membaca
dan membantu menyukseskan UTS kedua
Adhiganadya
Penyusun:
Clarecce Mangatur Sirait (2-27)
Dianisa Wahyuning Indraswari (2-07)
Mei Ribka Anantasa Br Saragih (2-26)
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. (UU No. 17 Tahun 2003
Pasal 1(1)).
3
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Paket
UU
Keuang
-an
Negara
ICW, IBW,
IAR
1. Kolonial.
Indische Comptabiliteitswet (ICW ) ditetapkan 1864 dan mulai berlaku 1867, selain
itu ada Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan
Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381, serta
Insctructie en verdere bapelingen voor Algemeene Rekenkamer (IAR) stbl. 1933
No.320. Algemene Rekenkamer mempunyai kewenangan yang luas terhadap
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Hindia Belanda yang kedudukan-nya
berada di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda
2. Era Kemerdekaan s.d. 2003.
ICW, IBW, dan RAB tetap digunakan, s.d. 2003. ICW terakhir ditetapkan sebagai
UUPI/UU Perbendaharaan Indonesia dengan UU No 9 Tahun 1968.
3. Reformasi Keuangan.
Lahirnya UU Paket KN tahun 2003 dan 2004 diharapkan dapat mengakomodasikan
berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan dan pengelolaan
keuangan pemerintahan.
D. Landasan Hukum/ Dasar Hukum berlakunya Hukum Keuangan
Negara
Paket RUU Keuangan Negara disiapkan oleh Tim ke XIV dan diajukan kepada DPR
pada 29 Sept. 2000
1. UU Keuangan Negara (UU Nomor 17/2003, 5 April 2003) tentang Keuangan
Negara
2. UU Perbendaharaan Negara (UU Nomor 1/2004, 14 Januari 2004) menggantikan
ICW & RAB tentang Perbendaharaan Negara
4
HUKUM KEUANGAN NEGARA
5
HUKUM KEUANGAN NEGARA
6
HUKUM KEUANGAN NEGARA
7
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Presiden
(sebagai CEO)
8
HUKUM KEUANGAN NEGARA
9
HUKUM KEUANGAN NEGARA
10
HUKUM KEUANGAN NEGARA
7. Pasal 7 UU 17/2003
8. Pasal 8 UU 17/2003
9. Pasal 9 UU 17/2003
E. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
11
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Perwakilan Rakyat.
F. Siklus APBN
12
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Nurauliasari
13
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP)
20 tahun RPJM Nasional
dijabarkan menjadi
Rencana Pembangunan Rencana Kerja (Renja)
Jangka Menengah K/L
(RPJM)
5 tahun RPJM Daerah
Rencana
dijabarkan menjadi
Pembangunan
Renja-SKPD
RKP
dijabarkan menjadi
Rencana Strategis
Rencana Kerja (Renstra) K/L
Pemerintah (RKP)
1 tahun
RKP Daerah dijabarkan
menjadi Renstra-SKPD
*catatan: RPJMN disesuaikan dengan visi dan misi Presiden yang memerintah saat itu.
14
HUKUM KEUANGAN NEGARA
Evaluasi
Penetapan
Pelaksanaan
Rencana
Rencana
Pengendalian
Pelaksanaan
Rencana
1. Penyusunan Rencana
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan.
2) Musyawarah perencanaan pembangunan.
3) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan
(RPJM nasional/daerah dan RKP/RKPD)
1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan.
2) Penyiapan rancangan rencana kerja.
3) Musyawarah perencanaan pembangunan.
4) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana
Rencana Rencana Pembangunan Rencana Pembangunan
Pembangunan Jangka Menengah Tahunan
Jangka Panjang (RPJM)
(RPJP)
1. RPJP Nasional 1. RPJM Nasional 1. RKP ditetapkan
ditetapkan dengan ditetapkan dengan dengan Peraturan
Undang-Undang. Peraturan Presiden Presiden.
2. RPJP Daerah paling lambat 3 (tiga) 2. Renja-K/L ditetapkan
ditetapkan dengan bulan setelah Presiden dengan peraturan
Peraturan Daerah. dilantik. pimpinan
2. Renstra-KL ditetapkan Kementerian/Lembaga
dengan peraturan setelah disesuaikan
pimpinan dengan RKP
Kementerian/Lembaga 3. RKPD ditetapkan
setelah disesuaikan dengan Peraturan
dengan RPJM Kepala Daerah.
