Anda di halaman 1dari 13

Tahapan Kegiatan Eksplorasi

Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi
itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :

1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari
prospek,
2.Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, dan
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang

Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga
pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup
mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada
beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang
menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk
kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral
yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi. Selanjutnya istilah
eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.

Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi


1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga
berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi
regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan
galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-
tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan
singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 :
50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan,
karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung),
yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen
(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus
diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter,
serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan
demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang
tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut
kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit),
pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut
kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan
utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan
penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan
batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan
lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan,
perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi
berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah
cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.

Metode Eksplorasi

Dalam pemilihan metode-metode yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis
endapan yang akan dicari. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing
tahapan eksplorasi serta pemilihan metode dapat digambarkan secara umum seperti terlihat pada
Tabel.
Tabel Tahapan eksplorasi dan metode yang digunakan sesuai dengan endapan mineral yang
dicari

Jenis Endapan
Tahapan Metode
Mineral

Pendahuluan Citra landsat semua

Sintesis regional semua

Survei Tinjau
Foto udara semua
(Reconnaissance)

Aeromagnetik logam dasar

Pemetaan geologi semua

Pengukuran penampang Stratigrafi misalnya batubara

Stream sediment sampling logam dasar

Pendulangan mineral berat

Prospeksi umum Pemetaan geologi semua

Stream sediment sampling logam dasar

Pendulangan mineral berat


Gaya berat non-metalik

Seismik singenetik

Magnetik logam dasar tertentu

Rock sampling semua

Prospeksi detail
(Eksplorasi Pemetaan geologi semua
pendahuluan)

Uji sumuran semua

Geolistrik (tahanan jenis, IP, SP, dll.) logam dasarsingenetik

Seismik refraksi/refleksi Detail magnetik logam dasar tertentu

Soil sampling (geokimia) logam dasar

Rock sampling (geokimia) semua

Rock sampling (petrografi, alterasi) logam dasar, dll

Pengambilan conto sistematik dengan:


Eksplorasi detail pemboran inti, sumur uji atau dengan logging Semua
geofisika

Gambar :
Kegiatan Eksplorasi

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan Eksplorasi

1. Tujuan Eksplorasi
Tujuan kegiatan ekpslorasi antara lain untuk mengetahui :
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian :
*) Eksplorasi pendahuluan/prospeksi dan
*) Eksplorasi detail
b. Endapan/bijih yang dicari : sulfida, timah, bauksit, nikel, emas/perak, minyak/gas bumi,
endapan golongan C, dll.
c. Sifat tanah dan batuan :
*) untuk penambangan,
*) untuk konstruksi,
*) dll.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :
a. Peta dasar sudah tersedia/belum.
b. Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat).
c. Analisis regional :
*) Sejarah,
*) Struktur/tektonik, dan
*) Morfologi.

d. Laporan-laporan penyelidikan terdahulu.


e. Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada.
f. Geografi :
*) Kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi),
*) Iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir),
*) Sifat angin, keadaan laut, gelombang, dll.,
*) Tumbuhan, binatang, dan
*) Komunikasi.
g. Sosial budaya dan adat istiadat :
*) Sifat penduduk,
*) Kebiasaan,
*) Pengetahuan/pendidikan,
*) Mata pencaharian, dll.
h. Hukum :
*) Pemilikan tanah,
*) Ganti rugi, dan
*) Perizinan.
3. Pemilihan Metode
Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Cara tidak langsung :
*) Geofisika dan
*) Geokimia.

b. Cara langsung :
*) Pemetaan langsung dan
*) Pemboran.
c. Gabungan cara langsung dan tak langsung.
Gambar :

Pengelolaan Kegiatan Eksplorasi

Secara umum suatu manajemen kegiatan eksplorasi telah meliputi beberapa hal berikut antara
lain :
1. Jenis kegiatan.
2. Operasi lapangan.
3. Layanan pendukung.
4. Layanan teknis, logistik, dan administrasi.
5. Koordinasi, komunikasi, dan pengawasan.
6. Analisis dan integrasi data hasil eksplorasi.
7. Pengambilan keputusan.

