Abstract
This study aims to examine whether the model of study group investigation has an effect on the critical thinking
skills of MAN 6 Jakarta students. This research uses quasi experiment approach with pre test and post test
control group design. Subjects in this study consisted of two classes, namely experimental class and control
class, homogeneous based on the value of report cards semester 1. The result of students' critical ability is
measured by using essay questions. The critical thinking skills score is determined based on the results of the
pretest and posttest scores (gainscore). The result of the research shows that the group investigation model
influences students' critical thinking ability. This can be seen from the data analysis t value = 3,432 and
significance of two tail 0.01 smaller than α = 0,05. It can be seen that the average of students' critical thinking
ability of experiment class is 25,64, higher than control class 19,88.
Keywords: Group Investigation, Critical Thinking Ability
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkaji apakah model pembelajaran group investigation berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa MAN 6 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experimen
dengan pre test and post test control group design. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yang homogen berdasarkan nilai raport semester 1. Hasil kemampuan berpikr
kritis siswa diukur dengan menggunakan soal esai. Skor tes kemampuan berpikir kritis ditentukan berdasarkan
hasil skor pretest dan posttest (gainscore). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran group
investigation berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari analisis data
nilai t = 3,432 dan signifikansi dua ekor 0,01 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini dapat dilihat rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen adalah 25,64, lebih tinggi dari kelas kontrol 19,88. Kata
kunci : Group Investigation, Kemampuan Berpikir Kritis
yang profesional dan berkualitas akan tercipta Penelitian dilaksanakan di sekolah MAN 6
jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam Jakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013.
dengan mengembangkan budaya berpikir. Subjek penelitian ini adalah kelas X dengan 2
Tiga pendekatan dalam geografi yang kelas yang terpilih dari 5 kelas, 2 kelas tersebut
diantaranya pendekatan keruangan, dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan
kelingkungan, dan kompleks wilayah. kelas kontrol. Subjek ini bersifat homogen
Pendekatan kelingkungan merupakan suatu berdasarkan nilai rata-rata raport yang sama atau
metodologi untuk mendekati, menelaah dan selisih yang sedikit. Kelompok eksperimen
menganalisis suatu gejala atau suatu masalah adalah kelas X2 (25 siswa) dan kontrol adalah
dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi kelas X1 (25 siswa). Penelitian tersebut peneliti
sesuai pendapat dari Stoddart (1986). Pada bertindak sebagai guru dan dibantu oleh observer
pendekatan ini siswa harus dapat menghubungan (guru kelas).
antar manusia dengan lingkungan dari informasi Instrument dalam penelitian ini adalah tes
yang mereka peroleh. Sejalan dengan pendapat kemampuan berpikir kritis. Soal tes yang
Purwanto (2010) ”untuk menjelaskan fenomena digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian.
geografi yang terjadi pada suatu tempat akan Tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk soal
lebih sempurna dan mudah dipahami apabila uraian dalam penelitian ini merupakan materi
digunakan berbagai informasi yang diperoleh pelestarian lingkungan hidup, mata pelajaran
antara lain melalui ilmu bantu geografi”. Hal Geografi KD 2.1.
tersebut membutuhkan pemahaman dan banyak Pelaksanaan dalam penelitian terlebih
menggali informasi dari berbagai sumber. dahulu kelas eksperimen dan kontrol diberikan
Kompetensi dasar dalam geografi tes pra tindakan (pretest). Pre test dilakukan
”Menganalisis pelestarian lingkungan hidup untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
dalam kaitannya dengan pembangunan Selanjutnya setelah mendapatkan hasil pretest
berkelanjutan” pada materi lingkungan hidup kedua kelas tersebut diberikan dua model yang
membutuhkan model yang dapat memberikan berbeda. Kelas eksperimen diberikan model GI
kegiatan berpikir, diskusi, dan kegiatan riil dalam sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan
pembelajaran. Penggunaan model group model GI.
