Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Industri di Indonesia semakin berkembang seiring dengan

berkembangnya kebutuhan manusia akan suatu barang atau produk yang

akan dipergunakan untuk kemaslahatan kehidupan. Perkembangan industri

di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun

industri rumah tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. Hal ini akan

menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap tambahan angkatan kerja

baru, dimana sebagian besar angkatan kerja ini (70-80%) berada di sektor

informal (Effendi, 2008).

Aktivitas kerja yang dilakukan individu dapat memberi dampak negatif

berupa gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja. Kecelakaan akibat

kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, terjadi

akibat hubungan kerja pada perusahaan dan hubungan kerja ini dapat berarti

bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan (Harrington dan Gill, 2008).

Menghadapi era globalisasi dan pasar bebas World Trude Organization

(WTO) dan General Agreement on Tariffs Trade (GATT) yang akan berlaku

tahun 2020 mendatang, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah

satu syarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang

1
dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,

termasuk bangsa Indonesia (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan pasal 23 undang–undang No. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, menyebutkan bahwa memandang upaya kesehatan kerja sangat

penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari

gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.

Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja di sektor formal yaitu pekerja

yang bekerja dalam hubungan kerja dan sektor informal yaitu pekerja yang

bekerja diluar hubungan kerja. Upaya kesehatan kerja dimaksud berlaku bagi

setiap orang selain pekerja berada di lingkungan kerja.(Kartono 2014)

Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan hanya 5-10%

pekerja di negara berkembang dan 20–50% pekerja di negara industri (dengan

hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap pelayanan

kesehatan kerja yang memadai, sehingga data mengenai penyakit akibat

bekerja yang ada hanya merupakan bagian dari suatu puncak gunung es (RS

Persahabatan, 2008).

Menurut Internasional Labour Organization (ILO), tahun 2009 telah

terjadi 1,1 juta kematian di dunia yang disebabkan oleh karena penyakit atau

karena kecelakaan kerja akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000

kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena

penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta

penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Depkes, 2010).

2
Berdasarkan data Jamsostek angka kecelakaan kerja di Indonesia yang

tercatat berturut-turut 95.418 kasus (tahun 2004), 99.023 kasus (tahun 2005)

menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat kecelakaan paling

tinggi se ASEAN setara dengan dua negara lain Bangladesh dan Pakistan,

95.624 kasus (tahun 2006), 83.714 kasus (2007), 93.823 kasus (2008), 54.398

kasus (tahun 2009), 98.711 kasus (2010) dan 9.486 kasus (Agustus 2011).

Tahun 2007 jumlah perusahaan yang terdaftar sebanyak 190.267, tetapi yang

sudah memenuhi kriteria Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja (SMK3) menurut Permenaker 05/Men/1996 baru mencapai 643

perusahaan(Sya’ban 2012).

Pada tahun 2010 terlihat tingginya jumlah klaim Jamsostek yaitu

mencapai Rp. 400.000.000.000,- (empat ratus miliar) Tahun yang sama,

Jamsostek mencatat kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus dan

sebanyak 2.191 tenaga kerja meninggal dunia dari rangkaian kecelakaan dan

6.667 orang mengalami cacat permanen. Sisi lain diyakini masih banyak

kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan, sehingga data kecelakaan diatas

merupakan fenomena gunung es (ice berg phenomena). Tingginya angka

kecelakaan kerja baik tingkat kekerapan maupun tingkat keparahannya

menjadi salah satu faktor yang meningkatkan biaya produksi dan

menyebabkan kerugian secara ekonomi. (Sya’ban 2012).

Kawasan Industri Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari di dirikan

pada tahun 1984 oleh tim Asia Development Bank bekerja sama dengan

Dirjen Perikanan di atas lahan seluas 40,53 Ha. Berkembangnya kawasan ini

3
bertujuan mendorong peningkatan investasi dalam rangka peningkatan

produksi, pengolahan, distribusi dan pengendalian pemanfaatan sumber daya

perikanan serta pelestariannya. Majunya produksi perikanan turut membawa

adil provider yaitu Dirjen perikanan dalam memfasilitasi beberapa perusahaan

untuk melakukan produksi hasil laut yang bermutu dan dipasarkan secara

domestik maupun Internasional (Profil PPS Kendari, 2015).

Kawasan industri Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari memiliki 25

perusahaan yang tergabung, diantaranya 16 perusahaan penyedia jasa

berupa pabrik es balok, Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD), docking

kapal, Perusahaan Listrik Negara (PLN), penyedia tangki Bahan Bakar Minyak

(BBM), penyedia air, penyalur minyak goreng, swalayan, wartel dan 9

perusahaan utama yang melakukan pengolahan hasil laut dalam bentuk filet,

pengepakan dan pendinginan dengan jumlah produksi rata-rata 1.900,12 Ton

perbulan di tahun 2014 (Profil PPS, 2015).

Pada survey awal yang dilakukan penulis pada tanggal 11 januari 2016

di dapatkan dari 23 (46,93%) responden yang di wawancarai langsung mereka

mengatakan bahwa hampir semua karyawan pernah mengalami kecelakaan

kerja baik itu kecelakaan tergolong ringan, sedang dan berat, biasanya

kecelakaan tersebut di sebabkan oleh kelalaian pekerja tidak menggunakan

alat pelindung diri (APD) serta pengawasan pada pekerja masih kurang di

perhatikan dan juga bekerja pada waktu yang berlebihan atau jam kerja yang

tidak sesuai 8 jam per hari. Hasil observasi juga di dapatkan masih banyak

karyawan yang bekerja di PT. Sultra Tuna Samudera Kota Kendari belum

4
menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sepatu, topi, kacamata dan

apron. Selain itu pengawasan pada pekerja masih kurang di perhatikan

sehingga pekerja seenaknya memakai alat pelindung diri bahkan ada yang

tidak menggunakan, Sedangkan pada jam kerja melebihi standar peraturan

yang telah di tetapkan UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu 8

jam perhari. Dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang tidak

dilakukan secara terus menerus. (Data Sekunder 2016)

Sehingga dari latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan

penilitian dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PT. Sultra Tuna

Samudera Kota Kendari Tahun 2016.

B. Rumusan masalah

1. Apakah ada hubungan pengawasan dengan penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) pada karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari ?

2. Apakah ada hubungan jam kerja dengan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari?

3. Apakah ada hubungan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT. Putra

Sultra Samudera Kendari?

5
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada karyawan PT. Sultra Tuna Samudera Kendari Tahun 2016 ?

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengawasan dengan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada karyawan PT. Tuna Sultra Samudera

Kendari

b. Untuk mengetahui hubungan jam kerja dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT.Putra Sultra Samudera

Kendari

c. Untuk mengetahui hubungan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

karyawan PT.Putra Sultra Samudera Kendari

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang relevan dan

bermanfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT. Putra

Sultra Samudera Kendari .

6
2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumber informasi atau

masukan kepada pihak masyarakat khususnya pada karyawan PT.