Nasional. 4. Renja-SKPD
3. RPJM Daerah ditetapkan dengan
ditetapkan dengan peraturan pimpinan
Peraturan Kepala Satuan Kerja
15
HUKUM KEUANGAN NEGARA
16
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. Siklus APBN
Perencanaan
dan
Penganggaran
APBN
Pemeriksaan dan
Pertanggungjaw Penetapan APBN
aban APBN
Pelaporan dan
Pelaksanaan
Pencatatan
APBN
APBN
a. Perencanaan dan Penganggaran APBN
Periode: Januari-Juli
1) Perencanaan APBN
a) Perumusan Kebijakan Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-
Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF).
b) Penyusunan Resource Envelope (kapasitas pemerintah
dalam melakukan pembangunan).
c) Penetapan Pagu Indikatif.
d) Trilateral Meeting (pertemuan antara Menteri Keuangan,
Kepala Bappenas, dan Menteri Teknis untuk membahas
anggaran yang bersifat inisiatif strategis/baru).
2) Penganggaran APBN
a) Penetapan Pagu Anggaran.
b) Penelaahan RKA-K/L.
c) Penyusunan RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan, dan
himpunan RKA-K/L.
b.Pembahasan APBN
Periode : Agustus-Oktober
1) Pidato Presiden pada 16 Agustus menyampaikan
RUU APBN tahun anggaran yang direncanakan beserta nota
keuangannya.
17
HUKUM KEUANGAN NEGARA
c. Penetapan APBN
Periode: Akhir Oktober
1) Penetapan Pagu Definitif.
2) Penetapan RKA-K/L.
3) Penetapan Keputusan Presiden sebagai rincian APBN.
4) Penetapan UU APBN dan DIPA.
d.Pelaksanaan
1) Pencairan anggaran.
2) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran.
18
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. Asas Anggaran
Terdiri atas asas-asas umum dan asas-asas baru.
a. Asas-asas umum
1) Asas tahunan : masa berlaku atau periode anggaran adalah untuk
tahun tertentu.
2) Asas universalitas : transaksi keuangan tampil utuh dalam
dokumen anggaran.
3) Asas kesatuan : semua pendapatan dan belanja disajikan dalam
satu dokumen anggaran.
4) Asas spesialitas : anggaran terinci secara jelas peruntukannya.
b.Asas-asas baru pencerminan best practice
1) Akuntabilitas berorientasi pada hasil: setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat/rakyat.
19
HUKUM KEUANGAN NEGARA
3. Prinsip Anggaran
a.Tertib, disiplin dan efisien
Efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan, serta hasilnya harus sepadan atau lebih besar dari
biaya atau masukan.
b.Taat pada peraturan perundang-undangan
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedia penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia
anggarannya.
c. Ekonomis
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.
d.Efektif
Dana yang tersedia dan upaya pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil)
dari perencanaan atas alokasi biaya atau masukan/input yang telah
ditetapkan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan
masyarakat, juga harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja pada
setiap unit kerja yang terkait.
4. Klasifikasi Anggaran
Dibagi berdasarkan fungsi, subfungsi, program, dan subprogram
a. Fungsi: ada 11
Perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu
b.Subfungsi: ada 79
Mencerminkan tugas Kementerian/Lembaga (K/L) sbg bagian dari
Pemerintah.
c. Program: ada 441
Mencerminkan tugas pokok dan fungsi Unit Eselon 1.
d. Subprogram: ada >2500
Mencerminkan tugas pokok dan fungsi tiap Satuan Kerja.
Contoh:
20
HUKUM KEUANGAN NEGARA
H. Kewenangan Bappenas
1. Pengambilan Kebijakan
a. Perencanaan : Penyusunan rencana pembangunan nasional (RPJPN,
RPJMN, RKP).
b.Penganggaran : Penyusunan alokasi pendanaan (pagu indikatif).
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan nasional.
d.Penanganan permasalahan mendesak dan berskala besar, sesuai penugasan
Presiden.
2. Koordinasi
a. Koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan
pembangunan.
b.Koordinasi pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri
serta pengalokasian dana pembangunan bersama K/L terkait.
c. Koordinasi kegiatan strategis penanganan permasalahn mendesak dan
berskala besar, sesuai penugasan Presiden.
