Laporan Pengujian Lapangan Pu PDF
Laporan Pengujian Lapangan Pu PDF
YOGYAKARTA
JULI, 2004
-2-
Penguji/Penganalisis,
Email atmaja_sri@hotmail.com
ABSTRAK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
ABSTRAK 3
DAFTAR ISI 4
1. PRAMBANAN – PAKEM 12
2. PIYUNGAN – GADING 27
BAB I
DESKRIPSI METODE SASW
1. PENDAHULUAN
Keunggulan dari metode SASW ini adalah sifat pengujiannya yang tidak memberikan
sebarang kerusakan pada struktur, metode ini murah dalam pelaksanaannya dan cepat
untuk proses analisis hasilnya. Perkembangan metode SASW meliputi sejumlah
pengujian dan riset yang telah dijalankan untuk berbagai jenis infrastruktur dan
penggunaan teknik analisis yang diautomasi sepenuhnya. Aplikasinya yang pertama
telah dilakukan oleh Nazarian (1984) dan Nazarian & Stokoe (1984) yang
menjelaskan penggunaan SASW kepada analisis kekakuan tanah dan struktur
timbunan jalan. Dalam studinya, hasil pengukuran SASW telah dibandingkan dengan
pengujian lubang silang (cross hole) dan mendapati hasil pengujian SASW memiliki
ketepatan yang tinggi. Pengujian yang sama juga telah dilakukan oleh Hiltunen &
Woods (1988) yang menghasilkan korelasi yang memuaskan dari kedua metode
pengujian. Penggunaan teknik SASW telah didapati berhasil untuk beberapa
pengujian lapangan diantaranya studi karateristik fondasi bangunan (Madshus &
Westerdhal 1990; Stokoe et al. 1994), pengukuran lapangan nilai kekakuhan tanah
(Matthews et al. 1996), penilaian struktur beton (Rix et al. 1990; Cho 2002),
pendeteksian lapisan pada struktur motar semen (Cho et al. 2001), penilaian
kepadatan suatu struktur tanah timbunan (Kim et al. 2001) dan struktur fondasi
(ballast) jalan kereta api (Zagyapan et al. 2002). Haupt (1977), Dravinsky (1983),
Curro (1983) dan Gucunski et al. (1996, 2000) telah menunjukkan bahwa gelombang
permukaan sangat sensitif kepada anomali (contohnya pengaruh keretakan dan lubang
dalam struktur yang tidak homogen) yang terletak di permukaan suatu media. Hasil
kajian tersebut menunjukkan potensi penggunaan SASW yang cukup luas untuk
penilaian pemeliharaan suatu struktur.
Tahapan analisis data gelombang permukaan dalam metode SASW terbagi dalam 3
proses utama (Nazarian & Stokoe 1984) , yaitu :
1. Menentukan satu set jarak sensor (d) yang terdiri dari beberapa ukuran jarak
diantara sensor yang berbeda dan pengukuran jarak dari letak sumber
gelombang dengan sensor terdekat. Nilai jarak ini kemudiannya dilebarkan
secara berganda, biasanya dimulai dengan jarak yang terpendek (Gambar 1.3).
2. Memilih sebuah sumber gelombang dan sepasang sensor yang tepat untuk setiap
wilayah frekuensi yang telah ditentukan. Oleh yang demikian, untuk
menghasilkan pergerakan gelombang dalam wilayah frekuensi yang diperlukan
dalam sesuatu pengukuran, beberapa set berat dan bentuk sumber gelombang
perlu digunakan bagi memperolehi isyarat yang baik.
