LAPORAN
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA
JATINANGOR
2017
i
ABSTRAK
Enzim protease berfungsi untuk memutuskan ikatan peptida pada protein. Penelitian
ini bertujuan untuk mengisolasi enzim proteolitik dari pankreas atau usus halus ikan
nila dengan sentrifugasi, menentukan aktivitas enzim proteoase dari pankreas atau usus
halus ikan nila, menentukan kadar protein dari pancreas atau usus halus ikan nila
dengan metode Lowry, dan memurnikan enzim protease dari pankreas atau usus halus
ikan nila dengan kromatografi pertukaran ion. Metode yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain adalah, isolasi enzim protease dari usus halus ikan nila
dan pembuatan kurva baku standar protein serta penentuan kadar protein dengan
metode Lowry. Hasil dari percobaan ini adalah enzim protease dari usus halus ikan nila
dapat diisolasi, aktivitas enzim protease dari usus halus ikan nila dapat ditentukan dan
kadar protein dari usus halus ikan nila dengan metode Lowry, yaitu sebesar 1.2936
mg/ml pada ekstrak kasar, - mg/ml pada hasil pengendapan, dan hasil kromatografi
pada fraksi 5: 0.62427 mg/mL, fraksi 6: 1.21614 mg/mL, fraksi 7: 1.31654 mg/mL,
fraksi 7: 1.31654 mg/mL, fraksi 8: 0.55029 mg/mL, dan fraksi 12: 0.40761 mg/mL .
i
ii
ABSTRACT
research aims to isolate the protease enzymes from the intestine of parrot fish
of protein with the method of Lowry, and purify the protease enzymes with ion
exchange chromatography. The methods used in this experiment, among others, is the
using centrifugation, separation of the protease enzyme with centrifugation method and
of raw protein standard curves as well as the determination of protein by the method
delicate method of Lowry, that of 1.2936 mg/ml on the extract of crude, - mg/ml on the
results of the deposition, and fraction 5: 0.62427 mg/mL, fraction 6: 1.21614 mg/mL,
fraction 7: 1.31654 mg/mL, fraction 8: 0.55029 mg/mL, and fraction 12: 0.40761
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum
biokimia yang berjudul “Isolasi dan Penentuan Aktivitas Enzim Proteolitik dari
Pankreas atau Usus Halus Ikan Nila” dengan baik. Laporan praktikum ini telah kami
susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan laporan praktikum ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
praktikum ini. Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, kami selaku peyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya dan masyarakat umum.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
3.3 Metode.......................................................................................................................... 18
LAMPIRAN........................................................................................................................... 68
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4. 1 Mekanisme kromatografi penukar ion (1) media kromatografi sebagai fase
diam, mengandung resin bermuatan (+) di dalam kolom dialiri buffer, (2) larutan molekul
yang bermuatan (+), (-), dan tidak bermuatan dialiri ke media, (3) molekul yang bermuatan
berlawanan berikatan dengan resin, (4) dielusi dengan buffer, atau larutan yang mempunyai
kekuatan ionik tertentu (fase bergerak), (5) buffer akan mengganti sampel yang bermuatan
Gambar 3.3.5. 2 Diagram Alir: Penentuan Aktivitas Enzim (kiri) dan Penentuan Kadar Protein
(kanan) ......................... 23
Gambar 4.2. 2 Grafik Absorbansi terhadap Fraksi pada Penentuan Aktivitas Enzim ............ 35
Gambar 4.2. 4 Grafik Absorbansi terhadap Fraksi Sampel pada Penentuan Kadar Protein
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makanan. Pada usus halus ikan
nila terdapat enzim protease yang dapat memecah protein. Protease adalah
anggota dari kelompok yang sangat besar enzim yang memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh. Yang utama adalah sebagai enzim pencernaan untuk memproses
protein. Tanpa protease, tubuh tidak akan mampu mencerna protein dalam
makanan. Jenis lain dari proteolik yang terlibat dalam regulasi peristiwa selular,
seperti pembekuan darah. Ini juga disebut enzim proteolitik atau proteinase.
1
2
Bagaimana mengisolasi enzim protease dari usus halus ikan nila (Oreochromis
niloticus)?
Bagaimana dapat menentukan kadar protein usus halus ikan nila (Oreochromis
Bagaimana mengetahui aktivitas enzim yang diisolasi dari usus halus ikan nila
(Oreochromis niloticus)?
objektif yang berkaitan dengan isolasi, kemurnian, uji aktivitas enzim protease
dan penentuan kadar protein dari ikan nila dimana enzim protease ini dapat
digunakan dalam bidang industri terutama pada industri makanan. Tujuan dari
2
3
pengolahan daging.
1.5 Metodologi
semua enzim adalah protein, kecuali ada sekelompok kecil molekul RNA yang juga
berperan sebagai enzim (riboenzim). Enzim utuh (holoenzim), terdiri atas (Lehninger,
1982) :
d. Gugus prostetik terikat kuat dalam apoenzim seperti NADH, misalnya FADH2
Enzim adalah protein globular yang umumnya berfungsi sebagai biokatalis pada
semua proses kimia dalam makhluk hidup, sehingga disebut life is enzyme. Enzim
mampu meningkatkan reaksi kimia tetapi tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya
serta tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. Enzim mempunyai
daya katalisis spesifik yang lebih besar dari katalisator lainnya (Toha, 2005).
sederhana yang hanya terdiri dari rantai asam amino. Enzim lain mengandung
5
6
komponen non-protein yang penting untuk fungsi khusus dari enzim yang dikenal
a. Gugus prostetik merupakan komponen yang terikat pada enzim dan tidak mudah
b. Ion anorganik merupakan ion-ion logam yang terikat satu mudah dilepas dari
c. Koenzim merupakn molekul organik kecil yang mudah terdisosiasi dan dapat
Sebagai katalis, enzim sangat luar biasa (Nelson & Michael, 2008) :
b. Lebih baik dari katalis anorganik atau sintetik (kecepatan reaksi dapat meningkat
d. Dapat berfungsi baik dalam larutan pada pH dan suhu sedang (mild condition).
1982) :
1. Pengaruh pH
berkurang.
cara:
2. Pengaruh suhu
a. Semua reaksi kimia dipengaruhi suhu; makin tinggi suhu makin tinggi
kecepatan reaksi.
3. Pengaruh inhibitor
nonkompetitif.
Enzim ini akan mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan unsur air
pada ikatan spesifik substrat. Karena itu, enzim ini termasuk dalam kelas utama enzim
Protease ialah enzim yang sangat kompleks, mempunyai sifat fisiko kimia dan
sifat katalitik yang sangat bervariasi. Prote-ase dapat dihasilkan secara ekstraseluler
dan intraseluler dan mempunyai peranan penting dalam metabolisme sel dan
Protease merupakan enzim yang sangat penting dalam industri pangan maupun
non pangan. Pemanfaatan protease dalam industri pangan diantaranya adalah untuk
mengurangi kekeruhan dalam industri bir, mengurangi gluten pada industri roti, dan
untuk menggumpalkan susu pada industri keju. Enzim protease dapat diperoleh dari
Fungsi fisiologis protease diperlukan untuk semua organisme hidup, dari virus
(bakteri, jamur dan virus), tanaman, hewan dan manusia enzim dapat dibedakan
industri. Protease berfungsi menghidrolisis ikatan peptida pada pada protein menjadi
oligopeptida dan asam amino. Protease dibagi menjadi empat bagian, yaitu (Boyer,
2000) :
a. Protease Serin
b. Protease Tiol
c. Protease Aspartat
d. Protease Logam
berikut:
10
Kelas : Pisces
Ordo : Perchomorphi
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromissp.
11
Ikan nila merah (Oreochromis sp.) merupakan ikan hasil persilangan dari
Watanabe dkk. (1997) adalah di Amerika Serikat pada tahun 1970. Ikan nila merah asal
florida (red tilapia florida) tersebut merupakan spesies mutan dengan kelebihan
berwarna merah yang lebih berkualitas, hasil spesies mutan yang berwarna merah
dengan kelompok Tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,
dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, mononjol dan bagian tepinya berwarna
putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut,
tetapi letaknya lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.
Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip
dubur mempunyai jari-jari lemah namun keras dan tajam seperti duri. Sirip
punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir
Ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (Dorsal fin), sirip dada
(Pectoral fin), sirip perut (Venteral fin), sirip anus (Anal fin) dan sirip ekor (Caudal
fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas
sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus
hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk
bulat dan hanya berjumlah satu buah (Khairuman dan Amri, 2007).
Ciri-ciri ikan nila jantan adalah warna badan lebih gelap dari ikan betina, alat
kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, dan tulang rahang melebar
ke belakang. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah alat kelamin berupa
tonjolan di belakang anus, dimana terdapat 2 lubang. Lubang yang di depan untuk
mengeluarkan telur, sedang yang di belakang untuk mengeluarkan air seni dan bila
2.4 Kromatografi
pengaliran suatu fluida melalui kolom yang mengandung matriks bahan pengisi dan
perbedaan daya ikat terhadap bahan pengisi. Harris dan Angel membagi metode
komponen sampel;
interaksi biokimia antara sampel dengan ligan yang terlibat pada matriks
adsorban.
Gambar 2.4. 1 Mekanisme kromatografi penukar ion (1) media kromatografi sebagai
fase diam, mengandung resin bermuatan (+) di dalam kolom dialiri buffer, (2)
larutan molekul yang bermuatan (+), (-), dan tidak bermuatan dialiri ke media,
(3) molekul yang bermuatan berlawanan berikatan dengan resin, (4) dielusi dengan
buffer, atau larutan yang mempunyai kekuatan ionik tertentu (fase bergerak), (5)
14
buffer akan mengganti sampel yang bermuatan untuk berikatan dengan media (fase
diam).
linear dan berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam
larutan organik, memiliki rentang pH sebesar 6.5 sampai 8.0, stabil pada rentang pH 2
– 10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film yang tidak larut dalam air,
berasal dari selulosa kayu dan kapas yang diperoleh dari reaksi antara selulosa dengan
juga merupakan senyawa serbaguna yang memiliki sifat penting seperti kelarutan,
reologi, dan adsorpsi di permukaan. Selain sifat-sifat itu, viskositas dan derajat
substitusi merupakan dua faktor terpenting dari karboksimetil selulosa. (Boyer, 1993).
Metode Lowry penentuan total protein adalah salah satu tes kolorimetri yang
paling umum dilakukan oleh ahli biokimia. Prosedur ini terletak pada reaktivitas dari
ikatan peptida dengan Cu2+ pada kondisi basa dan reduksi berikutnya dari Folin
Lowry sensitif terhadap konsentrasi rendah protein. Kerugian utama dari metode
Lowry adalah rentang pH yang sempit di mana itu akurat. Namun, dalam percobaan ini
15
volume yang sangat kecil dari sampel yang digunakan yang memiliki sedikit atau tidak
amino, buffer zwiterionik dan nonionik, obat, lipid, gula, garam, asam nukleat, reagen
sulfhidril, ion amonium dan senyawa tiol) dapat mengganggu prosedur Lowry (Pavel
et al., 2013).
2.6 Sentrifugasi
sifat-sifat hidrodinamik makromolekul yang telah dimurniakan atau organel sel. Pada
sentrifugasi suatu contoh biologis diberi suatu gaya yang besar dengan memutar contoh
tersebut pada kecepatan yang sangat tinggi. Pada keadaan seperti ini, menyebabkan
terjadinya sedientasi partikel organel sel, atau makromolekul pada suatu kecepatan
horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder
yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak
menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang
berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: alat-alat gelas, botol
vial, bulb pipet, inkubator, kaca arloji, kolom gelas, kuvet, neraca analitis, pipet tetes,
16
17
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai sampel yaitu usus halus
akuades, asam trikloroasetat (TCA) 8%, aseton, Buffer fosfat (pH: 6,5; 7,4; 7,6; 7,8),
CMC (Carboxymethyl cellulose), es batu, N,N dimetil kasein (10 mg/mL), Pereaksi A
( larutan Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N ), Pereaksi B ( larutan CuSO4 . 5 H2O 0,5%
3.3 Metode
Usus halus ikan nila dicuci bersih dengan air dingin, kemudian dipotong
menjadi irisan-irisan kecil (3-5 mm). Ditimbang sebanyak 10 gram sampel, kemudian
gram/10 mL). Dalam kondisi dingin jaringan usus halus ikan nila dipecah dengan alat
Potter Elvehjem selama 1-2 menit, suhu dijaga agar tetap di bawah 0 oC dengan
Setelah itu homogenat disentrifugasi pada kecepatan 6.000 rpm selama 30 menit.
Enzim akan berada pada supernatan, terpisah dari pengotor dan sisa-sisa jaringan usus
halus ikan nila. Enzim yang berada di bagian supernatan diendapkan dengan aseton
endapan dipisahkan dari supernatan dan kemudian dilarutkan dalam 5 mL bufer fosfat
pH 6,5; 0,05 M.
Kolom gelas disiapkan, diisi dengan matriks CMC sambil dielusi secara
terus-menerus dengan buffer fosfat pH 6,5 ; 0,05 M (sebagai buffer awal). Endapan
enzim/protein yang sebelumnya telah dilarutkan dalam 5 mL buffer fosfat pH 6,5; 0,05
dengan pengelusi buffer awal (buffer fosfat pH 6,5 ; 0,05 M). Lalu ditampung dua
puluh fraksi dengan volume penampungan setiap fraksi sebanyak 3 mL (tiap botol
vial), dan kecepatan alir diatur 1 mL/menit. Setelah itu, setiap fraksi diukur serapannya
ditampung lagi sebanyak dua puluh fraksi dengan pengelusi buffer fosfat pH 7,8
dengan volume penampungan setiap fraksi sebanyak 3 mL (tiap botol vial), dan
kasein dan 0,9 mL buffer fosfat pH 7,6 ; 0,1 M. Campuran tersebut kemudian
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC. Tahap inkubasi dihentikan dengan
panjang gelombang 280 nm. Sebagai kontrol (blanko) dalam pengukuran serapan,
sampel enzim diganti dengan air (diperlakukan sama seperti perlakuan terhadap
sampel).
konsentrasi, yaitu: 0,1; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/mL BSA dalam air. Pereaksi yang
digunakan adalah:
segar)
ditambahkan 2,5 mL pereaksi C, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu
ruang. Setelah itu ditambahkan 0,25 mL pereaksi D, dikocok dan dibiarkan selama 30
menit. Kemudian diukur masing-masing serapannya pada panjang gelombang 750 nm.
Sebagai blanko digunakan 0,1 mL air sebagai pengganti protein dan ditambahkan
dengan 2,5 mL pereaksi C dan 0,25 mL pereaksi D. Setelah diperoleh data pengamatan
berupa serapan masing-masing protein, dibuat kurva baku antara Absorbansi serapan
(A) dengan konsentrasi protein standar. Kurva baku ini akan digunakan lebih lanjut
sebanyak 0,1 mL sampel ditambah dengan 2,5 mL pereaksi C, dikocok dan dibiarkan
selama 10 menit. Setelah itu ditambahkan 0,25 mL pereaksi D, dikocok dan dibiarkan
selama 30 menit. Kemudian serapan diukur pada panjang gelombang 750 nm dengan
blankonya adalah air sebagai pengganti sampel. Kadar protein dapat diperoleh dengan
memplotkan nilai Absorbansi serapan (A) sampel terhadap kurva baku protein standar.
22
Sampel
fraksionasi
Sentrifugasi
(Lisis Sel dengan Potter Elvehjem)
Endapan Supernatan
Penampungan Fraksi-fraksi
+ 2,5 mL pereaksi C
+ 1 mL substrat N,N dimetil kasein
Diamkan 10 menit
+ 0,9 mL buffer fosfat pH 7,6 ; 0,05 M
+ 0,25 mL pereaksi D
Inkubasi (30 menit; 37ºC)
Diamkan 30 menit
+ 0,5 mL larutan TCA 8%
Ukur serapan (λ=750 nm)
Sentrifugasi
Hitung Kadar Protein
Ukur serapan supernatan (λ=280 nm)
Kadar protein
Hitung aktivitas enzim
Aktivitas Enzim
6,5.
- Didinginkan
- ditambahkan 10 mL buffer
fosfat pH 6,5
- Ditimbang
- dibuat penyetimbang
menggunakan akuades
sentrifugasi secara
24
25
bersebrangan
- didekantasi diperoleh 10 mL
supernatant
- ditambahkan 70 mL aseton
- disentrifugasi selama 30
rpm
- dicuci menggunakan 20 mL
etanol
Matriks
- dimasukan ke dalam kolom laju alir = 3 tetes/menit
CMC
fosfat pH 6,5
fosfat pH 7,8
27
Fraksi Absorbansi / A
1 0,108
2 0,000
3 0,122
4 0,130
5 2,317
6 3,529
7 3,176
8 1,147
9 0,270
10 0,135
11 -0,087
12 1,812
28
13 0,567
14 0,060
15 0,049
16 0,040
17 0,089
18 0,097
19 0,063
20 0,050
21 0,044
22 0,039
23 0,035
24 0,044
25 0,033
26 0,034
27 0,021
28 0,019
29 0,028
29
mengendap
terdapat endapan
- didiamkan 10 menit
protein
diperoleh peptida-
- disaring hingga bening
peptida hasil
30
pemotongan oleh
enzim protease
air
hidrolisis λ=280nm
Fraksi Absorbansi / A
Ekstrak
0,264
kasar
Fraksi 5 0,097
Fraksi 6 0,116
Fraksi 7 0,104
Fraksi 8 0,032
Fraksi 12 0,037
Kontrol 0,012
31
- ditambahkan 2,5 mL
Terlarut
pereaksi Lowry C
Albumin) dikocok
- diukur absorbansinya
menggunakan
absorbansi terukur
spektrofotometer pada λ=750
nm
32
diperoleh persamaan
- dibuat kurva bakunya
kurva baku
Konsentrasi
Absorbansi
/(mg/mL)
0 0
0,1 0,133
0,5 0,655
1 0,811
1,5 1,254
suhu kamar
- ditambahkan 0,25 mL
dikocok
- diukur absorbansinya
menggunakan
absorbansi terukur
spektrofotometer pada λ=750
nm
Fraksi Absorbansi
Ekstrak
0,806
kasar
Fraksi 5 0,426
Fraksi 6 0,762
Fraksi 7 0,819
Fraksi 8 0,384
34
Fraksi 12 0,303
Kontrol 0,000
4.2 Grafik
3.5
2.5
Absorbansi
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.5
Fraksi
0.2
Aktivitas Unit
0.15
Fraksi 6, 0.116
Gambar 4.2. 2 Grafik Absorbansi terhadap Fraksi pada Penentuan Aktivitas Enzim
0.8
A
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
C
0.6
Absorbansi
0.5
0.2
0.1
0 Kontrol, 0
Fraksi
Gambar 4.2. 4 Grafik Absorbansi terhadap Fraksi Sampel pada Penentuan Kadar
Protein menggunakan Metode Lowry
37
4.3 Perhitungan
V KP AU PT / AT / AS Perolehan Kemurnian
Tahapan
/ mL (mg/mL) (unit/mL) mg unit (unit/mg) /% / kali
EK 10 1.2936 16.8 12.9364 168 12.9866 100 1
HP 7.1428 - - - - - - -
1. Volume Sampel
a. Vekstrak kasar = 10 mL
10
b. Vhasil pengendapan = x 5 = 7,1428 mL
7
5 10
c. Vfraksi = 2 x 3 x = 4,7619 mL
7
y=bx+ay
Ekstrak Kasar
y = absorbansi pembacaan
y = 0,806
y = 0,5677x + 0,0716
x = 1,293641008 mg/mL
Fraksi 5
y = absorbansi pembacaan
y = 0,426
y = 0,5677x + 0,0716
x = 0,624273384mg/mL
Fraksi 6
y = absorbansi pembacaan
y = 0,762
y = 0,5677x + 0,0716
x = 1,216135283 mg/mL
39
Fraksi 7
y = absorbansi pembacaan
y = 0,819
y = 0,5677x + 0,0716
x = 1,316540426 mg/mL
Fraksi 8
y = absorbansi pembacaan
y = 0,384
y = 0,5677x + 0,0716
x = 0,550290646 mg/mL
Fraksi 12
y = absorbansi pembacaan
y = 0,303
y = 0,5677x + 0,0716
x = 0,407609653 mg/mL
Ekstrak Kasar
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
Fraksi 8
Fraksi 12
41
PT = Vsampel x KP
Va = 10 mL
Vb = 7,1428 mL
Vc = 4,7619 mL
Ekstrak Kasar
PT = Va x KP
PT = 10 mL x 1,2936 mg/mL
PT = 12,936 mg
Fraksi 5
PT = Vc x KP
PT = 2.9727 mg
Fraksi 6
42
PT = Vc x KP
PT = 5,7911 mg
Fraksi 7
PT = Vc x KP
PT = 6.2692 mg
Fraksi 8
PT = Vc x KP
PT = 2,6204 mg
Fraksi 12
PT = Vc x KP
PT = 1,9410 mg
43
AT = Vsampel x AU
Va = 10 mL
Vb = 7,1428 mL
Vc = 4,7619 mL
Ekstrak Kasar
AT = Va x AU
AT = 10 mL x 16,8 unit/mL
AT = 168 unit
Fraksi 5
AT = Vc x AU
AT = 26,9841 unit
Fraksi 6
AT = Vc x AU
AT = 33,0158 unit
Fraksi 7
AT = Vc x AU
AT = 29,2063 unit
Fraksi 8
AT = Vc x AU
AT = 6.3492 unit
Fraksi 12
AT = Vc x AU
AT = 7.9365 unit
AT
AS = PT
45
Ekstrak Kasar
AT
AS = PT
168 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 12.9364 𝑚𝑔
AS = 12,9866 unit/mg
Fraksi 5
AT
AS = PT
26,9841 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 2,9727 𝑚𝑔
AS = 9,0772 unit/mg
Fraksi 6
AT
AS =
PT
33,0158 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 5,7911 𝑚𝑔
AS = 5,7011 unit/mg
Fraksi 7
AT
AS = PT
29,2063 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 6,2692 𝑚𝑔
AS = 4,6587 unit/mg
Fraksi 8
AT
AS = PT
46
6,3492 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 2,6204 𝑚𝑔
AS = 2,4230 unit/mg
Fraksi 12
AT
AS = PT
7,9365 𝑢𝑛𝑖𝑡
AS = 1,9410 𝑚𝑔
AS = 4,0889 unit/mg
7. Perolehan (%)
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
AT’ adalah aktivitas total dari sampel dan AT adalah aktivitas total dari
ekstrak kasar
AT = 54,4 unit
Ekstrak Kasar
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
168 unit
Perolehan = 168 unit x 100 %
Perolehan = 100 %
47
Fraksi 5
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
26,9841 unit
Perolehan = x 100 %
168 unit
Perolehan = 16,0620 %
Fraksi 6
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
33,0158 unit
Perolehan = x 100 %
168 unit
Perolehan = 19,6523 %
Fraksi 7
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
29,2063 unit
Perolehan = x 100 %
168 unit
Perolehan = 19,6523 %
Fraksi 8
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
48
6,3492 unit
Perolehan = x 100 %
168 unit
Perolehan = 3,7793 %
Fraksi 12
AT′
Perolehan = x 100 %
AT
7,9365 unit
Perolehan = x 100 %
168 unit
Perolehan = 4,7241 %
8. Kemurnian
AS′
Kemurnian = AS
AS’ adalah aktivitas spesifik dari sampel dan AS adalah aktivitas spesifik dari
ekstrak kasar
AS = 1,43103 unit/mg
Ekstrak Kasar
AS′
Kemurnian =
AS
12,9866 unit/mg
Kemurnian = 12,9866 unit/mg
Kemurnian = 1
49
Fraksi 5
AS′
Kemurnian = AS
9,0772 unit/mg
Kemurnian = 12,9866 unit/mg
Kemurnian = 0,6990
Fraksi 6
AS′
Kemurnian = AS
5,7011 unit/mg
Kemurnian = 12,9866 unit/mg
Kemurnian = 0,4390
Fraksi 7
AS′
Kemurnian = AS
4,6587 unit/mg
Kemurnian =
12,9866 unit/mg
Kemurnian = 0,3587
Fraksi 8
AS′
Kemurnian = AS
50
2,4230 unit/mg
Kemurnian = 12,9866 unit/mg
Kemurnian = 0,1866
Fraksi 12
AS′
Kemurnian = AS
4,0889 unit/mg
Kemurnian = 12,9866 unit/mg
Kemurnian = 0,3149
4.4 Pembahasan
Pada percobaan kali ini mengenai Isolasi dan Penentuan Akrivitas Enzim
Proteolitik dari Usus Halus Ikan Nila. Tujuan dari percobaan kali ini yaitu antara lain
untuk mengisolasi enzim protease dari usus halus ikan nila (Oreochromis niloticus)
dengan sentrifugasi, untuk memurnikan enzim protease dari usus halus ikan nila
kadar protein dari usus halus ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan metode lowry,
serta untuk menentukan aktivitas enzim protease dari usus halus ikan nila
Beberapa enzim protease yang terdapat dalam usus halus ikan nila diantaranya:
C.
Prosedur yang pertama kali dilakukan yaitu mengisolasi enzim protease dari
usus halus ikan nila dengan metode sentrifugasi. Pertama usus halus ikan nila dicuci
bersih dengan menggunakan air. Air yang digunakan adalah air dingin. Pencucian ini
dingin bertujuan untuk pengodisiaan awal agar selama proses penghancuran usus ikan
nila masih dalam keadaan dingin. Pada dasarnya, mikroba akan sulit tumbuh pada
temperatur yang dingin. Selain itu hal ini dilakukan untuk mencegah denaturasi protein
(enzim) yang terdapat didalamnya (enzim stabil) atau juga dapat menyebabkan enzim-
enzim tersebut kehilangan aktivitasnya atau dengan kata lain, enzim tidak aktif pada
suhu rendah.
52
Setelah itu,usus halus ikan nila dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 10
gram dan dimasukan kedalam tabung sentrifugasi. Setelah itu, usus halus ikan nila
ditambahkan buffer fosfat pH 7,4. Penambahan buffer pH 7,4 bertujuan untuk menjaga
agar enzim protease pada usus halus ikan nila ini tetap stabil. Jika pH terlalu rendah
maka akan mendenaturasi protein. Enzim mempunyai pH optimum dimana enzim ini
akan bekerja maksimum, jika di bawah atau di atas pH optimum maka enzim akan
larutan buffer pH 7,4 maka enzim tidak akan mengalami perubahan pH yang berarti
Setelah itu, usus halus yang telah dihomogenkan dipecah dengan blender yaitu
waring blender sampai halus. Hal ini bertujuan untuk memecah sel dari usus halus.
Kemudian ditambahkan buffer fosfat pH 6,5 kedalam usus halus yang berada dalam
sentrifugasi ditaruh diatas ice bath. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar enzim tidak
terdenaturasi akibat perubahan struktur enzim yang tadinya folding menjadi unfolding,
karna pada saat proses pemecahan menggunakan blender akan timbul efek panas,
sehingga untuk mencegahnya, tabung berisi usus halus tersebut dijaga suhunya agar
tetap rendah.
dilakukan pada putaran 6.000 rpm karena merupakan putaran optimum apabila kurang
dari 6.000 rpm maka proses sentrifugasi tidak maksimal sehingga antara supernatan
dan endapan tidak terpisah dengan baik. Apabila lebih dari 6.000 rpm maka akan
merusak enzim secara mekanik sehingga enzim tersebut dapat terdenaturasi juga.
bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumber rotasi. Dalam operasinya, sentrifugasi
dijalankan dengan menaruh partikel dan medium suspensinya pada ujung dari alat yang
berputar yaitu rotor. Prinsip dari pemisahan ini adalah perbedaan kecepatan
sedimentasi partikel atau molekul yang disebabkan oleh medan sentrifugal. Kecepatan
proses ini, enzim akan berada pada supernatan, karena enzim memiliki densitas lebih
kecil dibandingkan densitas pelarutnya dan enzim lebih larut pada air karena
kepolarannya relatif sama dengan air. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolved like
dimana senyawa akan cenderung larut dalam pelarut yang memiliki kepolaran yang
relatif sama.
54
ekstrak kasar untuk kemudian disimpan didalam lemari es. Kemudian protein
diendapkan dengan penambahan aseton dingin dengan jumlah pelarutan sampai 10 kali
pelarut organik yaitu aseton dapat menyebabkan reduksi dari sifat aktifitas air.
Kekuatan solvasi air terhadap molekul enzim atau protein hidrofil akan berkurang
dengan meningkatnya keonsentrasi aseton. Hal ini disebabkan oleh reduksi konstanta
dielektrik dari air, penggantian molekul dari air, serta mobilisasi partikel dari molekul
air tersebut melalui pelarut organik. Air akan lebih tertarik pada pelarut organik karena
kepolaran keduanya relatif sama. Selain itu aseton bersifat semipolar. Setelah itu
dilakukan lagi sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 6000rpm. Setelah itu
dipisahkan supernatan dan endapannya. Setelah itu dipisahkan lagi endapan dan
supernatan. Terakhir, endapan dilarutkan dengan buffer fosfat pH 6,5 sebanyak 5mL.
terjadinya kesalahan dan kurang ketelitian fraksi pengendapan nya tidak disimpan
bermuatan di dalam larutan dengan senyawa yang tidak reaktif yang bermuatan
berlawanan sebagai pengisi kolom. Permukaan protein terdiri dari muatan positif dan
negatif tergantung dari rantaisamping asam amino asan dan basa. pH protein dengan
jumlah muatan positif dan negatif sama disebut titik isoelektrik (pI). pI sebagian besar
Pertama, disiapkan kolom yaitu kapas dimasukkan ke dalam ujung kolom yang
berguna untuk menahan resin agar tidak keluar dari kolom. Kapas juga tidak akan
beraksi dengan fase gerak maupun sampel sehingga aman untuk digunakan. Setelah itu
resin yaitu CMC dimasukkan sampai setinggi 5 cm. Semakin panjang kolom maka
resolusi nya akan semakin baik. Tetatapi laju dari protein akan menurun begitu pula
waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Sehingga tinggi kolom perlu disesuaikan
untuk memperoleh keuntungan terbesar. Keadaan resin dalam kolom harus rata dan
tidak berongga sehingga pemisahan berjalan optimum. Oleh karena itu dielusi dengan
buffer fosfat 6,5 hingga kolom padat dan kompak. Setelah dihasilkan tetesan yang
konstan yang merupakan salah satu tanda resin sudah rata lalu ekstrak hasil
matriks CMC (Carboxymethyl cellulose) yang telah padat dan kompak tersebut.CMC
56
ini berfungsi sebagai fase diam pada proses kromatografi ini. CMC merupakan matriks
bermuatan negatif yang dapat menukarkan kation. Digunakan CMC karena, pada
prinsip kerjanya, enzim yang akan dimurnikan, harus dibuat melekat terlebih dahulu
pada matriks, sehingga muatannya harus sama. Maka dari itu sebelumnya mengapa
isoelektriknya. Buffer Fosfat 6,5 ini berfungsi sebagai fase geraknya yang akan
mengelusi. Sebelumnya matriks CMC juga dilarutkan dengan buffer fosfat pH 6,5.
