Anda di halaman 1dari 12

TOLERANSI BERAGAMA

DI INDONESIA

ABSTRAK

TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA


Oleh: Daniel Triska (150406053)

Toleransi hidup beragama adalah kondisi bagi semua golongan agama bisa
menghargai, menghormati dan hidup bersama-sama secara damai tanpa mengurangi
hak dan kebebasan masing-masing untuk menganut dan melaksanakan kewajiban
agamanya. Kerukunan yang dimaksud bukan berarti penganut agama yang satu tidak
merasa perlu atau menahan diri untuk melibatkan persoalan keberagamaan dengan
pihak lain, karena kebersaan menghendaki tengang rasa, yang benar-benar
diungkinkan jika saling memahami.
Toleransi tersebut berawal dari kerukunan yang akan bisa dicapai apabila
setiap golongan agama memiliki prinsip setuju dalam perbedaan. Setuju dalam
perbedaan berarti orang mau menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh
aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang
lain dengan kebebasan untuk menganut keyakinan agamanya sendiri.

Key Word: Toleransi, Kerukunan, Antar Umat Beragama

Pendahuluan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata
‘toleran’ itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan.

Secara terminologi, menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian


kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya

1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak


melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban
dan perdamaian dalam masyarakat.1

Istilah Tolerance (toleransi) adalah istilah modern, baik dari segi nama
maupun kandungannya. Istilah ini pertama kali lahir di Barat, di bawah situasi dan
kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas. Toleransi berasal dari bahasa latin,
yaitu tolerantia, yang artinya kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan
kesabaran. Sehingga dapat dipahami bahwa toleransi merupakan sikap untuk
memberikan hak sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan pendapatnya,
sekalipun pendapatnya salah dan berbeda.

Sedangkan menurut ahli, pengertian toleransi adalah suatu sikap yang saling
menghargai kelompok-kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam
lingkup lainnya. Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang terjadinya
diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
masyarakat. Toleransi ini bisa terlihat jelas pada agama, toleransi agama sering kita
jumpai di masyarakat. Adanya toleransi agama menimbulkan sikap saling
menghormati masing-masing pemeluk agama.

Toleransi Terhadap Sesama Agama

Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah


keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan kepercayaan yang
diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk
agama masing-masing yang dipilih serta memberikan penghormatan atas
pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau yang diyakininya.

Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem


yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda, dan unsur-unsur minoritas yang
terdapat pada masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-
lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain serta perbedaan-perbedaan
yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya karena hanya

2 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

berbeda keyakinan atau agama. Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang
dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk
melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing
yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain
maipun dari keluarganya sekalipun.

Sekarang ini, masyarakat lebih mengenal toleransi antar umat beragama


dengan meyakini bahwa agamaku adalah agamku dan agamamu adalah agamamu.
Dengan kata lain toleransi beragama adalah saling menghargai agama orang lain dan
tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama kita. Serta kita tidak
diperbolehkan untuk menjelekkan ataupun mencela agama orang lain dengan alasan
apapun karena sejatinya adalah sama-sama manusia. Sikap toleransi dapat tercipta
dengan sendirinya apabila menumbuhkan sikap kerukunan antar umat beragama.

Tradisi Kerukunan Beragama Dalam Masyarakat Indonesia

Letak geografis Indonesia yang menjadi lintas ekonomi, politik, dan


kebudayaan dunia melahirkan watak bangsa yang sangat terbuka untuk menerima
pengaruh asing yang datang darimana pun juga, tanpa menghilangkan jati diri
budayanya sendiri di sepanjang sejarah. Percampuran kreatif antara pengaruh asing
dan lokal membentuk kesadaran kebangsaan Indonesia modern yang membangun
wadah tunggal dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Dengan watak demikian, bangsa Indonesia menerima kehadiran agama dan


peradaban besar dunia sehingga mewariskan peradaban besar di masa lalu. Di zaman
pengaruh ajaran agama Buddha, Indonesia bersatu dalam wadah kerajaan Sriwijaya.
Di zaman pengaruh ajaran agama Hindu, Indonesia dipimpin oleh kerajaan besar
Majapahit. Di zaman sesudahnya, Islam menjadi agama yang paling dominan di
kalangan penduduk nusantara.

