PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mechanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali.
Kanker serviks adalah Infeksi Human PapillomaVirus (HPV), menyebabkan
metaplasi epitel permukaan serviks, berupa proliferasi permukaan epidermal dan
mukosa.
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar
rahim
Screening sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit
untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik (dr. H.
K.Suheimi ).
1
1.2.7 Bagaaimana Peran Bidan Screening Untuk Keganasan?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Screening, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi
untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit
itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes screening yang
dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.
Screening sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit
untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik.
3
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan
jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
c. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif
melalui diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama
dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah
di suatu daerah yang dilakukan screening berkurang atau malah bertambah frekuensi
endemiknya.
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang tidak
diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan screening
namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS merupakan
penyakit yang memenuhi persyaratan screening (Noor, 2008).
4
2.4 Proses Pelaksanaan Screening
5
proses screening adalah pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni,
2003).
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah.
b. Pemeriksaan radiologis untuk uji screening penyakit TBC.
Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan
diagnostik).
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa (Budiarto dan
Anggraeni, 2003).
Contoh pemanfaatan screening :
Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (Bustan, 2000).
6
Khususnya ketika screening untuk kondisi probabilitas rendah jumlah mutlak
positif palsu mungkin tinggi walaupun memiliki persentase positif palsu sangat
rendah, jika kejadian kondisi adalah satu di 10.000 dan kemungkinan positif palsu
adalah 0,1%, 9 dari 10 hasil positif akan palsu.
2. Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan sumber daya medis pada sebagian
besar orang yang tidak membutuhkan pengobatan.
3. Dampak buruk dari prosedur penyaringan (misalnya stres dan kecemasan,
ketidaknyamanan, paparan radiasi, paparan kimia).
4. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil screening positif palsu.
5. Tidak Perlu investigasi dan pengobatan hasil positif palsu.
6. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh memperpanjang pengetahuan tentang
penyakit tanpa peningkatan hasil.
7. Rasa aman palsu yang disebabkan oleh negatif palsu, yang dapat menunda
diagnosis akhir.
7
f. Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode barrier
(pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi perlindungan
terhadap kanker serviks
g. Memberikan fasilitas screening kanker serviks dengan metodepap smear kemudian
membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan kelaboratorium.
8
menyebabkan 140.000 kematian per tahun. Kanker ini dapat muncul pada segala
kelompok usia, tapi umumnya terjadi pada wanita yang sudah masuk masa menopause
atau berusia di atas 50 tahun.
a. Gejala Kanker Ovarium
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kalaupun ada,
gejala-gejalanya menyerupai konstipasi atau gejala pada iritasi usus. Oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika kanker sudah menyebar dalam tubuh.
Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:
Sama seperti kanker pada umumnya, penyebab kanker ovarium juga belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko
seorang wanita untuk terkena kanker ini.
Usia.
Kanker ovarium cenderung terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas.
Genetik
Risiko untuk terkena kanker ovarium akan meningkat jika memiliki anggota
keluarga yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara. Begitu juga pada
wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2, yang merupakan mutasi genetic
yang dapat diturunkan.
9
Terapi pengganti hormon estrogen (Esterogen Hormone Replacement Therapy),
terutama bila dilakukan dalam jangka waktu lama dan dengan dosis tinggi.
Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Tidak pernah hamil.
Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Mengalami siklus menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 50
tahun.
Menjalani terapi kesuburan.
Merokok.
c. Ultrasonografi
Pencitraan dari ovarium telah diusulkan sebagai metode untuk mengetahui
perubahan ukuran dan arsitektur ovarium yang mungkin didapatkan saat pemeriksaan
pelvis. USG transvaginal lebih baik digunakan dibandingkan dengan USG per
abdominal untuk dapat mengetahui struktur dan ukuran ovarium. Penelitian yang
melibatkan wanita yang sehat menunjukkan hasil bahwa batas maksimal dari volume
ovarium adalah sebesar 20 cm3 pada wanita premonopouse dan 10 cm3 pada wanita
premenopouse. Selain ukuran, karakteristik morfologi dari ovarium juga digunakan
untuk membedakan antara neoplasma jinak dan ganas. Pada satu penelitian, dimana
menentukan volume ovarium, karakteristik, dan ada tidaknya septum telah digunakan
untuk menghitung angka risiko, nilai sensitifitasnya adalah 89% dan nilai
spesifisitasnya sebesar 70% (table 3). Ideks morfologi lainnya telah dilaporkan
memiliki angka sensitifitas 100% dan spesifisitas 83% dalam membedakan lesi jinak
atau ganas. Bagaimanapun juga, terdapat variasi interpretasi dan skoring pencitraan
ultrasonografi dari pemeriksa. Selain itu juga, peningkatan aliran darah di ovarium
pada pemeriksaan Doppler mengindikasikan adanya lesi yang ganas, namun
penemuan ini masih tidak pasti dan juga terbatasnya pencitraan Doppler pada mesin
USG konvensional.
