Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan
sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Manajemen kelas sangat
berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta
didik) dan fasilitas yang ada.
Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya
adalah suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan belajar. Untuk
mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya pengelolaan
ingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan
lingkungan belajar.
Suasana atau lingkungan belajar yang kondusif akan berpengaruh
pada proses belajar mengajar siswa cenderung mendorong anak untuk belajar
dengan tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan
yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga dapat
terpasilitasi dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sedangkan kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu
mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara
langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah
kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai

1
kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan
mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif
dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan
yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam
kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara
prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni
pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni
pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan
usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding
lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari
kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan
standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas
merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman dalam salah satu
bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran.
Di sini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan
memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan
proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional
mengelola kelas sehingga terciptanyaa suasana kelas yang kondusif guna
menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru
untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.

2
Maka dari beberapa ulasan daan alasan yang sudah di paparkan
diatas, disusunlah maklah tentang bagaimana merancangkan lingkungan
belajar yang efektif dengan memeperhatikan beberapa hal dalam mengelola
lingkungan belajar dan juga mengetahui problem apa saja yang sering ditemui
di dalam pengelolaan kelas untuk bisa membantu para pembaca dalam
mempermudah mengimplementasikan hal tersebut ketika suatu saat menjadi
guru di sebuah lembaga pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, dapat ditulis beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar?
2. Apa Pengertian Pengelolaan Kelas?
3. Apa Saja yang Harus diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan
Belajar?
4. Problem Apa Saja yang Sering ditemui dalam Pengelolaan Lingkungan
Kelas?
5. Bagaimana Hasil Observasi di SMK. Matsaratul Huda Panempan?

C. Tujuan Penulisan
Berangkat dari konteks di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar
2. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Pengelolaan Kelas
3. Untuk Mengetahui Apa Saja yang Harus diperhatikan dalam Pengelolaan
Lingkungan Belajar
4. Untuk Mengetahui Problem Apa Saja yang Sering ditemui dalam
Pengelolaan Lingkungan Kelas
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Hasil Observasi di SMK. Matsaratul Huda
Panempan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar


Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan
akhiran an yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa
disebut juga memenejemen. Menurut suharsimi arikunto pengelolaan adalah
pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan.1
Lingkungan merupakan sumber belajar yang berpengaruh dalam
proses belajar dan perkembangan anak. lingkungan belajar adalah tempat
berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar
terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Menurut Hamalik, lingkungan adalah segala sesuatu yang yang ada di
alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekeliling manusia yang dapat
mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni, adalah ”Segala
sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.
Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik danlingkungan
sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah
saling mendukung, sehingga siswa merasa krasan di sekolah dan mau
mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun
keterpaksaan”.
Jadi lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai
wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan.
Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi
sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau
pendidikan. Tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.

1
Saiful Bahri Djahmarah dan Aswan Zain, Startegi belajar mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 175.

4
Menurut Huta barat lingkungan belajar yaitu lingkungan yanga alami
dan lingkungan sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan
kelembapan udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia.
Menurut dun dan dun kondisi belajar atau lingkungan belajar dpat
mempengaruhi konsentrasi dan penerimaan informsi bagi siswa, jadi
lingkungan belajar adalah lingkungan alami yang diciptakan oleh guru atau
orang lain yang bisa menambah konsentrasi siwa dan pengetahuan siswa secara
efisien.
Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya
adalah suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan belajar. Untuk
mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya pengelolaan
ingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan
lingkungan belajar. Suasana atau lingkungan belajar yang kondusif akan
berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa cenderung mendorong anak
untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan
yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga dapat terpasilitasi
dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pembelajaran bisa berlangsung pada banyak lingkungan yang
berbeda, tidak hanya terikat pada ruang kelas akan tetapi bisa pada lingkungan
umum seperti masjid, museum, lapangan dan juga bisa berlangsung di sarana
dan prasarana sekolahan.2

B. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Kelas


Salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan adalah pengelolaan
kelas. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif bagi anak didik seingga tercapai tjuan pengajaran secara efektif,
efesien dan produktif. Ketika kelas terganggu, guru berusaha

