Anda di halaman 1dari 13

Fisiologi Ginjal

Fungsi ginjal adalah :


a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun,
b) Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.

Fungsi utama ginjal adalah pengeluaran zat-zat sisa atau toksik dari dalam tubuh melalui
urin. Terdapat 3 mekanisme utama dalam pembentukan urin, yaitu :
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi tubulus
3. Sekresi tubulus

I.FILTRASI GLOMERULUS
 Merupakan suatu filtrasi non diskriminatif plasma bebas protein dari glomerulus ke
dalam kapsula Bowman. Sekitar 20% jumlah total plasma dalam tubuh akan masuk ke
dalam glomerulus untuk difiltrasi.
 Untuk dapat terfiltasi ke dalam kapsula Bowman, plasma harus melewati 3 lapisan
kapiler glomerulus, yaitu :
a. Endotelium kapiler.
Terdiri dari 1 lapis sel endotel gepeng dan memiliki banyak pori-pori besar
(fenestrata) shg 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut dibanding
kapiler di bagian tubuh lain. Membran inilah yang memfiltrasi sel-sel darah
seperti sel darah merah sehingga tidak dapat melewati kapiler glomerulus.
b. Membran basal.
Merupakan lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung sel) yang terbentuk dari
kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsula Bowman.
Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, sedangkan glikoprotein berperan
sebagai penghambat filtrasi protein plasma yang kecil. Di dalam membran ini juga
terdapat sel mesangial yang dapat berkontraksi maupun relaksasi, yang juga akan
berpengaruh terhadap luas permukaan filtrasi.
c. Lapisan sel epitelial (Podosit)
Podosit memiliki banyak prosessus atau penjuluran. Terdiri dari prosessus primer
dan sekunder atau pedikel. Pedikel inilah yang akan mengelili kapiler glomerulus
sehingga menghasilkan celah-celah filtrasi yang berukuran 8 nm. Melalui celah-
celah inilah plasma akan akan difiltrasi masuk ke kapsula Bowman.
3 lapisan kapiler glomerulus yang telah disebutkan diatas, semuanya memiliki
muatan negatif, karena alasan tersebut protein-protein plasma yang juga
bermuatan negatif tidak dapat melewati kapiler glomerulus. Sekalipun protein
plasma terkecil yaitu albumin. Walaupun sebenarnya ukuran albumin hanya 7
nm, tetapi karena muatan negatif yang dimilikinya itulah yang membuatnya
tertahan di dalam kapiler.

 Terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi filtrasi glomerulus yaitu :


a. Permeabilitas kapiler glomerulus.
Kapiler glomerulus memiliki tingkat permeabilitas 50 kali lebih tinggi
dibandingkan kapiler-kapiler lain di dalam tubuh. Maka dari itu, mempermudah
plasma untuk menembus dan difiltrasi oleh kapiler glomerulus.
b. Luas permukaan filtrasi kapiler.
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa terdapat sel mesangial di dalam
membran basal kapiler glomerulus. Sel mesangial inilah yang akan berperan
dalam luas permukaan filtasi. Jika sel mesangial berkontraksi, maka sel-selnya
akan membesar dan akan menutupi celah filtrasi sehingga laju filtrasi menurun.
Begitu pun sebaliknya jika sel mesangial relaksasi.
c. Keseimbangan tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik antara dinding
kapiler glomerulus.
Terdapat 3 gaya yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus, yaitu:
- Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus (mendorong filtasi=60 mmHg)
- Tekanan osmotik koloid kapiler glomerulus (mencegah filtrasi=32 mmHg)
- Tekanan kapsula Bowman (mencegah filtrasi= 18mmHg)

Namun pada akhirnya didapatkan gaya (tekanan filtasi netto) sebesar 10 mmHg
untuk melakukan suatu filtrasi.
 Mengukur Laju Filtrasi Glomerulus

LFG = Kf . Tekanan Filtrasi Netto

Kf adalah koefeisien filtrasi yaitu sifat-sifat membran glomerulus meliputi seberapa


permeabel lapisan tsb dan luas permukaan permukaan glomerulus yang tersedia.
Tekanan Filtrasi Netto adalah perbedaan gaya yang mendorong serta melawan filtrasi
 10 mmHg.
Dalam keadaan normal, 20% plasma masuk ke glomerulus disaring pada tekanan
filtrasi 10 mmHg menghasilkan 180 liter filtrat per hari untuk GFR rata-rata 125
ml/mnt pada pria. Per harinya, ginjal melakukan sekitar 60-65 kali filtrasi glomerulus.
 Autoregulasi
Fungsinya memelihara esensi aliran darah tetap darah normal meskipun terjadi
perubahan tekanan darah dalam arteri.
1. Mekanisme Miogenik (feed-back pada arteriol aferen) :
Merupakan sifat umum dari otot polos vaskular untuk berkontraksi atau relaksasi.
Jika terjadi peningkatan tekanan darah arteri  arteriol aferen vasokonstriksi 
Tekanan darah kapiler glomerulus turun  Tekanan filtrasi netto turun  LFG
menurun.
Begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan tekanan darah arteri, maka arteriol
aferen akan vasodilatasi yang akan meningkatkan GFR

2. Mekanisme feed-back Tubuloglomerulus (feedback pada arteriol eferen):


Melibatkan aparatus jukstaglomerulus yang terdiri dari :
a. Sel mesangial ekstraglomerular
b. Sel makula densa
c. Sel jukstaglomerular
Kerjanya melibatkan respon terhadap peningkatan atau penurunan garam di TKD.
Jika penyaluran garam ke TKD meningkat  sel makula densa mensekresi renin 
aktivasi RAAS  angiotensin II membuat vasokonstriksi arteriol aferen 
penurunan LFG.