Setelah itu, akibat perubahan yang terjadi pada zaman kolonial, timbul gejala
pengelompokan agama berdasarkan kawasan. Di NTT dan Papua, terjadi

3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

pengelompokkan antar umat Katolik dan Protestan. Di Sumatera Utara, terdapat


pembagian wilayah yang seperti disengaja antara Tapanuli Utara yang mayoritas
beragama Kristen dan Tapanuli Selatan yang mayoritas beragama Islam. Di Bali,
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Demikian juga pula Sulawesi, di Sulawesi
Selatan mayoritas beragama islam, dan di Tanah Tiraja beragama Kristen. Di
Kalimantan Barat juga mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi di
Singkawang, terdiri atas etnis Tionghoa dengan mayoritas menganut agama Buddha
dan Kristen, ataupun Konghucchu. Di samping itu, di pedalaman Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah banyak beragama Kristen Protestan dan Katolik. Karena itu,
sangatlah mutlak bahwa persoalan kerukunan hidup antar umat beragama harus
dijadikan prioritas utama dalam kebijakan negara kapanpun juga.

Dengan kompleksnya keberagaman Indonesia, telah melahirkan makna


berbeda-beda tetapi tetap bersatu dalam kebersamaan. Dengan persatuan yang ada,
warga bangsa menganut banyak sekali ajaran dan aliran tetapi tetap hidup rukun dan
damai. Namun tetap saja terjadi pasang surut dalam sikap toleransi beragama. Pada
beberapa masa, kerukunan hidup umat beragama mendapat perhatian yang sangat
serius dan ketika kembali rukun, indonesia dikenal sebagai bangsa yang dijadikan
model mengenai suksesnya kebijakan kerukunan beragama.

Sayangnya sesudah era reformasi, terjadi banyak perubahan akibat dari


kebebasan yang dibuka secara tiba-tiba dan menyebabkan terjadinya keadaan anomi
dan anomali di segala bidang. Keadaan ini disalahgunakan oleh kelompok dan
golongan untuk kepentingan dan keuntungan dirinya sendiri, sehingga timbul banyak
pergesekan-pergesekkan antar kepentingan yang menyebabkan konflik dan tindakan
intoleransi.

Gejala Intoleransi Beragama Saat Ini

Di internal umat beragama saat ini, sangat banyak sekali berkembangnya


aliran-aliran yang tumbuh bebas tanpa terkendali sehingga banyak mengakibatkan
kasus-kasus yang terjadi di masa reformasi. Seperti pelarangan pembangunan rumah

4 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

ibadah, penyegelan dan perusakan rumah ibadah, kekerasan antar penganut agama,
diskriminasi, pengancaman, dan kasus lainnya. Bahkan selama April – Juni 2016,
Komnas HAM telah menerima pengaduan dugaan pelanggaran atas KBB
(Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan). Sementara itu, kasus-kasus yang
ditangani KOMNAS HAM sendiri sebagai lembaga resmi, juga banyak yang tidak
berakhir dengan tuntas, terkait dengan tanggung jawab badan-badan pemerintahan
terkait untuk tindak lanjutnya.

Akibatnya gairah masyarakat untuk melaporkan kasus kekerasan atau


tindakan intoleransi beragama juga menurun, bukan karena kasus sebelumnya
terselesaikan atau tidak terjadi lagi, melainkan karena sikap apatis dan menjadi tidak
peduli lagi. Bahkan karena itu, pada tahun 2013 KOMNAS HAM menyatakan bahwa
Indonesia sedang menghadapi “Keadaan Darurat HAM”.

