Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan saat ini adalah hal yang penting di dalam negara berkembang
seperti Indonesia. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat ini tentunya membutuhkan partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Ketika mereka
berpartisipasi, pembangunan ini akan berjalan lancar. Kebijakan yang diawali dari pemerintah
kemudian di realisasikan oleh masyarakat. Sehingga terciptalah masyarakat yang sehat dan
mandiri. Karena pembangunan dalam bidang kesehatan ini masuk dalam indikator pembangunan
melenium suatu negara. Secara rinci didalam bidang kesehatan ini seperti nenurunkan angka
kematian anak, memerangi HIV-AIDS, TB dan malaria. Namun sebagian besar kematian berasal
dari BBLR atau berat badan lahir rendah. BBLR ini adalah sebuah penyebab kematian dini dan
penyebab mudahnya ada terserang berbagai penyakit terutama penyakit menular. Salah satu cara
mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengatasi BBLR. BBLR itu sendiri dapat disebabkan
oleh berbagai faktor dan itu multi faktor. Banyak sekali penyebab dari BBLR itu sendiri, seperti
Riwayat penyakit ibu, sosial ekonomi, asupan gizi, rokok, lingkungan yang tidak baik bahkan
pengetahuan seorang ibu bisa menjadi salah satu faktor dari BBLR ini. Karena faktor-faktor
tersebut kembali lagi kepada sorang ibu yang mengandung bayi sebelum dilahirkan. Itu
bergantung apa yang dilakukan dan dikonsumsi seorang ibu. Oleh karena itu saya sebagai
mahasiswa di ilmu keperwatan ingin sedikit membahas apa itu BBLR dan apa sajakah yang
memimbulkan terjadinya BBLR serta bagaimana melakukan asuhan keperawatan kepada
seorang bayi yang mengalami BBLR. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
dengan mengetahui tentang BBLR dan membantu negara untuk meningkatkan pembangunan
didalam bidang kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu BBLR ?


 Apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya BBLR ?
 Bagaimana asuhan keperwatan terhadap penderita BBLR ?

1.3 Tujuan

 Mengetahui BBLR secara rinci dan faktor penyebabnya.


 Membantu masyarakat mencegah terjadinya BBLR.
 Meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
(1,2)
kehidupannya dimasa depan . Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3).

3
(1) Faktor ibu

a. Penyakit

Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia < 20 – 35 >

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.4 Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):

 Hipotermia
 Hipoglikemia

4
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Hiperbilirubinemia
 Sindroma gawat nafas
 Paten duktus arteriosus
 Infeksi
 Perdarahan intraventrikuler
 Apnea of Prematurity
 Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain (3,8):

 Gangguan perkembangan
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan penglihatan (Retinopati)
 Gangguan pendengaran
 Penyakit paru kronis
 Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2. 5 ASUHAN KEPERAWATAN

2.5. 1 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu
<> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik

5
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang
tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat

2.5. 2 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

 Umur ibu
 Riwayat hari pertama haid terakir
 Riwayat persalinan sebelumnya
 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Aktivitas
 Penyakit yang diderita selama hamil

6
 Obat-obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

 Berat badan <>


 Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

 Pemeriksaan skor ballard


 Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

2.5. 3 Intervensi
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Ø Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Ø Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional

7
Mandiri: Ø Membantu dalam membedakan periode
Ø Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perputaran pernapasan normal dari
perhatikan adanya apnea dan perubahan serangan apnetik sejati, terutama sering
frekwensi jantung terjadi pad gestasi minggu ke-30
Ø Isap jalan napas sesuai kebutuhan Ø Menghilangkan mukus yang neyumbat
Ø Posisikanm bayi pada abdomen atau jalan napas
posisi telentang dengan gulungan popok Ø Posisi ini memudahkan pernapasan dan
dibawah bahu untuk menghasilkan menurunkan episode apnea, khususnya bila
hiperekstensi ditemukan adanya hipoksia, asidosis
Ø Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- metabolik atau hiperkapnea
obatan yang akan memperberat depresi Ø Magnesium sulfat dan narkotik
pernapasan pada bayi menekan pusat pernapasan dan aktifitas
Kolaborasi : SSP
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium Ø Hipoksia, asidosis netabolik,
sesuai indikasi hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia
Ø Berikan oksigen sesuai indikasi dan sepsis memperberat serangan apnetik
Ø Berikan obat-obatan yang sesuai Ø Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat meningkatkan funsi
pernapasan

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan


Kriteria hasil :
Ø Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Hipotermia membuat bayi cenderung
Ø Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal merasa stres karena dingin, penggunaan
pada awalnya, selanjutnya periksa suhu simpanan lemak tidak dapat diperbaruai

