Anda di halaman 1dari 6

PADEPOKAN

CERAMAH

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Padepokan


Mahasiswa “Insan Mulia” Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Alfina Soraya Ahsanallaela
20174011048

Diajukan Kepada:
Ustadz Zaid

PADEPOKAN MAHASISWA “INSAN MULIA”


RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO PROGRAM PROFESI
DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
‫اار ِحيم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫س‬
ْ ‫ِب‬

ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ال‬
‫الحمد هلل ربّ العالمين‬
‫اء ب ُُر ْو ًجا‬
ِ ‫س َم‬ ْ ‫ار َك الَّذ‬
َّ ‫ِي َج َع َل ِفي ال‬ َ َ‫ تَب‬،‫صي ًْرا‬ ْ ‫ا َ ْل َح ْمد ُ ِ َّّلِلِ الَّذ‬
ِ َ‫ِي َكانَ ِب ِعبَا ِد ِه َخ ِبي ًْرا ب‬
ُ‫ أ َ ْش َهدُ ا َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ وأ َ ََ ْش َهدُ ا َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُه‬.‫َو َجعَ َل فِ ْي َها ِس َرا ًجا َوقَ َم ًرا ُم ِني ًْرا‬
.‫ق بِإ ِ ْذنِ ِه َو ِس َرا ًجا ُم ِني ًْرا‬ِ ّ ‫ َودَا ِعيَا إِلَى ْال َح‬،‫ق بَ ِشي ًْرا َونَ ِذي ًْرا‬ ِ ّ ‫ِي َبعَثَهُ بِ ْال َح‬
ْ ‫سولُهُ الَّذ‬
ُ ‫ُو َر‬
‫ أ َ َّما َب ْعد ُ؛‬.‫س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما َكثِي ًْرا‬ َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ ‫ص ْحبِ ِه َو‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِّل‬

ُ ‫ َو أ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬, ُ‫َللا‬


ِ‫سو ُل هللا‬ َّ َّ‫أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِال‬
‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ص ِّل‬َ ‫اللَّ ُه َّم‬

Hadirin rahimakumullah.

Pada kesempatan kali ini, tidaklah ada kata yang pantas kita ucapkan
melainkan puji syukur kehadiratAllah SWT, yang telah memberikan karunia dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di majlis yang
mulia ini dalam keadaan sehat wal afiat.
Shalawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada junjungan nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah mengentaskan akhlak manusia di muka bumi ini,
dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah seperti yang kita rasakan saat ini. Pada
kesempatan kali ini, izinkanlah kami mengetengahkan permasalahan tentang
keutamaan akhlak mulia.
Hadirin yang insya Allah dimuliakan Allah.
Kata akhlak merupakan jamak dari kata khulq, yang mengandung
pengertian sifat, tingkah laku, kepribadian atau perangai seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak atau perilaku yang baik dan mulia disebut akhlak
karimah atau akhlak mahmudah. Sedangkan akhlak atau perilaku yang buruk
disebut dengan akhlak sayyi’ah atau akhlak mazhmumah.
Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sudah
seyogyanya kita harus memiliki akhlak dan kepribadian yang terpuji lagi mulia.
Apalah artinya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sedangkan akhlak dan
kepribadian kita sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang yang beriman dan
bertaqwa. Sungguh amat merugilah orang-orang yang mengaku dirinya beriman
namun kepribadiannya sangat buruk. Karena seseungguhnya nilai keimanan dan
ketaqwaan itu tidak hanya dipandang dari intensitas ibadahnya saja, melainkan dari
segala aspek kehidupan, baik dalam ibadahm muamalah, syariah muasyarah
(pergaulan) dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.

