Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

MALARIA VIVAX

Oleh :

dr. Sri Wahyuni Sahir

Pendamping

dr. Sarifa husnah

Pembimbing:

Dr. Hermawati Azikin, sp. PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

PROGRAM INTERNSIP RSUD SINJAI

PERIODE MEI

2018-2019

1
Kasus - 1
No. ID dan Nama Peserta : dr. Sri Wahyuni Sahir
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Sinjai
Topik : Malaria
Tanggal (kasus) : 19 Mei 2018
Nama Pasien : An. MY No. RM :126691 / 18

Tanggal Presentasi : 06/09/2018 Pendamping : dr. Sarifa husnah

Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Sinjai


Objektif Presentasi :
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □Anak Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Laki-laki 24 tahun MRS dengan keluhan demam sejak 7 hari SMRS yang dirasakan
tidak tiap hari, biasanya gejala mulai pada jam 3 sore yang diawali dengan
menggigil selama 15-30 menit kemudian terasa panas dan berkeringat banyak.
Pasien mengeluh sakit kepala (+), lemas (+), mimisan (-), batuk (-), pilek (-), sesak
(-), nyeri ulu hati (-), nyeri otot dan sendi (-), mual (-), muntah (-). BAB baik, BAK
lancar. Riwayat bepergian ke papua ± selama 7 bulan dan baru kembali pada awal
□ Deskripsi :
bulan mei. Pasien sebelumnya dirawat di puskesmas Balangnipa selama 4 hari dan
dilakukan Pemeriksaan penunjang DDR: Plasmodium vivax (+) lalu dirujuk. Pasien
baru pertama kali mengalami keluhan tersebut. Riwayat penyakit lainya disangkal.
Riwayat proffilaksis malaria sebelum ke papua disangkal. Kakak ipar (+)
mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien dan sekarang dirawat di Papua
dengan diagnosis Malaria
□ Tujuan : Menegakkan diagnosis dan pentalaksanaan pasien malaria
Bahan Bahasan : □Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Cara Membahas: □Diskusi Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

2
Data Pasien : An. MY No. Registrasi : 126691 / 18
Nama Wahana: RSUD Sinjai Telp : - Terdaftar sejak : 2018
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- Demam sejak 7 hari SMRS dirasakan tidak tiap hari, biasanya gejala mulai pada jam 3 sore
yang diawali dengan menggigil selama 15-30 menit kemudian terasa panas dan berkeringat
banyak.
- Mual (-), Muntah (-), Mimisan (-)
- Lemas (+)
- Sakit kepala (+)
- Riwayat bepergian ke daerah endemis Malaria (Papua)
- Pemeriksaan penunjang apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple): Plasmodium vivax (+).
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya dirawat di puskesmas Balangnipa selama 4 hari kemudian dirujuk
Riwayat minum profilaksis malaria sebelum ke papua disangkal
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwawat penyakit dengan keluhan yang sama tidak ada
Hipertensi, Diabetes, Asma, typhoid dan Alergi obat tidak ada
Trauma tidak ada
4. Riwayat Keluarga :
Kakak ipar (+) mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien dan sekarang dirawat di Papua
dengan diagnosis Malaria
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Tinggal bersama ayah dan ibu
Riwayat banjir (-)
6. Lain-lain :
Sosial ekonomi sedang

3
Daftar Pustaka :
1. Pusat data dan informasi Kementrian kesehatan RI. Infodatin Malaria. 2016. Jakarta:
PUSDATIN. ISSN 2442-7659.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta.
3. Kemetenterian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria.
Jakarta: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI. 614.532.Ind.M
4. S. Hill. Adrian V. 2011. Review Vaccines Against Malaria. Phil. Trans. R. Soc. B (2011) 366,
2806–2814. Tersedia pada http://rstb.royalsocietypublishing.org/ on August 15, 2018.
5. Radhi, Fatimah. 2012. Malaria. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2017 pada halaman
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/03/malaria.html