investigation akan sangat memudahkan siswa Kemudian kelas eksperimen dalam
untuk memahami dan mengidentifikasi pembelajaran menggunakan model GI dengan
permasalahan lingkungan yang terjadi sintaks sebagai berikut: 1) penentuan topik dan
didaerahnya dan mengaitkannya dengan grup, 2) merencanakan kegiatan, 3)
peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini. melaksanakan investigasi, 4) menyiapkan
Konsep-konsep tersebut sangat sulit dipahami laporan, 5) presentasi temuan, 6) mengevaluasi
jika hanya diuraikan tanpa menggunakan hasil. Sedangkan pada kelas kontrol tanpa
investigasi. menggunakan model GI (guru menjelaskan
materi seperti biasa diskusi dan tanya jawab).
2. Metode Penelitian Selanjutnya pelaksanaan akhir pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penelitian ini kelas eksperimen dan kontrol dilakukan tes
adalah quasi experimen dengan desain penelitian pascatindakan (posttest). Posttest yang dilakukan
pretest and posttest control group design. untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar siswa setelah mendapatkan perlakuan. Hasil
1.1. pretest dan posttest tersebut digunakan untuk
(KE) O1 X O2 mengetahui selisih dari skor yang didapat
kemudian dilakukan analisis data.
(KK) O1 - O2 Penelitian yang merupakan penelitian
kualitatif dengan analisis menggunakan analisis
Gambar 1.1 Model Rancangan Non-randomized
statistik deskriptif dan inferensial parametrik.
Pretest-Posttest Control Group Design (Sumber:
Seniati, 2011: 126) Analisis secara deskriptif digunakan untuk
menjelaskan tabel dan grafik. Selanjutnya, anlisis
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 -
10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 5
100
80
60 Pre Test Eksperimen
Gambar 2 Perbandingan hasil perbandingan pretest dan post test pada penelitian
Gambar 2 di atas dapat terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis pada pretest tertinggi
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis diperoleh pada model kelas eksperimensebesar
rata-rata nilai tertinggi siswa sebesar 90, 47 pada indikator ”memutuskan”, dan pada siswa
sedangkan nilai terendah siswa pada 21. di kelas kontrol 52 pada indikator ”deduksi”.
Berdasarkan hasil nilai pretest dan postest Kemudian tingkat penguasaan indikator
walaupun semua penerapan pembelajaran kemampuan berpikir kritis terendah untuk
terhadap peningkatan nilai kemampuan berpikir kelompok eksperimen dan kontrol ada kesamaan
kritis siswa bervariasi, besar-kecilnya nilai dalam pada indikator ”merumuskan masalah” dengan
tes awal dan akhir sangat jelas. perolehan nilai
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
6 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)
nilai 22 untuk kelas eksperimen dan 28,00 untuk Nilai setiap siswa dalam kemampuan
kelas kontrol. berpikir kritis dijabarkan untuk mengetahui
Sedangkan kenaikan perubahan nilai kemampuan siswa dari masing-masing kelas
kemampuan berpikir kritis pada posttest tertinggi eksperimendankontrol.Nilaitersebut
diperoleh pada model kelas eksperimen sebesar merupakan kapasitas siswa dalam menjawab 15
90 pada indikator ”memutuskan”, dan pada siswa soal dari 6 indikator berpikir kritis. Jumlah skor
di kelas kontrol 52 pada indikator ”deduksi”. maksimal 60 jumlah skor yang telah diperoleh
Kemudian tingkat penguasaan indikator anak kemudian dipersentasekanmenurut
kemampuan berpikir kritis terendah untuk katagoris persentase nilai berpikir kritis. Adapun
kelompok eksperimen indikator ”merumuskan nilai kemampuan berpikir kritis siswa untuk
masalah” dengan nilai 68 untuk kelas eksperimen kedua kelompok terdapat pada Lampiran 15 - 18
dan 66 untuk kelas kontrol. dan Tabel 1.
