Anda di halaman 1dari 7

Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1

Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)


DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING
Laras Rima Dhani*, Maria Ulfa, Winny Setyonugroho
*
Hospital Management Program, Postgraduate Program,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien yang menjalani hemodialisis sangat rentan terhadap infeksi.
Tahun 2011 sebanyak 722.000 HAIs terjadi di United States dan 75.000 diantaranya
meninggal ketika masa perawatan. Pentingnya suatu sistem pengendalian infeksi di
unit hemodialisa. Tujuan: Menganalisis kesesuaian instrumen Infection Control Risk
Assessment yang diterbitkan Centers for Disease Control and Prevention untuk menilai
pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di Unit Hemodialisa RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Metode: Penelitian menggunakan kuantitatif dengan
desain penelitian deskriptif (eksplorasi) dan merupakan penelitian lapangan.
Instrumen diadaptasi dari Infection Control Risk Assessment CDC untuk
Hemodialisa. Data didapat dengan melakukan telusur dokumen dan pengamatan.
Penelitian dilakukan selama Bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Hemodialisa RS
PKU Muhammadiyah Gamping. Hasil: Kesesuaian instrumen dengan RS yaitu
Demografi Fasilitas 77.78%, Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur 83.33%,
serta unsur yang lain 100%. Risiko infeksi di Unit Hemodialisa RS PKU
Muhammadiyah Gamping sebesar 71.42%. Kesimpulan: Instrumen ICRA for
Haemodialysis dari CDC dapat digunakan di rumah sakit Indonesia. Risiko infeksi di
Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping adalah rendah/low risk.
Penelitian selanjutnya diharapkan melalukan pengujian instrument tidak hanya
diujikan pada satu rumah sakit. Agar hasil yang didapatkan lebih baik. Penelitian ini
melakukan pengujian validat instrument hanya pada satu rumah sakit.

Kata Kunci— Infection Control Risk Assessment; HAIs; Infeksi; Unit Hemodialisa
©2017 Proceeding Health Architecture. All rights reserved

PENDAHULUAN satu tolak ukur mutu pelayanan rumah


sakit 2.
Latar Belakang Pasien yang menjalani hemodialisis
Healthcare Associated Infections sangat rentan terhadap infeksi
(HAIs) adalah infeksi yang di dapat di staphylococcus, dengan akses vascular
rumah sakit baik yang terjadi pada (VA) menjadi porte d'entre'e-utama untuk
pasien ketika menerima perawatan, ini kuman ini3. PGK (Penyakit Ginjal
petugas kesehatan yang bekerja di Kronik) dengan hemodialysis sangat
rumah sakit maupun pengunjung rumah rentan terhadap perkembangan infeksi
sakit1. Berdasarkan data yang kesehatan terkait karena beberapa factor
dikeluarkan oleh CDC, pada tahun 2011 termasuk paparan perangkat invasif,
terdapat sebanyak 722.000 HAIs yang imunosupresi, komorbiditas pasien,
terjadi di United States dan 75.000 kurangnya hambatan fisik antara pasien
diantaranya meninggal ketika masa dalam lingkungan hemodialysis rawat
perawatan1. Saat ini angka kejadian jalan, dan sering kontak dengan petugas
infeksi nosokomial telah dijadikan salah layanan kesehatan dalam prosedur dan

Page | 150
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

perawatan4. Hal ini menunjukkan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,


