Anda di halaman 1dari 16

A.

KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga
dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen
melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh
melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

2. Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
a. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis
yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
b. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis
yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area
yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan
melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk
2004).

3. Etiologi

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah.


Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang
didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang
terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi
(menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia
dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia
bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah,
manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.
Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat
melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

4. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
factor congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi talis perma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga adayang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus
yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul
gejala illeus yaitu perut kembung, muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri
yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolanmenjadi merah.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab
yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan
sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan
intra abdomen (Nettina, 2001).

5. Manifestasi Klinik
a. Penonjolan di daerah inguinal
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
Manifestasi per-jenis kelamin
1) Pada orang dewasa
a). Laki-laki
1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri
lama/mengejan kuat maka benjolan makin membesar.
3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila
benjolannya besar.

b). Wanita
Benjolan dapat mencapai labium majus.
2) Pada anak-anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah,
dapat mencapai skrotum atau labium majus, bila berbaring benjolan
akan hilang karena isi kantong hernis masuk ke dalam kavum
abdomen.
6. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak
dapat dimasukkan lagi
b. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang
rusak
c. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan
daerah benjolan merah

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
c. Laboratorium
d. Rontsgen
e. EKG
f. USG

8. Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan hernia:

a. Bagi anda pekerja berat atau bekerja mengeluarkan tenaga untuk


mengangkat beban-beban yang berat disarankan anda sewaktu anda
mengangkat beban berat tersebut untuk menahan nafas anda. Karena
dengan menahan nafas usus anda menuju kekelenjar testis tidak turun.
Juga disarankan anda menggunakan pakaian dalam yang ketat sewaktu
mengangkat-ngangkat beban yang berat.
b. bagi anda yang sudah pernah menderita penyakit ini jika tidak mau
terulang atau kambuh lagi sebaiknya jangan melakukan kegiatan-kegiatan
mengangkat beban-beban yang berat-berat.
c. jika mau bersin diusahakan sebelumnya menahan salah satu telapak
tangan anda di bawah pusar anda baru bersin.
d. Sebaiknya 1 minggu sekali usahakan untuk tidur dengan kaki diangkat,
atau kaki dialas pakai bantal agar lebih tinggi dari kepala. jangan pernah
makan sayur jantung pisang karena ini pantangan bagi orang yang pernah
mengalami hernia agar penyakit ini tidak kambuh
9. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

b. Pembedahan (Operatif) :
1) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
2) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
3) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :


a. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan
trombus).
b. Integritas ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : Tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk Hipoglikemi
/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : Alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /
reaksi transfuse.
Tanda : Menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko
akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Periode pra-operatif
1) Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
dan puasa.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhungan dengan intake yang tidak adekuat.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan
perubahan status kesehatan.
e. Periode post-operatif
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
2) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3. Rencana/Intervensi Keperawatan
Diagnosa periode pra-operatif
a. Nyeri behubungan dengan adanya otot tegang dan respon otomatis

Tujuan : klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks, mampu


tidur / istirahat dengan tepat.

Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik.
 Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat & kemajuan
penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
 Rasional : Grafitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau felvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi terlentang.
3) Dorong ambulasi dini
 Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh: merangsang
peristaltik & kelancaran flatus & menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.
4) Berikan aktivitas hiburan
 Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi & dapat
meningkatkan kemampuan koping.
5) Kolaborasi : Pertahankan puasa
 Rasional : menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan
iritasi gaster/muntah.
6) Klaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi.
 Rasional : menghilangkan nyeri , mempermudah kerja sama dengan
intervensi terapi lain.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
dan puasa.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan


membran mukosa, turgor kulit baik, standart Vital stabil, & secara
individual haluaran urine yang adekuat.

Intervensi :
1) Observasi Vital sign
 Rasional : tanda yang membantu mengetahui tindakan keperawatan
selanjutnya.
2) Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
 Rasional : Indikator keadekuatan sirkulasi, perifer & hidrasi seluler.
3) Awasi masukan & haluaran : Catat warna urine, konsentrasi & berat jenis
 Rasional : penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat
jenis, diduga dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus & gerakan usus
 Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan
peroral.
5) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukkan peroral dimulai, dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
 Rasional : menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan
kehilangan cairan.
6) Berikan perawatan mulut sering & perhatian khusus pada perlindungan bibir
 Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir & mulut kering & pecah-
pecah
7) Kolaborasi : berikan cairan IV dan elektrolit
 Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi / infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume
sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia.

c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : mendemonstrasikan pemeliharaan/ kemajuan penambahan berat


badan yang di inginkan dengan normalisasi nilai Laboratorium & tak
ada tanda-tanda Malnutrisi.

