Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mechanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali.
Kanker serviks adalah Infeksi Human PapillomaVirus (HPV), menyebabkan
metaplasi epitel permukaan serviks, berupa proliferasi permukaan epidermal dan
mukosa.

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar
rahim

Screening adalah pemeriksaan terhadap sejumlah besar orang untuk mengungkap


karakteristik tertentu atau penyakit yang tidak diketahui seperti fenilketonuria atau
hipotiroidisme padaneonatus

Screening sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit
untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik (dr. H.
K.Suheimi ).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Definisi Dari Screening?

1.2.2 Apakah Tujuan Dari Screening?

1.2.3 Apa Saja Syarat Dari Screening?

1.2.4 Bagaimana Proses Pelaksanaan Screening?

1.2.5 Apa Keuntungan Dan Kerugian Dari Screening?

1.2.6 Apa Saja Penyakit Yang Tepat Untuk Dilakukan Screening?

1
1.2.7 Bagaaimana Peran Bidan Screening Untuk Keganasan?

1.2.8 Apakah Definisi Usg Dari Transvaginal?

1.2.9 Apa Saja Keuntungan Dan Kerugian Dari Usg Transvaginal?

1.2.10 Bagaiamana Screening Keganasan Dengan Usg Transvaginal?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mahasiswa Mampu Mendefinisi Dari Screening

1.3.2 Mahasiswa Mampu Menyebutkan Tujuan Dari Screening

1.3.3 Mahasiswa Mampu Menyebutkan Syarat Screening

1.3.4 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Proses Pelaksanaan Screening

1.3.5 Mahasiswa Mampu Menyebutkan Keuntungan Dan Kerugian Dari Screening

1.3.6 Mahasiswa Mampu Menyebutkan Penyakit Yang Tepat Untuk Dilakukan


Screening

1.3.7 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Peran Bidan Screening Untuk Keganasan

1.3.8 Mahasiswa Mampu Mendefinisi Usg Dari Transvaginal

1.3.9 Mahasiswa Mampu Menyebutkan Keuntungan Dan Kerugian Dari Usg


Transvaginal

1.3.10 Mahasiswa mampu Menjelaskan Screening Keganasan Dengan USG Transvaginal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Screening

Screening, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi
untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit
itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes screening yang
dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.
Screening sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit
untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik.

2.2 Tujuan Screening


Screening mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga
dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
5. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti.
Beberapa manfaat tes screening di masyarakat antara lain, biaya yang dikeluarkan
relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes screening
dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam
masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Screening juga
dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan sedangkan
pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya
(Chandra, 2009).
2.3 Syarat Screening
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi beberapa
kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes
penyaringan, antara lain (Noor, 2008):

3
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan
jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
c. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif
melalui diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama
dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah
di suatu daerah yang dilakukan screening berkurang atau malah bertambah frekuensi
endemiknya.
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang tidak
diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan screening
namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS merupakan
penyakit yang memenuhi persyaratan screening (Noor, 2008).

4
2.4 Proses Pelaksanaan Screening

Bagan proses pelaksanaan screening (Noor, 2008).


Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil
tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat
dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan
pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan
pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negatif dapat dilakukan
tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring.
Tes screening pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi
tertentu yang menjadi sasaran screening. Namun demikian bila suatu penyakit
diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini
dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun
secara random yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes
ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan
secara serentak untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008).
Uji screening terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap
kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila
hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes
positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila
hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya
negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil
pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa

5
proses screening adalah pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni,
2003).
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah.
b. Pemeriksaan radiologis untuk uji screening penyakit TBC.
Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan
diagnostik).
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa (Budiarto dan
Anggraeni, 2003).
Contoh pemanfaatan screening :
 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (Bustan, 2000).