Hasil Pembelajaran :
1) Diagnosis Malaria
2) Tatalaksana Malaria

4
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. Subjective
- Demam sejak 7 hari SMRS dirasakan tidak setiap hari, biasanya gejala mulai
pada jam 3 sore yang diawali dengan menggigil selama 15-30 menit kemudian
terasa panas dan berkeringat banyak.
- Sakit kepala (+)
- Riwayat bepergian ke daerah endemis Malaria (Papua) selama 7 bulan
- Memiliki kakak ipar yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien dan
sekarang dirawat di Papua dengan diagnosis Malaria
- Pemeriksaan penunjang apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple): Plasmodium
vivax (+).
2. Objective
Hasil Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Frek. Nafas : 24x/menit
Suhu : 38,4ºC
BB : 55 Kg
TB : 163 cm
Status Gizi : Gizi baik (IMT 20.68)

Keadaan Spesifik
 Kepala:
o Bentuk : normosefali, simetris
o Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
o Mata : tidak cekung, pupil bulat isokor ø 3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
o Hidung : deviasi septum (-), epistaksis (-), sekret (-),
napas cuping hidung (-)
o Mulut : mukosa mulut & bibir kering (-), sianosis (-), coplik spot (-),
thypoid tongue (-)
o Tenggorokan : faring-tonsil hiperemis (-), T1-T1

5
 Leher:
o Pembesaran KGB (-)
 Thorax:
o Paru-paru:
 Inspeksi : simetris, retraksi interkostal (-), iga gambang (-)
 Palpasi : fokal fremitus kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler (+) Normal, ronki (-), wheezing (-)
o Jantung:
 Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : HR:110 x/m, irama reguler, BJ I-II normal, murmur (-)
 Abdomen:
o Inspeksi : datar
o Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit baik
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
 Ekstremitas superior et inferior:
o Akral dingin (-), CRT < 3 detik, edema (-), nyeri gastrocnemius (-)

Foto Klinis

6
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (19 Mei 2018)
 Darah Lengkap
HASIL
WBC 2.37 x 103/µl
HGB 6.9 g/dl
RBC 2.46 x 106/µl
HCT 20.9 %
PLT 98 x 103/µl
GDS 145 mg/dl
UR 17 mg/dl
CR 1.0 mg/dl

 Tubex (19 Mei 2018): Negatif

 Parasitologi: (21 Mei 2018)

Apusan Darah Tepi


HGB 6.9 g/dl
RBC 3.19 x 106/µl
PLT 107 x 103/µl
Eritrosit Normositik normokrom, anisositosis, ovalosit (+), sferosit (+),
ditemukan plasmodium vivax, normoblast (-)
Leukosit Jumlah kesan menurun, PMN > Limfosit, hipersegmentasi, sel
muda (-)
Trombosit Jumlah kesan menurun, giant trombosit (+)
Kesan Pansitopenia dengan tanda hemolisis, dengan infeksi
Plasmodium vivax
Saran Kontrol apusan darah tepi post terapi

7
3. Assessment
Pasien datang dengan keluhan demam ± 7 hari, yang disertai dengan
menggigil dan berkeringat. Klinis tersebut sugestif malaria2-3, namun di daerah
endemis kemungkinan demam tifoid tidak dapat disingkirkan. Diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan adanya parasit malaria untuk
menegakan diagnosis dan jenis parasit malaria, serta untuk menyingkirkan
kemungkinan demam tifoid sebagai penyebab demam tersebut. Namun pada
pasien ini didapatkan riwayat berpergian ke daerah endemis (Papua) dan tinggal
disana selama 7 bulan serta hasil pemeriksaan DDR di puskesmas menujukkan
hasil Plasmodium Vivax (+). Sehingga sebagaimana standar diagnosis malaria1
maka pasien patut dicurigai malaria dan harus dilakukan pemeriksaan Apusan
Darah Tepi (ADT). Sehingga pada pasien dilakukan pemeriksaan ADT dan
didapatkan hasil positif untuk Plasmodium Vivax, dan pada pemeriksaan Tubex
didapatkan hasil negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat menegakan diagnosis
malaria yang disebabkan oleh plasmodium vivax, sehingga pada pasien ini
diberikan pengobatan dengan ACT (Artemisin base Combination Therapy) sesuai
dengan anjuran WHO, yaitu berupa DHP (Dihidroartemisinin dan Piperakuin)
sesuai dengan berat badan pasien. Sesuai dengan patogenesisnya, malaria yang
disebabkan oleh plasmodium vivax harus diberikan primakuin selama 14 hari
untuk mencegah relaps. Pengobatan simptomatis diberikan untuk mengurangi
keluhan pasien terkait proses patogenesis penyakit berupa pemberian
Paracetamol dan Ranitidin. Tidak dilakukan pemberian transfusi darah pada
pasien walaupun kadar hb < 7 mg/dl karena ditakutkan akan memperparah
hemolisis sel darah merah yg terjadi dan berdampak pada fungsi organ Lien
(Spleenomegaly)

8
4. Plan
Diagnosis Klinis:
- Malaria Vivax
- Anemia kronik ec Hemolisis

Penatalaksanaan:
Non Farmakologis:
 Istirahat
 Diet biasa
 Jaga hidrasi dengan konsumsi air yang cukup
 Pencegahan gigitan nyamuk dengan penggunaan kelambu berinsektisida

Farmakologis:
 IVFD RL 28 tpm
 Paracetamol 3 x 500 mg
 DHP : 3 tablet perhari selama 3 hari
 Primakuin : 1 tablet perhari selama 14 hari
 Ranitidin 50 mg/ 12j / IV

Sinjai, 06 September 2018


Pendamping Peserta

dr. Sarifa husnah dr. Sri Wahyuni Sahir

9
PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain
itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia.1
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana hanya sekitar
45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil survei
komunitas selama 2007 – 2010, prevalensi malaria di Indonesia menurun dari 1,39 %
(Riskesdas 2007) menjadi 0,6% (Riskesdas 2010). Sementara itu berdasarkan laporan yang
diterima selama tahun 2000-2009, angka kesakitan malaria cenderung menurun yaitu sebesar
3,62 per 1.000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada tahun 2009
dan 1,96 tahun 2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malaria mencapai 1,3%.2
Morbiditas malaria pada suatu daerah ditentukan dengan Annual Parasite Incidence
(API) per Tahun. Jika dilihat secara provinsi pada tahun 2015, tampak bahwa wilayah timur
Indonesia masih memiliki angka API tertinggi. Sedangkan DKI Jakarta dan Bali memiliki
angka API nol dan sudah masuk dalam kategori provinsi bebas malaria.1

Gambar 1. Annual Parasite Incidence Tahun 2015 menurut Provinsi1

10
TINJAUAN PUSTAKA

I. Defenisi
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh yaitu makhluk hidup bersel
satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa genus Plasmodium. Malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium di dalamnya.
Plasmodium yang terbawa melalui gigitan nyamuk akan hidup dan berkembangbiak dalam
sel darah merah manusia. Penyakit ini menyerang semua kelompok umur baik laki-laki
maupun perempuan. Orang yang terkena malaria akan memiliki gejala: demam, menggigil,
berkeringat, sakit kepala, mual, atau muntah. Penderita yang menunjukkan gejala gejala
klinis harus menjalani tes laboratorium untuk mengkonfirmasi status positif malarianya.1

II. Penyebab Malaria3


Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yangditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodiumfalciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi.
Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.3

III. Jenis Malaria3


1) Malaria Falsiparum
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat
kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan
kematian.
2) Malaria Vivaks
Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval bebas
demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax.
3) Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola
demam seperti pada malaria vivaks.
4) Malaria Malariae
Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 3 hari.

11
5) Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria
falsiparum.

