Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIV/AIDS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SAIFUL ANWAR MALANG

Di Susun Oleh:

1. Ambarwati
2. Durrotul lam’atis Tsaniyah
3. Erni heryanti

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RSUD Dr SAIFUL ANWAR

TAHUN 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan HIV/AIDS

di Ruang 26P di RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang

Telah Disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing CI/Lahan

2
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RSUD Dr SAIFUL ANWAR

Topik : HIV/AIDS

Sub Topik : Pencegahan dan Pertolongan Pertama HIV/AIDS

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Januari 2019

Waktu / Jam : 25Menit / 10.00 – 10.25 WIB

Tempat : Ruang 26P RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Peserta : Pasien dan Keluarga Pasien

Penyuluh : Pencegahan HIV/AIDS

A. Latar Belakang
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan
menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World
Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus,
dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun
(WHO, 2012).
Proporsi faktor risiko penderita HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%, diikuti
oleh penasun atau injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak
sebesar 3,76% (Kemenkes RI, 2012). pada kelompok remaja usia antara 14-24
tahun, 79% remaja kurang memahami dengan benar mengenai HIV/AIDS dan
sebanyak 21% remaja memahami dengan benar HIV/AIDS. Persentase
kelompok umur 14-24 tahun yang sudah memperoleh KIE HIV/AIDS secara
komprehensif dan tepat sebanyak 13%, dan 87% remaja belum memperoleh
KIE HIV/AIDS secara komprehensif dan tepat (Dinkes Karanganyar, 2013).

3
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak saja
membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada tindakan
yang berisiko terhadap masalah kesehatan.
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa peranan pendidikan kesehatan
adalah melakukan intervensi sehingga perilaku individu atau kelompok sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Salah satu dimensi tempat pelaksanaan pendidikan
kesehatan dapat dilakukan di sekolah dengan sasaran murid melalui metode
promosi kesehatan. Intervensi ini bisa dilakukan dalam meningkatkan
pengetahuan yang komprehensif dan tepat agar tidak terjadi penularan
HIV/AIDS.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan mengerti
dan memahami HIV/AIDS dan cara mengatasi penularan, pencegahan dan
cara mengobati
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu:

1) Memahami tentang pengertian HIV/AIDS


2) Mengenal tentang penyebab HIV/AIDS
3) Mengenal tentang tanda dan gejalanya
4) Mengetahui tentang cara pencegahannya
5) Mengetahui tentang cara penatalaksanaannya
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 31 Januari 2019
Tempat : Ruang 26P
Waktu : 10.00-10.25
D. Sasaran : keluarga dan pasien Ruang 26P

E. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab

4
F. Media
- PPT dan LCD
- Leaflet

G. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan

1 5 mnt Pembukaan :

1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan diri, dan menjelaskan topik
penyuluhan dan tujuan penyuluhan.
3. Menggali pengetahuan tentang pencegahan
dan penatalaksanaan HIV/AIDS
4. Mendengarkan dan memperhatikan
5. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji
2 15 mnt Penyajian :

1. Pengertian HIV/AIDS?
2. Penyebab HIV/AIDS?
3. Tanda dan gejala HIV/AIDS?
4. Penatalaksanaan HIV/AIDS?

1. Memberi kesempatan untuk bertanya


2. Menjawab pertanyaan
3. Mendengarkan dan memperhatikan
4. Mengajukan pertanyaan bila kurang
mengerti.

5
3 5 mnt Penutup :

1. Melakukan evaluasi dengan memberikan


pertanyaan
2. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya kembali jika kurang jelas
4. Mengucapkan salam penutup.
5. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

H. Setting Tempat
Keterangan :

: Penyuluh

: Observer

: Moderator

: Peserta penyuluhan

: Pemateri

I. Pengorganisasian
Moderator :
Penyaji :
Observer :
J. Rencana Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang akan digunakan adalah slide.
b. Persiapan Alat

6
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang
dipakai yaitu laptop, alat peraga, dan leaflet.
c. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam
bentuk makalah dan akan disajikan dalam bentuk PPT dan leaflet
untuk mempermudah penyampaian.
d. Undangan atau Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang yakni keluarga dan pasien ruang
26P

2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran 80% dari seluruh undangan
b. 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan peserta.
d. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan.
e. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

3. Hasil penyuluhan
a. Jangka Pendek
 60% dari peserta dapat menjelaskan pengertian HIV/AIDS dengan
benar
 60% dari peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala HIV/AIDS
dengan benar
 60% dari peserta dapat menyebutkan pencegahan HIV/AIDS
dengan benar

b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai tanda gejala dan bahaya
penyakit HIV/AIDS.