Selain itu, faktor SARA, suku, agama, ras dan antar golongan selama masa
reformasi muncul kembali dengan memanfaatkan suasana kebebasan yang
disalahgunakan oleh golongan tertentu. Hal ini memicu banyak sekali kejadian
intoleransi di Indonesia pada era reformasi saat ini.

Beberapa contoh tindakan intoleran antar umat beragama yang di terima


KOMNAS HAM adalah kasus rumah ibadah di Aceh Singkil. Pada 22 April Forum
Cinta Damai Aceh Singkil (Forcidas) kembali menyampaikan pengaduan terkait
adanya diskriminasi pendidikan agama bagi anak Kristen dan vonis terhadap salah
satu umat Kristen yang didakwa melakukan penembakan pada peristiwa pembakaran
Gereja pada 13 Oktober 2015 lalu. Sedangkan pada tanggal 6-8 April 2016, pelapor
khusus melakukan konsultasi dengan FKUB Provinsi Bali, Kantor Wilayah
Kengerian Agama Bali, pengurus Mushalla Assyafiiyah dan berbagai pihak terkait
yang mempermasalahkan proses perijinan mushalla.

Ketuhanan Yang Maha Esa pada Pancasila

Kegelisahan yang timbul belakangan ini timbul karena maraknya kasus-kasus


yang menyangkut kehidupan umat beragama di Indonesia. Indonesia sejak lahir telah

5 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

memiliki beragam latar belakang budaya, bahasa, suku, etnis, tradisi dan agama.
Tidaklah berlebihan jika para Founding Fathers kita memutuskan untuk menjadikan
Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara. Pancasila bukanlah sekedar ideologi
negara, tetapi harus dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia. Jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia sangat cocok dengan Pancasila. Sila pertama dengan tegas
mengatakan bahwa Indonesia memiliki dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

Maksud dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bangsa indonesia, apapun
agama dan kepercayaannya, percaya dan mengimani bahwa Tuhan itu ada dan
berdaulat bagi negara ini. Sedangkan Yang Maha Esa berarti umat beragama di
Indonesia sama-sama mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Adil,
Maha Suci, Maha Besar, dan Maha Kasih yang patut dijunjung tinggi oleh semua
umat.

Dengan demikian, konflik antar umat beragama harus segera diakhiri karena
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Penistaan terhadap agama apapun juga
tidak dibenarkan, karena intoleransi harus dihapuskan dan dijauhi oleh ormas-ormas
yang memakai agama sebagai alat untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan. Toleransi beragama juga tidak bisa dipahami secara teori saja, akan tetapi
juga harus bertindak secara positif. Sehingga tokoh agama juga sangat berperan
penting untuk menjadi teladan dalam sikap, perkataan dan perbuatan.

Toleransi Dalam Perspektif Buddhisme

Agama Buddha sangat menghargai kebebasan setiap manusia untuk memilih


dan menentukan sikapnya sendiri, termasuk keyakinan. Keyakinan agama tidak perlu
dipaksakan, yang penting cara seseorang menjalankan keyakinan untuk kebaikan
bersama dan untuk mengatasi penderitannya. Dalam ajarannya, ajaran tidak
bertujuan mendapatkan pengikut, atau membuat seseorang meninggalkan gurunya,
melepaskan kebiasaan dan cara hidupnya, menyalahkan keyakinan atau doktrin yang
telah dianut. Akan tetapi hanya dengan menunjukkan cara membersihkan noda,
minggalkan hal-hal buruk. Yang menimbulkan akibat menyedihkan dikemudian hari.

6 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

Toleransi dan rasa hormat merupakat dua hal penting yang harus diingat
dalam suatu masyarakat yang multi religius. Seseorang tidak boleh hanya
mengatakan sikap tenggang rasa, tetapi harus berusaha pada setiap kesempatan yang
memungkinkan untuk selalu melaksanakan semangat keramahan dan toleransi. Sebab
semangat itu akan membantu menciptakan suasana yang mengarah pada kehidupan
damai dan serasi.