Putra Sultra Samudera Kendari dalam penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) saat bekerja guna tidak terjadinya kecelakaan kerja.

b. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Sebagai masukan atau pedoman bagi petugas kesehatan untuk

lebih mengawasi penerapan sistem atau tata cara penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) dan keselamatan kerja pada karyawan PT. Putra

Sultra Samudera Kendari guna tidak terjadinya kecelakan kerja.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang perusahaan PT. Sultra Tuna Samudera Kendari

PT. Sultra Tuna Samudera Kendari di dirikan pada tahun 1991, dengan

jumlah investasi sebesar Rp.14.585.000.000,- (empat belas miliar lima ratus

delapan puluh lima juta), dan memiliki luas 1300 M2, serta memiliki bidang

penangkapan dan pengolahan hasil laut. Berkembangnya kawasan ini

bertujuan mendorong peningkatan investasi dalam rangka peningkatan

produksi, pengolahan, distribusi dan pengendalian pemanfaatan sumber

daya perikanan serta pelestariannya, produksi hasil laut yang bermutu akan

dipasarkan secara domestik maupun Internasional.

B. Tinjauan Umum Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

1. Pengertian

Alat pelindung diri adalah alat-alat yang mampu memberikan

perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin timbul.

Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia mengatakan alat pelindung

diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai

bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

dan orang di sekelilingnya (undang-undang kesehatan no.36 2009).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Healt Administration,

Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD) dalam

Nindiasa (2011,h.10) mendefinisikan Alat pelindung diri (APD) adalah alat

8
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hards) di tempat kerja,

baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan

lainnya.

Menurut Budiono A,M,dkk. (2003,h.329) Alat pelindung diri (APD)

adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi

sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Alat pelindung diri (APD) tidak secara sempurna dapat

melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan

yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan

sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian

administrative.

Menurut Niken Diana Habsari, secara sederhana yang dimaksud

dengan alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan

oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari

bahaya atau kecelakaan kerja. Alat pelindung diri (APD) tidaklah secara

sempurna dapat melindungi tubuh penggunanya namun akan dapat

mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Budiono dkk, 2008)

Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah sebagai upaya terakhir

dalam melindungi tenaga kerja, apabila pengedalian teknis dan

administrative tidak dapat dilakukan dengan baik

9
2. Syarat–Syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian alat pelindung diri (APD) yang tidak tepat dapat

mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena tidak terlindung dari

bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Oleh karena itu agar dapat

memilih alat pelindung diri (APD) yang tepat, maka perusahaan harus

mampu mengidentifikasikan bahaya potensial yang ada, khususnya yang

tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja

setiap jenis alat pelindung diri (APD) yang akan digunakan di tempat kerja

dimana bahaya potensial tersebut ada (Budiono.A.M, dkk, 2003,h.330).

Budiono menambahkan ketentuan yang harus dipenuhi adalah:

a. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang

spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

b. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

c. Dapat dipakai secara fleksibel, (tidak membedakan jenis kelamin).

d. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.

e. Tidak mudah rusak.

f. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.

g. Tidak membatasi gerak.

h. Bentuknya cukup menarik.

Berdasarkan beberapa persyaratan alat pelindung diri di atas dapat

disimpulkan bahwa, alat pelindung diri bagi pekerja harus nyaman

10
digunakan, tidak mengganggu pekerjaan dan memenuhi ketentuan dari

standar yang telah ditentukan.

3. Fungsi dan Jenis–Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Fungsi dan jenis alat pelindung diri Menurut Lampiran Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri (APD)

1. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul

benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,

terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad

renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan

lain-lain.

2. Alat pelindung mata dan muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia

berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di

badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,

11
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda

tajam.

Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata

pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker

selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full

face masker).

3. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug)

dan penutup telinga (ear muff).

4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan

cara menyalurkan udara bersih dan sehat dengan menyaring cemaran

bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut

(aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya.

Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari

masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator,

Continues Air Supply Machine Air Hose Mask Respirator, tangki selam

dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus


12
/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency

breathing apparatus.

5. Alat pelindung tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,

suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus

listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat

dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan

sarung tangan yang tahan bahan kimia.

6. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa

atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang

ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya, jasad renik dan tergelincir.

Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan

peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan

yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang

basah atau licin, bahan kimia, jasad renik, dan bahaya binatang dan

lain-lain.

13
7. Pakaian pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian

atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin

yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-

bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact)

dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro

organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan

seperti virus, bakteri dan jamur.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek

(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan.

8. Alat pelindung jatuh perorangan

Fungsi Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi

gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi

jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan

dalam keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta

membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.

Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman

tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety

rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat

penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.

14
9. Pelampung

Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas

air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan

mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada

posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di

dalam air.

Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan, rompi

keselamatan, rompi pengatur keterapungan.

4. Ketentuan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Ketentuan Balai Hiperkes, Syarat-Syarat Alat Pelindung Diri

adalah:

a. Alat pelindung diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan

yang kuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi

oleh tenaga kerja

b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan

c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel

d. Bentuknya harus cukup menarik

e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama

f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya

yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau

karena salah dalam menggunakannya


15
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada

h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris

pemakainya

Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya

5. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

1. Tujuan

1. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin

baik jumlah mauapun mutunya.

2. Penghematan biaya penggobatan serta perawatan kesehatan

para tenaga kerja.

3. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absen tenaga kerja

sehingga dapat tercapai produktivitas yang tinggi dengan

efisiensi yang optimal.

2. Manfaat

1. Untuk menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja.

2. Memberikan perbaiakan kesejahteraan pada tenaga kerja

sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan.

6. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri (APD)

1. Kekurangan

a) Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena

memakai alat pelindung diri yang kurang tepat

16
b) Fungsi dari alat pelindung diri ini hanya untuk mengurangi

akibat dari kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya

c) Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan

d) Cara pemakaian alat pelindung diri yang salah

e) Alat Pelindung Diri tidak memenuhi persyaratan standar

f) Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan

tertentu.

g) Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti

kanister, filter dan penyerap (cartridge).

h) Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit, bila dipakai

berganti-ganti.

2. Kelebihan

a) Mengurangi resiko akibat kecelakaan

b) Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan

c) Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan

administrative tidak berfungsi dengan baik.

d) Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri (APD)

1. Perusahaan wajib menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi

karyawan/pekerja di tempat kerja

17
2. Alat pelindung diri (APD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang

berlaku.

3. Alat pelindung diri (APD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

di berikan oleh pengusaha secara Cuma-Cuma.

1. Alat pelindung diri (APD) sebagaimana di maksud dalam pasal 2

meliputi:

a. Pelindung kepala

b. Pelindung mata dan muka

c. Pelindung telinga

d. Pelindung pernafasan beserta kelengkapannya

e. Pelindung tangan

f. Pelindung kaki

2. Selain alat pelindung diri (APD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

termaksud alat pelindung diri (APD):

a. Pakaian pelindung

b. Alat pelindung jatuh perorangan dan/atau

c. Pelampung.

4. Jenis dan fungsi alat pelindung diri (APD) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam lampiran Mentri ini.

18
C. Tinjauan Umum Tentang Karyawan

1. Pengertian Karyawan

Karyawan adalah sesorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari

sebuah perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia

bekerja untuk digaji. Berhubungan dengan karyawan pasti tidak akan

lepas dari kinerja karyawan maksud dan setiap perusahaan akan selalu

melakukan penilaian kinerja karyawan.