IV. Siklus Hidup Plasmodium2


Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk
Anopheles betina (lihat gambar 2).2
1. Siklus Pada Manusia.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama
lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari
10,000-30,000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).2
Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang
2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).2
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel
darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. Pada P. falciparum setelah
2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan
membentuk seksual (gametosit jantan dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi
secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi.2

12
Gambar 2. Siklus Hidup Plasmodium4

2. Siklus pada Nyamuk Anopheles Betina2


Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan
menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista
dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan
ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ketubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi
bervariasi tergantung spesies plasmodium (lihat Tabel 1).2
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ketubuh manusia
sampai parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan
mikroskopik.2

13
V. Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah
non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala,
mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala tersebut biasanya terdapat pada
orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun).3
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah: 5
1. Demam
Demam khas malaria terdiri dari 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam),
puncak demam (2– 6 jam), dan berkeringat (2 – 4 jam). Demam akan meredasecara
bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respon imun.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti,
menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan
ikat yang bertambah.
3. Anemia
Anemia disebabkan oleh:
- Penghancuran eritrosit yang berlebihan
- Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
- Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum
tulang
4. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

VI. Diagnosis Malaria2-3


Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik
cepat (Rapid Diagnostic Test = RDT).3
1. Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
14
b. Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
e. Riwayat mendapat transfusi darah.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Demam ( ≥ 37,5°C )
b. Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa
d. Pembesaran hati

Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini: 2-3
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik,
7. Tekanan sistolik <80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasite >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi), saturasi Oksigen <92%

Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis sedang-
rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)

15
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit/μL di daerah
endemis rendah atau >5 % eritrosit atau 100.0000 parasit/μl di daerah endemis
tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)

3. Pemeriksaan Laboratorium2-3
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratorium demam malaria pada penderita
adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi. Pemeriksaan
darah tebal dan tipis untuk menentukan:
1) Ada/tidaknya parasit malaria.
2) Spesies dan stadium Plasmodium
3) Kepadatan parasit
 Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
 Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal
atau sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik. Tes ini
digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis.
c. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini
penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P. falcifarum.
Selain itu dapat digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah
parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan

16
dengan menggunakan PCR juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena
dapat membedakan antara parasit impor atau indigenous.

VII. Standar Tatalaksana Malaria3


a. Standar Diagnosis
1) Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang menderita demam
atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau tampak anemi; wajib
diduga malaria tanpa mengesampingkan penyebab demam yang lain.
2) Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang menderita
demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir dan memiliki risiko tertular
malaria; wajib diduga malaria. Risiko tertular malaria termasuk riwayat bepergian
ke daerah endemik malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah endemik
malaria di lingkungan tempat tinggal penderita.
3) Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah malaria dengan
mikroskop atau RDT.
4) Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil diagnosis malaria harus
didapatkan dalam waktu kurang dari 1 hari terhitung sejak pasien memeriksakan
diri.
b. Standar Pengobatan
1) Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional pengendalian
malaria di Indonesia.
2) Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita dengan hasil
pemeriksaan darah malaria positif.
3) Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobatidengan terapi kombinasi
berbasis artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya.
Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien meminum obat
sampai habis melalui konseling agar tidak terjadi resistensi Plasmodium terhadap
obat.
4) Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intramuskular atau
intravena dan dilanjutkan ACT oral plus primakuin.

17
5) Jika penderita malaria berat akan dirujuk, sebelum dirujuk penderita harus diberi
dosis awal Artesunate intramuskular/intravena.
c. Standar Pemantauan Pengobatan
1) Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan mikroskopis.
2) Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan setelah pengobatan
selesai (hari ke-3), hari ke-7, 14, 21, dan 28.
3) Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari hingga tidak
ditemukan parasit dalam sediaan darah selama 3 hari berturut-turut, dan
setelahnya dievaluasi seperti pada penderita rawat jalan.

VIII. Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi 2-3


1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan
dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. Pengobatan
malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:3

18
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan
Primakuin selama14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria
vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan
dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum+ P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25mg/kgBB/hari selama 14 hari.

19
IX. Pencegahan Malaria3
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap
risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vector dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.3
Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis
100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak
dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.3

20

Anda mungkin juga menyukai