2
Sharon E. Samal Dino dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar, (Jakarta:
Kencana, 2011), hlm. 17.

5
mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar
mengajar.
Dalam konteks yang demikian itulah kirana pengelolaan kelas penting
untuk diketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia
pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan
kelas dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan
dan ‘ankelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah
awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain ari kata pengelolaan adalah
“manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu
“management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.3
Sedangkan kelas menurut Umar Hamalik 91987,311), adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat
pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari seg anak didik,
karena dalam pengertian tersebut ada frase “kelompok orang”. Pendapat ini
sejalan dengan Suharsimi Arikunto yang juga mengemukakan pengertian kelas
dari segi anak didik. Hanya pendapatnya lebih mendalam.
Hadari Nawawi memandang klas dari dua sudut, yaitu:
1) Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,
tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Kelas dalam pengerian tradisional ini mengandung sifat statis
karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat
perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umum
kronologis masing-masing.
2) Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masayarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi
menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam
kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan
siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan
kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
3
Tutut Sholihah, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Citra Grafika Desain, 2008), hlm.
83.

6
Ruang lingkup pengelolaan kelas dapat di klasifikasikan menajdi dua :
1). Pengelolaan kelas yang menfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik, dan
2). Pengelolaan kelas yang menfokuskan pada hal-hal yang bersifat non fisik .
Kedua hal tersebut perlu dikelola dengan baik agar bisa tercipta suasana yang
kondusif sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Adapun
pengelolaan yang bersifat fisik adalah pengadaan dan pengaturan ventilasi,
tempat duduk siswa, alat-alat pelajaran dan lain sebagai inverntaris kelas,
sedangkan pengelolaan yang bersifat non fisik adalah berkaitan dengan
pemberian stimulus daalam rangka membangkitkan dan mempertaahankan
kondisi motivasi siswa untuk secara sadar berperan aktif dan terlibat dalam
proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.4
Setelah memahami tentang konsep dasar manajemen kelas, agar guru
sebagai manajer kelas dapat mengelola kelasnya, guru harus mampu
memahami prinsip-prinsip dan komponen-komponen keterampilan manajemen
kelas.5

C. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar


1) Memahami sifat yang dimiliki siswa.
Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua
anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal
dasar bagi berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan kreatif. Oleh
karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar
menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah
Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap
hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan
dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan
pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

4
Sulistyorini, dkk, Esensi Manajemen Pendidikan Islam : Pwengelolaan Lembaga untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Kalimedia Cetakan I, 2016), hlm. 160-
161.
5
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas : Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang
Kondusif, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Cetakan I, 2013), hlm. 73.

7
2) Memahami perkembangan kecerdasan siswa.
Jean Piaget dalam Syah menjelaskan tentang perkembangan
kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam
empat tahap, yakni:
a. Sensory-motor ( Sensori-motor / 0-2 tahun )
b. Pre-operational ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )
c. Concrete-operational ( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)
d. Formal-operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).
Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang
remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu
khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan
kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan
mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu
tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan
mendalam.6
3) Mengenal siswa secara perorangan.
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual
perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua
siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan
berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa,
apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar
siswa tersebut menjadi optimal.

4) Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar.


Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau
6
Muhibbin Syah, Islamic English : A Competency-based Reading Comprehension, Cetakan Ke-2 (
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hlm. 30-32.

8
membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik
apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka
untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
5) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah.
Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah
karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah.
Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
6) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata
dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena
dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.
7) Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan
dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan
waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah

9
keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan,
dan membuat gambar atau diagram.
8) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik
hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa
teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk
individual. Beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik
antara lain :
a. Memancing aspirasi anak didik
b. Memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptabel
c. Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka,
hadiah, pujian, memberi tugas, hukuman, dll. )
d. Menggunakan metode yang bervariasi.7
9) Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental.
Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa
sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan
para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik
seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena
aktif secara mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara fisik
(phisically active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental.
Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut.
10) Pengelolaan Kelas.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan
maslah tingkah laku yang kompleks dan guru menggunakannya untuk
7
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006
), hlm. 143.

10
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga
anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan
memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas
yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik
dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya
proses belajar mengajar.8
Guru menguasai ruang lingkup pembelajaran, menguasai berbagai
cara mengaktifkan anak yang mendidik dan bermakna menguasai karakteristik
pembelajaran menguasai berbagai cara mengaktifkan anak yang mendidik dan
bermakna, menguasai karakteristik perkembangan anak dan kemampuan dalam
mengendalikan dirinya sendiri dengan baik.9

D. Problem dalam Pengelolaan Lingkungan Kelas


Ruang kelas merupakan lingkungan yang kompleks. Banyak kejadian
bisa terjadi dalam satu waktu sekaligus. Seseorang tidak bisa selalu
memprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. 10 Begitu juga
dengan suatu problem yang akan terjadi daalam lingkungan kelas.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat
individual dan yang bersifat kelompok.

1) Masalah yang bersifat Individual.


Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika

8
Ibid., hlm. 144.
9
Rita Maiyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kenana, 2010), hlm. 22-29.
10
Nancy Mingus, Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Cetakan I,
2011), hlm. 137.

11
seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya
berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang.
1. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar
dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif
ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku
destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang
suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan
kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku
destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang
malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
2. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan
kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif,
tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat,
berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan
yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara
terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat
menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.
3. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas
dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak
menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang
lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang)
terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang
sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau
dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam
pertandingan).

12
4. Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat
tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa
memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya;
bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah
kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi
ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri.
Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.11

2) Masalah bersifat kelompok.


Masalah Kelompok, dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas:
1. Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti
Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok.
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang.
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang
telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru
kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau
protes.
7. Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.12
Kesimpulan terakhir adalah, masalah-masalah yang kerap muncul
biasanya menggangu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid mungkin rebut
sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa izin, bercanda sendiri, dll. Strategi
efektif antara lain adalah:

11
http://astitirahayui.wordpress.com/2012/01/25/629/ Diakses pada tgl.10 April 2018, pkl. 21.00
WIB.
12
http://contohmakalah.info/problematika-masalah-pengelolaan-kelas/ Diakses pada tgl.10 April
2018, pkl. 21.00 WIB.

13
a) Gunakan Isyarata Non Verbal
b) Terus Lanjutkan Aktifitas Belajar
c) Arahkan Perilaku
d) Beri Instruksi yang Dibutuhkan
e) Suruh Murid Berhenti dengan Nada Tegas dan Langsung
f) Beri Murid Pilihan
g) Buat Perjanjian Behavioral
h) Pisahkan atau Keluarkan Murid dari Kelas
i) Kenakan Hukuman atau Sanksi.13

13
Muliani Azis, Manajemen Kelas, (Surabaya : CV. Bintang Cetakan I, 2011), hlm. 27-30.

14
BAB III
PAPARAN DATA HASIL OBSERVASI

A. Profile Sekolah SMK. Matsaratul Huda Panempan


I. Sejarah Didirikannya Madrasah
Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Matsaratul Huda
Panempan Pamekasan tidak terlepas dari keinginan Pengasuh PP.
Matsaratul Huda Panempan Pamekasan atas dasar masukan dan permintaan
dari para santri dan para alumni serta tokoh masyarakat di sekitar panempan
agar di PP. Matsaratul Huda didirikan Sekolah Menengah Kejuruan agar
para santri mendapatkan kebebasan untuk lembaga pendidikan yang sesuai
dengan minat dan bakatnya utamanya yang berorientasi kepada pengetahuan
teknologi secara profesional.
Maka melalui rapat pleno Yayasan pada tanggal 17 Mei 2007
menghasilkan keputusan untuk mendirikan lembaga SMK dilingkungan
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Matsartul Huda (YP3M) Panempan
Pamekasan. Pada waktu itu terpilih Drs. Abd. Bari dan Hafiludin, S.Si.
sebagai kepala dan wakil kepala SMK Matsaratul Huda Panempan
Pamekasan.
Pengelola SMK Matsaratul Huda Panempan Pamekasan
mengajukan izin pendirian ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Jawa Timur melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Pamekasan dengan nomor : 095/5088/441/302/2007 sehingga
terbitlah Ijin Penyelenggaraan Sekolah dengan nomor :
421.5/218/108.09/2007.
Dari tahun ke tahun SMK Matsaratul Huda mengalami kemajuan
baik secara kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, managemen dan
administrasi lambat laun mulai dibenahi. Pada tahun keempat terjadi
perubahan Kepala Sekolah yaitu Hafiludin, S.Si. menggantikan
Drs.Abd.Bari yang dikuti dengan perubahan pengelola yang lain demi
terjalinnya suasana yang lebih sinergi. Pada tahun keempat ini pula, SMK