Menurut Undang-Undang Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Mengenai Tenaga Kerja dalam pasal 1 dikatakan bahwa

karyawan adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dan

memberikan hasil kerjanya kepada pengusaha yang mengerjakan

dimana hasil karyanya itu sesuai dengan profesi atau pekerjaan atas

dasar keahlian sebagai mata pencariannya. Senada dengan hal

tersebut menurut Undang–Undang No.13 tahun 2003 tentang Pokok

Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melaksanakan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan

kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat (Manulang, 2006).

Karyawan merupakan kekayaan utama dalam suatu

perusahaan, karena tanpa adanya keikutsertaan mereka, aktifitas

perusahaan tidak akan terlaksana. Beberapa pengertian karyawan

menurut para ahli:

19
1. Menurut Hasibuan (Dalam Manulang, 2006), Karyawan adalah

orang penjual jasa (pikiran atau tenaga) dan mendapat

kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Menurut Subri (dalam Manulang, 2006), Karyawan adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15–64 tahun) atau jumlah

seluruh penduuk dalam suatu negara yang memproduksi

barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka,

dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

D. Tinjauan umum tentang pengawasan

Olishifski (2007) menyatakan bahwa pengawasan merupakan

kegiatan rutin dalam bentuk observasi harian terhadap penggunaan alat

pelindung diri yang dilakukan oleh pengawas yang ditunjuk dan umumnya

dirancang sendiri untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kerja

bawahannya. Tenaga kerja harus diawasi pada waktu mereka bekerja untuk

memastikan bahwa mereka terus menerus menggunakannya secara benar

(Dalam Kusuma, 2009).

Menurut Kelman (2006) perubahan perilaku individu dimulai dengan

tahap kepatuhan (compliance), identifikasi, kemudian baru menjadi

internalisasi. Mula-mula individu mematuhi tanpa kerelaan melakukan

tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman

(punishment) ataupun sanksi, jika seseorang tersebut tidak patuh atau untuk

memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dapat mematuhi anjuran tersebut

20
maka biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini yaitu sifatnya

sementara, artinya bahwa tindakan dilakukan selama masih ada pengawas.

Namun pada saat pengawasan mengendur perilaku itu pun ditinggalkannya

lagi (Dalam Elfrida, 2006).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pudjowati pada tahun

2005 dikatakan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna

antara proporsi yang pola pengawasan dengan perilaku penggunaan alat

pelindung diri (APD). Dijelaskan bahwa meskipun petugas pengawas

maupun jadwal pengawasannya telah terencana dengan baik dan jelas,

namun kemungkinan sikap pengawas sendiri di dalam melaksanakan

tugasnya masih kurang bertanggung jawab. Pengawasan merupakan

kegiatan rutin dalam bentuk observasi harian terhadap penggunaan alat

pelindung diri (APD) yang dilakukan pengawas. Pengawas biasanya berada

di bagian yang sama dengan pekerja yang menjadi objek pengawasan.

Kemungkinan karena pengawasan hanya dilakukan oleh pengawas lokal

maka pengawas tersebut sendiri kurang tegas menghadapi pekerja yang

lebih senior, maka pengawasan terkesan kurang tepat sasaran.

E. Tinjauan umum tentang jam kerja

1. Pengertian jam kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya. Segi-

segi penting bagi persoalan waktu kerja yaitu:

1. Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik.

2. Hubungan antara waktu kerja dengan istirahat.

21
3. Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang,

sore dan malam hari).

Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8

jam. Sisanya 16-18 jam dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih

dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi,

bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk

timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu, seseorang

biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu, terlihat

kecenderungan tubuhnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu kerja,

makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah

40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada

berbagai faktor.

Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa tidak terlalu ringan atau berat,

produktivitas menurun mulai sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama

sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Sehingga perlu

adanya istirahat dan kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali

kadar bahan bakar, di dalam tubuh. Sehingga perlu adanya istirahat selama

setengah jam setelah 4 jam bekerja (Suma'mur, 2007).

Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan.

Lamanya jam kerja berlebih dapat meningkatkan human error atau

kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat dan jam tidur yang

berkurang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Djunaidi dan Faizal

22
Abidin (2015) yang menyatakan bahwa tambahan durasi pada suatu shift

kerja, akan meningkatkan tingkat kesalahan dan kecelakaan kerja sehingga

akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat produktivitas perusahaan.

Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan

tugas kantor maupun perusahaan yang dibebankan kepadanya, kemampuan

berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam

kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu

yang terbatas. Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas

tepat waktu sesuai yang ditetapkan atasan.

Waktu kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang

merupakan sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja

(Djunaidi dan Faizal Abidin, 2015). Sedangkan Andreano Wijaya dan

Andrijanto (2014) menyatakan adanya beberapa karakteristik pekerjaan dan

lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya adalah

terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor atau

perusahaan yang dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan

keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak

atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya

karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang

ditetapkan atasan.

Karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu orang yang selalu ingin

sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki kemampuan

23
mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani karyawan lain

dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya

kecanduan alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Selain

itu, jam kerja sebagai faktor penyebab stres kerja dengan enam faktor

penyebab stres kerja karyawan antara lain beban kerja yang sulit dan

berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar,

waktu dan peralatan yang kurang, konflik antara pribadi dengan pimpinan

atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah

kerluarga. Jam kerja merupakan bagian paling umum yang harus ada pada

sebuah perusahaan. Jam kerja karyawan umumnya ditentukan oleh

pemimpin perusahaan berdasarkan kebutuhan perusahaan, peraturan

pemerintah, kemampuan karyawan bersangkutan

F. Tinjauan umum tentang pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab V pasal 9, bahwa pelatihan kerja

diselenggarakan dan diadakan untuk membekali, meningkatkan dan

mengembangkan potensi kerja guna meningkatkan kemampuan

produktivitas dan kesejahteraan. Meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa

sebenarnya pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini? Menurut

Gempur Santoso, adalah sebagai berikut:

1. Masalah personil dengan alat pelindung diri (APD), pengenalan alat

pelindung diri (APD), penggunaan yang benar dan batasan selesai

bentuk: IN-HOUSE TRANING.

24
2. Tanggung jawab pemeliharaan alat pelindung diri (APD) pemakaian,

pemeliharaan, kebersihan.

3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu memakai

alat pelindung diri (APD).

4. Ahli Hiperkes dan Keselamatan Kerja, safety officer, bentuk formal:

setingkat universitas.

Tujuan dari pelatihan secara umum menurut Sikula (2004) yang dikutip oleh

Munandar (2006) sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktifitas kerja

Training dapat meningkatkan performance kerja pada posisi jabatannya

yang sekarang. Kalau level of performance-nya meningkat maka

berakibat peningkatan dari produktivitas dan peningkatan keuntungan

bagi perusahaan.

2. Meningkatkan mutu kerja

Ini berarti peningkatan baik kuantitas maupun kualitas, tenaga kerja yang

berpengatahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat

kesalahan dalam operasionalnya.

3. Meningkatkan ketepatan dalam Hukum Resource Planning

Training yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan

dimasa yang akan datang. Apabila ada lowongan-lowongan maka

secara mudah akan diisi oleh tenaga-tenaga dari dalam perusahaan

sendiri.

25
4. Meningkatkan moral kerja

Apabila perusahaan menyelesaikan program training yang tepat maka

iklim dan suasana organisasi pada umumnya akan menjadi lebih baik.

Dengan iklim kerja yang sehat maka moral kerja (semangat kerja) juga

akan meningkat.

5. Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja

Suatu training tepat dapat membantu menghindari timbulnya

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, selain dari pada itu lingkungan kerja

akan menjadi lebih aman dan tentram.

6. Menunjang pertumbuhan pribadi (personal growth)

Ini dimaksudkan bahwa program training yang tepat sebenarnya

memberi keuntungan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga

kerja itu sendiri.

26
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih menjadi masalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada karyawan PT. Putra Sultra

Samudera Kendari, kelengkapan yang wajib digunakan pekerja saat bekerja

harus sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya, untuk itu pengawasan pada karyawan yang

sedang bekerja harus perlu di perketat agar kepatuhan karyawan dalam

menggunakan alat pelindung diri (APD) lebih disiplin dan terhindar dari resiko

potensi bahaya dalam bekerja, untuk pengaturan jam kerja pekerja harus

mengikuti aturan yang berlaku yaitu 6-8 jam perhari dan selalu menggunakan

alat pelindung diri selama aktivitas jam kerja berlaku, sedangkan pada

pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus selalu di lakukan

minimal 1 kali dalam 5 tahun pada karyawan agar karyawan mengerti dan

paham mengenai potensi resiko bahaya dalam bekerja sehingga pekerja

merasa pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja.

27
B. Kerangka konsep

Pengawasan

Jam kerja
Penggunaan APD
Pelatihan K3

Pengetahuan

Gambar 1.1 kerangka konsep

Keterangan:

: Variabel Bebas (Variabel Independent)

: Variabel Terikat (Variabel Dependent )

: Variabel bebas yang tidak diteliti

C. Variabel penelitian

1. Variabel Bebas (Indenpendent Variabel) pada penelitian ini adalah

pengawasan, jam kerja dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3)

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel) pada penelitian ini adalah

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

28
D. Definisi operasional dan kriteria obyektif

1. Pengawasan

Kegiatan yang dilakukan untuk memantau karyawan/pekerja dalam

penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.

Kriteria objektif :

Ada :Apabila pihak perusahaan mengadakan pengawasan pada

saat karyawan/pekerja sedang bekerja.

Tidak Ada :Apabila pihak perusahaan tidak mengadakan pengawasan

pada saat karyawan/pekerja sedang bekerja.

2. Jam kerja

Jam kerja yaitu lamanya seseorang bekerja setiap hari yang

disesuaikan dengan waktu istirahat

Kriteria objektif :

Sesuai : Bila seseorang bekerja 6-8 jam perhari, ada pengaturan

shiff, tidak ada beban tambahan, serta melakukan

istirahat minimal setengah jam perhari,

Tidak sesuai : Bila seseorang bekerja lebih dari 8 jam perhari tanpa

terhitung lembur

3. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kegiatan

peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kerja dalam

rangka peningkatan status kesehatannya dan upaya pencegahan terhadap

kejadian kecelakaan dan timbulnya penyakit akibat kerja.

29
Kriteria Objektif:

Ya : jika pekerja pernah mengikuti pelatihan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) minimal 1 kali

selama 5 Tahun

Tidak : jika pekerja tidak pernah mengikuti pelatihan keselamatan

dan kesehatan kerja (K3)

4. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Pemakaian alat pelindung diri (APD) yang di maksud dalam

penelitian ini adalah seperangkat alat yang di gunakan karyawan untuk

melindungi tubuhnya dari adanya potensi bahaya. Alat Pelindung Diri

(APD) yang di maksud minimal terdiri dari Masker sebagai pelindung

wajah, Sarung tangan sebagai pelindung tangan agar tidak kontak

langsung dengan peralatan yang di gunakan, Topi (Penutup kepala) dan

alas kaki (sepatu).

Kriteria penggunaan alat pelindung diri (APD) :

Lengkap :Apabila karyawan menggunakan minimal 4 dari 7

syarat kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)

Tidak lengkap :Apabila karyawan tidak menggunakan minimal 4 dari 7

syarat kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)

30
E. Hipotesis penelitian

1. pengawasan

H0: Tidak ada hubungan pengawasan dengan penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) pada PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

Ha: Ada hubungan pengawasan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada PT.Putra Sultra Samudera Kendari.

2. Jam kerja

H0: Tidak ada hubungan jam kerja dengan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

Ha: Ada hubungan jam kerja dengan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) pada PT.Putra Sultra Samudera Kendari.

3. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

H0: Tidak ada hubungan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada PT.Putra Sultra

Samudera Kendari.

Ha: Ada hubungan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada PT. Putra Sultra

Samudera Kendari.

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk

mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri

(APD) di PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 sampai selesai.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di PT. Putra Sultra Samudera

Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja

di PT.Putra Sultra Samudera Kendari, yaitu sebanyak 96 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang di

ambil dengan cara simple Random sampling dengan menggunakan rumus

Slovin, Notoatmodjo (2002) sebagai berikut:

32
N
𝑛 = 1+N(𝑑2 )

Keterangan :

N = Besar Populasi

d² = Tingkat kepercayaan, dalam hal ini (0,1)

n = Besar sampel

96
𝑛 = 1+96(0,12 )

96
𝑛 = 1+96(0,01)

96
𝑛 = 1+0,96

96
𝑛 = 1,96

𝑛 = 48,979

n = 49

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 49 responden.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ditujukan pada perolehan data penelitian

yang dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan sumbernya yaitu :

33
1. Data primer

Data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui

wawancara langsung kepada pekerja di PT.Putra Sultra Samudera Kendari

tentang jumlah karyawan yang pernah mengalami kecelakaan kerja berat

maupun ringan.

2. Data sekunder

Data yang dikumpulkan oleh peneliti bersumber dari instansi terkait

seperti data tentang keadaan ketenagaan, kejadian kecelakaan kerja dan

profil perusahaan serta melakukan penelusuran beberapa literatur yang

berhubungan dengan penelitian.

E. Pengolahan Data, Analisis Data dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputer dengan

langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut.

a. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh

merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan

memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban

b. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar

memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan

memberikan kode dalam bentuk angka.

c. Pembuatan dan pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding

(master tabel)

34
2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan

presentase dari tiap–tiap variabel penelitian dengan rumus sebagai berikut:

n
P= x 100%
N
Dimana :

P : Persentase

n : Jumlah responden

N : Jumlah total responden

b. Analisis bivariat

Setelah data terkumpul seluruhnya, kemudian data tersebut dianalisis

secara statistik mengenai hubungan Pengawasan, Jam Kerja dan

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan penggunaan alat

pelindung diri (APD). Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square

dengan rumus :

2
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑥 =∑
2

Keterangan :

X² = Nilai Chi Kuadrat

fh = Frekwensi yang diharapkan

f0 = Frekwensi yang di observasi

35
frekwensi yang diharapkan (fh) diperoleh dengan rumus sebagai

berikut :

Total frekwensi sebaris × total frekwensi kolom


fh =
N

Selanjutnya X² hitung dibagi X² table pada taraf signifikan 5% atau

0,05. Maka didapatkan :

1) Jika x² hitung ≥ x² table, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti

ada hubungan antara variable yang diteliti.

2) Jika x² hitung < x² table, maka Ha ditolak dan H0 diterima yang berarti

tidak ada hubungan antara variable yang diteliti.

Untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel yang

telah diuji Chi-Square dilakukan uji Koefisien Phi dengan rumus :

𝑥2
Q = √𝑁

Keterangan :

X2 = nilai chisquare

n = besar sampel

t = nilai R-1 atau C-1 yang terkecil

Dengan interpretasi sebagai berikut :

1. Nilai 0,01 – 0,25 hubungan lemah.

2. Nilai 0,26 – 0,50 hubungan sedang.

3. Nilai 0,51 – 0,75 hubungan kuat.

4. Nilai 0,76 – 1,0 hubungan sangat kuat (Sugiyono, 2008).

36
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Lokasi

Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari (PPS) merupakan pusat industry

perikanan terpadu di kawasan Timur Indonesia dan khususnya di Sulawesi

Tenggara yang terletak di Kel.Puday, Kec.Abeli, Kota Kendari, Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan posisi geografis 03º 58´ 48´´ LS, dan 122º 34´ 17´´

BT yang ditetapkan melalui keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP.64/MEN/2010 Tentang wilayah kerja dan pengoperasian Pelabuhan

Perikanan Samudera Kendari, Meliputi: (a). Wilayah kerja daratan seluas

40,53 Ha dan wilayah kerja perairan seluas 33,20 Ha; (b). Wilayah

pengoperasian yang terdiri dari wilayah pengoperasian daratan seluas 59,34

Ha; dan wilayah pengoperasian perairan seluas 8,72 Ha.

2. Keadaan Geografis

Letak geografis PT.PUTRA SULTRA SAMUDERA KENDARI yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya

b. Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman

c. Sebelah selatan berbatasan dengan laut

d. Sebelah barat berbatasan dengan Perusahaan PPS

37
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Distribusi responden berdasarkan Umur dapat terlihat pada tabel 1sebagai

berikut:

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Karyawan PT.Putra


Sultra Samudera Kendari
No Umur n %
1 15-19 Tahun 4 8,2
2 20-24 Tahun 13 26,5
3 25-29 Tahun 16 32,7
4 30-34 Tahun 10 20,4
5 >35 Tahun 6 12,2
Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 49 responden, berdasarkan umur

yaitu: 15-19 tahun terdapat 4 responden (8,2%), 20-24 tahun terdapat 13

responden (26,5%), 25-29 tahun terdapat 16 responden (32,7%), 30-34

Tahun terdapat 10 responden (20,4%) dan >36 Tahun Terdapat 6

responden (12,2%)

38
b. Pendidikan

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Karyawan PT.


Putra Sultra Samudera Kendari
No Pendidikan n %
1 SD 3 6,1
2 SMP 15 30,6
3 SMA 22 44,9
4 PT (Perguruan Tinggi) 9 18,4
Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 49 responden berdasarkan

pendidikan yaitu: berpendidikan SD terdapat 3 responden (6,1%), SMP

terdapat 15 responden (30,6%), SMA terdapat 22 responden (44,9%) dan

PT (Perguruan tinggi) Terdapat 9 responden (18,4%).

2. Univariat

a. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Distribusi responden berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Dapat Dilihat Pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung


Diri Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari
No Penggunaan APD n %
1 Menggunakan 21 42,9
2 Tidak Menggunakan 28 57,1
Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017

39
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 49responden terdapat 21 responden

(42,9%) Menggunakan Alat Pelindung Diri Lengkap dan 28 responden (57,1%)

tidak Menggunakan Alat pelindung Diri Lengkap

b. Pengawasan

Distribusi responden Berdasarkan Pengawasan dapat dilihat pada tabel

4 sebagai berikut

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan PengawasanKaryawan PT.


Putra Sultra Samudera Kendari
No Pengawasan n %
1 Ada 26 53,1
2 Tidak Ada 23 46,9
Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017
Tabel 4menunjukkan bahwa dari 49 responden,terdapat 26 responden

(53,1%) ada pengawasan, dan 23 responden (46,9%) tidak ada pengawasan.

c. Jam Kerja

Distribusi responden berdasarkan Jam Kerja dapat di lihat pada tabel 5

sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Responden BerdasarJam KerjaKaryawan PT. Putra


Sultra Samudera Kendari
No Jam Kerja n %
1 Sesuai 22 42,9

2 Tidak Sesuai 27 57,1


Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017
Tabel 5menunjukkan bahwa dari 49 responden, terdapat 22 responden

Jam kerja sesuai (42,9%) dan 27 responden (57,1%) tidak sesuai Jam Kerja.
40
d. Pelatihan K3

Distribusi responden berdasarkan Pelatihan K3dapat di lihat pada tabel 6

sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan K3 Karyawan PT.


Putra Sultra Samudera Kendari
No Pelatihan K3 n %
1 Ya 21 42,9
2 Tidak 28 57,1
Total 49 100
Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 49 responden terdapat 21 responden

pernah pelatihan K3 dan 28 responden (57,1%) tidak pernah melakukan

pelatihan K3

3. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas (Pengawasan, Jam Kerja Dan Pelatihan K3)

dengan variabel terikat yaitu Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Karyawan

PT. Sultra Tuna Samudera Kendari

a. Hubungan Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari

Distribusi Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Karyawan PT. Sultra Tuna Samudera Kendari terdapat pada tabel 7.


41
Tabel 7. Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari
Penggunaan APD
Tidak Uji Chi Phi
Menggun
Menggun Jumlah Square (Φ)
No Pengawasan akan akan

n % n % n % X2hitun
g=11,47
1 Ya 17 65,4 9 34,6 26 53,1 0,48
8
2 Tidak 4 17,4 19 82,6 23 46,9 4
2
X table=
Total 21 42,9 28 57,1 49 100 3,841

Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017

Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 7 di atas menunjukan adanya

pengawasan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 17

responden (65,4%) dan ada pengawasan dan tidak menggunakan alat

pelindung diri (APD) terdapat 9 responden (34,6%) sedangkan tidak ada

pengawasan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 4

responden (17,4%) dan tidak ada pengawasan dan tidak menggunakan alat

pelindung diri terdapat 19 responden (82,6%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (11,478 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,484dengan

hubungan Sedang, maka H0 ditolak, dengan demikian terdapat hubungan

antara Pengawasan Dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Pada

Karyawan PT. Sultra Tuna Samudera Kendari.

42
b. Hubungan Jam Kerja Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Karyawan PT.Putra Sultra Samudera Kendari.

Distribusi HubunganJam Kerja Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) Karyawan PT. Putra Sultra Tuna Samudera Kendari :

Tabel 8. Distribusi Jam Kerja Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD) Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari
Penggunaan APD
Tidak Uji Chi Phi
Mengguna
Menggun Jumlah Square (Φ)
No Jam Kerja kan akn

n % n % n %
X2hitun
1 Sesuai 16 72,7 6 27,3 22 44,9 g=14,54
6 0,54
Tidak 5
2
2 Sesuai 5 18,5 22 81,5 27 55,1 X table=
3,841
Total 21 42,9 28 57,1 49 100

Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017

Berdasarkan hasil penelitian tabel 8 diatas menunjukkan bahwa Sesuai

jam kerja dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 16 responden

(72,7) dan sesuai jam kerja dan tidak menggunkan alat pelindung diri (APD)

terdapat 6 responden (27,3%) sedangkan tidak sesuai jam kerja dan

menggunakan Alat pelindung diri (APD) terdapat 5 responden (18,5%) dan

tidak sesuai jam kerja dan tidak menggunkan Alat pelindung diri (APD)

terdapat 22 responden (81,5%).

