Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print)

Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)


website: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/GeoEdukasi/index
© 2016 Geography Education UMP and The Indonesian Geographers Association

Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 6 Jakarta (Group
Investigation Learning Model Influence on Critical Thinking Skills of MAN 6
Students Jakarta)
Mushoddik1, Sugeng Utaya2, Budijanto2
1Dosen geografi UHAMKA Jakarta
2Dosen geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Pendidikan Geografi Pascasarjana UM Malang
1email: mushoddikdaulay@gmail.com
Received: 09 3 2016 / Accepted: 11 10 2016 / Published online: 30 10 2016
© 2016 Geography Education UMP and The Indonesian Geographers Association

Abstract
This study aims to examine whether the model of study group investigation has an effect on the critical thinking
skills of MAN 6 Jakarta students. This research uses quasi experiment approach with pre test and post test
control group design. Subjects in this study consisted of two classes, namely experimental class and control
class, homogeneous based on the value of report cards semester 1. The result of students' critical ability is
measured by using essay questions. The critical thinking skills score is determined based on the results of the
pretest and posttest scores (gainscore). The result of the research shows that the group investigation model
influences students' critical thinking ability. This can be seen from the data analysis t value = 3,432 and
significance of two tail 0.01 smaller than α = 0,05. It can be seen that the average of students' critical thinking
ability of experiment class is 25,64, higher than control class 19,88.
Keywords: Group Investigation, Critical Thinking Ability

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkaji apakah model pembelajaran group investigation berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa MAN 6 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experimen
dengan pre test and post test control group design. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yang homogen berdasarkan nilai raport semester 1. Hasil kemampuan berpikr
kritis siswa diukur dengan menggunakan soal esai. Skor tes kemampuan berpikir kritis ditentukan berdasarkan
hasil skor pretest dan posttest (gainscore). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran group
investigation berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari analisis data
nilai t = 3,432 dan signifikansi dua ekor 0,01 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini dapat dilihat rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen adalah 25,64, lebih tinggi dari kelas kontrol 19,88. Kata
kunci : Group Investigation, Kemampuan Berpikir Kritis

1. Pendahuluan dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk


Pembelajaran kooperatif terdiri dari melakukan investigasi terhadap suatu topik
beberapa model, antara lain model Jigsaw, Team (Eggen & Kauchak, 1998). Model ini, peran guru
Game Tournament (TGT), Cooperative aktif dalam membentuk kelompok siswa yang
Integrated Reading and compotition (CIRC), terdiri dari dua sampai enam anak. Langkah
Group Investigation (GI), Student Team selanjutnya siswa diberi kebebasan
Achievement Division (STAD), dan Team mengeksplorasi kemampuannya dalam
Assisted Individualization (TAI). Sekian banyak pelaksanaan pembelajaran.
model dalam pendekatan kooperatif, salah satu Keterlibatan siswa (student centered) dalam
yang diduga dapat melatih siswa berpikir kritis pembelajaran akan menumbuhkan karakter yang
adalah model Group Investigation. Group solid dan mandiri
investigation dikembangkan oleh Sholomo dan Keterlibatan siswa dalam belajar
Sharon di Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995). membutuhkan suasana yang menyenangkan dan
Group investigation adalah model kebebasan untuk mencapai hasil yang baik. Hasil
pembelajaran kooperatif yang menempatkan tersebut akan menumbuhkan keunggulan baik
siswa ke dalam kelompok secara heterogen dalam memahami materi dan berpikir. Dalam
dilihat dari kemampuan dan latar belakang, baik penelitian Ismaniati (2009) melaporkan bahwa
2 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)