Tabel 1 Nilai kemampuan berpikir kritis setiap anak
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat Siswa dalam menentukan masalah aktif
diketahui dari 25 anak dari masing-masing kelas, menyampaikan pendapat mereka. Ketika berhasil
bahwa nilai berpikir kritis siswa pada pretest di menemukan suatu permasalahan tentang
kelas eksperimen katagoris ”tidak kritis” lingkungan hidup, secara bersamaan mereka
sebanyak 19 (76%) anak dan ”kurang kritis” 6 merumuskan dan memberikan dugaan sementara
(24%)anak. Pada dikelas kontrol katagoris ”tidak dari subtopik yang ingin mereka bahas sehingga
kritis” sebanyak 11 (44%) anak, ”kurang kritis” berdampak pada peningkatan kemapuan berpikir.
12 (48%) anak, dan ”cukup kritis” 2 (8%) anak. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada
Sedangkan posttest di kelas eksperimen katagoris indikator melakukan deduksi dan membuat
”sangat kritis” 13 (52%) anak dan ”kritis” rumusan masalah. Berpikir secara deduktif
sebanyak 12 (48%) anak. Pada dikelas kontrol tersebut sesuai dengan pendapat Ennis (dalam
katagoris ”sangat kritis” sebanyak 11(44%) anak, Morgan, 1995) bahwa ”berpikir kritis merupakan
”kurang kritis” 11 (44%) anak, dan ”cukup berpikir logis dan reflektif yang difokuskan pada
kritis” 3 (12%) anak. keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
Hasil penelitian tersebut diduga karena: apa yang harus dilakukan.
Pertama, siswa dituntut untuk mengidentifikasi Kedua, perencanaan/pengorganisasian
dan menemukan inti permasalahan lingkungan kelompok. Keseluruhan anggota dalam
yang akan dikaji. Anderson (2002) dan kelompok diarahkan untuk dapat berpikir dan
Semiawan (2009) menjelaskan bahwa, ”individu mengkomunikasikan perencanaan yang terbaik.
yang kurang mampu dalam memecahkan Bekerja sama merancang suatu rencana akan
masalah umumnya dikarenakan mengalami lebih mudah dan sempurna jika dilakukan
kesulitan untuk menemukan inti masalah”. dengan berkelompok. Dalam merencanakan
Dalam pembelajaran ini siswa diberikan pemecahan masalah yang autentik siswa akan
kebebasan dalam memilih tema yang mereka menjadi aktif dalam kelompoknya. Hal ini
kuasai dan minati. Guru hanya sebagai tampak ketika komunikasi dan interaksi siswa
pembimbing dalam merapihkan ide tema yang menjawab sejumlah pertanyaan yang terdapat
mereka pilih. dalam LKS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 7
Pott (1994) ”salah satu strategi spesifik untuk anggota hingga mendapatkan gagasan terbaik
meningkatkan berpikir kritis adalah menentukan dalam kelompoknya, kemudian menyiapkan
atau memformulasikan masalah. Sutama (2007) laporan dan presentasi. Siswa melakukan diskusi
juga menyatakan bahwa ”model pembelajaran dalam menyiapkan laporan dan presentasi
kooperatif GI dapat digunakan guru untuk bertujuan untuk menyampaikan jawaban dari
mengembangkan berpikir kritis siswa, baik hipotesis yang dibuat di awal pembelajaran.
secara perorangan maupun kelompok”. Diskusi Presentasi kelompok dalam kelas yang
antar siswa dalam kelompok memberikan secara bergantian melatih siswa untuk percaya
kebebasan dan menghilangkan rasa malu untuk diri dan berpikir khususnya kemampuan
memberikan gagasannya. argumentasi. Hal ini dibuktikan dengan analisis
Ketiga, siswa mengembangan dan melatih dan jawaban yang baik diberikan siswa dalam
kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuan siswa.