43
Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (14,546 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,545 dengan

hubungan kuat maka Ho ditolak , dengan demikian terdapathubungan antara

Jam Kerja dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Karyawan PT. Sultra

Tuna Samudera Kendari.

c. Hubungan Pelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Karyawan PT. PutraSultra Samudera Kendari.

Distribusi HubunganPelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari

Tabel 9. DistribusiPelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat Pelindung


Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari
Penggunaan APD
TidakMe Uji Chi Phi
Mengguna
Pelatih kan nggunak Jumlah Square (Φ)
No an
an K3
n % N % n %
X2hitung
1 Ya 14 66,7 7 33,3 21 42,9 =8.507
0,417
2
2 Tidak 7 25,0 21 75,0 28 57,1 X table=
3,841
Total 21 42,9 28 57,1 49 100

Sumber: Data Primer di olah bulan Maret 2017

Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa Ada Pelatihan K3

dengan Penggunaan alat pelindung diri (APD) terdapat 14 responden (66,7%)

dan ada pelatihan K3 dan tidak menggunkan alat pelindung diri (APD) terdapat

7 responden (33,3%) sedangkan tidak ada peltihan K3 dan menggunakan alat

pelindung diri (APD) terdapat 7 responden (25,0%) dan tidak ada poelatihan

44
K3 dan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 21 responden

(75,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (8,507 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,417 dengan

hubungan sedangmaka Ho ditolak, dengan demikian terdapat hubungan

antara pelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Karyawan

PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pada Karyawan.

Olishifski (2007) menyatakan bahwa pengawasan merupakan kegiatan

rutindalam bentuk observasi harian terhadap penggunaan alat pelindung diri

yangdilakukan olehpengawas yang ditunjuk dan umumnya dirancang sendiri

untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kerja bawahannya.

Tenaga kerja harusdiawasi pada waktu mereka bekerja untuk memastikan

bahwa mereka terus menerusmenggunakannya secara benar (Dalam

Kusuma, 2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 7 di atas menunjukan adanya

pengawasan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 17

responden (65,4%) dan ada pengawasan dan tidak menggunakan alat

pelindung diri (APD) terdapat 9 responden (34,6%) sedangkan tidak ada

pengawasan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 4

45
responden (17,4%) dan tidak ada pengawasan dan tidak menggunakan alat

pelindung diri terdapat 19 responden (82,6%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (11,478 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,484 dengan

hubungan Sedang, maka H0 ditolak, dengan demikian terdapat hubungan

antara Pengawasan Dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Pada

Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa salah

satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja di karenakan

kurangnya pengawasan secara rutin tentang penggunaan alat pelindung diri.

Selain itu juga Perilaku pekerja yang kurang di siplin yang tidak mematuhi

aturan untuk menggunaan alat pelindung diri untuk keselamatannya sendiri.

Upaya yang dapat dilakukan agar perusahaan meningkatakan upaya

pengawasan dan memberikan peringatan secara lisan dan tulisan kepada

para pekerja tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri.

Penelitian ini di dukung olehhasil penelitian yang dilakukan oleh Wiwi

Pertiwi (2015) dikatakan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang

bermakna antara proporsiyang pola pengawasan dengan perilaku penggunaan

APD. Dijelaskan bahwameskipun petugas pengawas maupun jadwal

pengawasannya telah terencana dengan baik dan jelas, namun kemungkinan

sikap pengawas sendiri di dalam melaksanakan tugasnya masih kurang

bertanggung jawab. Pengawasan merupakan kegiatan rutindalam bentuk

46
observasi harian terhadap penggunaan APD yang dilakukan

pengawas.Pengawas biasanya berada di bagian yang sama dengan pekerja

yang menjadi objek pengawasan.Kemungkinan karena pengawasan hanya

dilakukan oleh pengawas local maka pengawas tersebut sendiri kurang tegas

menghadapi pekerja yang lebih senior,maka pengawasan terkesan kurang

mengena sasaran.

2. Hubungan Jam Kerja Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pada Karyawan.

Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan.

Lamanya jam kerja berlebih dapat meningkatkan human error atau kesalahan

kerja karena kelelahan yang meningkat dan jam tidur yang berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 8 diatas menunjukkan bahwa Sesuai

jam kerja dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 16 responden

(72,7) dan sesuai jam kerja dan tidak menggunkan alat pelindung diri (APD)

terdapat 6 responden (27,3%) sedangkan tidak sesuai jam kerja dan

menggunakan Alat pelindung diri (APD) terdapat 5 responden (18,5%) dan

tidak sesuai jam kerja dan tidak menggunkan Alat pelindung diri (APD)

terdapat 22 responden (81,5%).

Menggunakan Alat pelindung diri (APD) saat bekerja merupakan suatu

keharusan bagi pekerja yang memang melakukan pekerjaan yang mempunyai

potensi bahaya, demi keselamatan dan kesehatan kerja, pelindung diri (APD)

harus nyaman di gunakan oleh pekerja. Untuk memberikan perlindungan yang

47
baik maka pakaian harus pas dan sesuai. Jam kerja yang telah di tentukan

yaitu 6-8 sehari apa bila ada kariyawan yang mengambil lembur harus memilki

kondisi yang baik sat bekerja karena lamanya bekerja akan sangat

mempengaruhi produktivitas kerja seseorang selain itu di haruskan kariyawan

yang bekerja lembur harus menggunakan alat pelindung diri lengkap untuk

menganatisipasi adanya kecelakaan kerja.

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (14,546 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,545 dengan

hubungan kuat maka Ho ditolak , dengan demikian terdapat hubungan antara

Jam Kerja dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Karyawan PT. Putra

Sultra Samudera Kendari.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara jam kerja

dengan penggunaan alat pelindung diri, penelitian ini sejalan dengan Faizal

Abidin (2015) yang menyatakan bahwa tambahan durasi pada suatu shift

kerja, akan meningkatkan tingkat kesalahan dan kecelakaan kerja sehingga

akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat produktivitas perusahaa

Berdasarkan uraian di atas, jam kerja sangat mempengaruhi

produktivitas kerja kariyawan oleh karena itu di harapkan perusahan harus

selalu mengawasi pekerja ketika bekerja lembur di karenakan kelelahan saat

bekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja selain itu di haruskannnya

pekerja untuk selalu menggunakan alat pelindung.

48
3. Hubungan K3 Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Petugas

Karyawan.

Menurut UU No. 13 tahun 2013 Bab V pasal 9, bahwa pelatihan kerja di

selanggarakan dan di adakan untuk membekali, meningkatkan dan

mengembangkan potensi kerja guna meningkatkan kemampuan produktivitas

dan kesejahteraan. Kesehatan dan keselamatan bkerja adalah bidang yang

terkait dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang

bekerja di sebuah institusi maupun di lokasi proyek. Tujuan dari K3 adalah

untuk memelihara dan keselamatan lingkungan kerja.

Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa Ada Pelatihan K3

dengan Penggunaan alat pelindung diri (APD) terdapat 14 responden (66,7%)

dan ada pelatihan K3 dan tidak menggunkan alat pelindung diri (APD) terdapat

7 responden (33,3%) sedangkan tidak ada peltihan K3 dan menggunakan alat

pelindung diri (APD) terdapat 7 responden (25,0%) dan tidak ada poelatihan

K3 dan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) terdapat 21 responden

(75,0%).