3. Think-Tank
a. Pengkajian kebjakan di bidang perencanaan pembangunan, dan kebijakan
lainnya.
b.Fasilitasi pembinaan instansi/unit perencanaan di pusat dan di daerah.
c. Kerjasama dengan perguruan tinggi dan organisasi profesi.
4. Administrasi
a. Pengelolaan dokumen perencanaan.
b.Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan pelaksanaan
pembangunan.
c. Penyusunan dan pengelolaan laporan hasil evaluasi.
d.Pembinaan dan pelayanan administrasi umum.
21
HUKUM KEUANGAN NEGARA
satuan kerja yang akan dilaksanakan selama satu tahun anggaran, dirinci
menurut program dan kegiatan serta keluaran yang akan dihasilkan.
b.Instrumen pengalokasian dana dalam RKA-KL :
1) Visi dan Misi Kementerian Negara/Lembaga.
2) Peraturan yang terkait dengan penyusunan RKA-KL.
3) Skala Prioritas.
4) Standar Biaya Umum dan Standar Biaya Khusus.
5) TOR dan RAB.
6) Data pendukung lainnya yang dapat dipertanggung-jawabkan
c. Menjadi acuan dalam menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) yg menjadi dasar pelaksanaan anggaran.
d.Penyusunan RKA-KL merupakan bagian terpenting dalam penganggaran,
karena menentukan efektivitas dan efisiensi suatu kegiatan.
e. Merupakan dokumen tindak lanjut dari dokumen perencanaan karena
dasar penyusunan RKA-K/L adalah dokumen Renja K/L.
f. Proses penyusunan RKA-K/L:
22
HUKUM KEUANGAN NEGARA
23
HUKUM KEUANGAN NEGARA
24
HUKUM KEUANGAN NEGARA
25
HUKUM KEUANGAN NEGARA
-Conrad Hilton
26
HUKUM KEUANGAN NEGARA
27
HUKUM KEUANGAN NEGARA
28
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. KPA
a. KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
b. Tugas dan Wewenang KPA
1) Dalam pengelolaan anggaran belanja negara pada satuan kerja, fungsi KPA
lebih berperan dalam segi manajerial untuk mencapai kinerja yang telah
ditetapkan dalam DIPA.
2) Fungsi manajerial tersebut meliputi antara lain fungsi perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Dalam prakteknya fungsi-
fungsi tersebut dilaksanakan oleh KPA dalam bentuk tugas dan wewenang,
sebagai berikut:
a) Menyusun DIPA
b) Menetapkan PPK dan PPSPM
c) Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengelola anggaran/keuangan
d) Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
e) Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana
f) Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran
g) Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
3. Pejabat Pembuat Komitmen
a. PPK melaksanakan kewenangan KPA dgn mempedomani rencana
pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, standar operasional,
sistem pengawasan dan pengendalian, dan monitoring dan evaluasi yang
telah ditetapkan oleh KPA.
b. Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang:
1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
2) Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3) Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa;
4) Melaksanakan kegiatan swakelola;
5) Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya;
6) Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7) Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
Negara;
8) Membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
9) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
29
HUKUM KEUANGAN NEGARA
30
HUKUM KEUANGAN NEGARA
3. Bendahara Pengeluaran
a. Menteri/Pimpinan Lembaga mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiap Satker
untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja.
b. Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada
kepala Satker. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dan pendelegasian
kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran ditetapkan dengan surat
keputusan.
c. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
d. Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
e. Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran setelah terlebih dahulu dilakukan
pengujian atas perintah pembayaran yang disampaikan PPK yang meliputi:
1) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK
2) Memeriksa kebenaran atas hak tagih, meliputi: Pihak penerima pembayaran,
nilai tagihan, jadwal pembayaran; dan ketersediaan dana yang bersangkutan
3) Memeriksa kesesuaian pencapaian keluaran
4) Memeriksa dan menguji ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).
4. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
a. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala Satker
dapat menunjuk 1 (satu) atau beberapa BPP untuk membantu Bendahara
Pengeluaran dalam melaksanakan tugas kebendaharaan.
b. BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara
Pengeluaran.
Merry Riana
31
HUKUM KEUANGAN NEGARA
e. Bendahara Penerimaan
f. Bendahara Pengeluaran
33
HUKUM KEUANGAN NEGARA
34
HUKUM KEUANGAN NEGARA
b.Pedoman lebih lanjut pengelolaan uang negara / daerah diatur oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK).
c. Pelaksanaan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur Peraturan Daerah
(Perda).