15
Matsaratul Huda telah terakreditasi dengan Nilai “B” berdasarkan
Keputusan Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Timur
dengan nomor : 073/BAP-SM/TU/X/2010.

II. Kepala Madrasah SMKM Panempan


a. Nama : HAFILUDDIN, S.Si.
b. Tempat/Tgl Lahir : Pamekasan, 10 Oktober 1980
c. Alamat : Dsn. Galisan Rombuh Palengaan Pamekasan
d. Pendidikan Terakhir : S-1
e. Jurusan : Ilmu Komputer di UIM Pamekasan
f. Mulai Mengajar : Tahun 2000-Sekarang
g. Jabatan/Pangkat : PNS/Penata Muda Tk.I (III b)

III. Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan Matsaratul Huda Panempan
Visi : Mewujudkan SDM berimtaq, beretos kerja tinggi dan
berkemandirian.
Misi :1. Mewujudkan potensi pondok pesantren dengan stake holder
sehingga terbentuk SDM yang berkualitas.
2. Membekali siswa dengan keterampilan yang dilandasi dengan
moralitas dan kejujuran yang tinggi.
3. Menguatkan pola managerial sekolah yang berbasis pada
kemandirian, inovatif dan kreatif.

B. Hasil Observasi di SMK. Matsaratul Huda Panempan


Setelah kami melakukan wawancara di lembaga tersebut,
berkenaan dengan bagaimana merancangkan lingkungan belajar yang efektif
dengan poin Bagaimana dengan pandangan mengenai lingkungan belajar dan
lingkungan kelas dan Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan lingkungan belajar serta problem apa saja yang sering ditemui
dalam pengelolaan lingkungan kelas. Kepala Sekolah (Bapak hafiluddin,
S.Si) memberikan beberapa ulasan sebagai berikut:

16
a) Lingkungan belajar yang efektif itu yang tercapai tujuan proses
pembelajarannya, jadi dari proses pembelajaran tercapai tujuan yang
diinginkan itu yang dimaksud efektif termasuk didalamnya
penguasaan kelas bagi guru kemudian suasana yang nyaman bagi
siswa, serta pembelajaran yang efektif itu sudah tecakup didalamnya,
mengapa demikian? karena penguasaan kelas itu sangat dibutuhkan
demi memenuhi dan merangkul karakteristik siswanya untuk
bagaimana dijadikan pengelolaan lingkungan dan kelas yang efektif
lalu suasana yang nyaman bagi siswa harus dinetralisir sebaik
mungkin agar tidak terjadi rasa bosan dalam proses pembelajaran dan
itu adalah tugas seorang guru baik guru itu hanyalah pengajar apalagi
wali kelasnya masing-masing harus menguasai metode yang akan
diterapkan kepada siswanya.14
b) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan
belajar adalah (1). OBJEK : dalam hal ini adalah siswa bagaimana
siswa ini perlu diketahui latar belakang keluarganya, sifat atau
karakteristik siswanya, mengetahui kecerdasan dari masing-masing
siswanya (2). MATERI : dalam hal ini adalah memperhatikan materi
yang akan disampaikan karena materi ini adalah salah satu penunjang
dari berhasilnya proses pembelajaran. (3). PENGELOLAAN KELAS
: dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru/wali kelas dituntut
untuk mampu mengelola kelas dengan berbagai cara atau pendekatan-
pendekatan yang ada misal disela-sela pembelajaran tidak hanya
menyampaikan materi dengan ceramah akan tetapi lebih banyak
menggunakan praktek dan permainan yang bersangkutan dengan
materi. dan yang terakhir adalah (4). ASPEK PENDUKUNG : dalam
hal ini adalah berupa sarana dan prasarananya serta lingkungan yang
bersih, asri dan nyaman.15
c) Problem yang sering ditemui dalam lingkungan kelas adalah : (1). Ada
materi-materi tertentu yang cenderung membosankan, misal seperti
Materi Ceramah tentang Bahasa Indonesia, dan Agama siswa hanya
dituntut untuk menyimak saja tidak ada umpan balik secara langsung
sehingga cenderung mmebosankan. (2). Ketika pelaksanaan praktek
TSM (tekhnik sepeda motor) dan TKJ (tekhnik computer dan
jaringan) terkadang masih ada siswa yang belom memahami teorinya
hingga ketika praktek merasa kebingungan, sehingga dari rasa
bingung itu terkadang menimbulkan rasa malas kepada siswa jadi
untuk itu adalah tugas seorang guru dalam merangkul dan membenahi
siswa yang belom memahami teorinya, dan yang ke (3). Memang ada
materi yang membosankan versus siswa salah satu contoh Matematika
jika memang siswa tidak suka Matematika maka mindset pertama
yang muncul adalah tidak senang dan berperilaku yang sangat
menjengkelkan, andai matematika bisa dihapus ya mungkin lebih
senang lagi bagi yang tidak suka karena membosankan ini guru
dituntut untuk membuat suasana yang menyenangkan dari merubah

