Disusun Oleh:
D3 – 2A
1. DEFINISI
Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi defisiensi oksigen, yang
mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatifaerob sel. Hipoksia
merupakan penyebab penting dan umum dari cedera dan kematian sel. Tergantung pada
beratnya hipoksia, sel dapat mengalami adaptasi, cedera, atau kematian.
2. ETIOLOGI
- Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena
kekurangan oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot)
- Penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau
compliance paru menurun. Rasio ventilasi – perfusi tidak sama (termasuk
peningkatan ruang rugi fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya membran
difusi respirasi.
- Shunt vena ke arteri (shunt dari “kanan ke kiri” pada jaringan)
- Transport dan pelepasan oksigen yang tidak memadai (inadekuat), hal ini terjadi pada
anemia, penurunan sirkulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral,
pembuluh darah jantung) edem jaringan.
- Pemakaian oksigen yang tidak memadai pada jaringan missal pada keracunan enzim
sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.
4. GEJALA HIPOKSIA
a. Gas darah arteri:
PaO2: 80-100 mmHg (normal)
60-80 mmHg (hipoksemia ringan)
40-60 mmHg (hipoksemia sedang)
< 40 mmHg (hipoksemia berat)
b. Sistem Pernapasan
Tachypnea, menurunnya volum tidal. Dyspnea, menguap menggunakan otot –
otot pernapasan tambahan, lubang hidung melebar.
d. Sistem Kardiovaskuler
Mula – mula takikardia, kemudian bradikardia jika otot jantung tidak cukup
mendapatkan O2, peningkatan tekanan darah yang diikuti dengan penurunan tekanan
darah jika hipoksia tidak diatasi, disritmia.
e. Kulit
Sianosis pada bibir, mukosa mulut dan dasar kuku.
5. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau
dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
6. TIPE HIPOKSIA
Hipoksia anemik : hipoksia karena trasi konsentrasi penurunan hemoglobin
fungsional atau berkurangnya jumlah sel darah merah, seperti yang terlihat pada
anemia dan perdarahan (PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin yang
tersedia untuk mengangkutoksigen berkurang).
Hipoksia hipoksik: hipoksia akibat mekanisme cacat oksigenasi di paru-paru,
seperti yang disebabkan oleh rendah ketegangan oksigen, fungsi paru yang
abnormal, udara cara obstruksi, atau shunt kanan ke kiri dalam hati (PO2 darah
arteri berkurang)
Hipoksia stagnant atau iskemik: dimana aliran darah ke jaringan sangat lambat
sehingga oksigen yang adekuat tidak dikirim ke jaringan walaupun PO2
konsentrasi hemoglobin normal.
Hipoksia histotoksik : dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan
adalah adekuat tetapi oleh karena kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak dapat
memakai oksigen yang disediakan.
7. PATHWAYS
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
Hemodinamik
Tipe L : peningkatan PCWP
EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan disritmia
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah: masker venturi atau nasal prong
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
Inhalasi nebulizer
Fisioterapi dada
Pemantauan hemodinamik/jantung
Pengobatan
a) Bronkodilator
b) Steroid
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
10. PENGKAJIAN
1. Airway
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki, dan mengi
2. Breathing
Distress pernapasan : pernapasan cuping hiding, takipneu/bradipneu, retraksi
Menggunakan otot aksesori pernapasan
Kesulitan bernapas: lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
Papilledema
Penurunan haluaran urine
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company,
Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.