masalah kontekstual. Keaktifan dalam berpikir Memberikan argumen merupakan suatu hal yang
siswa hingga taraf berpikir kritis diperoleh mudah dilakukan dalam bentuk lisan tetapi sulit
dengan baik. Siswa terlihat aktif yang jika tanpa berpikir dan sesuai dengan yang
disebabkan konsep dalam investigasi, yaitu diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat
dengan pengamatan dan pencarian langsung di Matindas (2002) ”berpikir kritis adalah aktivitas
lapangan dengan informasi yang tersedia. mental yang dilakukan untuk mengevaluasi
Informasi tersebut baik surat kabar, media kebenaran suatu pernyataan”. Slavin (2010)
internet, dan bahan rujukan yang diberikan oleh menyatakan ”kegiatan diskusi kelompok dan
guru. Menurut Bruner dalam Dahar (1996) saling berbagi pendapat dapat melahirkan
”Belajar penemuan sesuai dengan pencarian perluasan dan kognitif siswa”.
pengetahuan secara aktif oleh siswa dan dengan Kelima, Tahapan terakhir dalam model GI
sendirinya memberikan hasil yang baik, berusaha adalah evaluasi, siswa dalam mengembangkan
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta kemampuan berpikirnya dilatih untuk mampu
pengetahuan yang menyertai menghasilkan menganalisis dan memecahkan masalah. Hasil
pengetahuan yang benar-benar bermakna” yang dicapai dalam pembelajaran membuktikan
Kesuma, dkk (2010) menjelaskan pula bahwa hasil indikator mengevaluasi siswa
bahwa ”penyelidikan sebagai suatu sistem hanya mengalami peningkatan. Evaluasi yang
dapat dipahami melalui hasil pengamatan dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan
empiris, eksplorasi, investigasi, dan proses masukan yang diberikan oleh setiap kelompok
berpikir rasional tentang fenomena dan gejala dan guru. Pada kegiatan ini juga meningkatan
alam yang terjadi”. Penjelasan tersebut kemapuan berpikir kritis siswa pada indikator
mengandung makna bahwa pembelajaran memutuskan yang sangat tinggi dari keenam
hendaknya didasarkan pada prinsip bahwa cara indikator dalam kemampuan berpikir kritis.
belajar terbaik bagi siswa adalah dengan Menurut Feldman (2010) tindakan untuk
melakukan penyelidikan dan mengoptimalkan mengevaluasi, berargumen, dan memilih pola
kemampuan berpikirnya. Sejalan dengan investigasi yang dapat menghasilkan jawaban
pandangan tersebut, aliran empirisme terbaik merupakan cakupan dari berpikir kritis.
berpendapat bahwa sumber pengetahuan harus Ennis (dalam Costa, 1985) menambahkan ”salah
dicari dalam dunia nyata secara empiris dan satu indikator berpikir kritis adalah menentukan
legitimitas dalam demontrasi (Brouwer dan alternatif solusi dan menyimpulkan”.
Heryadi, 1986). Secara umum walau terjadi peningkatan
Keempat, siswa menyiapkan laporan dan pada semua indikator, akan tetapi secara khusus
melakukan presentasi. Partisipasi siswa untuk adanya kelemahan pada kelas eksperimen dengan
berusaha membuat konsep yang baik dan penuh kontrol pada indikator induksi. Pada indikator
tanggung jawab dalam memecahkan suatu induksi memperoleh nilai 68% (Lampiran 16b).
permasalahan setelah melalui proses penemuan Dalam hal tersebut terjadi karena siswa
(investigation). Pada tahapan ini kelompok sebelumnya jarang dan bahkan belum pernah
berdiskusi membandingkan hasil pemikiran tiap dilatih dalam menganalisis permasalaan.Siswa
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
8 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)
cenderung kurang percayadiri ketika konsentrasi, berpikir kritis dan kreatif. Menurut
mengemukakan pendapat hasil temuan De Porter (2002) ”dalam keadaan santai
kelompoknya dan terlatih dalam menjabarkan seseorang dapat berkonsentrasi dengan sangat
suatu alternatif.Hal ini berdampak pada indikator baik dan mampu belajar dengan mudah”.
