BAB I
KONSEP PERENCANAAN
1.1 Umum
Perancangan sebagai sebuah kegiatan pengambilan keputusan secara
umum dan perancangan sistem maritim secara khusus adalah sebuah aktivitas
multi-disiplin yang memerlukan pemanfaatan yang berdaya guna atas berbagai
sumber daya yang terbatas jumlahnya; untuk memenuhi beberapa kebutuhan
fungsional tertentu. Oleh karena dalam dunia yang semakin kompetitif ini
merancang, mendisain atau mensintesis struktur berarti mengambil keputusan
atas tataletak, geometri, bahan dan ukuran struktur sedemikian rupa sehingga
sebuah atau beberapa kriteria perancangan mencapai tingkat tertentu;
sementara batasan-batasan atau kendala-kendala, dapat dipenuhi (tidak
dilanggar). Identifikasi rancangan yang akhirnya terpilih umumnya melibatkan,
secara berulang, penyediaan, evaluasi dan perbandingan antara berbagai
pilihan yang laik; sedemikian sehingga proses perancangan bergerak maju
menuju pada sebuah penyelesaian yang terbaik.
Cara tradisional untuk melakukan proses perancangan ini adalah dengan
menggunakan pendekatan iteratif yang melibatkan perhitungan, yang lazim
disebut analisis, beberapa aspek rancangan seperti kekuatan, stabilitas,
keandalan dan sebagainya; sehingga diperoleh suatu rentang pilihan
rancangan yang laik. Perlu diperhatikan bahwa kegiatan perancangan
mensyaratkan kemampuan stabilitas tertentu. Pendekatan ini telah diterapkan
dalam suatu prosedur perancangan yang secara klasik disebut Disain Spiral.
Dengan perkembangan teknologi komputer, proses iteratif ini selanjutnya dapat
dipercepat dengan bantuan sistem-sistem CAD dan bahkan dapat
mempertimbangkan banyak aspek perancangan secara sekaligus dengan
memanfaatkan metode mathematical programming dalam kerangka
pengambilan keputusan dengan criteria majemuk atau Multi Criteria Decision
Making (Rosyid,1993).
Untuk memanfaatkan laut dan berbagai sumber daya alam yang ada di
dalamnya, diperlukan sistem-sistem rekayasa yang dirancang dengan
sepenuhnya memperhatikan tugas pokok sistem tersebut di laut dan dengan
memperhatikan lingkungan laut tempat kerja sistem-sistem tersebut. Salah satu
I-1
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
I-2
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
I-3
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
faktor itu hanya beberapa yang berhubungan langsung dengan fungsi khusus
yang ditugaskan bagi anjungan yang ditinjau. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses seleksi konsep struktur, yaitu (McClelland & Reifel,1986):
1. Fungsi utama
2. Ukuran
3. Kedalaman
4. Karakteristik pondasi yang dibutuhkan
5. Lokasi geografis.
Selama 30 tahun terakhir ini telah dikembangkan banyak konsep struktur
anjungan untuk operasi lepas pantai. Perbedaan dan perkembangan pada
konsep struktur ini terus terjadi akibat perkembangan kriteria dan teknologi
untuk memenuhi kebutuhan anjungan yang lebih besar di perairan yang lebih
dalam dan di lingkungan yang lebih ganas.
Untuk membangun struktur-struktur ini, ukuran dan kapasitas galangan
fabrikasi dan peralatan konstruksinya terus bertambah. Sekalipun teknologi
konstruksi berkembang amat cepat, faktor-faktor yang berkaitan dengan
instalasi lepas pantai, transportasi dan fabrikasi di pantai masih amat
mempengaruhi dan seringkali justru menentukan konsep struktur anjungan
lepas pantai.
Melalui pemanfaatan komputer dan teknik-teknik komputasi yang
semakin maju, proses perancangan telah dapat dilakukan dengan tingkat
kedalaman yang semakin baik. Kini telah tersedia berbagai program untuk
menghitung pengaruh spektrum gelombang, eksitasi seismik, kelelahan,
respons dinamis dan interaksi tanah-pondasi-bangunan. Namun demikian,
seseorang masih harus menentukan konfigurasi dasar dan ukuran-ukuran awal
komponen struktur sebelum proses analisa dengan program yang canggih
tersebut dapat dimulai.
I-4
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
BAB II
TEORI & PROSES PERENCANAAN
FIXED JACKET PLATFORM
Perancangan merupakan pemikiran dasar yang menyangkut proses
identifikasi sejumlah kriteria yang berkaitan dengan kemampuan produksi,
kinerja dan keamanan serta keseimbangan antara pemenuhan berbagai target.
Perancangan struktur anjungan lepas pantai merupakan pemikiran dasar untuk
mengambil keputusan dalam memilih tata letak, geometri, bahan dan ukuran
struktur yang layak.
Langkah awal dalam konsep perancangan adalah penentuan target.