Kita mungkin tidak dapat memahami atau menghargani nilai-nilai intrinsik


dari upacara atau kebiasaan tertentu yang dilakukan oleh kelompok agama tertentu.
Telah disebutkan bahwa rasa hormat menimbulkan rasa hormat pula, jika kita
mengharap pemeluk agama lain menghormati ibadah agama kita, maka pada
gilirannya kita juga tidak boleh ragu untuk menunjukkan rasa hormat kepada mereka
pada saat mereka melakukan ibadah. Sikap ini akan mendukung hubungan yang
lancar dan ramah dalam suatu masyarakat yang menganut berbagai agama
masyarakat multi religius.

Di Nusantara sendiri toleransi dan kerukunan dapat kita lihat pada negara
kesatuan Nusantara, salah satunya adalah seorang pujangga besar Buddhis Mpu
Tantular telah meletakkan landasan persatuan dan kesatuan rakyat majapahit dengan
syair yang termasuk dalam kitab Sutasoma yang intinya berbunyi “Siwa Buddha
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”, yang artinya kira-kira, ‘ Siwa
Buddha walau beda tetap satu, sebab tidaklah mungkin kebenaran itu mendua’.

Sementara itu di India, seorang raja Buddhis, Raja Asoka telah


mencanangkan dekritnya tentang toleransi dan kerukunan hidup umat beragama,
yang dekritnya itu terkenal dengan nama dekrit Asoka. Dekrit tersebut diukir pada
“Prasasti Raja Asoka” dengan isi: “Bila kita menghormati Agama kita sendiri,
janganlah lalu mencemoohkan dan menghina agama lain. Seharusnya kita
menghargai pula agama-agama lainnya. Dengan demikian agama kita akan
berkembang. Disamping kita juga memberikan bantuan bagi agama-agama lainnya.
Bila berbuat sebaliknya, berarti kita telah menggali liang kubur bagi agama kita
sendir. Disamping kita membuat celaka bagi agama lainnya. Siapa yang
menghormati agamanya tetapi menghina agama-agama lainnya. Dengan demikian

7 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

pikiran bahwa dengan berbuat demikian. Ia merasa telah melakukan ha-hal yan
gbaik bagi agamanya sendiri, maka sebaliknya hal ini akan memberikan pukulan
kepada agamanya dengan serius. Maka karena itu toleransi, kerukunan dan
kerjasama sangat diharapkan sekali dengan jalan suka juga mendengarkan ajaran-
ajaran agama lainnya, disamping ajaran agamanya sendiri”.

Banyaknya agama yang diakui di Indonesia dan banyaknya sekte yang ada
pada masing-masing agama juga banyaknya sekte dan subsekte dalam agama
Buddha membentuk sikap penganutnya dalam keberagamaan. Sikap-sikap tersebut di
antaranya disebut dengan pluralisme dan paralelisme, inklusivisme, eksklusivisme,
serta ada yang menyebutkan eklektisisme, dan universalisme. Selain lima paham
tersebut terdapat sikap toleransi dalam keberagamaan.

Toleransi Beragama di Indonesia

Indonesia mengakui adanya 5 agama yang dianut masyarakatnya, yaitu Islam,


Kristen, Katholik, Budha dan Hindu dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sungguh suatu keberagaman yang cukup banyak. Apalagi bila ditambah dengan
berbagai agama lain yang dianut oleh warga negara asing yang tinggal di Indonesia.
Agama yang dianut warga negara asing selama sesuai dengan aturan yang berlaku di
Indonesia juga harus dihargai. Sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yang
menjadi dasar negara, yaitu Pancasila, maka toleransi beragama di Indonesia
dikembangkan.