Gambar 1.3 Penentuan letak sensor dan sumber gelombang dalam pengukuran
Tahapan cara analisis dan penafsiran data dijelaskan dalam diagram di bawah ini :
Mulai
Analisis 1
Data Analog Gelombang
Analisis FFT
Analisis Spektrum
Analisis 2
Perhitungan Kecepatan dan
Panjang Gelombang Rayleigh
Analisis 3
Proses Fitting/Penyesuaian
Kurva Model Lapangan
Dengan Inversi Sederhana
Hitung Tingkat
Proses Kesalahan Fitting
Iterasi
Cek Hasil
Akhir
Hasil Akhir
selesai
Analisis 1
Dalam tahapan ini data digital gelombang ditransformasikan kepada domain frekuensi
menggunakan metode FFT (Fast Fourier Transform). Untuk memperlancar kegiatan
transformasi ini software Mathlab atau dBFA 32 akan digunakan sebagai perangkat
lunak pengautomatik analisis data. Setelah dianalisis dalam domain frekuensi, data
gelombang ditampilkan dalam fungsi spektrum tenaga auto (auto power), fungsi
perpindahan (transfer function) dan fungsi koheren (coherence function). Dari
spektrum koheren akan diperoleh wilayah frekuensi yang menunjukkan sinyal yang
baik, sehingga proses penyaringan (filtering) dan penentuan rentang frekuensi reaksi
gelombang dilaksanakan dalam tahap ini.
Apabila rentang frekuensi dapat ditentukan, melalui spektrum fungsi pindahan, data
beda fase bisa diturunkan dalam bentuk spektrum terbuka. Data ini akan digunakan
untuk analisis 2.
Analisis 2
Dalam tahapan ini, kecepatan gelombang Rayleigh dapat dihitung dengan algoritma
yang mudah menggunakan metode beda fase (phase different method). Kecepatan
gelombang dapat ditentukan berdasarkan nilai waktu pergerakan gelombang (t) dan
jarak (d) diantara sensor. Panjang gelombang juga dapat ditentukan berdasarkan nilai
jarak diantara sensor dan nilai beda fasenya. Selanjutnya data kecepatan dan
panjang/frekuensi gelombang Rayliegh dipetakan dalam kurva yang disebut sebagai
kurva penyebaran lapangan (experimental dispersion curve). Kurva ini seterusnya
akan dijadikan panduan iterasi dalam proses inversi di tahap analisis ke-3.
Analisis 3
Proses inversi dilakukan dengan metode sederhana (simple inversion method) yang
direkomendasikan oleh Richart et al. (1972). Proses ini menghitung modulus
elastisitas dari data kecepatan gelombang Rayleigh dengan mengasumsikan kepadatan
bahan (mass density) dan angka Poisson untuk setiap bahan perkerasan jalan. Profil
perkerasan jalan dapat dihasilkan dengan parameter modulus elastisitas dan
kedalaman.
BAB II
HASIL PENGUJIAN
2.1 PENDAHULUAN
b. Hasil analisis data gelombang dalam spektrum transfer function (beda fase dan
frekuensi).
1. KM 17 + 000
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1
0.4 0.4
Subgrade
1.5
0.6 0.6
Panjang Gelombang (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
0.8 0.8
2.5
1 1
3
1.2 1.2
3.5
1.4 1.4
4
2. KM 19 + 000
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1
Subgrade
0.4 0.4
1.5
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
2.5
0.8 0.8
1 1
3.5
1.2 1.2
4
3. KM 20 + 500
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1
0.4 0.4
Subgrade
1.5
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
0.8 0.8
2.5
1 1
3
1.2 1.2
3.5
4 1.4 1.4
4. KM 22 + 000
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1.5
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
2.5
0.8 0.8
1 1
3.5
1.2 1.2
4
5. KM 23+500
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1 Subgrade
0.4 0.4
1.5
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
0.8 0.8
2.5
1 1
3
1.2 1.2
3.5
4 1.4 1.4
6. KM 25+000
Base Course
0.5
0.2 0.2
1
Subbase Course 0.4 0.4
1.5
Panjang Gelombang (m)
Subgrade
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
0.8 0.8
2.5
1 1
3
1.2 1.2
3.5
4 1.4 1.4
7. KM 28+000
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1.5
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0.6 0.6
0.8 0.8
2.5
1 1
3
8. KM 31+000
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1 0.3 0.3
Subgrade
Panjang Gelombang (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0.4 0.4
1.5
0.5 0.5
2 0.6 0.6
0.7 0.7
2.5
0.8 0.8
3 0.9 0.9
9. KM 34+000
Base Course
0.5
0.2 0.2
Subbase Course
1.5
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
2.5
0.8 0.8
1 1
3.5
1.2 1.2
4
10. KM 37+000
Base Course
0.1
0.5
0.2
0.3 0.4
Subgrade
Panjang Gelombang (m)
1.5
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0.4
0.6
0.5
2
0.6 0.8
2.5
0.7
1
3
0.8
Nilai lapisan permukaan (surface course) diukur dalam modulus elastisitas dalam
rentang 3.400 – 12.749 MPa atau 800 - 1580 m/s, sedangkan untuk lapisan fondasi
atas 400 – 1900 MPa atau 275 – 650 m/s dan lapisan fondasi bawah 200 – 600 MPa
atau 180 – 300 m/s. Untuk lapisan subgrade dalam nilai modulus elastisitas 40 – 160
MPa atau 80 – 150 m/s.