Target-target perancangan yang mendefinisikan kemampuan struktur untuk
memenuhi tujuan operasi, antara lain adalah; function ability (kemampuan
difungsikannya struktur), habitability (nilai mutu struktur dalam memberikan
kenyamanan), reliability (nilai keandalan struktur), availability (nilai proporsional
struktur untuk keseluruhan umur operasional), safety (kemampuan struktur
untuk tetap selamat selama dalam pengoperasian) dan damage tolerance
(kemampuan struktur untuk selamat dari tingkat kerusakan yang ekstrim pada
suatu periode tertentu).
Adapun target-target yang mendefinisikan nilai ekonomis struktur adalah
producibility (kemudahan dalam membangun, mereparasi dan meletakkan
struktur di lokasi operasional), inspect ability (kemudahan untuk melakukan
pemeriksaan struktur), maintainability (kemudahan untuk merawat struktur),
disposability (kemudahan untuk membongkar struktur), cost (biaya
pembangunan dan selama pengoperasian struktur) serta weight (berat struktur
yang berpengaruh terhadap biaya pengadaan material). Semua target-target
tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsep perancangan
struktur, khususnya struktur bangunan lepas pantai, yakni Riset Lapangan,
Peramalan Permintaan, Analisa Kecenderungan Pasar, Perkembangan
Teknologi Metode-metode Perancangan, Perubahan-perubahan Peraturan
yang Berlaku, Inovasi Baru, Perkembangan Teknologi Material dan Fabrikasi
II - 1
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 2
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 3
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
dengan interval waktu yang ditentukan. Terdapat dua tipe kecepatan angin,
yaitu Gust (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu kurang dari satu
menit) serta Sustained (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu satu
menit atau lebih). Namun penting pula diperhatikan frekuensi dan lama
berlangsungnya kecepatan angin di lokasi.
2.1.2.3 Arus
Seperti halnya angin, parameter utama dari arus adalah kecepatannya. Selain
itu, arah terpaan arus juga merupakan variabel penting yang berguna dalam
perencanaan pengoperasian anjungan lepas pantai. Perhitungan arus memiliki
banyak pengaruh terhadap penentuan letak dan arah kedudukan sandaran
kapal serta gaya dinamis yang diderita anjungan lepas pantai.
II - 4
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 5
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 6
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 7
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 8
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 9
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 10
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
tersebut berlaku jika setiap anjungan merupakan sistem sendiri. Jika terdapat
anjungan kombinasi, maka berat geladak adalah penjumlahan antara Berat
Operasional, Berat Pengangkatan dan Berat Pengetesan. Dalam bentuk
matematis:
WTOTAL = WO + WL + WT ............................................................................. (2.03)
2.2.3 Pemilihan Bahan Struktur
Oleh karena mengalami pembebanan yang tinggi, struktur anjungan
lepas pantai harus dibuat dari material yang kuat dengan karakteristik yang
sesuai untuk penggunaan di bawah laut. Untuk anjungan lepas pantai
disyaratkan untuk menggunakan baja tahan korosi, mudah dibentuk dan
disambung dengan cara pengelasan serta memperhatikan kondisi kerja
(kaitannya dengan kekuatan baja minimum). Baja yang digunakan harus sesuai
dengan spesifikasi yang mempunyai sertifikat dari pabrik atau sertifikat
pengujian yang dibuat oleh fabrikator dalam laboratorium.
Menurut tingkat kekuatan dan karakteristik pengelasannya, baja dapat
dikelompokkan dalam tiga group yakni:
a. Group I; dirancang untuk baja lunak dengan spesifikasi kuat luluh 4ksi
(280MPa) atau kurang, karbon ekivalen 4% atau kurang dan harus dapat
dilas dengan beberapa proses pengelasan.
b. Group II; dirancang untuk baja kekuatan menengah dengan spesifikasi
kuat luluh minimum 40ksi (280MPa) hingga 52ksi (360MPa), karbon
ekivalen 0,45% atau lebih dan semua proses pengelasan harus
menggunakan electrode hydrogen rendah.
c. Group III; dirancang untuk baja berkekuatan tinggi dengan spesifikasi
kuat luluh minimum 52ksi (360MPa). Baja ini dapat dipakai bila sudah
diketahui kemampuannya dalam hal:
• Mampu Las dengan prosedur pengelasan khusus yang disyaratkan
• Umur Kelelahan dengan beban tekanan kerja yang tinggi
• Ketahanan Takik, Kontrol Kepecahan, Prosedur Inspeksi,Tegangan
Kerja dan Temperatur Lingkungan.
Dengan karakteristik ketangguhan takik yang sesuai untuk kondisi kerja, baja
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
II - 11
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
a. Baja Kelas C, yakni baja yang mempunyai hasil yang baik untuk
pengelasan struktur pada temperatur kerja normal di mana impact test
tidak disyaratkan, digunakan untuk ketebalan terbatas, bentuk yang
moderat, pengekangan dan konsentrasi tegangan yang rendah dan
beban-beban equal-statis
b. Baja Kelas B, yakni baja yang sesuai untuk struktur di mana ketebalan,
temperatur rendah dan pengekangan, konsentrasi tegangan, beban
impact tidak begitu berpengaruh (ketangguhan tariknya sangat baik).
c. Baja Kelas A, yakni baja yang sesuai untuk digunakan pada temperatur
normal dan pada kondisi-kondisi penggunaan konstruksi yang kritis. Baja
seperti ini umumnya dapat ditemui pada baja dengan persyaratan
charphy yang tinggi pada rentang temperatur -20ºC hingga 40ºC.