 Regulasi Ekstrinsik dengan kontrol simpatis


Melibatkan baroreseptor di arkus aorta atau sinus karotis yang akan mendeteksi penurunan
atau peningkatan tekanan darah.
II.Reabsorbsi Tubulus

Semua konstituen plasma, kecuali protein , secara non-diskriminatif difiltrasi bersama-sama


melintasi kapiler glomerulus. Selain produk-produk sisa dan bahan-bahan berlebihan yang
perlu dieliminasi dari tubuh, cairan filtrasi juga mengandung nutrient, elektrolit, dan zat lain
yang diperlukan oleh tubuh. Memang , melalui proses filtrasi glomerulus yg berlangsung
terus menerus, jumlah bahan yang difiltrasi perhari lebih besar daripada yg terdapat di
seluruh tubuh. Bahan-bahan esensial yg difiltrasi perlu dikembalikan ke darah melalui proses
reabsorbsi tubulus, yaitu perpindahan bahan secara sendiri-sendiri berlainan dari lumen
tubulus ke dalam kapiler peritubulus.

Reabsorbsi tubulus adalah suatu proses yg sangat selektif. Di dalam filtrate glomerulus ,
semua konstituen, kecuali protein plasma berada dalam konsentrasi yg sama dgn konsentrasi
di plasma. Umumnya jumlah setiap bahan yg direabsorbsi adalah jumlah yg diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yg sesuai.
Nasib berbagai bahan yang difiltrasi oleh ginjal

Bahan Presentase rata-rata bahan Presentase rata-rata bahan


hasil filtrasi yg direabsorbsi hasil filtrasi yg diekskresi
Air 99 1
Natrium 99,5 0,5
Glukosa 100 0
Urea (suatu zat sisa) 50 50
Fenol (suatu zat sisa) 0 100

Reabsorbsi tubulus melibatkan transportasi transepitel


Diseluruh panjangnya, tubulus memiliki ketebalan satu lapisan sel dan terletak berdekatan
dgn kapiler peritubulus di sekitarnya. Sel-sel tubulus yang berdekatan tidak berkontak satu
sama lain, kecuali di tempat mereka bersatu melalui taut erat di tepi lateral dekat membrane
luminal , yg menghadap lumen tubulus. Cairan interstisium berada di celah antara sel-sel
yang berdekatan-ruang lateral- antara tubulus dan kapiler.
Taut erat umumm\nya mencegah bahan-bahan , kecuali H2O berpindah diantara sel ,
sehingga bahan-bahan harus lewat menembus sel untuk dapat meninggalkan lumen tubulus
dan masuk ke darah. Untuk dapat direabsorbsi, suatu bahan harus melewati lima sawar
terpisah :
1. Langkah 1 : bahan tersebut harus meninggalkan cairan tubulus dengan melintasi
membrane luminal sel tubulus.
2. Langkah 2 : bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel
tubulus ke sisi lainnya.
3. Langkah 3 : bahan tersebut harus menyebrangi membrane basolateral sel tubulus
untuk masuk ke cairan interstisium.
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan interstisium
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Keseluruhan rangkaian langkah-langkah tersebut dikenal sebagai transportasi
transepitel.
Terdapat dua jenis reabsorbsi tubulus-reabsorbsi pasif dan reabsorbsi aktif- bergantung pada
apakah diperlukan penggunaan energy local untuk memindahkan suatu bahan tertentu. Pada
reabsorbsi pasif, semua langkah dalam transportasi transepitel suatu bahan dari lumen tubulus
ke plasma bersifat pasif; yaitu tidak ada penggunaan energy untuk memindahkan secara
nettobahan tersebut , yg terjadi karena mengikuti penurunan gradienelektrokimia atau
osmotic. Di pihak lain, suatu bahan dikatakan direabsorbsi secara aktif apabila salah satu dari
kelima rangkaian langkah tersebut memerlukan energy.
Mekanisme transportasi Na+ - K+ ATP ase yg bergantung energy di membrane
basolateral penting untuk reabsorbsi Na+ .

Delapan puluh persen dari kebutuhan energy total ginjal digunakan untuk transportasi Na+ ,
yang menandai betapa pentingnya proses ini.
- Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi glukosa,
asam amino, H2O , Cl- , dan urea.
- Reabsorbsi natrium di lengkung Henle , bersama dengan reabsoorbsi Cl- , berperan
penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume
yang berbeda-beda , bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menyimpan atau
membuang H2O.
- Reabsorbsi natrium di bagian distal nefron bersifat variabel dan berada di bawah
control hormone, menjadi penting dalam mengatur volume CES. Reabsorbsi tersebut
juga sebagian berkaitan dengan sekresi K+.