14
Wawancara Langsung dengan Kepala Sekolah SMK. .Matsda (Ust.Hafiluddin,S.Si) di Kantor
SMK. Matsaratul Huda Panempan Tanggal 10 April 2018 Jam 08.45 WIB.
15
Ibid.

17
suasana yang membosankan menjadi menyenangkan ini adalah
tekhnik guru jadi keberhasilan guru ya disitu.16

Lalu kami melakukan wawancara lagi langsung dengan guru kelas


sekaligus wali kelas dari kelas X SMK bagian TSM dan TKJ, berkenaan
dengan bagaimana merancangkan lingkungan belajar yang efektif dengan
poin Bagaimana dengan pandangan mengenai lingkungan belajar dan
lingkungan kelas dan Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan lingkungan belajar serta problem apa saja yang sering ditemui
dalam pengelolaan lingkungan kelas, dan Ibu Yusri Meidias Irfani,S.Kom
memberikan beberapa ulasan sebagai berikut:
a) Lingkungan belajar yang efektif itu adalah Harus seimbang antara
Akademik dan IMTAQ. Mengapa demikian? Jika akademik saja yang
ditonjolkan maka akan menjadi siswa yang mempunyai intelegensi
tinggi tapi tidak beriman dan taqwa itu justru sangat membahayakan
bagi dirinya dan lingkungannya, Jika hanya IMTAQ saja akan tetapi
tidak mempelajari akademiknya maka tidak akan mempunyai
wawasan keilmuan, maka disitu adalah tugas guru sebagai pendidik
didalam lingkungan belajar atau kelas dalam membimbing siswanya
kea rah tersebut, seimbang.17
b) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan
belajar adalah dari semua factor terutama hal pertama yang harus
dilihat adalah background siswa, kepribadian siswa, latar belakang
keluarganya, lingkungannya, karakternya setelah itu akan terbentuk
minat belajar siswa, kalau background dan kepribadiannya sudah baik
maka akan menerima pelajaran beserta lingkungan belajar yang ada
jika sebaliknya maka kami sebagai guru wajib membenahi
kepribadian siswa melalui beberapa cara, dan cara setiap guru pasti
berbeda beda akan tetapi tujuannya sama.18
c) Problem yang sering ditemui dalam lingkungan kelas adalah : Malas
belajar dengan berbagai alasan yang berbeda beda, ada siswa yang
malas dikarenakan hubungan keluarga terganggu, permasalahan
dengan teman sebaya, materi yang membosankan, praktek TSM dan
TKJ yang ruwet, dll, sehingga rasa malas yang tinggiitu merupakan
PR besar bagi kami selaku guru utamanya wali kelas masing-masing,
bagaimana kami bisa memberikan solusi atas permasalahan
permasalahan yang menjadi factor malas belajar.19

16
Ibid.
17
Wawancara Langsung dengan Guru Kelas serta Wali Kelas X TSM (Teknik sepeda motor)
SMK. .Matsda (Ibu Yusri Meidias Irfani,S.Kom) di Kelas X TSM SMK. Matsaratul Huda
Panempan Tanggal 10 April 2018 Jam 09.20 WIB.
18
Ibid.
19
Ibid.