pentingnya pengendalian dan Kepala beserta para staf di Unit
pencegahan infeksi pada Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit PKU
hemodialisa. Dalam pengendalian infeksi Muhammadiyah Gamping. Objek
CDC mengeluarkan 4 instrumen yang penelitian ini adalah dokumen dan
digunakan untuk menilai risiko infeksi, sarana serta prasarana Unit Hemodialisa
salah satu instrument yang dikeluarkan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
adalah untuk fasilitas hemodialisa. ICRA Gamping. Penelitian dilaksanakan pada
adalah suatu proses berkesinambungan bulan Juli 2016 hingga bulan Oktober
yang memiliki fungsi preventif dalam 2016.
peningkatan mutu pelayanan5. Instrumen Tahapan yang dilakukan pada
ICRA yang dikeluarkan CDC harus penelitian ini (1) Penetuan Instrumen
disesuaikan dengan standar yang ada di ICRA yaitu dengan memilih instrumen
Indonesia agar bisa digunakan. ICRA for Hemodyalis dari Centers for
Instrument yang tidak terstandarisasi Disease Control and Prevention (CDC),
tidak bisa menghasilkan kesimpulan (2) Penerjemahan isntrumen ICRA ke
yang sebanding dan tidak dapat dalam Bahasa Indonesia, (3) Kesesuaian
dipercaya hasilnya6. instrumen yaitu melakukan diskusi panel
Berdasarkan fakta dan uraian bersama pembimbing dan peneliti ICRA
diatas, peneliti melakukan penelitian pada unit lain yang berjumlah minimal
tentang Infection Control Risk lima orang untuk mengevaluasi
Assesment di Unit Hemodialisa Rumah instrumen ICRA yang telah dialih
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. bahasakan, (4) Identifikasi unit sesuai
unit (5) Proses penelitian yaitu dengan
Rumusan Masalah melakukan telusur dokumen,
Bagaimana penilaian pengendalian wawancara, dan pengamatan lapangan.
risiko infeksi di Instalasi Hemodialisa Seluruh proses penelitian menggunakan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah panduan instrumen ICRA yang terdiri
Gamping sesuai dengan metode atas penilaian Demografi Fasilitas
instrument Infection Control Risk Infrastruktur dan Program Pengendalian
Assessment ICRA yang dikeluarkan dari Infeksi, Pelatihan, Kompetensi dan Audit
CDC? Pengendalian Infeksi, Keamaan Tenaga
Kesehatan, Surveilans dan Pelaporan
Bahan dan Cara Penyakit, Kebersihan Pernapasan/Etika
Penelitian ini merupakan penelitian Batuk, Alat Pelindung Diri, Kebersihan
dengan menggunakan metode kuantitatif Lingkungan, Penggunaan dan
dengan desain penelitian deskriptif Pemrosesan Ulang Alat Dialisis,
(eksplorasi). Penelitian ini adalah Kebersihan Tangan, Kateter dan
penelitian lapangan (field research) di Peralatan Vaskuler lain, Keamanan
mana data yang diambil dikumpulkan Injeksi
secara telusur dokumen, wawancara, (6) Analisis data dengan melakukan
dan pengamatan di Unit Hemodialisa diskusi panel mengenai hasil penelitian
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang telah didapat. Diskusi panel
Gamping. dilakukan bersama pemimbing dan
Subjek penelitian ini adalah Bagian peneliti ICRA pada unit lain yang
Manajemen Pencegahan dan berjumlah minimal lima orang.

Page | 151
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Kategori penilaian hasilnya resiko sedang (moderate risk), dan


dikonversikan dalam bentuk presentase, presentase ≤50% menunjukkan bahwa
dimana 76 – 100 % menunjukan resiko resiko tinggi (high risk)
rendah (low risk), 51 – 75% menunjukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Demografi fasilitas unit Hemodialisa RS


PKU Muhammadiyah Gamping
Nama fasilitas unit hemodialisa.
Nama rumah sakit pada penelitian ini
adalah RS PKU Muhammadiyah
Gamping. Tanggal penilaian 19 Juli
sampai 29 Oktober 2016. Jenis
penelitian dilakukan secara onsite.
Alasan dilakukan penilaian untuk
dilakukakan penelitian. Fasilitas
kesehatan ini berafiliasi langsung pada
rumash sakit. Seluruh kebutuhan unit
didapat dari rumah sakit. Fasilitas
kesehatan tidak mengacu pada rantai
dialisis. Layanan fasilitas kesehatan
diberikan pada psien rata-rata usia 26-50
tahun.
Pada penilaian 12 penilaian
ICRA for Hemodyalisa di Unit
Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah
Gamping didapatkan data seperti pada
tabel berikut :