6. Pengelolaan Uang Negara dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara (BUN).
7. Pengelolaan uang negara dapat dirinci ke dalam:
a. Pengelolaan Kas Umum Negara
b.Pelaksanaan penerimaan negara oleh K/L
c. Pengelolaan uang persediaan untuk K/L
8. Uang Negara meliputi rupiah dan valuta asing.
9. Uang negara bisa terdiri atas uang dalam:
a.Kas Negara.
b.Bendahara Penerimaan/Pengeluaran K/L.
10. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa BUN
untuk melaksanakan sebagian wewenang BUN dan tugas kebendaharaan yang
berkaitan dengan pengelolaan uang dan surat berharga.
Kuasa BUN meliputi:
a. Kuasa BUN Pusat: Direktur Jenderal Perbendaharaan.
b.Kuasa BUN Daerah: Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
11. Terkait pengelolaan uang negara terdapat ketentuan bahwa siapapun tidak
diperkenankan melakukan penyitaan terhadap :
a. Uang dan surat berharga milik negara, baik yang berada pada instansi
pemerintah maupun pihak ketiga.
b.Uang negara yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara.
kecuali ada izin Pengadilan untuk barang bukti atas suatu kasus pidana di
Pengadilan.
12. Implementasi Pengelolaan Uang Negara/Daerah
a.Treasury Single Account (TSA)/Rekening Tunggal Perbendaharaan
Suatu rekening yang digunakan untuk melakukan pengelolaan penerimaan
dan pengeluaran negara, dimana saldo kas penerimaan dan pengeluaran
tersebut dikonsolidasikan dalam rangka transaksi keuangan pemerintah.
b.Cash Forecasting/ Perencanaan Kas
Meliputi penjadwalan kapan pendapatan akan diterima dan kapan
pembayaran (atas belanja) akan jatuh tempo.
13. Tantangan dalam Pengelolaan Uang Negara/Daerah
a. Kesiapan sumber daya manusia.
b.Koordinasi dengan Bank Indonesia.
c. Sistem informasi yang belum memadai.
d.Kondisi geografis Indonesia.
e. Perubahan pola pikir.
35
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. Performance based management: kita melihat output apa yang akan dicapai,
baru menyediakan inputnya (money follow function).
3. Terdapat perubahan konsep manajemen keuangan meliputi : perubahan di
bidang perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.
4. Target kinerja dengan capaian kinerja sinkron dengan muatan-muatan dalam
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban yang
mencakup program, kegiatan, keluaran dan hasil.
5. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
a. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah.
b.SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,
utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yangditetapkan dalam APBN/APBD.
c. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas
dana berbasis akrual. (*catatan:kita menggunakan ini)
6. Entitas Akuntansi dan Pelaporan
a. Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola
anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
b.Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang
undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan
keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:
1) Pemerintah pusat.
2) Pemerintah daerah.
3) Masing-masing K/L di lingkungan pemerintah pusat.
4) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
7. Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.
Laporan keuangan digunakan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
b.Manajemen
c. Transparansi
d.Keseimbangan Antargenerasi
e. Evaluasi Kinerja
8. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
b.Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
c. Laporan Operasional (LO)
37
HUKUM KEUANGAN NEGARA
38
HUKUM KEUANGAN NEGARA
39
HUKUM KEUANGAN NEGARA
42
HUKUM KEUANGAN NEGARA
3. Jenis-Jenis Utang
J. Investasi Pemerintah
1. Pengertian Investasi Pemerintah
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang
dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan
Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau
manfaat lainnya.
2. Tujuan Investasi
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum.
3. Larangan Investasi
Investasi tidak boleh berada di luar ranah hukum keuangan negara
karena terkait dengan kedaulatan rakyat yang dijelmakan dalam bentuk
anggaran. Pada investasi yang akan dilakukan hendaknya harus dilakukan
pengkajian mendalam agar negara tidak mengalami kerugian.
4. Jenis-Jenis Investasi
44
HUKUM KEUANGAN NEGARA
45
HUKUM KEUANGAN NEGARA
-Thomas Paine
46
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. Dasar Pendanaan
Siklus pengadaan (Procurement life cycle):
a. Requirement Determination
Menentukan kebutuhan barang atau jasa yang akan dibeli berdasarkan kebutuhan
perusahaan/organisasi sesuai dengan pedoman permintaan barang / sop masing-
masing departemen
b. Source Determination
47
HUKUM KEUANGAN NEGARA
48
HUKUM KEUANGAN NEGARA
D. Etika Pengadaan
1. Tertib dan tanggung jawab : melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa
tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang/jasa.
2. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan dokumen
pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan tidak sehat.
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis para pihak.
5. Menghindari Conflict of Interest : menghindari dan mencegah terjadinya
pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa
49
HUKUM KEUANGAN NEGARA
E. Jenis-Jenis Pengadaan
1. Pengadaan Barang
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
Mudahnya adalah barang merupakan sesuatu yang sudah jadi. Tinggal dibeli dan
langsung dapat dipakai. Misalnya : pembelian alat tulis kantor, kendaraan
bermotor sehari - hari, komputer built in, atau software komersial yang sudah ada
di pasaran, misalnya : Microsoft Office, Adobe, Sistem Operasi Windows, dan
sebagainya.
2. Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Contoh dari pekerjaan konstruksi adalah seperti yang telah diterangkan di atas.
Misalnya mobil dengan spesifikasi khusus yang tidak ada di pasaran. Dapat juga
kapal, maupun pesawat, dan alat transportasi lainnya dengan spesifikasi khusus.
Disamping itu, pembangunan properti seperti kantor, gedung, jembatan, dan
sebagainya juga masuk dalam kategori ini. Inti dari pekerjaan konstruksi adalah
membangun atau merakit wujud fisik sesuatu yang sesuai dengan si pemesan.
3. Jasa Konsultansi
Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).Contoh dari jasa konsultansi dalam kegiatan pemerintahan yang
paling mencolok adalah pekerjaan perencanaan. Entah itu perencanaan tata ruang,
perencanaan sosial, dan sebagainya.
Disamping itu, ada beberapa jasa konsultansi yang biasa ada pada kegiatan
perencanaan. Misalnya jasa arsitek yang biasa disebut dengan konsultan
bangungan, dan ada pula pembuatan sistem informasi teknologi. Khusus tentang
pembuatan sistem informasi, walaupun output dari kegiatan ini adalah adanya
barang tidak berwujud yang disebut software, namun pekerjaan pembuatan sistem
informasi masih dimasukkan dalam kategori jasa konsultansi.
50
HUKUM KEUANGAN NEGARA
4. Jasa Lainnya
Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Sebenarnya, contoh dari kegiatan jasa lainnya ini sangatlah luas. Untuk mudahnya
adalah semua kegiatan yang tidak masuk dalam kategori 3 sebelumnya.
Sedangkan contoh yang paling sering ditemui dalam kegiatan pemerintahan adalah
jasa kebersihan atau keamanan gedung, jasa transportasi dan penyewaan
kendaraan, hotel, penyelenggaraan pameran kegiatan, dan sebagainya.
51
HUKUM KEUANGAN NEGARA
52
HUKUM KEUANGAN NEGARA
53
HUKUM KEUANGAN NEGARA
54
HUKUM KEUANGAN NEGARA
10. Yang dimaksud keadaan tertentu dalam pelaksanaan penunjukan langsung adalah:
Penanganan darurat yang tidak bisa direncanakan sebelumnya dan waktu penyelesaian
pekerjaannya harus segera/tidak dapat ditunda untuk:
(1) pertahanan negara;
(2) keamanan dan ketertiban masyarakat;
(3) keselamatan/perlindungan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya
tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera, termasuk akibat bencana alam
dan/atau bencana non alam dan/atau bencana sosial, dalam rangka
pencegahan bencana, dan/atau akibat kerusakan sarana/prasarana yang
dapat menghentikan kegiatan pelayanan publik.
(4) pekerjaan penyelenggaraan penyiapan konferensi yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil
Presiden;
(5) Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri
Pertahanan serta kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban
masyarakat yang ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
11. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat
dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu)
pabrikan, 1 (satu) pemegang hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari
pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk
mendapatkan izin dari pemerintah.
55
HUKUM KEUANGAN NEGARA
C. Jenis-Jenis Perikatan
1. Perikatan Menurut Cara Pembayaran
a. Lump Sum
Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti
dan tetap,
b. Kontrak harga satuan
Kontrak harga satuan adalah berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk
setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya
didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-
benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
c. Kontrak Gabungan Lump Sum Dan Harga Satuan
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang merupakan
gabungan dua sifat kontrak yaitu lump sum dan harga satuan dalam satu
pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Kontrak Terima Jadi
Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga
pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama
maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja
yang telah ditetapkan
56
HUKUM KEUANGAN NEGARA
e. Kontrak Persentase
Kontrak persentase adalah kontrak berdasarkan persentase tertentu dari nilai
pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut.