18
C. Hasil Pengamatan Langsung disertai Analisis
Dalam pengamatan yang saya lakukan di berbagai kelas, yakni mulai
kelas X yang sedang mendapatkan materi dari guru kelasnya tercipta sebuah
pengelolaan lingkungan belajar yang efektif terciptanya Susana yang tenang
dan konsentrasi terhadap transfer of knowledge nya sehingga walaupun tidak
100% memahami apa yang disampaikan setidaknya ada hal yang ditanyakan
atas ketidakpahaman tersebut, ada sebagian yang memang minat belajarnya
rendah dan cenderung tidak mendengarkan apa yang sudah disampaikan.
Untuk kelas XI jurusan TSM (Teknik Sepeda Motor) sedang
melakukan praktek tentang mesin-mesin sepeda motor yang dipandu
langsung oleh bapak holilurrahman,S.Kom selaku guru pengajar bagian TSM
tersebut, jelas sekali disana praktek tersebut dilakukan dengan berbagai
percobaan-percobaan yang sudah disampaikan secara teori di kelas walaupun
masih ada beberapa kelompok yang kebingungan akan tetapi praktek tersebut
menjadi ajang kesabaran bagi gurunya dalam melatih dan membimbing
siswanya.
Untuk kelas X jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) juga
sedang melakukan praktek perakitan CPU (Central Possesing Unit) yang
dipandu langsung oleh ibu Tutik Kurniawati S.Kom disitu siswa sangat
antusias dalam merakit kabel-kabel CPU sehingga praktek yang sedang
berlangsung menambah semangat siswa ketika ada kesalahan dalam merakit
ibu tutik langsung memberikan arahan yang tepat.
Untuk kelas XI (Teknik Komputer dan Jaringan) juga sedang
melakukan praktek computer yang dipandu langsung oleh bapak Najmul
Hidayat, S.T disitu terjadi praktek computer yang berkenaan dengan jaringan
seiring berjalannya praktek ada salah satu siswa yang kurang mengerti
dengan langkah selanjutnya terkait jaringan, sehingga beliau antusias
memberikan arahan untuk bagaimana praktek tersebut menjadi tahap
bimbingan utama untuk praktek-praktek yang akan datang.
Sehingga dari wawancara dan hasil pengamatan yang sudah saya
lakukan, saya menganalisis bahwa teori hal hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan lingkungan belajar dan problem yang sering ditemui

19
dalam pengelolaan kelas hamper sama dengan apa yang sudah di
implementasikan di lembaga SMK. Matsaratul Huda Panempan, dibuktikan
dengan hasil wawancara dan pengamatan langsung didalam kelas serta
dilingkungannya, karena setiap lembaga mempunyai trik dan strategi
tersendiri dalam memajukan sistem pendidikan dilembaganya walapun tidak
mengacu secara sempurna terhadap teori-teori yang sudah ada. Intinya semua
yang disebutkan secara teoritas sudah mencakup segalanya didalam
pelaksanaan proses pembelajaran di lembaga tersebut, kiranya ada hal yang
tidak sesuai dengan teori asalkan strategi pembelajaran yang efektif tetap
terlaksana dengan baik, itu tidak masalah. Akan tetapi teori tetap menjadi
acuan sebagai petunjuk dari hal tersebut.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan
yang dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga dapat terpasilitasi
dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
‘ankelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal
“pe” dan akhiran “an”. Istilah lain ari kata pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”,
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Sedangkan kelas
menurut Umar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini
jelas meninjaunya dari seg anak didik, karena dalam pengertian tersebut ada
frase “kelompok orang”.
Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan
Belajar, (1). Memahami sifat yang dimiliki siswa. (2). Memahami
perkembangan kecerdasan siswa. (3). Mengenal siswa secara perorangan. (4).
Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar. (5).
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah. (6). Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan
belajar yang menarik. (7). Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
(8). Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
(9). Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. (10). Pengelolaan
Kelas.
Ruang kelas merupakan lingkungan yang kompleks. Banyak kejadian
bisa terjadi dalam satu waktu sekaligus. Seseorang tidak bisa selalu
memprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. Begitu juga
dengan suatu problem yang akan terjadi daalam lingkungan kelas. Ada dua