2.2.4 Penentuan Karakteristik Tiang Pancang
Apabila kedalaman perairan bertambah atau beban lingkungan
membesar atau bahkan kondisi tanah melemah, dimensi tiang pancang perlu
diperbesar pula. Namun perlu diingat bahwa memperbesar dimensi tiang
pancang akan memperbesar beban lateral dari gelombang. Beban gelombang
dapat bertambah besar lebih cepat daripada pertumbuhan ukuran tiang
pancang.
2.2.4.1 Jumlah Pile/Kaki Struktur dan Ukurannya
Pertambahan jumlah tiang pancang atau kaki struktur secara otomatis
akan mengurangi ukuran masing-masing tiang pancang. Dalam hal ini,
kekuatan tiang pancang harus diperhatikan perubahannya, setiap kali terjadi
perubahan ukuran.
Pada mulanya konstruksi lepas pantai dibangun dengan 3 atau 4 kaki,
lalu berkembang 6, 8 kaki bahkan lebih pada saat sekarang. Penentuan jumlah
kaki sangat bervariasi, tergantung dari kebutuhannya, ditinjau dari segi
kekuatan dan efektivitas biaya konstruksinya. Dewasa ini, dengan adanya
ukuran pipa yang lebih besar, anjungan-anjungan cenderung dikonstruksi
dengan 8 kaki. Jenis ini dapat dipakai sampai kedalaman 400ft (122m).
Diameter tiang pancang dapat ditentukan dari Tabel 2.1. dengan
terlebih dahulu menentukan besarnya kapasitas aksial yang dapat didukung
oleh tiap tiang pancang dengan pendekatan matematis sebagai berikut;
II - 12
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 13
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 14
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
pile yang memanjang hingga satu level di atas level terbawah dari struktur
(Graff,1984).
2.2.5 Penentuan Perangkaan
Kaki-kaki jacket dihubungkan dan ditopang oleh rangka-rangka (braces)
dengan arah-arah horisontal, diagonal-horisontal dan diagonal-vertikal.
2.2.5.1 Pola Perangkaan
Pola perangkaan struktur penyangga anjungan mengikuti tipe-tipe
sambungan tubular yang sangat beragam. Perangkaan struktur umumnya
adalah pola K, N, T, K Ganda, N Ganda, T Ganda dan kombinasi dari beberapa
pola tersebut (Gambar 2.11).
II - 15
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
yang lain tertarik, maka bagian yang tertarik akan menahan bagian yang
tertekan dari lendutan keluar bidang pada pertemuan rangka tersebut dan
diameter kedua rangka tersebut dapat dikurangi sehingga mengurangi beban
gelombang pada anjungan. API RP2A merekomendasi pola perangkaan X ini
untuk anjungan pada lokasi rawan gempa.
2.2.5.2 Tinggi Rangka Horisontal
Rangka horisontal pada beberapa ketinggian diperlukan untuk
menstabilkan rangka struktur penyangga, menyangga conductor dan
sebagainya. Tinggi antara rangka horisontal ini bervariasi antara 40 – 60ft (12-
18.3m). Untuk rangka dekat permukaan air, biasanya digunakan tinggi rangka
12m. Makin besar kedalaman air, makin bertambah pula tinggi antara rangka
horisontalnya (Graff,1984).
2.2.6 Penentuan Rangka Tubular
Meskipun konfigurasi menyeluruh telah ditentukan, setiap rangka struktur
anjungan harus ditentukan ketebalannya sebelum analisis respon strukturnya
dapat dilakukan. Ujung-ujung rangka-rangka tubular ini, karena sambungan las,
ditumpu jepit; sehingga struktur rangka anjungan ini memiliki derajat
ketidaktentuan yang tinggi. Hal ini mempersulit penentuan ukuran rangka.
Hampir seluruh rangka struktur anjungan mengalami beban kombinasi tekan
dan momen lengkung selama tersapu gelombang sepanjang hidupnya.
Dengan demikian, parameter perancangan yang paling menentukan
adalah rasio kerampingan kl/r. Untuk penentuan ukuran awal struktur
penyangga utama, pengalaman menunjukkan bahwa kl/r antara 70 hingga 90
menghasilkan hasil yang memadai. Untuk kasus Indonesia, harga tersebut
diperbesar hingga 110 (McClelland & Reifel,1986). Untuk bagian struktur
penyangga yang lebih sekunder, angka kl/r ini dapat diambil yang terbesar atau
sekitar 2/3 dari diameter brace utama.