induksi rendah, walaupun siswa telah mampu Peningkatan berpikir siswa dalam mengkritisi
menyampaikan pendapatnya secara lisan. permasalahan dalam materi pembelajaran akan
Penerapan GI memeng terbukti dapat memudahkan siswa memahami pelajaran.
meningkatkan berpikir kritsi karena
pembelajaran tidak berlangsung secara 4. Kesimpulan dan saran
informatif. Dalam prosesnya juga berupa jalinan- Simpulan
jalinan pertanyaan yang dapat memicu siswa Berdasarkan hasil analisis data dan
untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Hal pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan
tersebut siswa memecahkan masalah yang ada bahwa, ada pengaruh penggunaan model GI
pada lembar LKS untuk mengarahkan dan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas
melatih siswa dalam berpikir kritis. X MAN 6 Jakarta, berdasarkan skor hasil
Kemampuan berpikir kritis siswa akan posttest kelas eksperimen lebih tinggi
mengalami peningkatan seiring dengan model dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan
pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, oleh beberapa keunggulan model GI pada sintaks
Proses belajar memegang peranan penting pemilihan judul, pelaksanaan investigasi, dan
terhadap kemampuan siswa. Pembelajaran ketika dalam presentasi kelompok serta antusias
dengan situasi lingkungan nyata (kontekstual) belajar siswa yang baik.
lebih mudah dipahami siswa dari pada Saran
pembelajaran yang bersifat informatif (tidak Berdasarkan temuan penelitian, saran-saran yang
kontekstual). Siswa belajar seyogyanya langsung perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi guru, model GI pada materi pelestarian
terlibat dengan objek nyata yang ada dalam
lingkungan hidup perlu digunakan dalam
kehidupan agar dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran geografi di tingkat SMA/MA
berpikir kritis (Arends, 2008). Aktivitas dalam rangka peningkatan kemampuan berpikir
pembelajaran yang melibatkan proses berpikir kritis siswa.
dan interaksi siswa secara langsung akan 2. Bagi guru, agar memperoleh hasil yang optimal,
memudahkan siswa mengkonstruk dalam pembelajaran GI sebaiknya: (a)
penegetahuannya dan mengaitkan konsep-konsep pembelajaran melibatkan siswa secara aktif
yang dipelajari. (student centered) sedangkan guru sebagai
Kemampuan berpikir siswa meningkat fasilitator; (b) sebelum pelaksanaan siswa
dijelaskan secara rinci dahulu, agar saat
dalam pembelajaran selain pada faktor sintaks
penerapannya, tidak terjadi kebingungan dan
yang mempengaruhinya, kemungkinan faktor
membuang waktu; (c) dalam pembagian waktu
materi pelajaran. Materi pelestarian lingkungan yang baik pada waktu presentasi (d)
hidup memiliki daya tarik dan cocok bagi siswa menggunakan soal esai dalam mengukur hasil
untuk menelaah dan memahami secara bersama- belajar siswa.
sama suatu permasalahan. Siswa bersemangat 3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan jika
untuk memberikan argumen, tanggapan dan berminat meneliti dengan topik yang sama,
mengerjakan tugas. Dalam menyelesaikan diharapkan menggunakan lebih banyak variabel
persoalan pada materi tersebut siswa dan sampel selain yang dipakai dalam penelitian
mengumpulkan informasi dan data dengan peran ini.
dimasing-masing kelompok.
Daftar Pustaka
Selanjutnya, Siswa dalam menemukan dan
Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R., (2001). A
dapat menjawab persoalan berdasarkan kemam-
Taxonomy for Learning, Teaching, and
puannya dengan suasana bebas dan rileks
Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy
sehingga mampu memaksiamlkan jawaban
of Educational Objectives). New York:
dengan baik. Suasana belajar bebas dan rileks
Addision Wesley Longman, Inc.
membuat siswa lebih menikmati dalam daya
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 9