Intervensi
1) Timbang BB sesuai indikasi, Catat masukan & haluaran
 Rasional : mengidentifikasi status cairan, serta memastikan kebutuhan
metabolic
2) Auskultasi bising usus, palpasi abdomen
 Rasional : Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 – 4
hari)
3) Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pesien. Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein & vitamin C.
 Rasional : meningkatkan kerjasama pasien, dengan aturan diet
protein/Vit C adalah kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan &
perbaikkan. Malnutrisi adalah faktor dalam menurunkan pertahanan
terhadap infeksi
4) Observasi terhadap terjadinya diare, makanan bau busuk & berminyak
 Rasional : sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus
halus memerlukan evaluasi lanjutan & perubahan diet
5) Kolaborasi : Berikan cairan IV misalnya Albumin, lipid dan elektrolit.
 Rasional : memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi
usus, erosi mukosa, infeksi atau neoplasma dapat menimbulkan
anemia atau malabsorbsi, menurunkan pengiriman nutrien pada tingkat
seluler.
6) Memberikan obat-obat sesuai indikasi. Antimetik, mis ploklorparazin
 Rasional : mencegah muntah.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan
perubahan status kesehatan.

Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan & potensial


komlikasi. Berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis dan
kemungkinan pilihan pengobatan.
 Rasional: mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah
informasi & memberikan kesempatan untuk memberikan informasi
tambahan sesuai keperluan.
2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan penyakit
 Rasional : klien dan keluarga dapat memahami cara pencegahan
penyakit guna untuk pengetahuan lebih lanjut.
3) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik & laboratorium.
 Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
4) Berikan kesempatan klien & keluarga untuk bertanya apabila ada yang kurang
dipahami
 Rasional : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang
penyakitnya.
5) Berikan respon yang baik jika klien dan keluarga menjawab pertanyaan
dengan benar
 Rasional : menanbah percaya diri & memotivasi klien.
1. Diagnosa periode post-operatif
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.


Kriteria Hasil : a. klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
b. tanda-tanda vital normal
c. pasien tampak tenang dan rileks
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
 Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
 Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3) Atur posisi pasien senyaman mungkin
 Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
 Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan
lebih nyaman.
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
 Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.

b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

Tujuan : tidak ada infeksi.


Kriteria Hasil : a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b. luka bersih tidak lembab dan kotor.
c. Tanda-tanda vital normal.
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital.
 Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan
adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
 Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko
infeksi.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll.
 Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb
dan leukosit.
 Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
 Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme
patogen.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman


Kriteria Hasil : a. pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
b. pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
c. kualitas dan kuantitas tidur normal
Intervensi
1) Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan pada
siang hari, turunkan aktivitas mental/ fisik pada sore hari.
 Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
2) Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus
 Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat.
3) Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
 Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku
yang tidak kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur
yang mencapai tidur pulas.
4) Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa
saat ini adalah waktu untuk tidur.
 Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan
kestabilan lingkungan. Catatan: Penundaan waktu tidur mungkin
diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi
dan memfasilitas tidur.
5) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
 Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
6) Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
 Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.
7) Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”
 Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-
suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
nyeyak.
8) Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil);
deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
 Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik
dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efek samping
tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang
maksimal.
9) Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
 Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin
efektif dalam mengatasi insomia atau sindrom sundowner
10) Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
 Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang
dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi produksi asetilkon
yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.


Kriteria Hasil : a. perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan diri.
b. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa
aktivitas tanpa dibantu.
c. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak
Intervensi
1) Rencanakan periode istirahat yang cukup.
 Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2) Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
 Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas
secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
 Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
 Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 2015.

Doenges Marylinn E, 2014. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana


Asuhan Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 2014.

Mansjoer, A, dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius,
Jakarta.

Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2013, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit
EGC, Jakarta.

W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2013.


LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Oleh
17Emawati, S.Kep
144 2017 0014

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PRAKTEK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai