didik dibedakan menjadi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki inteligensi
normal, tetapi menunjukkan beberapa hal yang penting dalam proses belajar , baik dalam
persepsi , ingatan, perhatian, maupun fungsi motoriknya.
Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar peserta didik dikenali dari ciri-ciri yang muncul. Menurut M. Surya (1978) ciri-ciri
kesulitan belajar peserta didik adalah sebagai berikut.
1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar
Secara umum ciri-ciri peserta didik yang memiliki kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1. Prestasi belajarnya rendah artinya skor yang diperoleh dibawah rata-rata
2. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang
dicapainya
3. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya
4. Menunjukkan perilaku menyimpang dari perilaku temannya yang seusia, misalnya suka
membolos, engan mengerjakan tugas, tidak dapat kerjasama dengan temannya, terisolir,
tidak dapat konsentrasi, tidak punya semangat dan sebagainya.
5. Emosional misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung, merasa rendah diri dan
sebagainya.
6. Indikator 3
7. Mengelompokkan keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu
8. Materi Pendukung: Ketrampilan Proses IPA
9. Keterampilan proses IPA menurut Chiappetta (1997: 24) merupakan keterampilan yang
digunakan para ilmuwan dalam mengkonstruksi pengetahuan, menyampaikan ide dan
mengkomunikasikan informasi. Keterampilan proses IPA mendorong peserta didik untuk
bertanya, merumuskan masalah, mengamati, mengklasifikasi data, menginferensi dari
hipotesis, mengkomunikasikan penemuan dan melakukan eksperimen. Collette &
Chiappetta (1994: 89-90) mendefinisikan keterampilan proses IPA sebagai keterampilan
yang digunakan untuk menyusun pengetahuan, merepresentasikan ide, dan
mengkomunikasikan informasi. Sedangkan, Ozgelen (2012) mendefinisikan keterampilan
proses IPA sebagai keterampilan berpikir yang digunakan para ilmuwan dalam
membangun pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan merumuskan hasil
10. Collette & Chiappetta (1994: 89-90) membagi keterampilan proses IPA ke dalam
keterampilan proses dasar (basic process skill) dan keterampilan proses terpadu
(integrated process skill). Keterampilan proses dasar meliputi observasi(observing),
mengklasifikasi (classifying), penggunaan hubungan ruang dan waktu (space/time
relations), penggunaan angka (using number), pengukuran (measuring), inferensi
(inferring), dan prediksi (predicting). Keterampilan proses terpadu meliputi definisi
operasional (defining operationally), formulasi model(formulating models), kontrol variabel
(controlling variables), interpretasi data (interpreting data), hipotesis (hypothesizing), dan
eksperimen (experimenting).
11. Ozgelen (2012) juga menggolongkan keterampilan proses ke dalam keterampilan proses
dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi: observasi,
penggunaan hubungan ruang/waktu, inferensi, pengukuran, komunikasi, klasifikasi, dan
prediksi. Keterampilan proses terintegrasi meliputi: kontrol variabel, definisi operasional,
merumuskan hipotesis, interpretasi data, eksperimen, membuat model, dan
mempresentasikan informasi.
Indikator 4
Mengidentifikasi pengalaman belajar IPA sesuai dengan pendekatan saintifik
Materi Pendukung: Pendekatan Saintifik
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan.
Pendekatan saintifik merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran:
1. mengamati;
2. menanya;
3. mengumpulkan informasi/mencoba;
4. menalar/mengasosiasi; dan
5. mengomunikasikan.
Lima pengalaman belajar pada pendekatan saintifik diuraikan sebagai berikut:
Mengamati (observing)
Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya) dengan atau tanpa alat.
Menanya (questioning)
Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum
dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber
melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/mengembangkan
Menalar/Mengasosiasi (associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan
suatu pola, dan menyimpulkan.
Mengomunikasikan (communicating)
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan
menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Indikator 6
Mengidentifikasi prinsip-prinsip penyusunan RPP yang sesuai dengan Permendikbud
Nomor 103 tahun 2014
Materi Pendukung: Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu
pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Setiap guru di setiap satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru
kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK.
Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai,
namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan
RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di
sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah.
Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau
antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor
kementerian agama setempat.
Prinsip Penyusunan RPP
1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1),
sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
4. Berpusat pada peserta didik
5. Berbasis konteks
6. Berorientasi kekinian
7. Mengembangkan kemandirian belajar
8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan
10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Bedah Kisi-kisi UKG 2015 (bagian 6)
14.11.15 Bedah Kisi-kisi UKG, Kisi-kisi UKG, Soal UKG, Soal UKG 2015, UKG, UKG 2015
Teknik Pengarahan Ulang (redirecting)
Teknik pengarahan ulang dapat dilakukan guru apabila guru bertujuan ingin melibatkan banyak
siswa dalam proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah mengajukan satu
pertanyaan yang ditujukan kepada beberapa siswa.
Contoh:
Guru : Rezki, dapatkah kamu menyebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan
pada benda?
Rezki : Panas bu!
Guru : Yesi, dapatkah kamu menambahkan faktor lainnya?
Yesi : Udara bu!
Guru : Coba sebutkan lebih spesifik lagi, maksudmu Yesi?
Yesi : hm…
Guru : Coba Rudi, dapatkah kamu menolong Yesi?
Rudi : Mungkin maksudnya Oksigen bu!
Guru : Dapatkah kamu memberi contoh bagaimana pengaruh Oksigen terhadap perubahan
benda?