Page | 152
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Tabel 1 Kesesuaian Instrumen ICRA CDC di RS PKU Muhammadiyah Gamping


Dapat dinilai dengan
Dapat dinilai Tidak Dapat dinilai
No. Unsur Penilaian catatan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Demografi Fasilitas 8 88.89% 1 11.11% 0 0% 9
Program Pengendalian
2. 10 83.33% 0 0% 2 16.67% 12
Infeksi dan Infrastruktur
Pelatihan, Kompetensi
3. dan Audit Pengendalian 4 100% 0 0% 0 0% 4
Infeksi
Keamanan Tenaga
4. 7 100% 0 0% 0 0% 7
Kesehatan
Surveilans dan
5. 5 100% 0 0% 0 0% 5
Pelaporan Penyakit
Kebersihan
6. 6 100% 0 0% 0 0% 6
Pernapasan/Etika Batuk
7. Alat Pelindung Diri/APD 4 100% 0 0% 0 0% 4
8. Kebersihan Lingkungan 7 100% 0 0% 0 0% 7
Penggunaan dan
9. Pemrosesan Ulang 7 100% 0 0% 0 0% 7
Dializer
10. Kebersihan Tangan 2 100% 0 0% 0 0% 2
Kateter dan Perawatan
11. 6 100% 0 0% 0 0% 6
Vaskuler Lainnya
12. Keamanan Injeksi 5 100% 0 0% 0 0% 5
Total / Persentase 71 95.95% 1 1.35% 2 2.7% 74

Pada tabel 1 unsur yang dapat dinilai pada Terdapat 2 penilaian yang tidak dapat
instrumen ini sejumlah 74 unsur dengan digunakan, yaitu pertanyaan ke 2 dan ke 3.
presentase sebesar 94.6% dapat digunakan Pertanyaan ke 2 adalah “apakah fasilitas
untuk menilai unit hemodialisa di unit kesehatan berpartisipasi dalam ESRD (End
hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Stage Renal Disease) Network Healthcare-
Gamping. Associated Infection (HAIs) Quality
Dari 12 bagian penilaian 2 bagian yang Improvement Activity (QIA)?” dapat dinilai ya
tidak dapat menilai 100%, yaitu pada bagian atau tidak. Di Indonesia organisasi yang
Demografi Fasilitas dan Program Pengendalian dibidang gagal ginjal merupakan organisasi di
Infeksi dan Infrastruktur. Pada bagian bidang profesi, dimana terdapat profesi dokter
Demografi Fasilitas terdapat 9 penilaian dan perawat. Dibidang dokter terdapat
dimana 1 penilaian dapat dinilai dengan PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia)
catatan. Penilaian tersebut terdapat pada dan dibidang perawat terdapat IPDI (Ikatan
penilaian kedua. Pada bagian ID organisasi Perawat Dialysis). Organisasi tersebut tidak
fasilitas NHSN tidak dapat dinilai karena NHSN mengatur mengenai HAIs secara nasional di
(National Healthcare Safety Network) Indonesia. Pada bagian pertanyaan ke 3
merupakan jaringan keamanan kesehatan mengenai “Apakah fasilitas kesehatan
nasional yang ada di Amerika Serikat. Pada berpartisipasi dalam CDC Dialysis BSI
pertanyaan nomor 2 ini dapat di ganti dengan (Bloodstream Infections) Prevention
pertanyaan nama rumah sakit yang berafiliasi Collaborative?”, pertanyaan ini dapat dinilai
tanpa melihat ID organisasi NHSN. namun di rumah sakit tidak menggunakan
Pada bagian program pengendalian karena hal ini terkait dengan NHSN.
infeksi dan infrastruktur terdapat 12 penialian.