2.5 Keuntungan Dan Kerugian Dari Screening.

Screening memiliki kelebihan dan kekurangan; keputusan apakah ke layar harus


diputuskan dengan menyeimbangkan semua factor.
 Keuntungan
Screening dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. Dalam
kasus terbaik dari kehidupan diselamatkan.
 Kerugian
1. Seperti tes medis, tes yang digunakan dalam penyaringan tidak sempurna. Hasil
pengujian tidak tepat dapat menunjukkan positif untuk mereka yang tanpa penyakit
(false positif), atau negatif bagi orang yang memiliki kondisi (negatif palsu).

6
Khususnya ketika screening untuk kondisi probabilitas rendah jumlah mutlak
positif palsu mungkin tinggi walaupun memiliki persentase positif palsu sangat
rendah, jika kejadian kondisi adalah satu di 10.000 dan kemungkinan positif palsu
adalah 0,1%, 9 dari 10 hasil positif akan palsu.
2. Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan sumber daya medis pada sebagian
besar orang yang tidak membutuhkan pengobatan.
3. Dampak buruk dari prosedur penyaringan (misalnya stres dan kecemasan,
ketidaknyamanan, paparan radiasi, paparan kimia).
4. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil screening positif palsu.
5. Tidak Perlu investigasi dan pengobatan hasil positif palsu.
6. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh memperpanjang pengetahuan tentang
penyakit tanpa peningkatan hasil.
7. Rasa aman palsu yang disebabkan oleh negatif palsu, yang dapat menunda
diagnosis akhir.

2.6 Jenis Penyakit Yang Tepat Untuk Screening


1. Merupakan penyakit yang serius
2. Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan dengan
3. Setelah gejala muncul
4. Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di screening

2.7 Peran Bidan Screening Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistematik


a. Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya melakukan
langkah screening.
b. Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisikoterkena penyakit atau
masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas
kesehatan
c. Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat
dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
d. Membantu melindungi kesehatan individual
e. Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi carrier
penyakit di komunitas

7
f. Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode barrier
(pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi perlindungan
terhadap kanker serviks
g. Memberikan fasilitas screening kanker serviks dengan metodepap smear kemudian
membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan kelaboratorium.

2.8 Definisi USG Transvaginal


Pemeriksaan USG Transvaginal (melalui vagina) merupakan suatu metode pencitraan
pada organ genitalia wanita dimana sebuah pemindai dimasukan ke dalam vagina.
Pemindai dimasukan ke dalam rongga vagina untuk melihat struktur pelvis (rongga
panggul), sementara gambaran ultrasound terlihat di monitor. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan untuk memngevaluasi pada wanita dengan masalah infertilitas, perdarahan
yang abnormal, utnuk mencari penyebab nyeri yang tidak jelas pada organ genital,
malformasi kongenital pada uterus (rahim) dan ovarium, kemungkinan tumor dan infeksi,
dan pada kehamilan.
2.9 Keuntungan Dan Kerugian USG Transvaginal
a. Keuntungan USG Transvaginal
 Lebih jelas untuk menilai mengenai kehamilan pada masa-masa kehamilan awal
(10 minggu) jika dibandingkan dengan USG abdomen (melalui perut)
 Lebih jelas untuk menilai mengenai kehamilan pada ibu dengan berat badan
berlebih (obesitas)
 Lebih jelas untuk menilai mengenai kehamilan pada ibu hamil yang arah rahimnya
ke belakang.
 Dan pada keadaan-keadaan lainnya yang menurut dokter tidak cukup hanya dengan
pemeriksaan USG abdomen (melalui perut)
b. Kerugian USG Transvaginal
USG Transvaginal hampir tidak memiliki kerugian, kecuali rasa tidak nyaman yang
mungkin dirasakan oleh pasien

2.10 Screening Keganasan Dengan USG Transvaginal (Kanker Ovarium)


Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh pada indung telur atau ovarium. Penyakit
ini menduduki posisi ketujuh di antara jenis-jenis kanker yang paling umum menyerang
wanita. Setiap tahunnya, ada sekitar 250.000 kasus kanker ovarium di seluruh dunia, yang

8
menyebabkan 140.000 kematian per tahun. Kanker ini dapat muncul pada segala
kelompok usia, tapi umumnya terjadi pada wanita yang sudah masuk masa menopause
atau berusia di atas 50 tahun.
a. Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kalaupun ada,
gejala-gejalanya menyerupai konstipasi atau gejala pada iritasi usus. Oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika kanker sudah menyebar dalam tubuh.

Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:

 Perut selalu terasa kembung.


 Pembengkakan pada perut.
 Sakit perut.
 Penurunan berat badan.
 Cepat kenyang.
 Mual.
 Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi (sulit buang air
besar).
 Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
 Sakit saat berhubungan seksual.
b. Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Ovarium

Sama seperti kanker pada umumnya, penyebab kanker ovarium juga belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko
seorang wanita untuk terkena kanker ini.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

 Usia.
Kanker ovarium cenderung terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas.
 Genetik
Risiko untuk terkena kanker ovarium akan meningkat jika memiliki anggota
keluarga yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara. Begitu juga pada
wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2, yang merupakan mutasi genetic
yang dapat diturunkan.

9
 Terapi pengganti hormon estrogen (Esterogen Hormone Replacement Therapy),
terutama bila dilakukan dalam jangka waktu lama dan dengan dosis tinggi.
 Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
 Tidak pernah hamil.
 Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
 Mengalami siklus menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 50
tahun.
 Menjalani terapi kesuburan.
 Merokok.
c. Ultrasonografi
Pencitraan dari ovarium telah diusulkan sebagai metode untuk mengetahui
perubahan ukuran dan arsitektur ovarium yang mungkin didapatkan saat pemeriksaan
pelvis. USG transvaginal lebih baik digunakan dibandingkan dengan USG per
abdominal untuk dapat mengetahui struktur dan ukuran ovarium. Penelitian yang
melibatkan wanita yang sehat menunjukkan hasil bahwa batas maksimal dari volume
ovarium adalah sebesar 20 cm3 pada wanita premonopouse dan 10 cm3 pada wanita
premenopouse. Selain ukuran, karakteristik morfologi dari ovarium juga digunakan
untuk membedakan antara neoplasma jinak dan ganas. Pada satu penelitian, dimana
menentukan volume ovarium, karakteristik, dan ada tidaknya septum telah digunakan
untuk menghitung angka risiko, nilai sensitifitasnya adalah 89% dan nilai
spesifisitasnya sebesar 70% (table 3). Ideks morfologi lainnya telah dilaporkan
memiliki angka sensitifitas 100% dan spesifisitas 83% dalam membedakan lesi jinak
atau ganas. Bagaimanapun juga, terdapat variasi interpretasi dan skoring pencitraan
ultrasonografi dari pemeriksa. Selain itu juga, peningkatan aliran darah di ovarium
pada pemeriksaan Doppler mengindikasikan adanya lesi yang ganas, namun
penemuan ini masih tidak pasti dan juga terbatasnya pencitraan Doppler pada mesin
USG konvensional.
Indeks Morfologi
Variabel 0 1 2 3 4
Struktur Halus Halus Gambaran Gambaran Dominan
dinding (tebal <3 (tebal ≥3 papilar papilar padat
kista mm) mm) (diameter (diameter
<3mm) ≥3mm)