Teknik Membimbing ( probing)


Pertanyaan yang bersifat probing digunakan guru untuk menggali jawaban siswa agar lebih jelas.
Teknik membimbing (probing) digunakan jika siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru kurang
lengkap dan siswa hanya menjawab sebagian-sebagian. Teknik membimbing memerlukan waktu
dan kesabaran guru dalam mengajukan pertanyaan dan juga memerlukan keterampilan guru
untuk dapat menggali jawaban siswa dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang sifatnya
menggali dari seorang siswa dengan tujuan untuk meningkatkan tanggapan siswa menuju kepada
jawaban yang lebih tepat dan lebih luas.
Teknik Menuntun (prompting)
Teknik menuntun digunakan jika siswa tidak segera menemukan jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Ketika siswa gagal atau tidak biasa menjawab pertanyaan, maka guru dapat
mengajukan pertanyaan berikut.
1. Apakah pertanyaan saya jelas atau kurang jelas?
2. Apakah Anda menginginkan saya untuk memecahkan pertanyaan ke dalam beberapa
bagian?
3. Bagian mana pada pertanyaan yang saya ajukan yang tidak anda pahami?
4. Apakah pertanyaan yang saya ajukan terlalu sulit bagi anda?

Apabila siswa tidak berhasil menjawab pertanyaan guru, maka teknik menuntun dapat dilakukan
dengan beberapa cara, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1. menyederhanakan pertanyaan;
2. memecah pertanyaan ke dalam beberapa bagian pertanyaan yang dapat mengarahkan
siswa secara perlahan-lahan ke pertanyaan awal;
3. mengganti pertanyaan dengan kalimat lain tetapi maksudnya sama;
4. memberikan pertanyaan yang jawabannya dapat memancing pikiran siswa untuk
menemukan jawaban pertanyaan semula.

Teknik Pemusatan (focusing)


Teknik mengajukan pertanyaan pemusatan dilakukan guru jika semula mengajukan pertanyaan
yang lingkupnya luas dilanjutkan dengan mengubah pertanyaan yang lingkupnya lebih
fokus/khusus. Contohnya: meliputi jenis apa sajakah bahan bakar itu? Jika tidak ada siswa yang
menjawab, ubah pertanyaan menjadii : bahan akar apakah yang digunakan sepeda motor?