21
jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individual dan yang
bersifat kelompok.
Sehingga dari wawancara dan hasil pengamatan yang sudah saya lakukan,
saya menganalisis bahwa teori hal hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
lingkungan belajar dan problem yang sering ditemui dalam pengelolaan kelas hamper
sama dengan apa yang sudah di implementasikan di lembaga SMK. Matsaratul Huda
Panempan, dibuktikan dengan hasil wawancara dan pengamatan langsung didalam
kelas serta dilingkungannya, karena setiap lembaga mempunyai trik dan strategi
tersendiri dalam memajukan sistem pendidikan dilembaganya walapun tidak mengacu
secara sempurna terhadap teori-teori yang sudah ada. Intinya semua yang disebutkan
secara teoritas sudah mencakup segalanya didalam pelaksanaan proses pembelajaran
di lembaga tersebut, kiranya ada hal yang tidak sesuai dengan teori asalkan strategi
pembelajaran yang efektif tetap terlaksana dengan baik, itu tidak masalah. Akan tetapi
teori tetap menjadi acuan sebagai petunjuk dari hal tersebut.

B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas dalam pengelolaan lingkungan belajar
dan pengelolaan lingkungan kelas sehingga tercipta yang namanya proses
pembelajaran yang efektif guru harus mempunyai keterampilan serta memiliki
skill atau kemampuan yang memadai sehingga dari keterampilan dan
kemampuan tersebut dapat memperhatikan segala hal yang berkenaan dengan
pengelolaan lingkungan belajar dan kelas baik itu berkenaan dengan
problematika peserta didik atau permasalahan kelas itu sendiri.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Saiful, Djahmarah, dkk, Startegi belajar mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.

E. Samal, Sharon, Dino, dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar,
Jakarta: Kencana, 2011.

Sholihah, Tutut, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta: Citra Grafika


Desain, 2008.

Sulistyorini, dkk, Esensi Manajemen Pendidikan Islam : Pwengelolaan Lembaga


untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam, Yogyakarta : Kalimedia
Cetakan I, 2016.

Ardy, Novan, Wiyani, Manajemen Kelas : Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Cetakan I, 2013.

Syah, Muhibbin, Islamic English : A Competency-based Reading


Comprehension, Cetakan Ke-2, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006.

Maiyana, Rita, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Kenana, 2010.

Mingus, Nancy, Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar, Jakarta : Kencana
Cetakan I, 2011.

Muliani Azis, Manajemen Kelas, Surabaya : CV. Bintang Cetakan I, 2011.

http://astitirahayui.wordpress.com/2012/01/25/629/ Diakses pada tgl.10 April


2018, pkl. 21.00 WIB.

http://contoh makalah. info/ problematika- masalah- pengelolaan- kelas / Diakses


pada tgl.10 April 2018, pkl. 21.00 WIB.

23
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gedung
SMK. Matsaratul Huda Panempan

Ruang Kelas dan Ruang Paktek


TSM dan TKJ

Wawancara langsung dengan


kepala sekolah SMKM
Ust Hafiluddin,S.Si. di Kantor
SMKM

Wawancara langsung dengan


guru kelas serta wali kelas X
jurusan TSM
Ibu Yusri Meidias Irfani,S.Kom
di Kelas X TSM

24
Praktek Komputer dan
Jaringan di LAB. Komputer
SMKM
yang dipandu oleh
Bapak Njmul Hidayat, S.T

Praktek Teknik Sepeda


Motor di Ruang TSM
SMKM
yang dipandu oleh
Bapak Holilurrahman,S.Kom

Transfer of Knowledge di Kelas


X TKJ oleh
Ibu Yusri Meidias Irfani,
S.Kom

Praktek Teknik Komputer


dan jaringan di Ruang TKJ
SMKM
yang dipandu oleh
Ibu Tutik Kurniawati,S.Kom

25

Anda mungkin juga menyukai