Page | 153
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Tabel 2 Hasil Penilaian Risiko Infeksi Bagian 2 Berupa Progran Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur
Jumlah Unsur
No. Unsur Penilaian Hasil Penilaian Persentase
Penilaian
Program Pengendalian Infeksi dan 70%
1. 10 7
Infrastruktur
Pelatihan, Kompetensi dan Audit 100%
2. 4 4
Pengendalian Infeksi
3. Keamanan Tenaga Kesehatan 7 5 71,43%
4. Surveilans dan Pelaporan Penyakit 5 4 80%
5. Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk 6 5 83,33%
6. Alat Pelindung Diri/APD 4 4 100%
7. Kebersihan Lingkungan 7 5 71.43%
Penggunaan dan Pemrosesan Ulang 85,71%
8. 7 6
Dializer
9. Kebersihan Tangan 2 2 100%
10. Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya 6 4 83.33%
11. Keamanan Injeksi 5 4 80%
Total / Persentase 63 50 79.36%

Pada tabel 2 dari 11 penilaian yang tergolong Bagian 2 Pelatihan, Kompetensi dan Audit
dalam low risk terdapat 6 bagian yaitu bagian Pengendalian Infeksi
Pelatihan, Kompetensi dan Audit Fasilitas kesehatan melakukan
Pengendalian Infeksi, bagian enyakit, bagian penilaian kompetensi terhadap kebijakan dan
Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk, bagian prosedur pencegahan infeksi secara spesifik
Alat Pelindung Diri/APD, bagian Penggunaan mencatat/ mendokumentasikan. Namun
dan Pemrosesan Ulang Dializer, bagian dilakukan secara tidak berkala. Fasilitas
Kebersihan Tangan, bagian Kateter dan kesehatan melakukan audit secara rutin
Perawatan Vaskuler Lainnya, dan Keamanan mengenai pengendalian infeksi dari para
Injeksi. Penilaian yang tergolong dalam tenaga kesehatan, dilakukakan secara
moderate risk yaitu bagian Program berkala kurang lebih dalam kurun waktu 2
Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur, minggu.
bagian Keamanan Tenaga Kesehatan dan
bagian Kebersihan Lingkungan. Secara Bagian 3 Keamanan Tenaga Kesehatan
keseluruhan penilaian didapatkan Fasilitas menfasilitasi vaksin hepatitis
presentase sebesar 79.36% dengan kategori B pada penerimaan pegawai, namun tidak
low risk. melakukan vaksin influenza. Vaksin influenza
di Indonesia belum banyak dilakukan hal ini
Bagian 1 Program Pengendalian Infeksi sering dikaitkan dengan cost. Pada pedoman
dan Infrastruktur merekomendasikan pasien HD untuk vaksin
RS PKU Muhammadiyah Gamping influenza setiap 5 tahun sekali7.
memiliki TIM PPI, yaitu: IPCO, IPCN dan
IPCLN yang terlatih dalam pencegahan Bagian 4 Surveilans dan Pelaporan
infeksi yang tersedia secara teratur dalam Penyakit
mengelola program pengendalian. Pelatihan Pada bagian ini hal yang menjadi
dibidang infeksi yang diberikan fasilitas catatan dalah fasilitas kesehatan tidak
kesehatan untuk staf adalah pelatihan PPI. membagikan hasil surveilans dan pelaporan
Pelatihan PPI dilakukan terutama pada penyakit pada pelayaan kesehatan pada
pegawai baru sebelum menangani pasien garis depan. Surveilans harus dilakukan pada
langsung. setiap pelayanan rumah sakit. Surveilans
juga dilakukan setelah pulang dari rumah