‫ت تَت َّ ِبعُوا َو َل كَافَّة الس ِْل ِم فِي ادْ ُخلُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬ ُ ‫ان ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫عد ُو لَ ُك ْم إِنَّهُ ۚ ال‬
َ ‫ُمبِين‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


secara keseluruhannya.” (QS. Al Baqarah ayat 208)
Dari ayat di atas, jelaslah sudah bahwa hakikat keimanan dan ketaqwaan
seseorang tidak bisa terlepas dari adanya akhlak dan kepribadian yang mulia.
Karena berakhlak mulia dan menjauhkan akhlak yang tercela seperti ghibah,
sombong, dan lain sebagainya adalah salah satu bagian dari ajaran Islam yang telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW dan bukankah Rasulullah SAW adalah seorang
yang paling mulia akhlak dan kepribadiannya? Dan bukankah beliau diutus oleh
Allah SWT ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia? Jadi apalagi
yang menjadi alasan kita untuk mengingkari pentingnya sebuah akhlak yang mulia,
karena Rasulullah SAW telah diutus sebagai penyempurna akhlak kita.
Sebagaimana sabda beliau berikut ini.

‫صا ِل َح ألُت َِم َ ِم ب ُِعثْتُ إِنَّ َما‬ ِ َ‫اْأل َ ْخال‬.


َ ‫ق‬
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurkan akhlak yang
mulia.” (HR. Ahmad)
Hadirin yang Insya Allah dimuliakan Allah.
Sesungguhnya yang menentukan tinggi rendahnya martabat manusia baik
di hadapan Allah taupun di hadapan makhluknya, adalah kahlak dan budi
pekertinya yang luhur. Dan sungguh merupakan keasalahan yang sangat besar, bagi
orang-orang yang menganggap bahwa kemuliaan dan kehormatan derajat manusia
adalah ditentukan dari hartanya, jabatannya, kecantikannya, atau ketampanannya
yang merupakan satu hal yang fana. Tidak jarang orang yang martabat dan
jabatannya tinggi namun tidak bermoral, dan tidak sedikit orang yang berwajah
tampan dan cantik namun hatinya busuk. Maka, apakah orang-orang seperti mereka
dapat dikatakan sebagai orang yang terhormat dan mulia? Oleh karena itulah hanya
budi pekerti seseorang yang patut dijadikan sebagai tolak ukur martabat dan
kehormatan seseorang. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini.

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kamu adalah orang
yang paling baik budi pekertinya.” (Muttafakun ‘Alaih)

Budi pekerti yang luhur dan kepribadian yang mulia, adalah salah satu bukti
nyata dan ciri khas dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Karena orang yang
berbudi pekerti yang luhur, dapat mencegah dan menjauhkan dirinya dari
perbuatan-perbuatan keji dan tercela. Seperti halnya berkata dusta, berlaku
sombong, ujub, ghibah, namimah (adu domba), hasad atau dengki dan lain
sebagainya, yang merupakan perbuatan dosa dan sangat terlarang di dalam ajaran
Islam. Selain itu, akhlak yang tercela dan budi pekerti yang buruk akan membuat
seseorang menjadi hina, baik dihadapan Allah SWT maupun dihadapan makhluk
yang lainnya dan akan dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka apakah
orang yang berbudi pekerti yang buruk masih pantas dikatakan orang yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT sedangkan larangan-larangan-Nya tetap
dilanggar?

Hadirin yang Insya Allah dimuliakan Allah.


Sungguh sangat mulia dan sangat tinggi derajatnya bagi orang-orang yang
memiliki akhlak dan kepribadian yang luhur. Karena berbudi pekerti yang luhur,
tidaklah hanya terkait dengan perkara akhiratnya saja, tetapi juga dalam kehidupan
bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari. Bahkan, kalau akhlak yang tercela ini
yang kita lakukan dalam keseharian kita, dosa yang kita tanggung lebih besar
daripada dosa dalam kaitannya dengan ibadah. Misalnya seperti ghibah, dosa dari
akibat menggunjing orang sungguh sangat besar, bahkan melebihi besarnya dosa
berbuat zina. Karena berbuat zina hanya melakukan dosa kepada Allah SWT saja,
akan tetapi orang yang melakukan ghibah, disamping berbuat dosa kepada Allah,
juga berbuat dosa kepada orang yang sedang dibicarakannya. Dan Allah SWT tidak
akan mengampuni dosa yang melakukan ghibah sebelum ia meminta maaf kepada
orang yang dighibahnya.