Sistem perangkaan (bracing system) mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Membantu menyalurkan beban horisontal ke pondasi
b. Melindungi keutuhan struktur selama proses fabrikasi dan instalasi
c. Menahan gerak sentakan dari sistem jacket-pile yang terpasang
d. Menyangga anoda korosi dan konduktor-konduktor sumur serta
menyalurkan gaya gelombang yang ditimbulkan ke pondasi
II - 16
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 17
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
(D) dan brace (d) serta ketebalan chord (T) dan brace (t), seperti dijelaskan
berikut ini.
a. Aspek Parameter β (d/D)
Bila β<0,3; kemungkinan kegagalan sambungan terutama dalam bentuk
kerusakan sambungan las akibat tarikan atau gesekan brace pada sisi
chord atau kegagalan desakan geser (punching shear failures).
Bila β>0,8; kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan
(collaps) pada chord.
Bila 0,3<β<0,8; kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi antara
punching shear dengan collaps. Namun dalam kebiasaan, nilai yang
sering timbul adalah 0,4<β<0,7.
b. Aspek Parameter γ (R/T)
Nilai γ memberikan gambaran ketipisan dari struktur tubular. Kegagalan
yang sering terjadi adalah bentuk tekukan (buckling), akibat dari hoop
stress. Nilai γ untuk struktur tipis seperti bejana minimal 7,0. Untuk
bangunan lepas pantai, nilai yang digunakan minimal 10.
c. Aspek Parameter τ (t/T)
Nilai τ memberikan gambaran kemungkinan terjadi kerusakan dinding
chord yang mendahului kepecahan penampang brace. Berdasarkan
hasil penelitian, harga τ untuk struktur bangunan lepas pantai berkisar
antara 0,5 – 0,7.
Prosedur penentuan ukuran awal struktur penyangga anjungan dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Tentukan tataletak dan geometri struktur
2. Untuk beban vertikal (payload dan gravitasi) yang telah diketahui, pilih
diameter tiang pancang dengan memperhatikan kapasitas aksialnya.
3. Tentukan diameter kaki jacket D dengan menambahkan paling tidak 5cm
pada diameter luar tiang pancang.
4. Dengan menghitung panjang tiap-tiap komponen tubular, pilih rasio
kerampingan kl/r yang sesuai.
5. Hitung tebal t untuk pilihan D/t yang sesuai. Pertahankan untuk memilih
D/t antara 19 s/d 90, karena D/t≤19 sulit dibuat atau tidak ada di
pasaran. Untuk material baja A36, D/t = 70 dapat mengakibatkan local
II - 18
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 19
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 20
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Jika geladak tidak ditutup dengan sebuah modul, maka bagian lantai geladak
ditutup dengan pelat baja yang ketebalannya tergantung jarak balok geladak.
Persamaan yang dipakai untuk menentukan ukuran balok geladak adalah;
Mmaks = ql2/12 .............................................................................................. (2.05)
dengan q : beban balok geladak (berupa perkalian antara distribusi beban
geladak dengan jarak antar balok geladak)
l : panjang tak ditumpu balok geladak
Adapun persamaan untuk menentukan ukuran pelat geladak adalah;
Mmaks = ql2/10 .............................................................................................. (2.06)
dengan q : distribusi beban geladak
l : jarak antar balok geladak
Nilai beban geladak, q, didapatkan dengan beberapa estimasi. Khusus untuk
dek pengeboran dan operasional dengan delapan kaki, dapat dilihat pada
Introduction to Offshore Structure hal. 121 (Graff,1981). Untuk jumlah kaki
geladak sembarang, dipergunakan skema seperti pada buku BKI untuk
Rancang Bangun Bangunan Lepas Pantai, Bab. Beban Konstruksi dan Instalasi
hal 63-67 (BKI,1997). Sebagai alternatif, khusus untuk beban Quarter Deck dan
Helideck, dipergunakan Introduction to Offshore Structure hal. 35 dan 41
(Graff,1981).
II - 21
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 22
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Berikut ini adalah bagian dari beban lingkungan tempat bangunan lepas pantai
beroperasi, yakni;
a. Beban Angin; baik kondisi normal maupun ekstrim
b. Beban Gelombang Laut; untuk tipe gelombang normal dan ekstrim
c. Beban Arus; baik arus yang diakibatkan oleh pasut, badai maupun
sirkulasi variabel-variabel fisik laut
d. Beban Akibat Pasut; baik pasut astronomis maupun pasut karena angin
e. Beban Akibat Efek Geologis; seperti gempa bumi, runtuhan,
penggerusan, pelepasan gas dangkal dan lain-lain
f. Beban Akibat Organisme Laut; yang menimbulkan penambahan gaya
gelombang dan massa konstruksi
g. Beban Lingkungan Minor; seperti pengendapan, fogging, peningkatan
salinitas dadakan dan lain-lain.
Beban yang diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan lepas
pantai, pada umumnya didominasi oleh salah satu beban lingkungan yakni
gelombang. Adapun arus dan angin merupakan beban lingkungan sekunder
yang turut diperhitungkan. Untuk itu, perancangan konstruksi anjungan
bangunan lepas pantai, harus memperhitungkan kondisi beban gelombang,
beban arus dan beban angin serta kombinasi antara ketiganya, bila terjadi
bersamaan.
Perhitungan dan penentuan beban rancang sangat diperlukan dalam
mengontrol ukuran material struktur yang digunakan. Perhitungan beban dapat
dianalisis dalam dua cara, yaitu;
1. Analisa Beban Statis (Static Load Analysis)
2. Analisa Beban Dinamis (Dynamic Load Analysis)
Analisa beban statis umumnya dilakukan pada struktur yang tidak terlalu dalam,
namun untuk laut yang lebih dalam dimana untuk pengoperasiannya anjungan
cenderung bersifat lebih lentur (akibat hantaman gelombang secara terus
menerus), maka disamping analisa statis juga perlu dilakukan analisa dinamis
(BKI,1991).
Dalam analisa statis, beban-beban yang bekerja adalah antara lain
pembebanan pada struktur jacket misalnya beban geladak, beban bentur kapal
(boat landing load) dan beban lingkungan (gelombang, arus dan angin).
Adapun unsur-unsur yang berpengaruh dalam analisa tersebut adalah
II - 23
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
gelombang laut, arus dan kecepatan angin yang berpengaruh pada struktur
bangunan atas.
Pada perencanaan bangunan lepas pantai ini, analisa beban difokuskan pada
beban-beban lingkungan diantaranya beban gelombang, beban arus dan beban
angin.
2.3.1 Beban Gelombang
2.3.1.1 Penentuan Karakteristik Gelombang
Pada dasarnya parameter gelombang (Gambar 2.12.a & 2.12.b) yang
menggambarkan karakteristik gelombang adalah:
• Panjang Gelombang (λ); terukur dalam satuan jarak secara horisontal
arah jalaran dari puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya
• Periode Gelombang (T); terukur dalam satuan waktu, berupa waktu yang
diperlukan partikel fluida cair untuk berada pada kedudukan serupa
dalam rangkaian pergerakan gelombang
II - 24
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
• Tinggi Gelombang (H); terukur dalam satuan jarak secara vertikal arah Z
dari puncak tertinggi sampai lembah terdalam profil gelombang yang
terjadi
Adapun parameter yang digunakan dalam menganalisa gelombang adalah
karakteristik gelombang, kedalaman laut serta parameter lainnya seperti
percepatan dan kecepatan gelombang yang diperoleh dari persamaan teori
gelombang.
2.3.1.2 Penentuan Teori Gelombang Yang Sesuai
Teori gelombang yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah-masalah hidrodinamika, terutama dalam menganalisa struktur
bangunan lepas pantai adalah teori gelombang Airy, Stokes, Cappelear, Stream
Function, Celerity Potential, Soliton dan Cnoidal.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui teori
gelombang yang sesuai dalam perhitungan adalah nilai perbandingan
kedalaman perairan dengan panjang gelombang (h/λ), grafik hubungan antara
H/λ dengan h/λ serta grafik hubungan antara H/T2 dengan h/T2, sebagai
berikut:
Tabel 2.5 Hubungan h/λ dengan Parameter Ursell
Teori
Kondisi Yang Disyaratkan
Gelombang
Cnoidal h/λ < 0,1 Hλ2/h3 > 15
Soliton h/λ < 0,02 Hλ2/h3 > 15
Stokes h/λ > 0,1
h/λ < 0,05 (air dangkal)
Airy Hλ2/h3 > 15
h/λ < 0,5 (air dalam)
Sumber : Offshore Structural Engineering, 1981
Pada Gambar 2.14 dan 2.15 tergambarkan nilai h/T2 dengan indikator H/T2.
Pada kedua gambar tersebut, kedalaman tidak dilambangkan dengan notasi h
namun dengan notasi d (dengan variabel g yang tetap).
II - 25
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 26
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 27
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 28
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
F = ∫ f (y ) dy ................................................................................................. (2.08)
0
II - 29
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
y
C
SWL
Wave Force
Distribution
Sea Floor y = 0
x
Untuk gaya gelombang pada silinder kedudukan sembarang; bila keadaan tiang
pancang dalam air memiliki kedudukan seperti pada Gambar 2.16 berkoordinat
polar (θ,φ) maka gaya gelombang yang bekerja terbagi dua (Gambar 2.17).
II - 30
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Gambar 2.17 di atas dapat ditentukan kecepatan dan percepatan air pada pile,
yaitu;
• Kecepatan Partikel Air Arah Normal (m/dtk)
Wn = [u2 – v2 – (cxu + cyv)2]1/2 ........................................................... (2.09)
• Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk)
unx = u – cx (cxu + cyv) ...................................................................... (2.10)
• Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk)
uny = v – cy (cxu + cyv) ...................................................................... (2.11)
• Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk)
unz = – cz (cxu + cyv) ......................................................................... (2.12)
dengan
cy = cos φ
cx = sin φ cos θ .......................................................................... (2.13)
cz = sin φ sin θ
Adapun komponen percepatan dapat dihitung dengan:
• Percepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk2)
anx = ax – cx (cxax + cyay) .................................................................. (2.14)
• Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk2)
any = ay – cy (cxax + cyay) .................................................................. (2.15)
• Percepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk2)
anz = – cz (cxax + cyay) ...................................................................... (2.16)
Hubungan antara persamaan-persamaan tersebut dirumuskan oleh Morison,
yakni besar gaya persatuan panjang pile (N/m), untuk kedua arah yaitu:
fx = ½.ρ.CD.D.Wn.unx + ρ.CI.(π.D2/4).anx ...................................................... (2.17)
fy = ½.ρ.CD.D.Wn.uny + ρ.CI.(π.D2/4).any ...................................................... (2.18)
fz = ½.ρ.CD.D.Wn.unz + ρ.CI.(π.D2/4).anz ...................................................... (2.19)
Sehingga Gaya Normal persatuan panjang pada elemen (N/m) adalah;
f = (fx2 + fy2 + fz2)1/2 ...................................................................................... (2.20)
Gaya total (N) dari elemen untuk masing-masing arah sepanjang L pile, yaitu;
Fx = fx.L
Fy = fy.L ............................................................................................ (2.21)
Fz = fz.L
II - 31
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 32
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
II - 33
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
BAB III
PROSEDUR PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
III - 1
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
III - 2
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
III - 3
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
III - 4
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
BAB IV
CONTOH PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
IV - 1
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 2
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 3
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 4
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 5
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
b. Brace K, N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 80, k = 0,8 (Tabel 2.4)
• kl/r = 0,8 x 723,822/0,35d
80 = 579,057/0,35d
•l = panjang tak ditumpu yang terpanjang
= 18,38 = 723,822inchi
•r = 0,35d
sehingga d = 20,681 = 21inchi
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut Tabel 2.3; dipilih rasio
D/t = 40, sehingga;
D/t = 40
t = 21/40 = 0,5inchi
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3; dipilih rasio
D/t = 35, sehingga;
D/t = 35
t = 21/35 = 0,6inchi
• Kontrol Nilai Perencanaan
β = d/D γ = R/T τ = t/T
(0,4<β<0,7) (γ ≥10) (0,5<τ<0,7)
β = 21/38 γ = 10,5/0,9 τ = 0,5/0,9
= 0,553 = 11,667 = 0,556
(memenuhi) (memenuhi) (memenuhi)
c. Brace Sekunder
Untuk struktur penyangga lain yang lebih sekunder maka rasio kl/r
dapat diambil yang terbesar, atau mengambil sekitar 2/3 dari diameter
brace utama. Rasio ketebalannya adalah d/t = 40, sedangkan rasio
ketebalan pada sambungannya adalah dalam rentang 35-40 atau
dengan menambah sekitar 0,1inchi dari ketebalan brace sekunder.
d. Skirt Pile
Untuk skirt pile maka rasio kl/r diambil yang terbesar atau mengambil
sekitar 2/3 dari diameter tiang pancang.
D = 36 x (2/3)
IV - 6
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
= 24inchi (61cm)
Dari Tabel 2.2 diperoleh ketebalan untuk pile dengan diameter 24inchi
adalah 0,5inchi. Diameter skirt pile sleeves diambil dengan menambah
5cm dari diameter skirt pile:
D = 61 + 5
= 66cm = 26inchi
Rasio ketebalan skirt pile sleeves-nya adalah D/t = 45, sehingga
diperoleh :
D/t = 45
t = 26/45 = 0,6inchi
4.2.7 Perencanaan Geladak
4.2.7.1 Jenis Geladak
Untuk menunjang fungsi sebagai anjungan produksi dan pengeboran, struktur
lepas pantai ini direncanakan memiliki empat geladak yaitu : geladak produksi,
geladak pengeboran, geladak akomodasi dan geladak heliport yang secara
berurut disusun dari bawah hingga helideck sebagai top deck-nya.