- 23 -
Base Course
Subgrade
2
Panjang Gelombang (m)
1 1
Kedalaman (m)
3
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
2 2
7 2.5
2.5
- 28 -
1
0.4 0.4
Subbase Course
0.6 0.6
Subgrade
2
Panjang Gelombang (m)
0.8 0.8
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
3 1 1
1.2 1.2
4
1.4 1.4
1.6 1.6
5
1.8 1.8
6 2 2
Base Course
1
Subgrade
2
Panjang Gelombang (m)
1 1
3
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
2 2
7 2.5 2.5
Base Course
1
Subbase Course
0.5 0.5
2
Subgrade Layer
Panjang Gelombang (m)
1 1
3
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
2 2
7 2.5 2.5
Base Course
1
Subbase Course
0.5 0.5
2
Subgrade
3 1 1
Panjang Gelombang (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
6 2 2
2.5 2.5
9 3 3
1
Subbase Course
0.4 0.4
Subgrade
2 0.6 0.6
Panjang Gelombang (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0.8 0.8
1 1
4 1.2 1.2
1.4 1.4
1.6 1.6
6 1.8 1.8
Base Course
1
Subbase Course
0.5 0.5
Subgrade
2
Panjang Gelombang (m)
1 1
3
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
2 2
7 2.5 2.5
Base Course
0.5
0.2 0.2
1
Subbase Course
0.4 0.4
1.5
Subgrade
Panjang Gelombang (m)
0.6 0.6
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
2
2.5
0.8 0.8
1 1
3.5
1.2 1.2
4
Base Course
Subbase Course
0.5 0.5
2
Subgrade
3
Panjang Gelombang (m)
1 1
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
5
2 2
8 2.5 2.5
Base Course
1
2
Subgrade
3 1 1
Panjang Gelombang (m)
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
4
1.5 1.5
6 2 2
2.5 2.5
9 3 3
Pada umumnya hasil pengukuran pada Jalan Piyungan - Gading yang menggunakan
metode SASW menghasilkan nilai CBR/DCP yang cukup tinggi dengan nilai CBR di
atas 6 % atau nilai DCP 25 mm/blow untuk DCP 60˚. Daya dukung tanah (nilai CBR)
pada semua lokasi pengujian menunjukkan nilai yang tinggi sehingga tidak dideteksi
adanya kondisi tanah lunak pada lokasi pengujian di Jalan Piyungan Gading.
Nilai lapisan permukaan (surface course) diukur dalam modulus elastisitas dalam
rentang 3.000 –7200 MPa atau 800 - 1084 m/s, sedangkan untuk lapisan fondasi atas
1000 – 2400 MPa atau 500 – 700 m/s dan lapisan fondasi bawah 480 – 600 MPa atau
260 – 300 m/s. Untuk lapisan subgrade dalam nilai modulus elastisitas 86 – 400 MPa
atau 120 – 250 m/s.
- 38 -