bahwa penerapan model group investigation pembelajaran karena mereka dihadapkan


memberikan pengaruh terhadap pemahaman langsung dalam memecahkan berbagai
konsep dan berpikir kritis. Slavin mendukung permasalahan yang dihadapi serta peka (berpikir)
pernyataan tersebut bahwa pembelajaran dalam menjawab permasalahan”. Pendapat
kooperatif unggul dalam membantu siswa Rahmawati juga didukung oleh hasil penelitian
menumbuhkan kemampuan bekerja sama, Nurhayati (2007) bahwa ”model pembelajaran
berpikir kritis, dan berkomunikasi (Slavin 2000). group investigation mempunyai beberapa
Secara khusus model group investigation kelebihan diantaranya memberi kebebasan
memberi kebebasan siswa untuk kepada siswa untuk berpikir secara analitis,
mengembangkan cara berpikir dan membuat kritis, kreatif, reflektif, dan produktif”.
siswa mengetahui kemampuan sendiri sehingga Model pembelajaran group investigation
dengan mudah dapat mengenali sumber belajar merupakan tipe pembelajaran yang menekankan
di dalam maupun di luar kelas dalam setiap pada struktur khusus yang dirancang untuk
pembelajaran. mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
Membentuk dan membiasakan siswa untuk tujuan untuk meningkatkan penguasaan
berpikir kritis dan mengkonstruk akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam
pengetahuannya tidaklah mudah. Kemampuan tugas-tugas akademik, agar siswa dapat
tersebut harus dilatih secara bertahap dan menerima teman-temannya yang mempunyai
dirancang dalam model tertentu. menyatakan berbagai latar belakang, dan untuk
”pembelajaran harus dirancang dan dikelola mengembangkan keterampilan siswa.
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai
siswa untuk mengorganisir pengalamannya tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
sendiri menjadi suatu pengetahuan baru yang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
bermakna (Marzano, 1992). Pembelajaran siswa dalam kelompok dan sebagainya
tidak hanya mencerna begitu saja apa yang Pembelajaran dengan group investigation
disajikan oleh guru. Siswa harus dapat juga memiliki kesulitan. Kesulitan tersebut antara
membangun hubungan-hubungan baru dari lain: 1) sedikitnya materi yang tersampaikan
konsep-konsep dan prinsip yang dipelajarinya, pada satu kali pertemuan, 2) sulitnya
serta mengelola proses berpikir. memberikan penilaian secara personal,
Penerapan model group investigation pada (3) tidak semua topik cocok dengan model
proses pembelajaran memiliki keunggulan pembelajaran group investigation, model group
kepada siswa seperti: 1) siswa memiliki banyak investigation cocok untuk diterapkan pada suatu
kebebasan dalam mengeksplorasi pengetahuan topik yang menuntut siswa untuk memahami
dan pengalamannya dalam kelompok, 2) dalam suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
hal mencari sumber siswa dilatih untuk selektif, sendiri, 4) diskusi kelompok biasanya berjalan
sehingga mampu mengasah kemampuan siswa kurang efektif, 5) siswa yang tidak tuntas
dalam berpikir tinggkat tinggi (Arnyana dan memahami materi prasyarat akan mengalami
Zingaro, 2008), 3) melatih keberanian siswa kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan,
dalam komunikasi (memberikan argument dan 2009).
tanggapan), 4) kecermatan dan ketenangan Slavin (2009) menetapkan enam langkah
dalam pribadi siswa dalam mengevaluasi penting dalam pelaksanaan model Group
temuannya. 5) melatih penalaran melalui kajian Investigation yaitu ”mengidentifikasi topik dan
bermakna dan eksplorasi (Halek, 2011). mengatur kedalam kelompok-kelompok
Group investigation diyakini dapat penelitian (grouping), merencanakan Investigasi
meningkatkan keterlibatan siswa secara di dalam kelompok (planning), melaksanakan
keseluruhan dalam aktivitas memberikan investigasi (investigation), menyiapkan laporan
wacana, asumsi, dan memberikan jawaban. akhir (organizing), mempresentasikan laporan
Menurut Rahmawati (2012) ”model group akhir (presenting), dan evaluasi (evaluating)”.
investigation memiliki keunggulan dalam Keenam langkah dalam Group Investigation
membantu siswa untuk berperan aktif dalam Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 -
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) 10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 3

menuntun siswa menggunakan kemampuan pertanyaan sedangkan peran guru memfasilitasi


berpikir dalam memecahkan masalah. dalam mengumpulkan informasi bagi siswa.
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki Berikutnya langkah dalam
siswa dengan mudah siswa memecahkan mempresentasikan hasil karya dan diskusi
masalah yang disajikan. Selain itu, siswa dilatih kelompok. Sintak ini meningkatkan siswa untuk
untuk berusaha berpikir kritis dan kreatif. paham dan cermat dalam mempresentasikan hasil
Keenam langkah/sintaks dalam group karyanya dengan baik dan menarik di depan
investigation yang dapat meningkatkan kelompok yang lain, sehingga mengkaji suatu
kemampuan berpikir kritis. Pertama, pada permasalahan yang mereka kuasai dapat tercapai
langkah menentukan topik dimana siswa dengan optimal. kegiatan mengungkapkan
diarahkan untuk memaksimalkan keterlibatannya pikiran dan memberikan tanggapan merupakan
secara bebas dan terkontrol oleh guru dalam salah satu prinsip untuk meningkatkan
mencari sub-topik yang mereka kuasai/minati. pemahaman (Syayidah, 2010).
Langkah inilah menjadikan siswa aktif dan lebih Sintak yang terakhir, menganalisis dan
produktif dalam berpikir. Sharan (1990) mengevaluasi proses pemecahan masalah. Fase
berpendapat bahwa ”pembelajaran dengan ini melibatkan siswa dalam menganalisis dan
investigasi mengarahkan siswa belajar aktif dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun
memberi peluang untuk berpikir”. Pada proses keterampilan investigatif dan intelektual yang
menemukan dan menentukan topik sehingga mereka gunakan. Pada tahap ini kematangan
pada saat investigasi siswa harus berpikir berpikir siswa akan lebih optimal, hal ini
mendalam (critical thinking). dikarenakan mereka dapat mengevaluasi dan
Langkah kedua yakni dalam merencanakan melakukan refleksi dari hasil diskusi
kegiatan (planing), pada tahapan ini siswa kelompoknya.
diminta untuk membuat strategi kegiatan Peranan group investigation dalam
berdasarkan kelompoknya. Interaksi sesama mengembangkan kemampuan berpikir kritis telah
teman dalam kelompok akan menciptakan nilai- dibuktikan oleh Lianasari (2012) yang
nilai suasana sosial yang baik dan positif. Pada melaporkan bahwa kelompok siswa yang belajar
saat bertukar dan memberikan pendapat dalam dengan strategi kooperatif termasuk di dalamnya
perencanaan kelompok hingga ada kesepakatan group investigationmemiliki kemampuan berpikir
yang final. Dalam siswa merencanaan kegiatan kritis lebih baik dibandingkan dengan kelompok
versi kelompoknya diharapkan dengan mudah siswa yang diajarkan dengan model konvesional.
melakukan proses dalam kegiatan investigasi Sayidatuttakhiyati (2011) juga menunjukkan
atau permasalahan yang diwacanakan oleh guru. bahwa pembelajaran dengan model group
Tahapan 1 dan 2 selain dapat meningkatkan investigation terdapat peningkatan kemampuan
kemampuan berpikir kritis, juga memiliki berpikir kritis siswa fisika. Selanjutnya Fatimah
kelebihan yang lain yaitu meningkatkan (2001) mengungkapkan bahwa ada pengaruh
kerjasama dan komunikasi yang baik model pembelajaran
Langkah ketiga merupakan khas dalam kooperatif group investigation terhadap
group investigation selain dalam menentukan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
topik yakni menginvestigasi, kegiatan tersebut siswa. Penelitian Anggi (2012) menguatkan
membuat siswa berpikir untuk mengidentifikasi, bahwa ada pengaruh pembelajaran group
memberikan alternatif, keputusan, dan investigation terhadap berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan tugas. Nurhadi dan Sunduk materi keanekaragaman hayati.
(2009) berpendapat ”untuk memahami dan Tujuan mata pelajaran geografi di SMA dan
konstruk dalam pembelajaran, siswa perlu MA dalam standar isi diantaranya adalah
dibiasakan menyelesaikan masalah, menemukan ”menampilkan perilaku peduli terhadap
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut lingkungan hidup”. Untuk memperoleh tujuan
dengan ide-ide”. Pada tahapan menentukan topik tersebut oleh karena itu pembelajaran dengan
siswa diberikan tahapan-tahapan dalam bentuk mengembangkan sikap dan berpikir merupakan
hal yang penting, karena sumber daya manusia
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
4 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)

yang profesional dan berkualitas akan tercipta Penelitian dilaksanakan di sekolah MAN 6
jika ilmu yang diperoleh digali lebih dalam Jakarta semester genap tahun ajaran 2012/2013.
dengan mengembangkan budaya berpikir. Subjek penelitian ini adalah kelas X dengan 2
Tiga pendekatan dalam geografi yang kelas yang terpilih dari 5 kelas, 2 kelas tersebut
diantaranya pendekatan keruangan, dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan
kelingkungan, dan kompleks wilayah. kelas kontrol. Subjek ini bersifat homogen
Pendekatan kelingkungan merupakan suatu berdasarkan nilai rata-rata raport yang sama atau
metodologi untuk mendekati, menelaah dan selisih yang sedikit. Kelompok eksperimen
menganalisis suatu gejala atau suatu masalah adalah kelas X2 (25 siswa) dan kontrol adalah
dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi kelas X1 (25 siswa). Penelitian tersebut peneliti
sesuai pendapat dari Stoddart (1986). Pada bertindak sebagai guru dan dibantu oleh observer
pendekatan ini siswa harus dapat menghubungan (guru kelas).
antar manusia dengan lingkungan dari informasi Instrument dalam penelitian ini adalah tes
yang mereka peroleh. Sejalan dengan pendapat kemampuan berpikir kritis. Soal tes yang
Purwanto (2010) ”untuk menjelaskan fenomena digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian.
geografi yang terjadi pada suatu tempat akan Tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk soal
lebih sempurna dan mudah dipahami apabila uraian dalam penelitian ini merupakan materi
digunakan berbagai informasi yang diperoleh pelestarian lingkungan hidup, mata pelajaran
antara lain melalui ilmu bantu geografi”. Hal Geografi KD 2.1.
tersebut membutuhkan pemahaman dan banyak Pelaksanaan dalam penelitian terlebih
menggali informasi dari berbagai sumber. dahulu kelas eksperimen dan kontrol diberikan
Kompetensi dasar dalam geografi tes pra tindakan (pretest). Pre test dilakukan
”Menganalisis pelestarian lingkungan hidup untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
dalam kaitannya dengan pembangunan Selanjutnya setelah mendapatkan hasil pretest
berkelanjutan” pada materi lingkungan hidup kedua kelas tersebut diberikan dua model yang
membutuhkan model yang dapat memberikan berbeda. Kelas eksperimen diberikan model GI
kegiatan berpikir, diskusi, dan kegiatan riil dalam sedangkan kelas kontrol tanpa menggunakan
pembelajaran. Penggunaan model group model GI.
investigation akan sangat memudahkan siswa Kemudian kelas eksperimen dalam
untuk memahami dan mengidentifikasi pembelajaran menggunakan model GI dengan
permasalahan lingkungan yang terjadi sintaks sebagai berikut: 1) penentuan topik dan
didaerahnya dan mengaitkannya dengan grup, 2) merencanakan kegiatan, 3)
peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini. melaksanakan investigasi, 4) menyiapkan
Konsep-konsep tersebut sangat sulit dipahami laporan, 5) presentasi temuan, 6) mengevaluasi
jika hanya diuraikan tanpa menggunakan hasil. Sedangkan pada kelas kontrol tanpa
investigasi. menggunakan model GI (guru menjelaskan
materi seperti biasa diskusi dan tanya jawab).
2. Metode Penelitian Selanjutnya pelaksanaan akhir pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penelitian ini kelas eksperimen dan kontrol dilakukan tes
adalah quasi experimen dengan desain penelitian pascatindakan (posttest). Posttest yang dilakukan
pretest and posttest control group design. untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar siswa setelah mendapatkan perlakuan. Hasil
1.1. pretest dan posttest tersebut digunakan untuk
(KE) O1 X O2 mengetahui selisih dari skor yang didapat
kemudian dilakukan analisis data.
(KK) O1 - O2 Penelitian yang merupakan penelitian
kualitatif dengan analisis menggunakan analisis
Gambar 1.1 Model Rancangan Non-randomized
statistik deskriptif dan inferensial parametrik.
Pretest-Posttest Control Group Design (Sumber:
Seniati, 2011: 126) Analisis secara deskriptif digunakan untuk
menjelaskan tabel dan grafik. Selanjutnya, anlisis
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 -
10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 5

inferensial parametrik dengan t-test untuk


melakukan uji hipotesis. Perhitungan t-test
dilakukan dengan program SPSS 17.0 for
Windows. Adapun tingkat signifikasi yang
digunakan yaitu 5%.

3. Hasil dan Pembahasan


Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan skor hasil kemampuan berpikir kritsi
siswa. Skor kemampuan berpikir kritis siswa Gambar 1 Perbandingan rata-rata nilai pre-test dengan
post test kelas control dan eksperimen
yang diperoleh dari gain score (selisih antara
skor kemampuan awal melalui pretest dan Berdasarkan selisih nilai hasil pretest dan
kemampuan akhir posttest). Nilai kemampuan posttest penerapan pada kelas eksperimen
berpikir kritis dalam penelitian ini nilai rata-rata terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pretest kelas ekperimen yaitu 38 termasuk diperoleh gein skor 25,6 sedangkan kelas kontrol
kategori tidak kritis dengan jumlah 25 anak. 19,9.
Pada kelas kontrol nilai rata-rata pretest yaitu 42 Secara khusus perlu diketahui rata-rata
termasuk kategori kurang kritis dengan jumlah tingkat penguasaan indikator kemampuan
25 anak. berpikir kritis siswa yang meliputi aspek
Pada kedua perlakuan pembelajaran merumuskan masalah, memberikan argumen,
diperoleh rata-rata nilai kemampuan berpikir melakukan deduksi, melakukan induksi,
kritis pada postest berbeda. Pada pembelajaran melakukan evaluasi, serta memutuskan. Nilai
GI rata-rata postest kemampuan berpikir kritis 81 rata-rata penguasaan indikator kemampuan
sedangkan pada pembelajaran tanpa GI rata-rata berpikir kritis pretest dan posttes. Nilai tersebut
postest adalah 75. Perbandingan rata-rata nilai merupakan jumlah skor siswa dikonversi ke nilai
hasil posttest kelas eksperimen dengan kelas jumlah siswa untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kontrol dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah pada Gambar 2.
ini.

100
80
60 Pre Test Eksperimen

40 Pre Test Kontrol


20 Post Test Eksperimen
0
Post Test Kontrol

Gambar 2 Perbandingan hasil perbandingan pretest dan post test pada penelitian

Gambar 2 di atas dapat terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis pada pretest tertinggi
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis diperoleh pada model kelas eksperimensebesar
rata-rata nilai tertinggi siswa sebesar 90, 47 pada indikator ”memutuskan”, dan pada siswa
sedangkan nilai terendah siswa pada 21. di kelas kontrol 52 pada indikator ”deduksi”.
Berdasarkan hasil nilai pretest dan postest Kemudian tingkat penguasaan indikator
walaupun semua penerapan pembelajaran kemampuan berpikir kritis terendah untuk
terhadap peningkatan nilai kemampuan berpikir kelompok eksperimen dan kontrol ada kesamaan
kritis siswa bervariasi, besar-kecilnya nilai dalam pada indikator ”merumuskan masalah” dengan
tes awal dan akhir sangat jelas. perolehan nilai
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
6 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)

nilai 22 untuk kelas eksperimen dan 28,00 untuk Nilai setiap siswa dalam kemampuan
kelas kontrol. berpikir kritis dijabarkan untuk mengetahui
Sedangkan kenaikan perubahan nilai kemampuan siswa dari masing-masing kelas
kemampuan berpikir kritis pada posttest tertinggi eksperimendankontrol.Nilaitersebut
diperoleh pada model kelas eksperimen sebesar merupakan kapasitas siswa dalam menjawab 15
90 pada indikator ”memutuskan”, dan pada siswa soal dari 6 indikator berpikir kritis. Jumlah skor
di kelas kontrol 52 pada indikator ”deduksi”. maksimal 60 jumlah skor yang telah diperoleh
Kemudian tingkat penguasaan indikator anak kemudian dipersentasekanmenurut
kemampuan berpikir kritis terendah untuk katagoris persentase nilai berpikir kritis. Adapun
kelompok eksperimen indikator ”merumuskan nilai kemampuan berpikir kritis siswa untuk
masalah” dengan nilai 68 untuk kelas eksperimen kedua kelompok terdapat pada Lampiran 15 - 18
dan 66 untuk kelas kontrol. dan Tabel 1.
Tabel 1 Nilai kemampuan berpikir kritis setiap anak

Nilai Eksperimen Kontrol


Pre Test Post Tes Pre Test Post Test
f % f % f % f %
80 – 100 0 0 13 52 0 0 11 44
60 – 79 0 0 12 48 0 0 11 44
40 – 59 0 0 0 0 2 8 3 12
20 – 39 6 24 0 0 12 48 0 0
< 20 19 76 0 0 11 44 0 0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat Siswa dalam menentukan masalah aktif
diketahui dari 25 anak dari masing-masing kelas, menyampaikan pendapat mereka. Ketika berhasil
bahwa nilai berpikir kritis siswa pada pretest di menemukan suatu permasalahan tentang
kelas eksperimen katagoris ”tidak kritis” lingkungan hidup, secara bersamaan mereka
sebanyak 19 (76%) anak dan ”kurang kritis” 6 merumuskan dan memberikan dugaan sementara
(24%)anak. Pada dikelas kontrol katagoris ”tidak dari subtopik yang ingin mereka bahas sehingga
kritis” sebanyak 11 (44%) anak, ”kurang kritis” berdampak pada peningkatan kemapuan berpikir.
12 (48%) anak, dan ”cukup kritis” 2 (8%) anak. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada
Sedangkan posttest di kelas eksperimen katagoris indikator melakukan deduksi dan membuat
”sangat kritis” 13 (52%) anak dan ”kritis” rumusan masalah. Berpikir secara deduktif
sebanyak 12 (48%) anak. Pada dikelas kontrol tersebut sesuai dengan pendapat Ennis (dalam
katagoris ”sangat kritis” sebanyak 11(44%) anak, Morgan, 1995) bahwa ”berpikir kritis merupakan
”kurang kritis” 11 (44%) anak, dan ”cukup berpikir logis dan reflektif yang difokuskan pada
kritis” 3 (12%) anak. keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
Hasil penelitian tersebut diduga karena: apa yang harus dilakukan.
Pertama, siswa dituntut untuk mengidentifikasi Kedua, perencanaan/pengorganisasian
dan menemukan inti permasalahan lingkungan kelompok. Keseluruhan anggota dalam
yang akan dikaji. Anderson (2002) dan kelompok diarahkan untuk dapat berpikir dan
Semiawan (2009) menjelaskan bahwa, ”individu mengkomunikasikan perencanaan yang terbaik.
yang kurang mampu dalam memecahkan Bekerja sama merancang suatu rencana akan
masalah umumnya dikarenakan mengalami lebih mudah dan sempurna jika dilakukan
kesulitan untuk menemukan inti masalah”. dengan berkelompok. Dalam merencanakan
Dalam pembelajaran ini siswa diberikan pemecahan masalah yang autentik siswa akan
kebebasan dalam memilih tema yang mereka menjadi aktif dalam kelompoknya. Hal ini
kuasai dan minati. Guru hanya sebagai tampak ketika komunikasi dan interaksi siswa
pembimbing dalam merapihkan ide tema yang menjawab sejumlah pertanyaan yang terdapat
mereka pilih. dalam LKS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 7

Pott (1994) ”salah satu strategi spesifik untuk anggota hingga mendapatkan gagasan terbaik
meningkatkan berpikir kritis adalah menentukan dalam kelompoknya, kemudian menyiapkan
atau memformulasikan masalah. Sutama (2007) laporan dan presentasi. Siswa melakukan diskusi
juga menyatakan bahwa ”model pembelajaran dalam menyiapkan laporan dan presentasi
kooperatif GI dapat digunakan guru untuk bertujuan untuk menyampaikan jawaban dari
mengembangkan berpikir kritis siswa, baik hipotesis yang dibuat di awal pembelajaran.
secara perorangan maupun kelompok”. Diskusi Presentasi kelompok dalam kelas yang
antar siswa dalam kelompok memberikan secara bergantian melatih siswa untuk percaya
kebebasan dan menghilangkan rasa malu untuk diri dan berpikir khususnya kemampuan
memberikan gagasannya. argumentasi. Hal ini dibuktikan dengan analisis
Ketiga, siswa mengembangan dan melatih dan jawaban yang baik diberikan siswa dalam
kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuan siswa.
masalah kontekstual. Keaktifan dalam berpikir Memberikan argumen merupakan suatu hal yang
siswa hingga taraf berpikir kritis diperoleh mudah dilakukan dalam bentuk lisan tetapi sulit
dengan baik. Siswa terlihat aktif yang jika tanpa berpikir dan sesuai dengan yang
disebabkan konsep dalam investigasi, yaitu diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat
dengan pengamatan dan pencarian langsung di Matindas (2002) ”berpikir kritis adalah aktivitas
lapangan dengan informasi yang tersedia. mental yang dilakukan untuk mengevaluasi
Informasi tersebut baik surat kabar, media kebenaran suatu pernyataan”. Slavin (2010)
internet, dan bahan rujukan yang diberikan oleh menyatakan ”kegiatan diskusi kelompok dan
guru. Menurut Bruner dalam Dahar (1996) saling berbagi pendapat dapat melahirkan
”Belajar penemuan sesuai dengan pencarian perluasan dan kognitif siswa”.
pengetahuan secara aktif oleh siswa dan dengan Kelima, Tahapan terakhir dalam model GI
sendirinya memberikan hasil yang baik, berusaha adalah evaluasi, siswa dalam mengembangkan
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta kemampuan berpikirnya dilatih untuk mampu
pengetahuan yang menyertai menghasilkan menganalisis dan memecahkan masalah. Hasil
pengetahuan yang benar-benar bermakna” yang dicapai dalam pembelajaran membuktikan
Kesuma, dkk (2010) menjelaskan pula bahwa hasil indikator mengevaluasi siswa
bahwa ”penyelidikan sebagai suatu sistem hanya mengalami peningkatan. Evaluasi yang
dapat dipahami melalui hasil pengamatan dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan
empiris, eksplorasi, investigasi, dan proses masukan yang diberikan oleh setiap kelompok
berpikir rasional tentang fenomena dan gejala dan guru. Pada kegiatan ini juga meningkatan
alam yang terjadi”. Penjelasan tersebut kemapuan berpikir kritis siswa pada indikator
mengandung makna bahwa pembelajaran memutuskan yang sangat tinggi dari keenam
hendaknya didasarkan pada prinsip bahwa cara indikator dalam kemampuan berpikir kritis.
belajar terbaik bagi siswa adalah dengan Menurut Feldman (2010) tindakan untuk
melakukan penyelidikan dan mengoptimalkan mengevaluasi, berargumen, dan memilih pola
kemampuan berpikirnya. Sejalan dengan investigasi yang dapat menghasilkan jawaban
pandangan tersebut, aliran empirisme terbaik merupakan cakupan dari berpikir kritis.
berpendapat bahwa sumber pengetahuan harus Ennis (dalam Costa, 1985) menambahkan ”salah
dicari dalam dunia nyata secara empiris dan satu indikator berpikir kritis adalah menentukan
legitimitas dalam demontrasi (Brouwer dan alternatif solusi dan menyimpulkan”.
Heryadi, 1986). Secara umum walau terjadi peningkatan
Keempat, siswa menyiapkan laporan dan pada semua indikator, akan tetapi secara khusus
melakukan presentasi. Partisipasi siswa untuk adanya kelemahan pada kelas eksperimen dengan
berusaha membuat konsep yang baik dan penuh kontrol pada indikator induksi. Pada indikator
tanggung jawab dalam memecahkan suatu induksi memperoleh nilai 68% (Lampiran 16b).
permasalahan setelah melalui proses penemuan Dalam hal tersebut terjadi karena siswa
(investigation). Pada tahapan ini kelompok sebelumnya jarang dan bahkan belum pernah
berdiskusi membandingkan hasil pemikiran tiap dilatih dalam menganalisis permasalaan.Siswa
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
8 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)

cenderung kurang percayadiri ketika konsentrasi, berpikir kritis dan kreatif. Menurut
mengemukakan pendapat hasil temuan De Porter (2002) ”dalam keadaan santai
kelompoknya dan terlatih dalam menjabarkan seseorang dapat berkonsentrasi dengan sangat
suatu alternatif.Hal ini berdampak pada indikator baik dan mampu belajar dengan mudah”.
induksi rendah, walaupun siswa telah mampu Peningkatan berpikir siswa dalam mengkritisi
menyampaikan pendapatnya secara lisan. permasalahan dalam materi pembelajaran akan
Penerapan GI memeng terbukti dapat memudahkan siswa memahami pelajaran.
meningkatkan berpikir kritsi karena
pembelajaran tidak berlangsung secara 4. Kesimpulan dan saran
informatif. Dalam prosesnya juga berupa jalinan- Simpulan
jalinan pertanyaan yang dapat memicu siswa Berdasarkan hasil analisis data dan
untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Hal pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan
tersebut siswa memecahkan masalah yang ada bahwa, ada pengaruh penggunaan model GI
pada lembar LKS untuk mengarahkan dan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas
melatih siswa dalam berpikir kritis. X MAN 6 Jakarta, berdasarkan skor hasil
Kemampuan berpikir kritis siswa akan posttest kelas eksperimen lebih tinggi
mengalami peningkatan seiring dengan model dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan
pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, oleh beberapa keunggulan model GI pada sintaks
Proses belajar memegang peranan penting pemilihan judul, pelaksanaan investigasi, dan
terhadap kemampuan siswa. Pembelajaran ketika dalam presentasi kelompok serta antusias
dengan situasi lingkungan nyata (kontekstual) belajar siswa yang baik.
lebih mudah dipahami siswa dari pada Saran
pembelajaran yang bersifat informatif (tidak Berdasarkan temuan penelitian, saran-saran yang
kontekstual). Siswa belajar seyogyanya langsung perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi guru, model GI pada materi pelestarian
terlibat dengan objek nyata yang ada dalam
lingkungan hidup perlu digunakan dalam
kehidupan agar dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran geografi di tingkat SMA/MA
berpikir kritis (Arends, 2008). Aktivitas dalam rangka peningkatan kemampuan berpikir
pembelajaran yang melibatkan proses berpikir kritis siswa.
dan interaksi siswa secara langsung akan 2. Bagi guru, agar memperoleh hasil yang optimal,
memudahkan siswa mengkonstruk dalam pembelajaran GI sebaiknya: (a)
penegetahuannya dan mengaitkan konsep-konsep pembelajaran melibatkan siswa secara aktif
yang dipelajari. (student centered) sedangkan guru sebagai
Kemampuan berpikir siswa meningkat fasilitator; (b) sebelum pelaksanaan siswa
dijelaskan secara rinci dahulu, agar saat
dalam pembelajaran selain pada faktor sintaks
penerapannya, tidak terjadi kebingungan dan
yang mempengaruhinya, kemungkinan faktor
membuang waktu; (c) dalam pembagian waktu
materi pelajaran. Materi pelestarian lingkungan yang baik pada waktu presentasi (d)
hidup memiliki daya tarik dan cocok bagi siswa menggunakan soal esai dalam mengukur hasil
untuk menelaah dan memahami secara bersama- belajar siswa.
sama suatu permasalahan. Siswa bersemangat 3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan jika
untuk memberikan argumen, tanggapan dan berminat meneliti dengan topik yang sama,
mengerjakan tugas. Dalam menyelesaikan diharapkan menggunakan lebih banyak variabel
persoalan pada materi tersebut siswa dan sampel selain yang dipakai dalam penelitian
mengumpulkan informasi dan data dengan peran ini.
dimasing-masing kelompok.
Daftar Pustaka
Selanjutnya, Siswa dalam menemukan dan
Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R., (2001). A
dapat menjawab persoalan berdasarkan kemam-
Taxonomy for Learning, Teaching, and
puannya dengan suasana bebas dan rileks
Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy
sehingga mampu memaksiamlkan jawaban
of Educational Objectives). New York:
dengan baik. Suasana belajar bebas dan rileks
Addision Wesley Longman, Inc.
membuat siswa lebih menikmati dalam daya
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 1 - 10 9

Anggi, I. 2012. Penerapan Model Pembelajaran ningkatan-pemahaman-dan-keterampilan-


Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) berpikir-kritis-mahasiswa-melalui-
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa implementasi-strategi-pembelajaran-group-
Pada Materi Pembelajaran investigation. Diakses 12 Desember 2015
Keanekaragaman Hayati (Studi Kuasi Kesuma, D., Hermawan, Supardan, Undang, G.
Eksperiment pada Siswa Kelas X SMA 2010. Contextual Teaching and Learning.
Negeri 1 Natar 2011/2012. Skripsi. Fakultas Sebuah Panduan Awal dalam
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pengembangan PBM. Garut. Rahayasa
Lampung. Researc and Training.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. (Belajar Marzano, R.J. 1992. A different kind of learning:
untu Mengajar 1 dan 2) Terj. Helly P.S. dan Teaching with dimensions of learning.
Sri, M.S. edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Alexandria, Virgina: Assosiation for
Pelajar Supervision and Curriculum Development
Arends. 1997. Classroom Instruction And (ASCD)
Management. USA: The Mc.Graw-Hill Nurhadi dan Sunduk, A.G. 2003. Pembelajaran
Companies,Inc. Kontekstual (Contextual Teaching and
De Porter (2002) Quantum learning. Bandung: Learning/CTL) dan Penerapannya dalam
Kaifa KBK. Malang: Penerbit UM
Eggen, P.D & Kauchak, P.P.. 1998. Strategies for Nurhayati, I. 2007. Penerapan Pembelajaran
Teacher: Teaching Content and Kooperatif Model Group Investigation
Ennis, R. H. 2000. An Outline of Goals for untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Critical Thinking Curriculum and Its Belajar Siswa pada Mata Diklat Akutansi.
Assesment. Online. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Purwanto, Edy. 2010. Problematika
Fatimah, S.F, 2001. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Geografi. Pidato
Pembelajaran Kooperatif Group Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu
Investigation (GI) terhadap Kemampuan Pembelajaran Geografi pada Fakultas Ilmu
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sosial disampaikan pada Sidang Terbuka
Kelas VII di SMP Negeri 5 Malang Pada Senat Universitas Negeri Malang. Tanggal 6
Pokok Bahasan Peran Manusia dalam Mei 2010. Malang. Universitas Negeri
Pengelolaan Lingkungan. Skripsi Tidak Malang.
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Rahmawati, E.D. 2012. Penerapan Model
Malang. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Feldman, D.A. 2010. Berpikir Kritis Strategi Investigation untuk Meningkatkan Keaktifan
untuk Mengembangkan Keputusan. dan Hasil Belajar. Jurnal Sosialitas : Vol.2
Terjemahan: Ati Cahayani. Jakarta: Indeks. No. 1 Tahun 2012. (Online).
Halek, D, 2011. Penerapan Pembelajaran http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/
Kooperatif Model Investigasi Kelompok article/view/394/195. Diakses 26 Desember
Berbasis Out Door Study untuk 2016
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar akhiyati, Z. (2011). Metode Pembelajaran
Siswa pada Materi Lingkungan Hidup untuk Kooperatif Group Investigation (GI) untuk
Pembangunan Berkelanjutan Kelas XI SMA Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Muhammadiyah Kota Ternate. Tesis. Siswa Fisika Kelas X-4 SMA Negeri Ngoro
Jurusan Pendidikan Geografi, Program Jombang. (Online). http://karya-
Pascasarjana Universitas Negeri Malang. ilmiah.um.ac.id/index.php. Diakses 11
Ismaniati, C. 2009. Peningkatan Pemahaman dan November 2015.
Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Semiawan, C. 2009. Kreativitas Keberbakatan:
melalui Implementasi Strategi Pembelajaran Mengapa, Apa, dan Bagaimana. Indeks.
Group Investigation. Jurnal Ilmu Pendidikan Jakarta: Indeks
(JIP), Vol. 36, No. 2 (2009). (Online).
http://jurnal.fip.um.ac.id/ilmupendidikan/pe Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print)
10 Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap (Mushoddik, Utaya, Budijanto, 2016)

Seniati, Liche; Yulianto, Aries; Setiadi, Thinking Skills Trough Problem-Based


Bernadette N. 2011. Psikologi Eksperimen. Learning. CMU. Journal of Social Science
Jakarta: PT. Indeks. and Human. Vol. 2 (2). 85-100
Slavin. R.E, 2009. Cooperative Learning Teori, Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory
Riset dan Praktek. Diterjemahkan Narulita and Practice. Ontario Institute for Studies in
Yusron. Bandung: Nusa Media. Education, Toronto.
Slavin, R.E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori
dan Praktik. Jilid 1. (Terj. Marianto, S.)
Jakarta: Indeks.
Stoddard, R.H., dkk. 1986. Human Geography
People, Places, and Culture, New Jersey.
Prentice-Hall
Suati, NN., 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dan Kooperatif Group
Investigation terhadap Sikap Ilmiah dan
Keterampilan Berpikir Kritis. (Online).
http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php. Diakses 11 November
2012.
Sumarmi, 2012. Model-Model Pembelajaran
Geografi: Malang. Aditya Media
Sutama, 2007. Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation untuk
Pengembangan Kreativitas Mahasiswa.
Jurnal Ilmiah Varia Pendidikan. ISSN
0852-0976.
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran
inovatif berorentasi konstruktivistik konsep,
landasan teori – praktis dan
implementasinya. Jakarta: Prestasi pustaka.
Veristika, Nela. 2009. Penerapan Model
Pembelajaran Group Investigation untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
Siswa pada bahasan mengelola kompetensi
personal di SMK Negeri 1 Kudus. (online)
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj
/article/download/534/569 Diakses 2
Februari 2013
Winarni, E. W. 2006. Pengaruh Strategi
Pembelajaran terhadap Pemahaman
Konsep IPA Biologi, Keterampilan Berpikir
Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD
dengan Tingkat Kemampuan yang Berbeda
di Kota Bengkulu. Disertasi tidak diterbitkan
Malang: Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.

Yuan, H., Kunaviktikul, W., Klunklin, A.,


Williams, B.A. 2008. Promoting Critical
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (1 - 10)

Anda mungkin juga menyukai