CERAMAH
Disusun Oleh:
Alfina Soraya Ahsanallaela
20174011048
Diajukan Kepada:
Ustadz Zaid
Hadirin rahimakumullah.
Pada kesempatan kali ini, tidaklah ada kata yang pantas kita ucapkan
melainkan puji syukur kehadiratAllah SWT, yang telah memberikan karunia dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di majlis yang
mulia ini dalam keadaan sehat wal afiat.
Shalawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada junjungan nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah mengentaskan akhlak manusia di muka bumi ini,
dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah seperti yang kita rasakan saat ini. Pada
kesempatan kali ini, izinkanlah kami mengetengahkan permasalahan tentang
keutamaan akhlak mulia.
Hadirin yang insya Allah dimuliakan Allah.
Kata akhlak merupakan jamak dari kata khulq, yang mengandung
pengertian sifat, tingkah laku, kepribadian atau perangai seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak atau perilaku yang baik dan mulia disebut akhlak
karimah atau akhlak mahmudah. Sedangkan akhlak atau perilaku yang buruk
disebut dengan akhlak sayyi’ah atau akhlak mazhmumah.
Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sudah
seyogyanya kita harus memiliki akhlak dan kepribadian yang terpuji lagi mulia.
Apalah artinya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sedangkan akhlak dan
kepribadian kita sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang yang beriman dan
bertaqwa. Sungguh amat merugilah orang-orang yang mengaku dirinya beriman
namun kepribadiannya sangat buruk. Karena seseungguhnya nilai keimanan dan
ketaqwaan itu tidak hanya dipandang dari intensitas ibadahnya saja, melainkan dari
segala aspek kehidupan, baik dalam ibadahm muamalah, syariah muasyarah
(pergaulan) dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
ت تَت َّ ِبعُوا َو َل كَافَّة الس ِْل ِم فِي ادْ ُخلُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا ُ ان ُخ
ِ ط َوا ِ طَ ش ْي
َّ عد ُو لَ ُك ْم إِنَّهُ ۚ ال
َ ُمبِين
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kamu adalah orang
yang paling baik budi pekertinya.” (Muttafakun ‘Alaih)
Budi pekerti yang luhur dan kepribadian yang mulia, adalah salah satu bukti
nyata dan ciri khas dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Karena orang yang
berbudi pekerti yang luhur, dapat mencegah dan menjauhkan dirinya dari
perbuatan-perbuatan keji dan tercela. Seperti halnya berkata dusta, berlaku
sombong, ujub, ghibah, namimah (adu domba), hasad atau dengki dan lain
sebagainya, yang merupakan perbuatan dosa dan sangat terlarang di dalam ajaran
Islam. Selain itu, akhlak yang tercela dan budi pekerti yang buruk akan membuat
seseorang menjadi hina, baik dihadapan Allah SWT maupun dihadapan makhluk
yang lainnya dan akan dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka apakah
orang yang berbudi pekerti yang buruk masih pantas dikatakan orang yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT sedangkan larangan-larangan-Nya tetap
dilanggar?
َس ْب َحانَكَ اللَّ ُه َّم َوبِ َح ْمدِكَ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ أ َ ْنتَ أ َ ْست َ ْغ ِف ُركَ َوأَتُوبُ ِإلَيْك
ُ
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.”