7
MATERI PENYULUHAN

2.1 Definisi HIV/ AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong
familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang
terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun
(kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya
dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu dan
daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun (Daili, F.S., 2009).
HIV singkatan dari human immunodeficiency virus yaitu sejenis virus yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk dalam sel
darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya system kekebalan
tubuh akan menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi
ini disebut dengan AIDS. AIDS singkatan dari Acquired immune deficiency
syndrome, yaitu kumpulan kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV (Kumalasari, 2012).

2.2 Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama, yaitu HTL II,
LAV, RAV, yang nama ilmiahnya disebut dengan Human Immunodeficency Virus
(HIV), yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan
oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Depkes, 2009).
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen antiviral yang disebut HIV
dari kelompok Retrovirus Ribonucleic Acid (RNA). transfusi atau jarum suntik
yang terkontaminasi. Retrovirus mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit
T (Hudak & Gallo, 2010). Disebut retrovirus RNA karena virus tersebut
menggunkan RNA sebagai molekul pembawaan informasi genetik dan memiliki
Enzim Reverse Transciptase. Enzim ini memungkinkan virus mengubah informasi
genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk Deoxy Nucleic Acid (DNA)
yang kemudian diintegrasikan pada informasi genetik sel limfosit yang diserang.
Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk

8
menduplikasi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri HIV (Widoyono,
2011)

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut WHO dan CDC (2002, dalam Widoyono, 2011), manifestasi klinis
HIV/AIDS pada penderita dewasa berdasarkan stadium klinis yang disertai
skala fungsional dan kalisifikasi klinis, yaitu:
1. Stadium klinis I: pada skala I memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas secara normal maupun disertai
adanya limfadenopati presistent generalisata.
2. Stadium klinis II: pada skala II memperlihatkan kondisi asimtomatis,
dimana klien tetap melakukan aktivitas normal tetapi disertai adanya
penurunan berat badan <10% dari berat badan sebelumnya, manifestasi
mukokotaneius minor (dermatitis seborhhoic, prurigo, infeksi jamur pada
kuku, ulserasi mukosa oral berulang, cheilitis angularis), herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir, dan ISPA berulang.
3. Stadium III: pada skala III memperlihatkan adanya kelemahan, berbaring
di tempat tidur <50% sehari dalam 1 bulan terakhir disertai penurunan
berat badan >10%, diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan,
demam dengan penyebab yang tidak jelas (intermitent atau tetap) >1
bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, TB pulmoner dalam satu
tahun terakhir, dan infeksi bacterial berat (misal: pneumonia,
piomiostitis).
4. Stadium klinis IV: pada skala IV memperlihatkan kondisi yang sangat
lemah, selalu berada ditempat tidur > 50% setiap hari dalam bulan-bulan
terakhir disertai HIV wasting syndrome (sesuai yang ditetapkan CDC),
peneumocystis carinii pneumonia (PCP), encephalitis toksoplasmosis,
diare karena cryptosporidiosis >1 bulan, cryptococcosis ekstrapulmoner,
infeksi virus sitomegalo, infeksi herpes simpleks >1 bulan, berbagai
infeksi jamur berat (histoplasma, coccoidioidomycosis), kandidiasis
esophagus, trachea atau bronkus, mikobakteriosis atypical, salmonelosis

9
non tifoid disertai eptikemia, TB ekstrapulmoner, limfoma maligna,
sarcoma Kaposi’s ensefalopati HIV.

2.5 Faktor Resiko (Guerrant el. Al, 2011 & Volberding et, al, 2008).
Faktor risiko penularannya HIV/AIDS yang terjadi, yaitu :
1. Hubungan seksual secara heteroseksualitas maupun homoseksualitas.
2. Penggunaan jarum suntik.
3. Parenatal dan perinatal dari ibu kepada anaknya

2.6 Pemeriksaan diagnostik


Untuk membantu menegakkan diagnosa infeksi HIV/AIDS harus
berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan pembagian gejala klinis baik mayor
maupun minor. Dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS apabila pemeriksaan
tes HIV enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dari metode yang
berbeda menunjukkan hasil reaktif dan telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan
western bolt serta didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor
(Nasronudin, 2007).