Teori manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Secara umum, dalam suatu
program penentuan yang mengarah ke eksplorasi harus dimulai dengan hipotesa pekerjaan, yang
merupakan rencana ulang pemilihan fakta-fakta dari beberapa observasi dan intepretasi dengan
spekulasi dari pengeluaran.

Gambar :
Syarat untuk perumusan hipotesis dari suatu penemuan (dalam hal ini endapan bahan galian)
adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan staf (pekerja) yang baik tentang keadaan/kontrol geologi suatu endapan,
2. Mempunyai wawasan dan imajinasi,
3. Mempunyai bakat intuisi,
4. Mempunyai keberanian,
5. Mempunyai keyakinan tentang penilaian hipotesis,
6. Kemampuan untuk berdiri sendiri.

Untuk mencapai kesuksesan dalam eksplorasi, maka urutan-urutan yang perlu diperhatikan oleh
seorang (badan) pengelola eksplorasi antara lain :

1. Penentuan tujuan jangka panjang yang realistik dan tidak bersifat subjektif,
2. Pendelegasian tanggung jawab pada masing-masing individu/tim,
3. Penciptaan suasana kerja yang produktif sehingga mampu merangsang munculnya inovasi-
inovasi dan penemuan-penemuan baru,
4. Pemastian adanya komunikasi yang baik, baik dari pusat kelapangan, atau dalam satu kerja
tim lapangan,
5. Penekanan dan proporsi yang baik dalam pengelolaan sumberdaya (manusia, uang, dan
waktu),
6. Membiasakan dalam peninjauan kembali keputusan sebelum memutuskan/membuat keputusan
akhir (final decission).

Program Eksplorasi

Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum
program eksplorasi tersebut dilaksanakan.

Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :

a. Target eksplorasi
*) Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan
*) Pencarian model-model geologi yang sesuai

b. Pemodelan eksplorasi
*) Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi,
*) Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan mendiskripsikan
petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan, serta
*) Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi
yang diperoleh.

Gambar :
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah dasar
ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :

a. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan geologi endapan
yang dicari.
b. Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-rendahnya
untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
c. Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable).
Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian yaitu
Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi batuan, proses-
proses geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu endapan bahan galian.

Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :

1. Rencana pemetaan, mencakup ;


*) Perencanaan lintasan,
*) Perencanaan tenaga pendukung, yang didasarkan pada keadaan geologi regional.
2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;
*) Perencanaan lintasan,
*) Perencanaan jarak/interval pengambilan data (sampling/record data), yang didasarkan pada
keadaan umum model badan bijih.
3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran eksplorasi, yang
mencakup :
*) Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi,
*) Interval/spasi antar paritan (lokasi),
*) Kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor,
*) Keamanan (kerja dan lingkungan),
*) Interval/metode sampling, dan
*) Tenaga kerja
yang didasarkan pada proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan endapan di permukaan.
4. Perencanaan pemboran inti, meliputi :
*) Target tubuh bijih yang akan ditembus,
*) Lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan (moving) alat),
*) Kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber air, keamanan),
*) Kedalaman masing-masing lubang,
*) Jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi,
*) Jumlah tenaga kerja,
*) Alat transportasi, dan
*) Jumlah (panjang) core box.
Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut telah mengikutkan jumlah/besar
anggaran yang dibutuhkan. Selain itu, prinsip dasar dalam penentuan jarak sedapat mungkin
telah memenuhi beberapa faktor lain, seperti :

1. Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan maka grid density
semakin kecil (interval/jarak) semakin rapat.

2. Persyaratan pengelompokan hasil perhitungan cadangan/endapan. Contoh pada batubara ;


syarat jarak untuk klasifikasi terukur (measured) £ 400 m antar titik observasi.
Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan suatu
proyek/pekerjaan eksplorasi, antara lain :

1. Memperkecil resiko kerugian,


2. Memungkinkan penghentian kegiatan sebelum meningkat pada tahapan selanjutnya jika
dinilai hasil yang diperoleh tidak menguntungkan

3. Setiap tahapan dapat melokalisir (menambah/mengurangi) daerah target sehingga probabilitas


memperoleh keuntungan lebih besar, dan

4. Memungkinkan penganggaran biaya eksplorasi per setiap tahapan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai