Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
karunia hidayah dan Ridho-Nya kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan makalah
seminar ini dengan judul : ” Keterampilan Dasar Praktik Klinik Penggantian Verban Ny. “H”
Dengan Post Operasi Kanker Payudara Diruang Bedah Rsud Palembang Bari”.
Penulisan makalah seminar ini disusun dengan maksud untuk melengkapi salah satu
tugas Praktik Belajar Lapangan 1 di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Terselesainya makalah seminar ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Sehubungan
dengan itu, pada kesempatan ini penulis dengan penuh kerendahan hati menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Hj. Makiani,sh,m.m,. MARS sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
2. Ibu Murdiningsih, SST,S.Pd,M.Kes selaku ketua juurusan DIII Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
3. Ibu Nove Sadriah, S. Kep, Ners selaku pembimbing lapangan
4. Ibu Rohaya, S.Pd,SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik
5. Pihak RSUD Palembang BARI, yang telah mengizinkan penulis untuk dapat melakukan
Praktik Belajar Lapangan 1 serta memberikan data-data dalam makalah seminar.
6. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doanya yang tak terhingga serta
bantuan moral dan materiil dalam penulisan makalah seminar ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan yang memerlukannya.
Penulis
1. Pengertian Luka
Terganggunya suatu kontinuitas dari suatu bagian tubuh yang bisa diakibatkan oleh
berbagai trauma, baik secara mekanik., panas, kimia, radiasi atau invasi dari mikroorganisme
pathogen.
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada
jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
- nutrisi
- status immunologi
- pemakain obat-obatan (steroid dalam jangka waktu lama), menekan respon inflamasi,
meningkatkan resiko infeksi
3. Pengkajian Luka
b. Stadium luka
- stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lap. Epidermis yang hilang
- stadium III : lesi terbuka, penetrasi dalam hingga otot atau tulang
- panjang luka
- lebar luka
e. Status vascular
palpasi, edema, temperature kulit.
f. Status neurologik
- fungsi motorik
- fungus sensorik
- fungsi autonom
4. Perencanaan
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan
dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini
antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel
dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah
luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh
bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
1. Film Dressing
2. Hydrocolloid
· Waterproof
3. Alginate
4. Foam Dressings
· Polyurethane
· Highly absorptive
· Semi-permeable
· Jenis bervariasi
5. Terapi alternatif
· Madu (Honey)
· Hyperbaric Oxygen
5. Implementasi
· Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
B. Luka Nekrotik
C. Luka terinfeksi
D. Luka Granulasi
· Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga
kelembaban luka
· Treatment overgranulasi
E. Luka epitelisasi
F. Balutan kombinasi
Tujuan
Tindakan
Rehidrasi
Hydrogel + film
Debridement (deslough)
Hydrogel + film/foam
s.d berat
· Photography
· Frekuensi pengkajian
· Plan of care
- Continuity of care
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
ganti verban dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang kotor
dengan balutan yang bersih.
2.2.3. Indikadi
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme
dapat hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik
ini ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman
digunakan muntuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium
klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi
sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi,
yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley
& Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu
luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih
murah
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air,
tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer.
Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan
waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput
Antiseptik sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan
antiseptik, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta
meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptic seperti
povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 %
dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika
daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan
iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
7. korentang/forcep
2. Plester
3. Pengalas
5. Nierbeken 2 buah
6. Kapas alcohol
7. Aceton/bensin
9. NaCl 9 %
12. Masker
13. Air hangat (bila dibutuhkan)
2.2.7. Pelaksanaan
3. Pasang sampiran
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan
pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan
kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan.
( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan
dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi
dengan permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan
memperhatikan tehnik aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
a. Balutan kering
1. lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling
kulit
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk menutupi area
luka
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik u/ menutupi
luka
3. lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan
fisiologik
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
a. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat, hal ini untuk
mencegah terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
b. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar luka jangan
terkontaminasi, untuk merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan
d. Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa drain sampai angkat
jahitan ( minimal 5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi
bila pembalut kotor/ basah hanya bagian atasnya saja yang diganti, atau pembalut diganti
sesuai dengan instruksi dokter
e. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk
menetukan kapan drain dapat diangkat