Page | 154
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

sakit. Selama surveilans data Hais, data yang dilakukakn sterilisasi baik menggunakan mesin
perlu dikumpulkan untuk setiap pasien, yaitu maupun manual11.
data demografi dan klinis, tanggal masuk,
riwayat medis, diagnosis utama, tanggal Bagian 9 Kebersihan Tangan
infeksi, dan jenis infeksi8. Pemenuhan kebutuhan untuk
kepatuhan kebersihan tangan yang
Bagian 5 Kebersihan Pernapasan/Etika direkomendasikan tersedia dan dekat dengan
Batuk lokasi penggunaan, berupa: gel antiseptik
Pada bian ini hal yang didapat adalah alcohol, bak cuci tangan, sabun, handuk.
fasilitas kesehatan tidak menyediakan ruang Fasilitas kesehatan menunjukkan observasi
dan serta mendorong orang dengan gejala kegiatan kebersihan tangan staf setiap bulan
infeksi pernapasan untuk duduk jauh dari (atau lebih sering). Fasilitas menyediakan
orang lain sejauh mungkin. Penerapan etika umpan balik atas kepatuhan staf klinis berupa
batuk sangat diperlukan mengingat masih apakah proses cuci tangan sudah benar atau
banyak penderita yang belum menerapkan belum. Pada pengamatan dilakukan 30 kali
etika batuk yang baik dan benar, hal ini untuk mommen cuci tangan, 11 kali tidak melakukan
meminimalkan penularan penyakit TB Paru9. cuci tangan 5 momment. Terdapat penurunan
tingkat Hais bila kepatuhan cuci tangan
Bagian 6 Alat Pelindung Diri/APD dilakukan12.
Fasilitas kesehatan menyediakan
pelatihan pekerjaan tertentu pada nakes untuk Bagian 10 Kateter dan Perawatan Vaskuler
memilih dan menggunakan APD sebelum Lainnya
perawatan serta dilakukan secara berkala. Unit hemodialisa RS PKU
Fasilitas kesehatan menyediakan sarung Muhammadiyah Gamping dari 10 perawat 9
tangan steril maupun tidak steril, baju kerja, perawat memiliki sertifikat pelatihan
pelindung mata, masker wajah. hemodialisa. Sehingga dalam perawatan
kateter dan vaskuler lainnya sudah terlatih.
Bagian 7 Kebersihan Lingkungan
Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan Bagian 11 Kemanan Injeksi
dan prosedur tertulis untuk kebersihan dan Tidak tersedianya ruang khusus yang
disinfektan secara rutin pada lingkungan dapat digunakan untuk penyimpanan dan
termasuk staf yang bertanggung jawab dengan persiapan injeksi meskipun area yang
jelas. Fasilitas menyediakan pelatihan spesifik digunakan untuk persiapan area bersih namun
kepada orang yang bertanggung jawab area tersebut bukan area untuk
terhadap kebersihan dan disinfeksi baik mempersiapkan injeksi. Pada salah satu
sebelum, secara berkala maupun ketika rekomendasi yang dikeluarkan CDC dan APC
kebijakan/prosedur diganti. Dianjurkan untuk pada pasien HD adalah Persiapan obat harus
membersihkan dan mendisinfeksi permukaan dilakukan dalam area bersih serta terpisah
eksternal dari mesin HD setelah selesai dengan pasien10.
dialisis10. I.
Kesimpulan
Bagian 8 Penggunaan dan Pemrosesan Instrumen Infection Control Risk
Ulang Dializer Assesment Tools for Hemodialysis yang
Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan dikeluarkan oleh CDC dapat digunakan di Unit
dan prosedur untuk memastikan bahwa dializer Hemodialisa di Rumah Sakit RS PKU
dibersihkan dan pemrosesan ulang yang tepat Muhammadiyah. Risiko infeksi di Unit
untuk dapat digunakan kembali. Pembersihan Hemodialisa Rumah Sakit PKU
mesin hemodialisa dlakukan setiap 1 minggu Muhammadiyah Gamping adalah resiko rendah
sekali. Dializer setelah digunakan dalam (low risk).
proses hemodialysis dibersihkan dan