Luasan geladak yang diperoleh (1990m2) menunjukkan luasan yang meliputi
empat tingkatan geladak yang direncanakan; demikian pula dengan beban total
geladak (6.864ton). Perencanaannya sebagai berikut :
• Geladak Produksi (Production Deck) = (43 x 18)m2, 4744 ton
• Geladak Pengeboran (Drilling Deck) = (43 x 18)m2, 1720 ton
• Geladak Tempat Tinggal (Quarter Deck) = (21 x 13)m2, 200 ton
• Geladak Helikopter (HeliDeck) = (13 x 13)m2, 200 ton
4.2.7.2 Kaki Geladak
Ketinggian yang dapat dicapai air laut di atas garis air rata-rata (MWL) bisa
ditentukan dengan persamaan berikut :
H = 0,5HM + PAT + PB
dengan HM = Tinggi gelombang maksimum
PAT = Pasang astronomi tertinggi
PB = Pasang badai
= 0,5 x 8,84 + 3,17 + 0,15
= 7,74m
IV - 7
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 8
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 9
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 10
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 11
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Material Struktur :
Kaki struktur & geladak, jacket brace : Baja group I kls C spes. API M grade B
Joint chord, joint brace, joint X & K : Baja group II kls B spes. API 5L grade N52
Balok geladak dan pelat geladak : Baja group I kls C spes. ASTM mutu A 36
Struktur Jacket :
Kaki Jacket : Diameter = 38,0inch, tebal = 0,9inch
Luasan Geladak :
Geladak Produksi : (43 x 18)m2
Struktur Geladak :
Kaki Geladak : Diameter = 36,0inch, tebal = 0,9inch
IV - 12
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Tampak Atas
13m
13m
13m
IV - 13
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
gelombang dan elemen tersebut. Oleh karena itu beberapa asumsi digunakan
untuk menyederhanakan perhitungan, asumsi tersebut adalah:
• Gaya yang bekerja pada tiap elemen dianggap sebagai beban merata.
• Penentuan sumbu global struktur, untuk arah vertikal sumbu Y dan
arah horisontal sumbu X dan sumbu Z.
• Penentuan arah gelombang searah sumbu X, jadi sudut datang
gelombang 00 terhadap sumbu X atau 900 terhadap anjungan.
4.4.1.1 Penentuan Karakteristik Gelombang
Dari data-data yang ada maka karakteristik gelombang tempat operasional
struktur adalah sebagai berikut
• Kedalaman perairan (h) = 48,43m
• tinggi gelombang (H) = 8,84m
• periode gelombang (T) = 9,1detik
• panjang gelombang (λ) = 132,13m
4.4.1.2 Penentuan Teori Gelombang
Bila diketahui : h = 48,43m; H = 8,84 m; λ = 132,13m
diperoleh : h/λ = 0,37, H/λ = 0,067
Dari nilai tersebut maka teori gelombang yang cocok adalah teori gelombang
Airy dan Stokes (Tabel 2.5).
Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan grafik hubungan h/T2,
H/T2 (Dinamic Analysis of Offshore structure, Page 78); diperoleh :
h/T2 = 0,585 m/dtk2
H/T2 = 0,107 m/dtk2
Dari grafik (Gambar 2.13, 2.14 dan 2.15) diperoleh bahwa teori gelombang
yang mendekati adalah teori gelombang stoke. Oleh kedua kondisi teori
gelombang yang diisyaratkan tersebut, maka teori gelombang yang digunakan
adalah teori gelombang stoke.
4.4.1.3 Parameter Gelombang Stokes
Untuk h/λ = 0,37, maka dengan interpolasi (Tabel A.1, A.2 dan A.3 pada
Lampiran A) parameter profil gelombang, parameter kecepatan serta parameter
frekuensi dan tekanan dapat diperoleh sebagai berikut :
IV - 14
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 15
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Profil gelombang
6,000
4,000
2,000
0,000
η
-4,000
-6,000
x/λ
IV - 16
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
sedangkan elemen yang berada sebagian di bawah garis air dan sebagian di
atas garis air, letak titik pusat beban pada permukaan air titik pusat beban pada
permukaan air.
Dengan mengetahu titik awal (j) dan titik akhir (k) joint tiap elemen, maka harga
y dan x dapat digunakan rumus berikut:
y = yj + (L/2) . cos θ x = xj + (Lxz/2) . cos θ
Untuk elemen yang sebagian di bawah air dan sebagian di atas permukaan,
maka :
y=h x = xj + (Ly . tg φ)
dimana θ dan φ adalah sudut kemiringan elemen terhadap sumbu x dan y.
Penentuan titik pusat beban pada masing-masing elemen struktur dapat dilihat
pada Lampiran B. Perhitungan kecepatan partikel air dapat ditentukan dengan
persamaan (10.a). Sebagai contoh elemen 26 dengan y = 13,43m; x = 5,844m
(untuk t = 0 detik) :
5
cosh nky
u = (ω/k) . ∑ Gn cos n (kx - ωt)
1 sinh nkh
u = 14,549 . (0,19938 . ((cosh(0,3295)/sinh(2,303)) . cos(0,0386) +
0,00457 . ((cosh 2(0,3295)/sinh 2(2,303)) . cos 2(0,0386) –
0,00011 . ((cosh 3(0,3295)/sinh 3(2,303)) . cos 3(0,0386) +
0,00001 . ((cosh 4(0,3295)/sinh 4(2,303)) . cos 4(0,0386) + 0 .