Aldosteron merangsang reabsorpsi Na+ di ubulus distal dan tubulus pengumpul;


peptide netriuretik atrium menghambatknya.
Di tubulus proksimal dan lengkung Henle, presentase reabsorbsi Na+ yg difiltrasi bersifat
konstan seberapapun beban Na+ (Na+ load , yaitu jumlah total Na+ di cairan tubuh, bukan
konsentrasi Na+ di cairan tubuh). Reabsorbsi sejumlah kecil Na+ dibagian distal tubulus
berada di bawah kotrol hormone. Tingkat reabsorbsi terkontrol ini berbanding terbalik
dengan besar beban Na+ tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na+ , hanya sedikit dari Na+
yg terkontrol ini direabsorbsi, bahkan Na+ dikeluarkan bersama urin, sehingga kelebihan Na+
dapat dikeluarkan dari tubuh. Di pihak lain, apabila terjadi kekurangan Na+, sebagian besar
dari Na+ yg seharusnya keluar ke dalam urin dapat dihemat oleh tubuh. System hormone
terpenting dan paling dikenal adalah system rennin-angiotensin-aldosteron, yang merangsang
reabsorbsi Na+ di tubulus distal dan tubulus pengumpul.

Glukosa dan asam amino direabsorbsi oleh transportasi aktif sekunder yg bergantung
pada Na+

Sejumlah besar molekul organic yg mengandung nutrisi, misalnya glukosa dan asam amino
di filtrasi setiap harinya, karena zat-zat ini secara normal direabsorbsi secara totalkembali ke
darah oleh mekanisme yang bergantung energy dan Na+ yg terletak di tubulus proksimal ,
mereka biasanya tidak diekskresikan dalam urin. Reabsorbsi yang cepat dan tuntas di awal
tubulus ini mencegah hilangnya nutrient-nutrien organic yg penting ini.
Kecuali Na, bahan yang direabsorpsi secara aktif memperlihatkan maksimum transportasi,
semua bahan yang direbsorpsi secara aktif berikatan dengan pembawa yang berada di
membrane yang memindahkan mereka menembus membrane melawan gradient konsentrasi.
Setiap pembawa bersifat spesifik untuk jenis bahan yang dapat mereka angkut; sebagai
contoh, pembawa kontransportasi glukosa tidak dapat mengangkut asam amino atau
sebaliknya. Karena di sel yang melapisi tubulus jumlah masing-masing jenis pembawa
terbatas, jumlah suatu bahan yang secara aktif dipindahkan dari cairan tubulus dalam rentang
waktu tertentu memiliki batas maksimum. Kecepatan reabsorpsi maksimum tercapai apabila,
semua pembawa yang spesifik untuk suatu bahan terisi penuh atau jenuh, sehingga mereka
tidak dapat lagi mengangkut tambahan penumpang. Tidak hanya reabsorpsi aktif sekunder
glukosa dan asam amino yang dikaitkan dengan pompa NaK basolateral, tetapi reabsorpsi
pasif Cl-, H20, urea juga bergantung pada mekanisme reabsorpsi aktif Na+ ini.

SEKRESI TUBULUS
Proses sekresi yang terpenting adalah H+, K+, dan ion-ion organic
 Sekresi ion Hidrogen
Tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya sekresi H+
berkurang apabila konsentrasi H+ didalam cairan tubuh terlalu rendah.
 Sekresi ion Kalium
Selama keadaan kekurangan K+, sekresi K+ dibagian distal nefron berkurang hingga
minimum, sehingga hanya sebagian kecil K+ yang difiltrasi dan lolos dari reabsorpsi di
tubulus proksimal diekskresikan dalam urin. Dengan cara ini, K+ yang dalam keadaan
normal akan keluar melalui urin tertahan dalam tubuh.

 Sekresi Ion-Ion organic


Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan tubulus yang
sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic
ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion organic tersebut
adalah: zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah, misalnya golongan
prostaglandin.
Kedua, pada beberapa keadaan penting, ion organic secara ekstensif tetapi tidak ireversibel
terikat ke protein plasma.
Ketiga, kemampuan system sekresi ion organic mengeliminasi banyak senyawa asing dari
tubuh. System ion organic dapat mensekresikan sejumlah besar ion organic yang berbeda-
beda, baik yang diproduksi secara endogen maupun ion organic asing yang masuk kedalam
tubuh.
III.MIKTURISI

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi
melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a) Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan tahap ke-2.
b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung
kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang).
Sebagian besar pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan dapat dipelajari
“latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis : impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, P. Fisiologi Perkemihan. Jakarta. Dikutip dari
https://www.scribd.com/doc/248310847/Fisiologi-Perkemihan pada tanggal 03 Maret 2015

Ganong, WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. 1998

Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Brahm U. Pendit (Alih Bahasa). Nella
Yesdelita (Editor). Jakarta : EGC. 2009 : hal 578-579

Anda mungkin juga menyukai