2. Perikatan Menurut Jenis Pekerjaan
a. Perencanaan tunggal : hanya terdiri dari satu pekerjaan , yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, atau pengawasan.
b. Perencanaan terintegrasi : bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan/atau pengawasan
3. Perikatan Menurut Pembebanan Tahun Anggaran
a. Tahun tunggal : satu tahun anggaran
b. Tahun jamak : lebih dari satu tahun anggaran
4. Perikatan Menurut Sumber Pendanaan
a. Kontrak pendanaan tunggal : kontrak yang dibuat oleh satu PPK dengan satu
penyedia
b. Kontrak pengadaan bersama : Kontrak antara beberapa PPK dengan satu
Penyedia Barang/Jasa
c. Kontrak payung : Kontrak harga satuan antara pemerintah dengan Penyedia
Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, yang pembayarannya
dilakukan oleh setiap PPK atau Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil
penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata.
57
HUKUM KEUANGAN NEGARA
2. Ketentuan Swakelola
Swakelola terbagi menjadi beberapa tahap, diantaranya adalah
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan, Penyerahan, PC.serta laporan
dan Pertanggungjawaban.
Swakelola terbagi juga menjadi 3, yaitu Swakelola oleh K/L/D/I
penanggungjawab anggaran, Swakelola oleh instansi pemerintah lain,
dan Swakelola oleh kelompok masyarakat. Dalam swakelola oleh
penanggungjawab anggaran semua direncanakan, dikerjakan, dan
diawasi oleh K/L/D/I, menggunakan pegawai sendiri dan pegawai
K/L/D/I lain yang tidak melebihi 50% dari keseluruhan pegawai
K/L/D/I yang terlibat.
Sedangkan dalam swakelola oleh instansi pemerintah lain perencanaan
dan pengawasan dilaksanakan oleh K/L/D/I namun untuk
pelaksanaannya dilakukan oleh K/L/D/I lain. Kemudian dalam
swakelola oleh kelompok masyarakat seluruh perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan dilakukan oleh kelompok masyarakat.
Sasaran ditentukan oleh K/L/D/I dan pekerjaan utama tidak boleh
menggunakan subkontrak.
Tahapan Pengadaan dengan Swakelola:
a. Tahapan Perencanaan
PPK mengadakan kontrak dengan pelaksana swakelola pada instansi pemerintah
lain, atau dengan pelaksana swakelola pada kelompok masyarakat.
Kontrak swakelola paling kurang atau minimal berisi :
a. Para pihak
b. Pokok pekerjaan yang diswakelolakan
c. Nilai pekerjaan yang diswakelolakan
d. Jangka waktu pelaksanaan
e. Hak dan kewajiban para pihak
b. Tahapan Pelaksanaan
1. Pekerjaan mengacu pada :
a. Rincian Kerangka Acuan Kerja (KAK)
b. Kontrak/MoU untuk swakelola yang dilakukan oleh instansi pemerintah
lain dan kelompok masyarakat
2. Pengadaan barang, peralatan, jasa lainnya, dan/atau tenaga ahli perseorangan
dilakukan oleh:
a. ULP/Pejabat Pengadaan pada instansi Penanggungjawab Anggaran atau
Instansi Pemerintah lain
58
HUKUM KEUANGAN NEGARA
59
HUKUM KEUANGAN NEGARA
a. E-Tendering adalah Tata cara pemilihan penyedia barang atau jasa yang dilakukan
secara elektronik dengan menggunakan SPSE (Sistem Pengadaan Secara
Elektronik) melalui unit LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik), dimulai
dari pengumuman lelang sampai pengumuman penetapan pemenang.
60
HUKUM KEUANGAN NEGARA
4. Prosedur E-Procurement
61
HUKUM KEUANGAN NEGARA
62
HUKUM KEUANGAN NEGARA
63
HUKUM KEUANGAN NEGARA
E. Pengadaan
1. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: efisien, efektif, transparan dan
terbuka, bersaing, adil/ tidak diskriminatif, dan akuntabel;
2. Pengaturan mengenai pengadaan tanah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan pengadaan Barang
Milik Negara/Daerah selain tanah diatur dengan Peraturan Presiden.