Setelah ekstrak hasil pengendapan telah masuk kedalam ke kolom dan terserap
seluruhnya, dielusi dengan buffer fosfat pH 6,5. Enzim yang bermuatan negatif yang
akan dipisahkan akan turun keluar dari kolom. Ditampung sebanyak 12 fraksi dengan
3mL/botol.
Setelah itu, pengelusi diganti dengan buffer fosfat pH 7,8. Protein yang
sebelumnya terikat pada kolom akan dilepaskan dengan cara mengubah gradien pH
nya, dimana pada percobaan ini adalah pH 7,8. Protein yang tadinya bermuatan positif
sehingga tidak akan terikat pada matriks yang bermuatan positif, dan keluar dari kolom.
Setelah itu fraksi yang telah didapat diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer dengan blanko masing-masing hasil fraksi yaitu buffer fosfat pH 6,5
dan 7,8. Fraksinya di ukur serapannya pada panjang gelombang 280 nm karena protein
memilki asam-asam amino yang spesifik yang memilki gugus aromatik terkonjugasi
yang dapat menyerap spektra pada panjang gelombang 280 nm, yaitu
fenilalanin,tyrosin, dan tryptophan. Didapatkan hasil pada pH 6,5 fraksi paling murni
yaitu pada fraksi 5,6,7,8, dan 12 sedangkan pada pH 7,8 paling murni pada fraksi 13.
dipipet sebanyak 0,5 mL dan dimasukan kedalam tabung reksi, Kemudian ditambahkan
2,5mL substrat N-N dimetilkasein ke dalam masing-masing tabung reaksi yang bersisi
fraksi 5,6,7,8,dan 12. Kasein ini berfungsi sebagai substrat yang akan terikat pada sisi
Kemudian,ditambahkan buffer fosfat pH 7,6 sebanyak 4,5 mL. Hal ini bertujuan untuk
atau basa maka enzim akan rusak. Enzim protease akan memecah ikatan peptida
substrat membentuk asam amino penyusunnya. Banyaknya asam amino yang terbentuk
itulah yang menentukan aktivitas enzim protease. Semakin banyak asam amino yang
Kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 30 menit. Tujuan dari inkubasi
yaitu untuk mempercepat reaksi,karena enzim akan bekerja optimal pada suhu
sebanyak 2,5 mL yang berfungsi untuk mengendapkan protein yang telah terpotong-
potong karena adanya akifitas enzim protease. Dengan adanya TCA 8% maka protein
akan terdenaturasi sehingga terbentuk endapan. TCA berfungsi sebagai inhibitor yang
menghentikan reaksi antara enzim dan substrat yaitu kasein. Setelah itu, dipisahkan
endapan dan supernatannya dengan menggunakan corong saring dan kertas saring.
memilki asam-asam amino yang spesifik yang memilki gugus aromatik terkonjugasi
yang dapat menyerap spektra pada panjang gelombang 280 nm, yaitu
fenilalanin,tyrosin, dan tryptophan. Untuk prosedur ini dilakukan juga untuk air
sebagai kontrol. Dan untuk blanko yang digunakan yaitu buffer fosfat pH 7,6.
Fraksi 12 : 1,6667unit/mL
59
unit/menit diatas blanko. Suatu aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah yang
aktivitas spesifik jumlah unit enzim per milligram protein. Pada uji Aktivitas enzim ini
diaplikasikan prinsip penentuan aktivitas Enzim yaitu “Inducted Fit” dimana suatu
enzim akan bereaksi dengan substrat ataus enyawa yang mirip dengan substratnya
Dari hasil percobaan didapatkan hasil Protein Total (PT) / mg yaitu Ekstrak Kasar
mg, Fraksi 7 PT sebesar 6,2692 mg, Fraksi 8 PT sebesar 2,6204 mg dan Fraksi 12 PT
prosedur ini dilakukan 2 percobaan yaitu pengukuran protein standar dan penentuan
kadar protein sampel. Pada prosedur pengukuran protein standar yaitu mula mula
0,04 gram dan dilarutkan dengan akuades 10 ml didalam labu ukur. Kemudian
konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 mg/mL BSA. Selain itu pengenceran ,dibuat pula
blanko yaitu dengan menggunakan akuades. Blanko dan pengenceran BSA 0,1; 0,5;
1,0;1,5;2,0 mg/ml diambil sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
60
dan 1mL pereaksi B). Pereaksi A adalah larutan natrium karbonat 2% dalam natrium
hidroksida 0,1M yang berfungsi sebagai pemberi suasana basa pada reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara 𝐶𝑢2+ dengan gugus -NH dari rantai peptida
pada protein. Pereaksi B adalah larutan tembaga (II) sulfat pentahidrat 0,5% dalam Na-
(fosfomolibdat dan fosfowolframat) sebanyak 0,25 ml yang akan direduksi oleh asam
amino tirosin dan triptofan yang berasal dari molekul protein. Kemudian, direfluks
hingga larut sempurna. Larutan didiamkan 30 menit agar proses reduksi berlangsung
sempurna. Kompleks biru yang terbentuk menandakan bahwa proses ini telah selesai.