10
Volume <10 cm3 10-50 cm3 >50-200 >200-500 >500 cm3
tumor cm3 cm3
Struktur Tidak Septum Septum Bagian Dominan
septum berseptum tipis (tebal tebal (tebal padat (tebal padat
<3 mm) 3-10 mm) ≥10 mm)
Tabel 3. Indeks morfologi untuk identifikasi ultrasonografi kanker ovarium.
Data dari DePriest et al. nilai indeks morfologi lebih dari 5 sangat sugestif untuk
kanker (sensitifitas 89%, spesifisitas 70%, angka perkiraan positif 46%).
Beberapa penelitian telah mengevaluasi pemeriksaan ultrasonografi pelvis untuk
kanker ovarium pada wanita yang tidak menunjukkan gejala. Pada salah satu
penelitian, 5479 wanita berusia di atas 45 tahun discreening menggunakan USG trans
abdominal. 9 kanker ovarium (5 dalam stadium I) telah terdeteksi dalam periode 3
tahun. Bagaimanapun juga, terdapat 317 hasil positif palsu (nilai prediksi positif
1,5%). Beberapa penelitian yang menggunakan pemeriksaan USG transvaginal yang
melibatkan lebih dari 136.000 wanita menunjukkan hasil yang beragam. Angka
perkiraan positif pada penelitian ini berkisar antara 1.0%-27%. Interpretasi dari hasil
penelitian ini masih membingungkan karena kriteria inklusi dari penelitian-penelitian
ini tidak seragam, dimana sebagian penelitian hanya memasukkan wanita dengan
risiko tinggi kanker ovarium saja (berdasarkan kepada riwayat penyakit keluarga), 16,19
sebagian lagi menggunakan subyek wanita dengan tingkat risiko rata-rata dan yang
lainnya menggunakan kedua kriteria inklusi di atas.
Dalam penelitian prospektif yang besar, sebanyak 25.327 wanita (termasuk di
dalamnya yang berusia di atas 50 tahun dimana memiliki risiko rata-rata dan wanita
usia di atas 25 tahun yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker ovarium) telah
dilakukan screening dengan menggunakan metode USG transvaginal. Jika ukuran
ovarium yang membesar terdeteksi, kemudian morfologi ovarium juga akan
dijelaskan (gambaran kistik, gambaran padat, septum, pappil, nodul, atau adanya
cairan bebas intraperitoneal). Diantara wanita yang dicurigai menderita kanker
ovarium, reseksi melalui pembedahan dilakukan pada 364 pasien, 29 pasien diketahui
memiliki kanker ovarium yang invasif, diantaranya 14 pasien (48%) berada dalam
stadium I penyakit ini. 9 pasien didiagnosis kanker ovarium setelah 12 bulan
sebelumnya telah dinyatakan negative melalui pemeriksaan USG. Dengan kriteria
dasar yang ketat dalam pemeriksaan USG (contohnya jika hanya ditemukan kista

11
ovarium tunggal yang berukuran kurang dari 5 cm tidak dikategorikan dalam
kecurigaan kanker ovarium), angka perkiraan positif dari pemeriksaan ultrasonografi
adalah sebesar 27%, dan sensitifitasnya adalah 85%. Bagaimanapun juga, faktanya
bahwa banyak pasien yang termasuk dalam risiko tinggi memiliki ankga perkiraan
positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi keseluruhan. Diantara wanita
dimana kanker ovariumnya terdeteksi dengan screening, angka keselamatan hidup
dalam 5 tahun sebesar 77%, dibandingkan dengan angka 49% pada kelompok kontrol
pada institusi yang sama dimana kanker ovariumnya tidak terdeteksi lebih awal
dengan screening.

12
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
2. Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok
orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau tidak mengidap penyakit.
3. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin,
mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan masyarakat untuk
memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan epodemiologis yang
berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang
dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi.
4. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah penyakit yang dituju
harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat yang potensial,
fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis seperti kanker,
adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.

4.1 Saran
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah saya di waktu yang akan
datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.deherba.com/apakah-usg-dapat-digunakan-pada-deteksi-dini-kanker-
ovarium.html [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.00 ]

https://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik/ [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.01 ]

https://www.scribd.com/doc/51265708/SKRINING-UNTUK-KEGANASAN-DAN-
PENYAKIT-SISTEMIK [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.05 ]

https://www.scribd.com/doc/153449919/Skrining-CA-Ovarium[ Diakses Pada tanggal 16 mei


2017 pukul 19.10 ]

http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/372/mod_resource/content/1/6%5B1%5D.%20S
KRINING%20KEGANASAN.pdf. [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.15 ]

https://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik/ [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.20 ]

http://www.ilmukesehatan.com/artikel/makalah-skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik.html [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.25 ]

14

Anda mungkin juga menyukai