Referensi:
Bahan Belajar Mandiri KKG/MGMP: Teknik Bertanya (sebagai Keterampilan Dasar Mengajar
Guru)
Indikator 12
Menjelaskan aspek-aspek proses belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran IPA.
Materi Pendukung: Aspek-aspek Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian
pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis,
selama dan setelah proses pembelajaran. Penilain hasil belajar pada Kurikulum 2013 dikenal
dengan penilaian autentik.
Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi
untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi:
1. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses
pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta
didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan
untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran
yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya;
2. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester,
satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan
keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan
belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.
Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan. Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah
sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.
1. Menerima nilai
2. Menanggapi nilai
3. Menghargai nilai
4. Menghayati nilai
5. Mengamalkan nilai
6. Menentukan kemampuan berpikir dan dimensi pengetahuan butir soal ranah
pengetahuan mata pelajaran IPA
7. Materi Pendukung: Sasaran Penilaian Kemampuan Berpikir dan Dimensi
Pengetahuan IPA
8. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana
dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.
9. Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan berpikir adalah sebagai
berikut.
10. Mengingat
11. Mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya
sebagaimana
12. aslinya, tanpa melakukan perubahan.
13. Memahami
14. Sudah ada proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik,
tabel, gambar, foto tidak berubah.
15. Menerapkan
16. Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari
untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari.
17. Menganalisis
18. Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum
diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu
kelompok/informasi dengan kelompok/informasi lainnya, antara fakta dengan konsep,
antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya
dengan karya lainnya.
19. Mengevaluasi
20. Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria.
21. Mencipta
22. Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan
satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentukny.a
23. Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan adalah
sebagai berikut.
24. Faktual
25. Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang
terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
26. Konseptual
27. Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya,
hukum kausalita, definisi, teori.
28. Prosedural
29. Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti
algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu
prosedur.
30. Metakognitif
31. Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan
yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan
konteks tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).
32. Indikator 14
33. Mengevaluasi data hasil analisis penilaian proses belajar aspek sikap menurut
Permendikbud nomor 104 tahun 2014
34. Materi Pendukung: Analisis penilaian proses belajar aspek sikap
35. Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 4,00 – 1,00 dalam menyekor
pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian (ulangan harian, ujian tengah
semester, ujian akhir semester, tugas-tugas, ujian sekolah).
36. Penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah tetapi dapat juga
melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan instrumen penilaian yang sama.
37. Untuk masing-masing ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) digunakan
penyekoran dan pemberian predikat yang berbeda sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut.
Tabel konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah
Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah sikap diambil dari nilai modus (nilai yang
terbanyak muncul). Nilai akhir untuk ranah pengetahuan diambil dari nilai rerata. Nilai
akhir untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal (nilai tertinggi yang dicapai).
Referensi:
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Indikator 14
Mempraktikkan penentuan ketuntasan belajar untuk setiap kompetensi dasar
matapelajaran IPA
Materi Pendukung: Ketuntasan Belajar
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan
belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat
penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di
atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas
ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.
38. Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai
kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester.
Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan
pendidikan adalah keberhasilan peserta didik
39. menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
40. Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat,
yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) sebagaimana
tertera pada tabel berikut.

41.
42.
43. Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik
(B).
44.
45. Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk
angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai
dengan D sebagaimana tertera pada tabel berikut.
46.

47.
48.
49. Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk
keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.
50.
51. Referensi:
52. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Bedah Kisi-kisi UKG 2015 (bagian 11)
15.11.15 Bedah Kisi-kisi UKG, Kisi-kisi UKG, Soal UKG, Soal UKG 2015, UKG, UKG 2015
Karakteristik PTK
1. Sumber masalah: kerisauan guru akan kinerjanya (an inquiry of practice from
within),adanya masalah pembelajaran yang perlu diselesaikan.
2. Peneliti: guru sebagai pelaku yang terlibat di dalam situasi yang diteliti
3. Tempat penelitian: di kelas sendiri (situasi sosial pendidikan)
4. Metode penelitian: refleksi diri (self-reflective inquiry) – agak longgar namun tetap mengikuti
kaidah-kaidah penelitian (data dikumpulkan secara sistematis dari tindakan sendiri). Guru
mengumpulkan data dari praktik pembelajarannya, dengan mengingat kembali apa yang
dikerjakan di kelas, dampaknya thd siswa, memikirkan mengapa dampak tsb terjadi. Guru
menemukan kelemahan dan kekuatan tindakannya di kelas, mencoba memperbaiki
kelemahan, dan mengulangi/memperbaiki tindakan yang dianggap sudah baik.
5. Tujuan: memperbaiki kinerja guru (pembelajaran yang dilakukan oleh guru)
Manfaat PTK
Bagi guru:
1. Untuk memperbaiki kinerjanya (memperbaiki pembelajarannya)
2. Sebagai sarana pengembangan profesionalisme guru (guru mampu menilai dan
memperbaiki pembelajarannya)
3. Membuatnya percaya diri
4. Guru telah berperan aktif mengembangkan pengetahuan & keterampilan sendiri

Bagi Siswa:
1. Memperbaiki pembelajaran
2. Meningkatkan hasil belajar siswa
3. Sebagai model bagi siswa

Bagi Sekolah:
1. Sekolah menjadi berkembang: meningkatan/kemajuan para guru yang melaksanakan PTK
2. Meningkatkan citra sekolah

Referensi:
Sahid. (2008). Tutorial Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: UNY

Bedah Kisi-kisi UKG 2015 (bagian 12)