Penentuan kadar protein dengan metoda Lowry adalah untuk menentukan kadar
protein terlarut berdasarkan warna yang timbul karena adanya reaksi biuret disamping
reduksi asam amino tyrosin dan triptophan dalam molekul protein. Dengan adanya
𝐶𝑢2+ dalam suasana basa, biuret akan membentuk kompleks berwarna ungu.
kompleks Uji Biuret yaitu reaksi yang terjadi antara atom pusat(logam) denagn ligan
dari suatu protein dalm suasana basa yang dihubungkan dengan ikatan kovalen
61
koordinasi dengan membentuk kompleks biru. Prinsip ini diaplikasikan apda saat
penurunan bilangan oksidasi pada ter-fosfomolibdat karena adanya asam amino tyrosin
dan triptophan. Prinsip ini diaplikasikan pada saat penambahan Pereaksi D pada
metode Lowry.
Absorpsi warna dari reaksi biuret dalam penentuan kadar protein diukur pada
kadar protein ini dilakukan dengan melakukan metode spektrofotometri dimana untuk
karena itu, protein direaksikan dengan pereaksi D(pereaksi folin ciocalteu) yang
senyawa kompleks biru bila bereaksi dengan protein dan warna biru yang timbul
mempunyai panjang gelombang maksimum pada 750 nm. Pada prosedur pengukuran
standar protein ini menggunakan blanko yaitu air. Kemudian dibuat kurva baku standar
Selanjutnya kurva baku ini digunakan untuk menentukan kadar protein sampel yang
dianalisis. Pada absorbansi ini diaplikasikan prinsip Hukum Lambert-Beer yaitu bila
Prosedur yang kedua pada penentuan kadar protein yaitu sama dengan penentuan
kadar protein standar hanya saja larutan standar protein diganti dengan sampel. Sebagai
blanko, sampel diganti dengan air. Kadar protein sampel ditentukan dengan
memplotkan absorbansi sampel hasil uji lowry terhadap kurva baku protein. Pada
prosedur ini juga diaplikasikan prinsip yang sama dengan pennetuan kadar protein
standar.
Pada percobaan kali ini diperoleh hasil kemurnian sebagai berikut Ekstrak Kasar
Dari seluruh hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan karena adanya
peningkatan kemurnian dari tiga tahapan yang dilakukan. Yang menunjukkan bahwa
tahapan tersebut dapat memurnikan protein yang ingin diisolasi, sesuai dengan grafik
absorbansinya semakin besar fraksi maka persentase perolehan akan semakin kecil.
Sementara pada kemurnian, akan semakin besar sesuai dengan grafik absorbansi
tinggi/semakin menurun.
63
5.1 Kesimpulan
1. Enzim protease dapat diisolasi dari usus halus ikan Nila (Oreochromis
2. Enzim protease dari usus halus ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat
3. Kadar protein dari usus halus ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang
4. Aktivitas enzim protease dari usus halus Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
5.2 Saran
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, ternyata tidak mudah untuk
karena itu, sebelum mengisolasi suatu enzim harus diketahui terlebih dahulu
karakteristik dari enzim tersebut, seperti pH optimum, suhu optimum, tipe enzim, dll.
Setelah diketahui karakteristiknya barulah dapat ditentukan metode yang tepat untuk
1. Ada studi singkat terlebih dahulu mengenai organ-organ hewan yang akan diisolasi
enzimnya, dalam hal ini ikan mas, ikan lele dan nila sehingga praktikan dapat lebih
mengenal dan membedakan bagian-bagian yang akan diisolasi (pankreas dan usus
halus).
2. Lebih banyak fraksi yang ditampung akan menghasilkan pemisahan yang lebih
baik.
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
66
Fransisco.
Hame, B.D. & N. M. Hooper. 2000. Biochemistry the Instant Notes. Second
Erlangga. Jakarta.
Mckee,T. & J.K. Mckee. 1999. Biochemistry an Introduction. Mc Graw Hill Company,
Inc. Boston.
Nelson, D.L. & M.C. Michael. 2008. Principle of Biochemistry. Fifth edition.
The Kjeldahl, The Bradford And The Lowry Methods. Journal of Agricultural
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan /pemisahan-
kimia-dan-analisis/sentrifugasi/
68
LAMPIRAN
Penukar Ion
69
Protein