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klinis infeksi HIV/AIDS dikonsentrasikan pada terapi
umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita
dianjurkan untuk berisitirahat dan meminimalkan tingkat kelelahan akibat
infeksi kronis, dukungan nutrisi yang adekuat berbasis makronutrien dan
mikronutrien, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial,
motivasi dan pengawasan dalam pemberian antiretroviral therapy (ARV),
membiasakan gaya hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan dan
teratur, mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau
orang yang mempunyai banyak pasangan.

2.8 Pencegahan
Menurut Widoyono (2005), tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
menghindari hubungan seksual dengan penderita HIV atau penderita AIDS,

10
mencegah hubungan dengan pasangan yang bergonta-ganti atau dengan orang
yang mempunyai banyak pasangan, menghindari hubungan seksual dengan
pecandu narkotika obat suntik, melarang orang-orang yang termasuk ke dalam
kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah, memberikan transfusi
darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan, dan memastikan
sterilitas alat suntik.
HIV dan AIDS adalah penyakit menular yang bisa dicegah. HIV tidak
menular melalui jabat tangan, berciuman, menggunakan peralatan makan, kerja
sama, berbagi ruangan, gigitan nyamuk, dan kontak sosial biasa (KPAN, 2011)

2.9 Komplikasi
Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS menyerang
paling banyak pada bagian tubuh seperti:
1. Oral lesi
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks, sarcoma
kaposi, HPV oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral, penurunan
berat badan, keletihan, dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia AIDS
karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan
isolasi sosial. Enselopaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensepalitis.
Dengan efek seperti sakit kepala, malaise demam, paralise, total/parsial,
infrak serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti: diare karena
bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,
sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual, muntah,

11
nyeri abdomen, ikterik, demam atritis. Penyakit anorektal karena abses dan
fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena pneumocitis, carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokukus, virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pada bagian sensorik virus menyebabkan pandangan pada sarcoma kaposis
pada konjuntiva berefek kebutaan. Pendengaran pada otitis eksternal dan
otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

2.10 Cara penularan


Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan HIV adalah darah,
cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu (ASI). Pada umumnya
resiko penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual (homoseksualitas
maupun heteroseksualitas). Penularan melalui darah biasanya dengan perantara
transfusi darah/produk darah, alat suntik atau alat medis lain (narkoba, tato),
perinatal (ibu hamil ke janin) (Nursalam, 2006). Penyebaran virus HIV dapat
melalui aktivitas yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh (Farnan &
Enriquez, 2012). Secara lebih terperinci, virus ini dapat ditularkan melalui
cairan tubuh, semen, vagina, air susu ibu, serebrospinal, sinoval, dan amnion
(Ahluwalia, 2005). Terdapat tiga cara penularan HIV yaitu :
1. Hubungan seksual; baik secara vagina, oral, maupun anal dengan
seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi
70-80% dari total kasus sedunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila
terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan
seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan

12
trikomoniasis. Dari penelitian para pakar ( Yasmin, 1987 dalam
Nasution R., 1990)
2. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik;
a. b.1 Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya
sangat tinggi sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus
sedunia
b. b.2 Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian bersama jarum
suntik dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik.
Risikonya sekitar 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kasus
sedunia
c. b.3 Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petuga
kesehatan, risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat 0,1% dari
total kasus sedunia
3. Secara vertikal;, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Risiko sekitar
25-40% dan angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari
sepertiga.

13
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

Kumalasari, I & Andyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa


Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Farnan, R., & Enriquez, M., 2012, What Nurses Know…HIV/AIDS : The Answer
You Need From The People You Trust,Demos Medical Publishing, New
York.

14
DAFTAR HADIR PESERTA PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI
RUANG 26P RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG

NO NAMA TTD

1. 1. 2.

2.

3. 3. 4.

4.

5. 5. 6.

6.

7. 7. 8.

8.

9. 9. 10.

10.

11. 11. 12.

12.

13. 13. 14.

14.

15. 15. 16.

16.

26P. 26P. 18.

18.

19. 19. 20.

20.

15
Mengetahui, Malang 2019

Pembimbing Lahan Ketua Kelompok

………………………… ………………………

16

Anda mungkin juga menyukai