Anda di halaman 1dari 2

Fira felia

1161030049 – IAT 6B

Laporan Seminar 5 Maret 2019

Pemateri: Haidar Bagir

Dari Allah Menuju Allah

Haidar Bagir adalah adalah penulis buku Dari Allah menuju Allah, tetapi sebelum menulis buku Dari
Allah Menuju Allah beliau menulis buku Semesta Cinta yang merupakan pengantar terhadap
pemikiran Ibn Arabi. Menggunakan sistematika pemikiran ibn Arabi, Haidar Bagir memahami
pemikiran Rumi dan membuat seri video berjumlah 31 episode yang membahas Rumi, dan
berdasarkan seri tersebut beliau menulis buku Dari Allah Menuju Allah. Buku ini bisa menjadi
pengantar terhadap buku Semesta Cinta. Adapun berdasarkan sistematika Ibn Arabi dalam memahami
Rumi, Bagir membuat beberapa analisa:

1. Rumi adalah pemikir Wahdatul Wujud, yakni keyakinan bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta’ala
menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Beliau adalah pemikir sufi.
2. Rumi menyatukan Syariat dengan Tasawuf
3. Rumi bersahabat dengan Sadr al-Din Muhammad Qunawi, murid dari Ibn Arabi, ada
kemungkinan Rumi bertemu dengan Ibn Arabi.

Haidar Bagir menyebutkan bahwa ada yang bilang tasawuf merupakan wacana mengenai Tuhan dan
Irfan merupakan filsafatnya tasawuf. Adapun tasawuf adalah ilmu tentang yang menghalangi kita
dalam melihat hakikat. Sedangkan irfan merupakan gagasan tentang Tuhan, penciptaan, dan manusia.
Dan suluk merupakan pelaku tasawuf.

Dalam buku Dari Allah Menuju Allah terdapat puisi Rumi, yang dimana Rumi mengutip dialog Nabi
Daud dengan Allah yang dengan dialog ini Rumi mengungkapkan suatu hadis qudsi: “Paduka” kata
Daud “karena Kau tak butuh kami, untuk apa Kau cipta dua dunia ini?”. Dua dunia disini maksudnya
dunia fisik dan dunia Ruhani. Manusia itu terikat oleh waktu, berbeda dengan Allah. Dalan tasawuf,
gagasan waktu ada tiga: zaman, yakni waktu kita hidup atau alam syahadah, salman, waktu Allah,
bukan waktunya waktu, bukan awal atau akhir, dan yang ketiga Dahr waktu dalam barzah.

Kehidupan manusia bagai lingkaran, berawal dari atas lingkaran yakni manusia diciptakan oleh Allah
lalu pada bagian setengah busur lingkaran, manusia turun ke dunia. Kemudian manusia kembali
kepada Allah. Manusia adalah punya dan bagian dari Allah. We belong to Allah, yang artinya ketika
Allah tiupkan ruh, bagian atau percikan Allah ada dalam diri manusia. Manusia senantiasa ingin
bahagia, seringnya mencari kebahagiaan di dalam harta, kekuasaan, popularitas tetapi kebahagiaan
yang sebenarnya adalah persatuan dengan Allah. Manusia hanya bisa bahagia bila bersatu dengan
Allah, bila ia dekat dengan Allah. Tasawuf membekali manusia supaya bisa mampu mendekat dengan
Allah dan kembali kepada Allah. Kita terus melakukan suluk supaya diri dalam diri kita berkembang
potensi akhlak Allah.Nabi Adam dibekali sebagian potensi Ilahi untuk menjadi khalifah di dunia.
Potensi tersebut untuk mengembangkan akhlak Allah.

Kemudian di dalam puisi Rumi, disebutkan cermin . Cermin adalah mazhhar yang menyerap dan
memantulkan nurnya Allah. Alam semesta merupakan cerminnya Allah. Muka cermin yang bening
dalam konteks manusa merupakan hati manusi, sementara punggung cermin yang gelap adalah dunia.
Seringkali manusia terlena dengan dunia yang menjadi hijab bagi pengenalan kita terhadap hakikat.
Tajali Allah berada dalam hati manusia, manusia sering terpesoja dengan punggung cermin yang gelap
dan tidak sadar indahnya muka cermin, atau hati manusia karena hati merupakan tempat
bersemayam Allah. Semua manusia diciptakan fitroh, sudah beriman kepada Allah. Bila ia berbuat
maksiat hatinya tertutup dan terdapat penyakit. Bila hati berpenyakit maka nur Allah tidak akan
kelihatan. Bila cermin itu tersingkap maka cahaya Allah akan memantul. Seperti kata Rumi, “ingat
Tuhan sebanyak-banyaknya maka engkau akan terlupakan”. Bila engkau bisa menundukkan ego dan
nafsumu, engkau bisa melihat Allah.

Suluk itu bagaikan segitiga, disisi samping kiri ada mujahadah, kemudian disisi atas ada eksak, dan
disisi samping kanan ada riyadhoh ketigaiyadhohsunnah dan wajib. Untuk beribadah secara eksak
diperlukan mujahadah dan riyadho. Adapun mujahadah, ada 4:

1. Zuhud, konsumsi seperlunya.


2. Sedikit tidur.
3. Sedikit bicara.
4. Sedikit bergaul .

Anda mungkin juga menyukai