((cosh 5(0,3295)/sinh 5(2,303)) . cos 5(0,0386))
= 0,619m/dtk
dengan cara yang sama kecepatan arah vertikal dapat dihitung,
5
sinh nky
v = (ω/k) . ∑ Gn sin n (kx - ωt)
1 sinh nkh
v = 14,549 . (0,19938 . ((sinh(0,3295)/sinh(2,303)) . sin(0,0386) +
0,00457 . ((sinh 2(0,3295)/sinh 2(2,303)) . sin 2(0,0386) – 0,00011
. ((sinh 3(0,3295)/sinh 3(2,303)) . sin 3(0,0386) + 0,00001 . ((sinh
4(0,3295)/sinh 4(2,303)) . sin 4(0,0386) + 0 . ((sinh 5(0,3295)/sinh
5(2,303)) . sin 5(0,0386))
= 0,008m/dtk
Sesuai dengan persamaan (15.a), (15.b), (16.a) dan (16.b), maka diperoleh :
IV - 17
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Percepatan partikel air horisontal dan vertikal dapat dicari untuk tiap elemen.
Sebagai contoh elemen 60 dengan y = 6,93m ; x = 0,813 (untuk t = 0 detik):
5
ax = kc2/2 . ∑
1
Rn sin n (kx - ωt)
IV - 18
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
IV - 19
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Dengan persamaan (2.20), maka gaya normal persatuan panjang pada elemen
26 adalah:
f = (fx2 + fy2 + fz2)1/2
= 0.236kN/m
Gaya total pada elemen 26 (Pers. (2.21)) untuk masing-masing arah adalah:
Fx = fx . L F y = fy . L Fz = fz . L
= 3,079kN = -0,42kN = 0,283kN
untuk elemen yang sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan air,
maka L = (h - yj) /cos φ.
Untuk selanjutnya perhitungan gaya gelombang pada elemen yang lain secara
lengkap diberikan dalam bentuk tabel pada Lampiran B.
IV - 20
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Jadi,
F total = fD + fL
= 0,017kN/m.
Untuk elemen lain, perhitungan kecepatan dan gaya arus masing-masing
elemen dapat dilihat pada Lampiran B.
IV - 21
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
21 m 2m
13 m
20 m 6m
6m
7m 6m
12 m
13 m
43 m
18 m
Gambar 4.3 Ilustrasi Bidang Tangkap Angin Arah Depan dan Samping
Sesuai gambar di atas maka dapat ditentukan gaya angin pada geladak dan
bangunan atas seperti berikut:
• Kaki Geladak (C = 0,5)
L = 12m; D = 0,9144 ; A = 10,9724m2; V = 27,71m/dtk
untuk 8 kaki geladak, A = 87,7779m2
F = 0,5 . ρ . C . A . V²
= 1677,213N
• Geladak (C = 1,5; luas (A) tower hingga ketinggian 6m = 37,5m2)
- Tampak Depan
A = (43 . 6) + ((43 . 6) - 37,5) + (21 . 6) + (13 . 1)
= 617,5m2
- Tampak Samping
A = (18 . 6) + ((18 . 6) – 37,5) + (13 . 6) + (13 . 1)
= 269,5m2
Atot = 2 . (617,5 + 269,5)
= 1774m2
F = 0,5 . ρ . C . A . V²
= 101688,687N
• Deck Tower (C = 0,5)
Atot = 74,831m2
F = 0,5 . ρ . C . A . V²
= 1429,806N
IV - 22
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :
F = 1677,213 + 101688,687 + 1429,806
= 104,796kN
IV - 23
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
BAB V
SISTEMATIKA LAPORAN
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Lembar Surat Tugas
Lembar Data Detail Struktur BLP
Lembar Asistensi
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
Pendahuluan berisi cerita singkat tentang tugas rekayasa
Perencanaan BLP, antara lain prolog, permasalahan, batasan
masalah, tujuan dan manfaat serta skema alur pikir pengerjaan
Tugas Rekayasa
Bab II. Prarancangan
Bab ini berisi :
A. Landasan Teori; berisikan teori Penentuan Lokasi Geografis
dan Karakteristik Lingkungan serta Pemilihan Konfigurasi
Struktur (Pemilihan Konstruksi, Penentuan Berat dan Luasan
Geladak, Pemilihan Bahan Struktur, Tiang Pancang,
Perangkaan, Rangka Tubular dan Perencanaan Geladak)
B. Penyajian Data dan Proses Perancangan; berisikan data-
data yang diperlukan dalam Perencanaan BLP serta proses
perencanaan dengan tata urutan seperti pada poin
sebelumnya.
C. Resume Prarancangan; berisi data lengkap hasil yang
diperoleh dari poin B dalam bentuk resume.
V-1
Panduan Pengerjaan TR Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Format penulisan yang dipergunakan adalah A4 (Margin Atas & Bawah 2,5;
Margin Kiri 3,5 & Kanan 2,5), Arial 12pt, spasi 1,5; dengan bahasa Indonesia
yang baku; sedangkan format Lembar Judul, Lembar Pengesahan, Lembar
Surat Tugas, Lembar Data Detail Struktur BLP, Lembar Asistensi, Daftar
Isi & Daftar Pustaka dapat dilihat pada Lampiran D.
Adapun Detail Data Karakteristik Lingkungan dapat dilihat pada Lampiran E.
V-2