Hadirin yang Insya Allah dimuliakan Allah.


Dalam berperilaku, hendaknya kita selalu mencontoh apa yang dikerjakan
oleh Rasulullah SAW. Akhlak beliau sunggu sangat luhur, sampai-sampai, tidak
ada satu orangpun dari sahabat beliauu yang pernah disakitinya, dan juga dibohongi
oleh beliau. Bukan hanya itu, bahkan, orang kafir juga sangat mengagumi
keluhuran budi pekerti yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.
Bila kita melihat kembali sejarah masa lalu Rasulullah SAW, sebelum
beliau diangkat oleh Allah SWT menjadi Rosul, masyarakat telah memuliakan dan
menghormati beliau. Semua itu karena kepribadiannya yang mulia juga kejujuran
beliau. Padahal, kala itu usia Rasulullah SAW masih sangat belia.
Bila Anda seorang pedagang, juga jangan lupa meneladani bagaimana cara
beliau berdagang. Beliau adalah seorang pedagang sukses sebelum diangkat
menjadi Rasul oleh Allah SWT. Semua orang menyenangi menyegani beliau,
bagaimana cara beliau berdagang.

Salah satu contoh yang menggambarkan tentang tingginya kepribadian


Rasulullah SAW adalah ketika beliau mendapatkan kecaman dan tekanan dari
kaum kafir Quraisy yang tidak menyukai dengan ajaran beliau. Namun, Rasulullah
SAW selalu tegar dan tabad dalam menghadapi hal itu. Seperti halnya ketika
Rasulullah SAW pergi ke masjid ia selalu diludahi oleh salah seorang dari kaum
kafir Quraisy. Namun pada suatu hari Rasulullah SAW ketika pergi ke masjid tidak
menjumpai si fulan yang selalu meludahinya, maka Rasulullah SAW mencarinya
dan menanyakannya. Dan beliau mendapatkan kabar bahwa si fulan sedang sakit,
maka Rasulullah SAW menjenguknya dengan membawan makanan, bahkan
beliaupun mengungahkan makanan kepadanya. Kemudian si fulan bertanya kepada
beliau: “Siapakah engkau?” beliau menjawab: “Aku adalah Muhammad”. Maka si
fulan langsung terperanjat dan menangis seraya menyatakan dirinya masuk Islam.
Oleh karena itu hadirin sekalian, kalau kita mengakui diri kita sebagai
bagian dari umat Muhammad, maka sudah seharusnya perilaku dan tingkah laku
kita harus disesuaikan dengan sunah-sunah beliau serta menjauhi perilaku yang
menentang ajaran dan sunah beliau. Begitulah seharusnya yang perlu kita tanamkan
dalam diri kita, pada adik-adik kita ataupun anak cucu kita sedini mungkin.
Demikianlah sekelumit untaian kata yang dapat saya sampaikan pada
kesempatan kali ini. Apabila ada kesalahan, maka hal itu karena kurangnya
pengetahuan yang saya miliki. Dan apabila ada salah kata yang menyinggung
perasaan hadirin, saya mohon maaf karena itulah kekhilafan saya sebagai manusia
biasa.
Mari kita tutup pertemuan ini dengan doa penutup majelis

َ‫س ْب َحانَكَ اللَّ ُه َّم َوبِ َح ْمدِكَ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ أ َ ْنتَ أ َ ْست َ ْغ ِف ُركَ َوأَتُوبُ ِإلَيْك‬
ُ

“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.”

Wabilahittaufiq wal hidayah,

ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ ﷲِ َوبَ َركَاتُه‬


َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫َو ال‬

Anda mungkin juga menyukai