Menggunakan alat pelindung diri (APD) sat bekerja merupakan suatu

keharusan bagi pekerja yang melakukan pekerjaan yang mempunyai ptensi

bahaya, demi keselamatan dan kesehatan kerja, alat pelindung diri (APD)

harus nyaman di gunakan oleh pekerja. Untuk memberikan perlindungan yang

baik maka pakaian harus pas dan sesuai. Pelatihan K3 sangat penting untuk

49
para pekerja untuk mengetahui resiko dari apa yang di kerjakannya seperti

penggunaaan APD untuk mengurangi faktor resiko dari lingkungan kerja.

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi Square diperoleh

nilai X2 hitung > X2 tabel (8,507 > 3,841), Dan uji Phi(Φ)=0,417 dengan

hubungan sedang maka Ho ditolak, dengan demikian terdapat hubungan

antara pelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD) Karyawan

PT. Putra Sultra Samudera Kendari

Penelitian ini sesuai dengan analisis antara keselamatan kerja dan

kesehatan kerja dengan perilaku pada pekerja kontruksi atma jaya Yogyakarta

yang menyatan bahwa ada hubungan antara pelatihan K3 dengan

penggunaan alat pelindung diri (Andrea Krisna Murti,2013). Pelatihan K3

sangat penting untuk para pekerja selain menghindari faktor resiko di

lingkungan kerja dapat juga mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu

perlu di lakukan penyuluhan rutin tentang K3.

50
BAB Vl

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada Hubungan Sedang Antara Pengawasan Dengan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

2. Ada Hubungan KuatAntara Jam Kerja Dengan Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) Pada Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

3. Ada Hubungan Sedang Antara Pelatihan K3 Dengan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk perusahaan PT.Putra Sultra Samudera Kendari dapat di jadikan bahan

masukan dan informasi untuk meningkatkan Keselamatan Kerja Karyawan

dan memberikan lingkungan kerja yang nyaman

2. Untuk institusi pelayanan kesehatan sebagai bahan masukan dan pedoman

bagi petugas kesehatan agar selalu memperhatikan, mengawasi, dan

memberikan penyuluhan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

dengan munggunakan alat pelindung diri lengkap saat bekerja

3. Bagi peneliti selanjutnya agar menacari variable lain dalam hubungan

penggunaan alat pelindung diri.

51
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim Sya’ban,2012, Kinerja Ditinjau Dari Sistem Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Melalui Motivasi Pada Perusahaan Pengolahan

Ikan Di Kawasan Industri Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari. Tesis

Tidak Dipublikasikan. Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Billy, N., 2006. Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja.(http:/www.swanet.c

om diakses 4 Desemberr 2016)

Budiono dkk, 2008. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja Edisi Ke 2.

Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Depker RI, Undang-undang tentang Kesehatan no 36 tahun 2009

Depkes RI. Peningkatan produktifitas kerja melalui program keselamatan

Effendi, 2008. Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja. (http://inparametric.com di akses

2 Desember 2016

Hendra, 2007. Materi Semilokakarya Pengembangan Profesi K3. Direktorat bina

Kesehatan Kerja, Jakarta.

ILO, 1996. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan pengendalian Bahaya

Besar, Gevena : Internasional Labour,.

Ishak, Aulia. 2005. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Upaya

Meningkatkan Produktifitas Kerja. Perpustakaan Fakultas Teknik USU.

Medan.

52
Ismail. 2005. Studi Perilaku Karyawan Tentang Alat Pelindung Diri dan Prosedur

Kerja pada Bagian Produksi PT. Unaha Indah Kab. Kendari. Skripsi tidak

dipublikasikan. FKM Unhas. Makassar.

Kartono., 2014, Pengaruh Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan

Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT.

Pelabuhan Indonesia I ( Persero) Unit UPTK Belawan.Tesis

Universitas Sumatra Utara.

Lemshow et.al. 2006. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Universitas Gadjah

Mada Press. Yogyakarta.

Mariska. 2014. Dampak dari Shift Kerja serta Solusi Mengenai Bagaimana Shift Kerja

yang Baik yang Seharusnya Diterapkan oleh Perusahaan.

http://www.restuningmaharani.blogspot.com. Akses Tanggal 1 juni

2015.

MenNakertrans RI, 2004, Aturan Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja lembur,

http://indosdm.com/kep-102menvi2004-tentang-waktu-kerja-lembur-dan-

upah-kerja-lembur

Munandar. 2008. Keselamatan Kerja pada Tambang Uranium. Pusat Pengkajian

Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir. Surabaya.

Rumah Sakit Persahabatan. 2008. Kumpulan Makalah Seminar K3 Rumah Sakit

Persahabatan Bandung.

53
Setyawati L., 2005, ”Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja”, Materi

Pelatihan Keahlian Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Guru-guru SMK

DIY. Yogyakarta.

Silaban, Gery. 2006. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan PT Industri

Sandang II Unit Patal Secal Magelang. Laboratoirum USU. FKM USU.

Medan.

Suma’mur, 2006, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung

Agung, Jakarta

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(http://www.ohsas-occupational-health-and-safety.com/

54
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth : Bapak/ ibu/ saudara calon responden
Di-
Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari, saya akan

melakukan penelitian dengan judul, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PT. Sultra Tuna Samudera

Kendari”. Guna keperluaan tersebut saya mohon kesediaan bapak/ ibu/ saudara

untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan bersedia untuk diobservasi dan

mengisi kuesioner yang telah saya siapkan.

Demikian permohonaan saya, atas bantuan dan partisipasinya di ucapkan

terima kasih.

Kendari, ....... Juli 2016

Peneliti

WALDY SETYAWAN SAMAD


NIM. K201202246

55
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tanggan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh program studi sarjana Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari yang berjudul,

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pada Karyawan PT. Putra Sultra Samudera Kendari”.

Tanda tangan saya ini menunjukan bukti bahwa saya besedia dan diberi

informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari, ....... Juli 2016

Responden

( .............................. )

56
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT

PELINDUNG DIRI (APD) PADA KARYAWAN PT. PUTRA SULTRA SAMUDERA

KENDARI TAHUN 2016

I. Identitas Responden

a) Nama :

b) Umur :

c) Tingkat Pendidikan : 1. Tamat SD

2. Tamat SLTP

3. Tamat SLTA

4. PT (perguruan tinggi)

57
1) Pengawasan

Kriteria

No Pertanyaan Ya Tdk

1. Selama anda bekerja ada pengawas sehubungan dengan

penggunaan alat pelindung diri (APD)

2. Pengawasan dilakukan setiap hari di tempat kerja

3. Pengawas selalu mengingatkan anda untuk bekerja

menggunakan alat pelindung diri (APD)

4. Ketika pengawas datang, selalu bekerja menggunakan alat

pelindung diri (APD) saat bekerja

5. Pengawas bermanfaat bagi pekerja

2) Jam kerja

KRITERIA
No WAKTU KERJA Ya Tidak

1. Apakah anda bekerja selama 6-8 jam perhari ?

2. Apakah ada pengaturan shiff kerja ?


3 Apakah pengaturan shiff kerja anda sesuai aturan
yaitu tiap 6-8 jam kerja

4. Apakah anda sering bekerja lembur ?

5. Apakah waktu istirahat kerja anda perhari minimal


setengah jam ?