Indeks Morfologi
Variabel 0 1 2 3 4
Struktur Halus Halus Gambaran Gambaran Dominan
dinding (tebal <3 (tebal ≥3 papilar papilar padat
kista mm) mm) (diameter (diameter
<3mm) ≥3mm)
10
Volume <10 cm3 10-50 cm3 >50-200 >200-500 >500 cm3
tumor cm3 cm3
Struktur Tidak Septum Septum Bagian Dominan
septum berseptum tipis (tebal tebal (tebal padat (tebal padat
<3 mm) 3-10 mm) ≥10 mm)
Tabel 3. Indeks morfologi untuk identifikasi ultrasonografi kanker ovarium.
Data dari DePriest et al. nilai indeks morfologi lebih dari 5 sangat sugestif untuk
kanker (sensitifitas 89%, spesifisitas 70%, angka perkiraan positif 46%).
Beberapa penelitian telah mengevaluasi pemeriksaan ultrasonografi pelvis untuk
kanker ovarium pada wanita yang tidak menunjukkan gejala. Pada salah satu
penelitian, 5479 wanita berusia di atas 45 tahun discreening menggunakan USG trans
abdominal. 9 kanker ovarium (5 dalam stadium I) telah terdeteksi dalam periode 3
tahun. Bagaimanapun juga, terdapat 317 hasil positif palsu (nilai prediksi positif
1,5%). Beberapa penelitian yang menggunakan pemeriksaan USG transvaginal yang
melibatkan lebih dari 136.000 wanita menunjukkan hasil yang beragam. Angka
perkiraan positif pada penelitian ini berkisar antara 1.0%-27%. Interpretasi dari hasil
penelitian ini masih membingungkan karena kriteria inklusi dari penelitian-penelitian
ini tidak seragam, dimana sebagian penelitian hanya memasukkan wanita dengan
risiko tinggi kanker ovarium saja (berdasarkan kepada riwayat penyakit keluarga), 16,19
sebagian lagi menggunakan subyek wanita dengan tingkat risiko rata-rata dan yang
lainnya menggunakan kedua kriteria inklusi di atas.
Dalam penelitian prospektif yang besar, sebanyak 25.327 wanita (termasuk di
dalamnya yang berusia di atas 50 tahun dimana memiliki risiko rata-rata dan wanita
usia di atas 25 tahun yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker ovarium) telah
dilakukan screening dengan menggunakan metode USG transvaginal. Jika ukuran
ovarium yang membesar terdeteksi, kemudian morfologi ovarium juga akan
dijelaskan (gambaran kistik, gambaran padat, septum, pappil, nodul, atau adanya
cairan bebas intraperitoneal). Diantara wanita yang dicurigai menderita kanker
ovarium, reseksi melalui pembedahan dilakukan pada 364 pasien, 29 pasien diketahui
memiliki kanker ovarium yang invasif, diantaranya 14 pasien (48%) berada dalam
stadium I penyakit ini. 9 pasien didiagnosis kanker ovarium setelah 12 bulan
sebelumnya telah dinyatakan negative melalui pemeriksaan USG. Dengan kriteria
dasar yang ketat dalam pemeriksaan USG (contohnya jika hanya ditemukan kista
11
ovarium tunggal yang berukuran kurang dari 5 cm tidak dikategorikan dalam
kecurigaan kanker ovarium), angka perkiraan positif dari pemeriksaan ultrasonografi
adalah sebesar 27%, dan sensitifitasnya adalah 85%. Bagaimanapun juga, faktanya
bahwa banyak pasien yang termasuk dalam risiko tinggi memiliki ankga perkiraan
positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi keseluruhan. Diantara wanita
dimana kanker ovariumnya terdeteksi dengan screening, angka keselamatan hidup
dalam 5 tahun sebesar 77%, dibandingkan dengan angka 49% pada kelompok kontrol
pada institusi yang sama dimana kanker ovariumnya tidak terdeteksi lebih awal
dengan screening.
12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
2. Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok
orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau tidak mengidap penyakit.
3. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin,
mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan masyarakat untuk
memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan epodemiologis yang
berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang
dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi.
4. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah penyakit yang dituju
harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat yang potensial,
fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis seperti kanker,
adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
4.1 Saran
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah saya di waktu yang akan
datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.deherba.com/apakah-usg-dapat-digunakan-pada-deteksi-dini-kanker-
ovarium.html [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.00 ]
https://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik/ [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.01 ]
https://www.scribd.com/doc/51265708/SKRINING-UNTUK-KEGANASAN-DAN-
PENYAKIT-SISTEMIK [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.05 ]
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/372/mod_resource/content/1/6%5B1%5D.%20S
KRINING%20KEGANASAN.pdf. [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.15 ]
https://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik/ [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.20 ]
http://www.ilmukesehatan.com/artikel/makalah-skrining-untuk-keganasan-dan-penyakit-
sistemik.html [ Diakses Pada tanggal 16 mei 2017 pukul 19.25 ]
14