Nilai-nilai luhur pancasila tersebut sesuai dengan sila yang tercantum dalam
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. UUD 1945 pasal 29 ayat 2, menguatkan
tentang perlunya toleransi beragama yang harus dilaksanakan di Indonesia “negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Tidak
mudah menjalankan toleransi dalam beragama di Indonesia yang bercampur dengan
perbedaan suku, dan perbedaan-perbedaan lain yang menjadikannya semakin
beragam. Beberapa kali terdengar pergesekan antar umat beragama di Indonesia.

8 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

Yang dengan semangat persatuan dan kesatuan masih bisa diatasi. Beberapa
penyebab munculnya pergesekan dan ketegangan antar umat beragama antara lain,
sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pemeluk agama tentang


agamanya sendiri dan agama orang lain, sehingga yang sering adalah
salah mengambil sikap.
2. Tidak adanya pemahaman yang jelas tentang memegang teguh keyakinan
beragama dan toleransi. Misalnya, pemahaman toleransi dalam beribadah
adalah membiarkan orang ayng beragama berbeda menjalankan ibdahnya,
tidak termasuk ikut serta dalam ibadah satu perayaan agama orang lain.
3. Sifat dari setiap agama yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah,
berarti dapat mengajak orang lain atau menasehatinya untuk memeluk
agama yang dianutnya. Selama hal tersebut tidak dilakukan dengan
memaksa dan tidak dengan menghina agama lain dan penjelasan yang
sesuai logika, maka tidak akan menimbulkan ketegangan.
4. Kurangnya saling menghargai dalam perbedaan pendapat, sehingga
terkadang emosi ikut terbawa dalam perdebatan yang tidak sehat. Saling
mencurigai antar contoh sikap toleransi antar umat beragama yang
berlebihan.
5. Para pemeluk agama yang tidak dapat mengontrol diri sehingga dapat
memandang rendah agama orang lain. Misalnya, ketidaksetujuan atas
ajaran agama orang lain yang dilakukan dengan cara mencaci maki.

Penerapan Toleransi

Untuk menghindari hal-hal di atas maka wujud toleransi harus lebih nyata
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Setiap umat beragama
hendaknya dapat memahami agamanya lebih baik, sehingga akan lebih baik pula
bersikap terhadap orang yang berbeda agama. Persatuan di atas perbedaaan atau
pluralitas hanya dapat tercapai jika masing- masing kelompok yang berbeda dapat

9 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

saling berlapang dada. Manfaatnya pun untuk kehidupan diri kita sendiri. Manfaat
tersebut antara lain:

Setelah secara rinci kita memahami makna toleransi, sebab-sebab terjadinya


pergesekan antar contoh sikap toleransi antar umat beragama di Indonesia, dan
manfaat toleransi beragama secara umum, sebaiknya kita mengetahui wujud nyata
toleransi dalam beragama. Hal ini diperlukan, agar kita lebih mengetahui dan dapat
melaksanakan toleransi beragama dengan lebih mudah. Wujud nyata tersebut
tercermin dalam contoh sikap toleransi dalam beragama di masyarakat. Contoh-
contohnya, sebagai berikut:

1. Menghormati Hak dan Kewajiban Antar Umat Beragama

Hak dan kewajiban umat beragama di Indonesia pada dasarnya


sama, yaitu hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Oleh karena itu,
saling menghormati merupakan contoh pertama sikap toleransi beragama.

2. Membangun dan Memperbaiki Sarana Umum

Membangun jembatan di suatu desa, memperbaiki jalan kampung


bersama-sama dapat dilakukan bersama-sama tanpa membedakan
perbedaan agama yang dianut.

3. Membantu Korban Kecelakaan dan Bencana Alam

Membantu korban bencana alam dan korban kecelakaan juga


merupakan bentuk toleransi dalam beragama. Ketika membantu dan
menolong sesama, seseorang tidak ditanyakan apa agamanya terlebih
dahulu baru dibantu. Atau sebaliknya, orang yang mau membantu tidak
akan ditanyakan apa agama yang dianutnya.