58
3) . Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) ?

a. Ya, berapa kali

b. Tidak

2. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di tempat kerja ?

a. Ya, berapa kali……..

b. Tidak

3. Apakah anda mendapat bimbingan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di tempat kerja ?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ada aturan penetapan standar pelaksanaan kerja mengacu pada

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda mendapat pemeriksaan kesehatan secara rutin di tempat kerja ?

a. Ya,

b. Tidak

59
4) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

1. Apakah anda mengetahui dampak dari tidak menggunakan alat pelindung diri

(APD) ?

Ya

Tidak

2. Alat Pelindung Diri apa saja yang disediakan pada saat bekerja?

Masker

Sarung tangan

Baju

Celana

Kaca mata

Sepatu boot

Topi (Tutup kepala)

3. Apakah menurut anda, alat pelindung diri yang sudah disediakan tersebut

sudah memberikan perlindungan yang baik?

Ya

Tidak

60
4. Apakah Pada waktu bekerja, anda sudah memakai alat pelindung diri yang

baik dan benar?

Ya

Tidak

5. Apakah anda mengetahui apabila anda tidak memakai alat pelindung diri

(APD) pada saat bekerja akan terkena penyakit?

Ya

Tidak

61
UJI STATISTIK

A. Univariat

Frequencies

Statistics

Umur Pendidikan
N Valid 49 49
Missing 0 0

Frequency Table

1. Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 15-19 Tahun 4 8.2 8.2 8.2
20-24 Tahun 13 26.5 26.5 34.7
25-29 Tahun 16 32.7 32.7 67.3
30-34 Tahun 10 20.4 20.4 87.8
> 36 6 12.2 12.2 100
Total 49 100 100

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid SD 3 6.1 6.1 6.1
SMP 15 30.6 30.6 36.7
SMA 22 44.9 44.9 81.6
PT(Perguruan
9 18.4 18.4 100
Tinggi)
Total 49 100 100

62
Statistics
Penggunaan APD Jam Kerja Pelatihan K3 Pengawasan
N Valid 49 49 49 49
Missing 0 0 0 0

Penggunaan APD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Menggunakan 21 42.9 42.9 42.9
TidakMenggunakan 28 57.1 57.1 100.0
Total 49 100.0 100.0

Jam Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sesuai 22 44.9 44.9 44.9
TidakSesuai 27 55.1 55.1 100
Total 49 100 100

Pelatihan K3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 21 42.9 42.9 42.9
Tidak 28 57.1 57.1 100
Total 49 100 100

Pengawasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ada 26 53.1 53.1 53.1
Tidak Ada 23 46.9 46.9 100.0
Total 49 100.0 100.0

63
B. BIVARIAT

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengawasan * Penggunaan APD 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Jam Kerja * Penggunaan APD 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Pelatihan K3 * Penggunaan APD 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Pengawasan * Penggunaan APD

Crosstab
Penggunaan APD
TidakMenggu
Menggunakan nakan Total
Pengawasa Ada Count 17 9 26
n % within Pengawasan 65.4% 34.6% 100.0%
% within Penggunaan
81.0% 32.1% 53.1%
APD
% of Total 34.7% 18.4% 53.1%
Tidak Count 4 19 23
Ada % within Pengawasan 17.4% 82.6% 100.0%
% within Penggunaan
19.0% 67.9% 46.9%
APD
% of Total 8.2% 38.8% 46.9%
Total Count 21 28 49
% within Pengawasan 42.9% 57.1% 100.0%
% within Penggunaan
100.0% 100.0% 100.0%
APD
% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

64
Chi-Square Testsd
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 11.478a 1 .001 .001 .001
b
Continuity Correction 9.602 1 .002
Likelihood Ratio 12.130 1 .000 .001 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.244c 1 .001 .001 .001 .001
Association
N of Valid Cases 49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.86.
b. Computed only for a 2x2
table
c. The standardized statistic is 3.353.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo
results.

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
95% Confidence Interval
Approx. Lower Upper
Value Sig. Sig. Bound Bound
Nominal by Phi .484 .001 .001a .000 .002
Nominal Cramer's V .484 .001 .001a .000 .002
N of Valid Cases 49
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

65
Jam Kerja * Penggunaan APD

Crosstab

Penggunaan APD
Menggunak TidakMengg
an unakan Total
Jam Sesuai Count 16 6 22
Kerja % within Jam Kerja 72.7% 27.3% 100.0%
% within Penggunaan
76.2% 21.4% 44.9%
APD
% of Total 32.7% 12.2% 44.9%
TidakSesua Count 5 22 27
i % within Jam Kerja 18.5% 81.5% 100.0%
% within Penggunaan
23.8% 78.6% 55.1%
APD
% of Total 10.2% 44.9% 55.1%
Total Count 21 28 49
% within Jam Kerja 42.9% 57.1% 100.0%
% within Penggunaan
100.0% 100.0% 100.0%
APD
% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

Chi-Square Testsd
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 14.546a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 12.417 1 .000
Likelihood Ratio 15.268 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
14.249c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.43.
b. Computed only for a 2x2
table

66
Chi-Square Testsd
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 14.546a 1 .000 .000 .000
b
Continuity Correction 12.417 1 .000
Likelihood Ratio 15.268 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
14.249c 1 .000 .000 .000 .000
Association
N of Valid Cases 49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.43.
b. Computed only for a 2x2
table
c. The standardized statistic is 3.775.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo
results.

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.
95% Confidence Interval
Approx. Lower Upper
Value Sig. Sig. Bound Bound
Nominal by Phi .545 .000 .000a .000 .000
Nominal Cramer's V .545 .000 .000a .000 .000
N of Valid Cases 49
a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

67
Pelatihan K3 * Penggunaan APD
Crosstab
Penggunaan APD
Meng
gunak TidakMengg
an unakan Total
Pelatihan Ya Count 14 7 21
K3 % within Pelatihan K3 66.7% 33.3% 100.0%
% within Penggunaan APD 66.7% 25.0% 42.9%
% of Total 28.6% 14.3% 42.9%
Tidak Count 7 21 28
% within Pelatihan K3 25.0% 75.0% 100.0%
% within Penggunaan APD 33.3% 75.0% 57.1%
% of Total 14.3% 42.9% 57.1%
Total Count 21 28 49
% within Pelatihan K3 42.9% 57.1% 100.0%
% within Penggunaan APD 100.0
100.0% 100.0%
%
% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

Chi-Square Testsd
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 8.507a 1 .004 .008 .004
b
Continuity Correction 6.891 1 .009
Likelihood Ratio 8.701 1 .003 .008 .004
Fisher's Exact Test .008 .004
Linear-by-Linear
8.333c 1 .004 .008 .004 .004
Association
N of Valid Cases 49
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9.00.
b. Computed only for a 2x2
table
c. The standardized statistic is 2.887.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo
results.
68
Dokumentasi Responden Sedang Mengisi Kusioner

69
Dokumentasi Saat Melihat Langsung Mesin

Dokumentasi Responden sedang mlakukan menglas


70
71
72
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Waldy Setyawan Samad

Nim : K201202246

Suku :

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat /Tanggal Lahir :

Agama :

Asal :

Alamat :

Pendidikan Formal

a. Sdn
b. Smpn
c. Sman
d. Stikes-Mw Kendari Tahun 2012-2017

Nama Orang Tua

a. Ayah :
b. Ibu :

Pekerjaan Orang Tua

a. Ayah :
b. Ibu :

Jumlah Saudara Kandung :

74
Anak Ke :

75

Anda mungkin juga menyukai