Page | 155
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

SARAN b) Memberikan edukasi dan pelatihan


1. Instrumen ICRA untuk HD dari CDC dapat secara berkala terhadap petugas
diterapkan untuk menilai PPI di unit HD kesehatan mengenai PPI terutama
sehingga untuk pengembangan kebersihan tangan.
selanjutnya diharapkan untuk diteliti c) Mengadakan program yang lebih ketat
kembali untuk melihat apakah penilaian dalam evaluasi kebersihan tangan dan
instrumen ICRA HD dari CDC dapat penggunaan alat pelindung diri.
diterapkan di rumah sakit ditempat lain.
2. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah KETERBATASAN PENELITIAN
Gamping diharapkan dapat menambah Penelitian ini hanya menilai
fasilitas yang bertujuan untuk mencegah realibitasnya pada satu rumah sakit,
kejadian infeksi dengan beberapa hal diharapkan pada penelitian selanjutnya
sebagai berikut: dapat diteliti secara validitas dan tidak
a) Membuat SPO-SPO yang belum ada tidak diteliti hanya pada satu rumah sakit ,
yang terkait dengan pencegahan sehingga hasil yang didapat dapat lebih
infeksi baik.

DAFTAR PUSTAKA Saroglou, G., 2013. Surveillance System


1. CDC C for DC and P. HAI Data and and Prevalence of Healthcare-Associated
Statistics [Internet]. Centers for Disease Infections in a Maternity Hospital. ISRN
Control and Prevention. 2016 [cited 2006 Infectious Diseases, 2013.
Jun 20]. Available from: 9. Ema Wardani, Yeni., 2016. Penerapan
https://www.cdc.gov/hai/surveillance/index. Etika Batuk Penderita Tb Paru Di Wilayah
html Kerja Puskesmas Lembeyan Kecamatan
2. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Lembeyan dan di Wilayah Kerja
Problematika Dan Pengendaliannya. Puskesmas Ngariboyo Kecamatan
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Ngariboyo Kabupaten Magetan (Doctoral
3. Stefaan J. V., Johan. R. B, & De Vriese. dissertation, Universitas Muhammdiyah
A.S.(2009) Staphylococcus aureus ponorogo).
Infections in Hemodialysis: What a 10. Karkar, Ayman, Betty Mandin Bouhaha,
Nephrologist Should Know. Clin J Am Soc and Mienalyn Lim Dammang. 2014. “Of
Nephrol 4: 1388–1400 Kidney Diseases and Transplantation
4. Guide, A.A., 2010. Guide to the Review Article Infection Control in
Elimination of Infections in Hemodialysis Hemodialysis Units : A Quick Access to
5. Lardo, Soroy, Bebet Prasetyo, Dis Bima Essential Elements” 25 (3): 496–519.
Purwaamidjaja, Perkembangan Infeksi, 11. Dharmeizer. (2012). Naskah Lengkap
and Rumah Sakit. 2016. “35-64-1-Sm” 43 Simposium Nasional Peningkatan
(3): 215–19. Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik dan
6. Setyonugroho W, Kennedy KM, Kropmans Indonesia Renal Registry. Yogyakarta:
TJB. Patient Education and Counseling Pernefri Wilayah Yogyakarta.
Reliability and validity of OSCE checklists 12. Salama, M.F., Jamal, W.Y., Al Mousa, H.,
used to assess the communication skills of Al-AbdulGhani, K.A. and Rotimi, V.O.,
undergraduate medical students : A 2013. The effect of hand hygiene
systematic review §. Patient Educ Couns compliance on hospital-acquired infections
[Internet]. 2015; Available from: in an ICU setting in a Kuwaiti teaching
http://dx.doi.org/10.1016/j.pec.2015.06.004 hospital. Journal of infection and public
7. Eleftheriadis, T, V Liakopoulos, K health, 6(1), pp.27-34.
Leivaditis, G Antoniadi, and I Stefanidis.
2011. “Infections in Hemodialysis : A
Concise Review - Part 1 : Bacteremia and
Respiratory Infections,” 12–17.
8. Flevari, P., Zorou, I., Tsakris, A. and

Page | 156

Anda mungkin juga menyukai