4. Gotong Royong Membersihkan Kampung

Secara bersama-sama masyarakat dapat membersihkan kampung


atau desanya. Kampung adalah milik bersama yang harus dipelihara

10 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

kebersihannya tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang diyakini


seseorang.

5. Menghormati Ibadah Orang Lain

Saling menghormati orang yang sedang melakukan ibadah


menjadi faktor yang penting toleransi beragama. Contohnya, jika hari
raya Nyepi di Bali, maka seluruh masyarakatnya ikut menghormati
dengan berdiam diri di rumah masing-masing tanpa membedakan
agamanya. Begitu pula jika hari Raya Idul Fitri, ummat Islam tidak
diganggu kegiatan ibadah sholat Iednya yang memang akan lebih ramai
dari sholat biasa.

6. Tidak Memaksakan Agama Kepada Orang Lain

Meskipun tiap agama pada dasarnya mempunyai misi dakwah


atau mengajak orang lain, tetap perlu disadari misi dakwah tidak bersifat
memaksa. Apalagi orang tersebut sudah memiliki agama yang
diyakininya.

7. Saling Menyayangi

Meskipun berbeda agama, dengan tetangga atau teman tetap saling


menyayangi. Karena kita sama Bangsa Indonesia. Dengan saling
menyayangi, kita juga dapat memperluas pergaulan dan pengetahuan
dengan tidak terbatas ruang dan waktu. Selama teman tersebut tidak
bertentangan dengan aturan di negara Indonesia.

Beberapa contoh sikap toleransi yang terjadi di Indonesia adalah ketika


Gereja Katedral Jakarta yang memundurkan jadwal misa Minggu pagi dan
menyiapkan lahan parkir bagi jemaah Muslim yang akan melaksanakan salat led di
Mesjid Istiqlal pada hari Minggu, 25 Juni 2017. Hal ini sangat memberi dampak
besar dan semangat nasionalisme dalam hal toleransi umat beragama.

11 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU
TOLERANSI BERAGAMA
DI INDONESIA

Kesimpulan

untuk menjadi negara yang damai, aman dan harmonis perlu adanya perhatian
lebih tentang toleransi dan kerukunan umat dalam hidup beragama. Karena seperti
yang diketahui, Indonesia adalah negara dengan beragam suku, bangsa, budaya dan
agama. Sehingga tidak heran untuk menjaga kestabilan perlu pemahaman khusus
yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat. Selain itu, kebebasan yang diatur
dalam hukum di Indonesia juga tidak boleh disalahgunakan, baik dalam segi politik
ataupun kehidupan sehari-hari. Hendaknya bukan hanya pemerintah mengetahui akar
permasalahan dan menjaga maraknya sosial media yang menebarkan kebencian
ataupun menyebabkan sikap intoleransi antar agama, akan tetapi seluruh rakyat
Indonesia perlu memahami betapa pentingnya kehidupan yang sejalan dengan
Pancasila.

Daftar Pustaka

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/

http://www.jimly.com/makalah/namafile/129/INTOLERANSI_BERAGAMA.pd
f

http://digilib.uinsby.ac.id/10995/4/bab%202.pdf

https://pgsd.binus.ac.id/2017/01/12/in-toleransi-umat-beragama-di-indonesia/

http://news.liputan6.com/read/3002555/gereja-katedral-siapkan-lahan-parkir-
untuk-jemaah-salat-id-besok

http://nasional.kompas.com/read/2016/07/01/05050071/Ini.11.Kasus.Pelanggara
n.Kebebasan.Beragama.atau.Berkeyakinan.3.Bulan.Terakhir?page=all

https://media.neliti.com/media/publications/40295-ID-kerukunan-antar-umat-
beragama-dalam-pandangan-agama-buddha.pdf

https://guruppkn.com/contoh-sikap-toleransi-antar-umat-beragama

12 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


UNI 4211 ARSITEKTUR USU

Anda mungkin juga menyukai