F. Penggunaan
1. Status penggunaan barang ditetapkan:
a. Barang milik negara oleh pengelola barang;
b. Barang milik daerah oleh gubernur/bupati/walikota.
2. Penetapan status penggunaan digunakan untuk:
a. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi K/L atau SKPD;
64
HUKUM KEUANGAN NEGARA
G. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah dengan tidak mengubah status kepemilikannya, dalam
bentuk:
a. Sewa:
b. Pinjam pakai:
c. Kerjasama pemanfaatan:
d. Bangun Serah Guna/Bangun Guna Serah.
65
HUKUM KEUANGAN NEGARA
I. Penilaian
1. Dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah,
pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik negara/ daerah.
2. Berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Untuk Tanah/Bangunan Untuk Selain Tanah/Bangunan
Penilaian dilakukan oleh tim Penilaian dilakukan oleh tim
(ditetapkan oleh pengelola barang) (ditetapkan oleh pengguna)
Dapat melibatkan penilai independen
Tujuan untuk mendapatkan nilai wajar, Tujuan untuk mendapatkan nilai
dengan estimasi terendah menggunakan wajar
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
J. Penghapusan
1. Penghapusan adalah tindakan menghapus catatan Barang Milik
Negara/Daerah dari:
a. Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna oleh pengguna
barang;
b. Daftar Barang Milik Negara/Daerah oleh pengelola barang.
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang.
2. Tujuan Penghapusan:
Membebaskan kuasa pengguna dan/atau pengguna dan/atau pengelola
barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada
dalam penguasaannya.
3. Penghapusan Barang Milik Negara/Daerah dari Daftar Barang Pengguna
dilakukan dalam hal:
a. Penyerahan kepada pengelola barang;
b. Pengalihan penggunaan kepada pengguna lain;
c. Pemindahtanganan kepada pihak lain;
d. Pemusnahan;
e. Sebab-sebab lain.
4. Penghapusan Barang Milik Negara/Daerah dari Daftar Barang Milik
Negara/Daerah dilakukan dalam hal:
a. Sudah beralih kepemilikannya;
b. Pemusnahan;
c. Sebab-sebab lain (hilang, kecurian, terbakar, susut, mencair).
5. Penghapusan Barang Milik Negara/Daerah dengan tindak lanjut pemusnahan,
dilakukan dengan ketentuan:
66
HUKUM KEUANGAN NEGARA
K. Pemindahtanganan
1. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara/Daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.
2. Barang Milik Negara/Daerah yang diperlukan dalam penyelenggaraan
tugas pemerintahan negara tidak dapat dipindahtangankan.
3. Syarat pemindahtanganan tanah Barang Milik Negara/Daerah:
Tanah dan/atau bangunan; dan selain tanah dan/atau bangunan, dilakukan
setelah mendapat persetujuan DPR/D.
4. Jenis- jenis pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah:
a. Penjualan;
b. Tukar-menukar;
c. Hibah;
d. Penyertaan modal pemerintah:
5. Pemindahtanganan BMN/D berupa tanah dan atau bangunan, dilakukan setelah
mendapat persetujuan DPR/D, kecuali:
a. Tidak sesuai dengan tata ruang wilayah/penataan kota;
b. Anggaran untuk bangunan pengganti sudah tersedia dalam dokumen
anggaran;
c. Untuk kepentingan pegawai negeri;
d. Untuk kepentingan umum;
e. Dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan/ketentuan undang-
undang, yang jika kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara
ekonomis;
6. Kewenangan Pemindahtanganan BMN
a. Tanah dan atau bangunan, yang tidak memerlukan persetujuan DPRD
dilakukan pengelola barang dengan persetujuan
gubernur/bupati/walikota;
b. Selain tanah dan/atau bangunan
1) sampai dengan 5 M dilakukan pengelola barang dengan
persetujuan gubernur/bupati/walikota;
2) di atas 5 M dilakukan pengelola barang dengan persetujuan DPRD.
L. Penatausahaan
1. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Kegiatan dalam Penatausahaan:
a. Pembukuan
1) Merupakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik
Negara/Daerah ke dalam Daftar Barang menurut penggolongan
dan kodefikasi barang, meliputi:
a) Pengguna Barang : Daftar Barang Pengguna (DBP);
67
HUKUM KEUANGAN NEGARA
68
HUKUM KEUANGAN NEGARA
69