16.11.15 Bedah Kisi-kisi UKG, Kisi-kisi UKG, Soal UKG, Soal UKG 2015, UKG, UKG 2015
Sel merupakan unit terkecil kehidupan. Di dalam sel, terdapat organel sel. Namun organel tidak
disebut sebagai unit terkecil kehidupan sebab organel tidak mampu hidup mandiri. Makhluk hidup
bersel satu dapat hidup mandiri, dan mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri seperti energi,
mineral, dan sebagainya. Organel tidak mampu hidup mandiri.
Sel-sel yang mempunyai fungsi dan bentuk sama akan berkelompok. Kelompok sel itu disebut
jaringan. Kumpulan dari beberapa macam jaringan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan
untuk melakukan fungsi tertentu disebut organ. Beberapa organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi kerja tertentu disebut dengan sistem organ.

Referensi:
Kemdikbud. (2013). Ilmu Pengetauan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud
Indikator 22
Membedakan struktur sel prokariotik dan eukariotik
Materi Pendukung: Perbedaan Sel Prokariotik dan Eukariotik
Pada hierarki organisasi kehidupan, sel berada di tingkatan struktural terendah yang masih
mampu menjalankan semua fungsi kehidupan. Sel mampu melakukan regulasi terhadap dirinya
sendiri, memeroses energi, tumbuh dan berkembang, tanggap terhadap lingkungan, serta
melakukan reproduksi untuk melestarikan keturunannya.
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktural berbeda: sel
prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteria dan arkea yang memiliki sel prokariotik. Protista,
jamur, tumbuhan, dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik.
Sel prokariotik (berasal dari bahasa Yunani prokaryote, proberarti “sebelum” dan karyon berarti
nukleus). Sel prokariotik memiliki nukleus/inti sel tetapi inti sel tersebut tidak diselubungi
membran inti. Sel Eukariotik (Yunani, eu berarti “sejati/sebenarnya”) merupakan sel yang
memiliki inti sel dan inti sel tersebut dibungkus oleh membran inti.

Referensi:
Kemdikbud. (2013). Ilmu Pengetauan Alam SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud
Indikator 23
Membedakan struktur bakteri, arkeabakteri, dan jamur
Materi Pendukung: Perbedaan Bakteri, Arkeabakteri, dan Jamur
Perbedaan Bakteri dan Jamur
1. Perbedaan utama antara bakteri dan jamur adalah bakteri prokariota sedangkan jamur
adalah eukariota.
2. Bakteri tidak memiliki inti tertutup dengan membran inti, tetapi jamur memiliki.
3. Bakteri tidak memiliki hifa sedangkan jamur memiliki hifa, dan semua bersama-sama
membentuk hifa miselium.
4. Dinding sel bakteri terbuat dari murein, yang terdiri dari polisakarida dengan asam amino
(peptidoglikan), sedangkan dinding sel jamur terdiri dari kitin yang merupakan nitrogen
yang mengandung polisakarida.
5. Sel-sel jamur ini mengandung organel eukariotik, badan Golgi, ribosom, vakuola, dan
retikulum endoplasma yang telah diselimuti dengan satu atau dua membran sedangkan
bakteri hanya beberapa organel yang tidak ditutupi dengan membran.
6. Bakteri dapat terjadi di lingkungan yang ekstrim seperti gunung berapi, laut dalam, basa
atau air asam, sementara jamur tidak terjadi di lingkungan yang keras seperti itu.
7. Bakteri ada yang fotoautotrof atau heterotrof, tetapi jamur hanya heterotrof.

Perbedaan Bakteri dan Arkeabakteri


Archaea dan bakteri memiliki banyak perbedaan satu sama lain. Becteria memiliki dinding sel
yang terbuat dari peptidoglikan, sedangkan archaea tidak. Keduanya memiliki komposisi lipid yang
berbeda. Lipid archaea tidak memiliki asam lemak apapun, yang ditemukan di 2 domain lain
(bakteri dan eukariot). Archaea memiliki rantai samping (polimer) terdiri dari unit isoprena
(senyawa kimia yang terdiri dari C5H8). Archaea dan bakteri sama memiliki ribosom 70S, tetapi
archaea memiliki bentuk yang berbeda. Archaea juga memiliki RNA polimerase kompleks, bakteri
memiliki polimerase RNA yang lebih sederhana. Archaea dan bakteri berbeda metabolik satu
sama lain. Archaea tidak menggunakan proses glikolisis untuk memecah glukosa. Kebanyakan
jenis archaea tidak memiliki jalur Siklus Kreb, tapi beberapa jenis lakukan.

Referensi:
www.kliksma.com

Anda mungkin juga menyukai