8
aksila atau gunakan alat termostat dengan bila ada dan penurunan sensivitas untuk
dasar terbuka dan penyebar hangat. meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
Ø tempatkan bayi pada inkubator atau kadar O2.
dalam keadaan hangat Ø Mempertahankan lingkungan
Ø pantau sistem pengatur suhu , penyebar termonetral, membantu mencegah stres
hangat (pertahankan batas atas pada karena dingin
98,6°F, bergantung pada ukuran dan usia Ø Hipertermi dengan peningkatan laju
bayi) metabolisme kebutuhan oksigen dan
Ø kaji haluaran dan berat jenis urine glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
Ø pantau penambahan berat badan bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
berturut-turut. Bila penambahan berat Ø Penurunan keluaran dan peningkatan
badan tidak adekuat, tingkatkan suhu berat jenis urine dihubungkan dengan
lingkungan sesuai indikasi. penurunan perfusi ginjal selama periode
Ø Perhatikan perkembangan takikardia, stres karena rasa dingin
warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea Ø Ketidakadekuatan penambahan berat
atau aktifitas kejang. badan meskipun masukan kalori adekuat
dapat menandakan bahwa kalori digunakan
untuk mempertahankan suhu lingkungan
tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
suhu lingkungan.
Ø Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi.
Ø Stres dingin meningkatkan kebutuhan
terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
mengakibatkan masalah asam basa bila
Kolaborasi : bayi mengalami metabolisme anaerobik
Ø pantau pemeriksaan laboratorium sesuai bila kadar oksigen yang cukup tidak
indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
dan kadar bilirubin) indirek dapat terjadi karena pelepasan
Ø berikan obat-obat sesuai dengan indikasi asam lemak dari meta bolisme lemak

9
· fenobarbital coklat dengan asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada pada bagian ikatan di
albumin.
Ø Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan hipertermi
Ø Memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hiportemia dan hipertermia

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Ø Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Ø Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Menentukan metode pemberian makan
Ø Kaji maturitas refleks berkenaan dengan yang tepat untuk bayi
pemberian makan (misalnya : mengisap, Ø Pemberian makan pertama bayi stabil
menelan, dan batuk) memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
Ø Auskultasi adanya bising usus, kaji jam setelah kelahiran. Bila distres
status fisik dan statuys pernapasan pernapasan ada cairan parenteral di
Ø Kaji berat badan dengan menimbang indikasikan dan cairan peroral harus
berat badan setiap hari, kemudian ditunda
dokumentasikan pada grafik pertumbuhan Ø Mengidentifikasikan adanya resiko
bayi derajat dan resiko terhadap pola
Ø Pantau masuka dan dan pengeluaran. pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan
Hitung konsumsi kalori dan elektrolit cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan
setiap hari 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah
Ø Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, mengalami penurunan berat badan dealam

10
turgor kulit, berat jenis urine, kondisi uterus atau mengalami penurunan
membran mukosa, fruktuasi berat badan. simpanan lemak/glikogen.
Ø Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea Ø Memberikan informasi tentang masukan
dan pernapasan tidak teratur, apnea, aktual dalam hubungannya dengan
letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. perkiraan kebutuhan untuk digunakan
Pemberian makan buruk, gugup, menangis, dalam penyesuaian diet.
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan Ø Peningkatan kebutuhan metabolik dari
aktifitas kejang. bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan
cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
Kolaborasi : mengakibatkan diuresi pada bayi.
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Pemberian cairan intravena mungkin
indikasi diperlukan untuk memenuhi peningkatan
· Glukas serum kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati
· Nitrogen urea darah, kreatin, ditangani untuk menghindari kelebihan
osmolalitas serum/urine, elektrolit urine cairan
Ø Berikan suplemen elektrolit sesuai Ø Karena glukosa adalah sumber utama
indikasi misalnya kalsium glukonat 10% dari bahan bakar untuk otak, kekurangan
dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna
meningkatkan mobilitas mortalitas serta
efek berat yang lama bergantung pada
durasi masing-masing episode.
Kolaborasi :
Ø Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3
jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen
dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
Ø Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan simpanan

11
nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi.
Ø Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
untuk mempertashankan homeostasis.

4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Ø Suhu 350C
Ø Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ø Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Untuk mengetahui lebih dini adanya
Ø Kaji adanya tanda – tanda infeksi tanda-tanda terjadinya infeksi
Ø Lakukan isolasi bayi lain yang Ø Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi meminimalkan terjadinya infeksi yang
Ø Sebelum dan setelah menangani bayi, lebih luas
lakukan pencucian tangan Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi
Ø Yakinkan semua peralatan yang kontak Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan bayi bersih dan steril Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
Ø Cegah personal yang mengalami infeksi berlanjut pada bayi
menular untuk tidak kontak langsung
dengan bayi.

5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Ø bebas dari tanda dehidrasi.
Ø Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

12
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
Ø Bandingkan masukan dan pengeluaran sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira
urine setiap shift dan keseimbangan 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
kumulatif setiap periodik 24 jam meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari
Ø Pantau berat jenis urine setiap selesai pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
berkemih atau setiap 2-4 jam dengan darah untuk tes menyebabkan penurunan
menginspirasi urine dari popok bayi bila kadar Hb/Ht.
bayi tidak tahan dengan kantong Ø Meskipun imaturitas ginjal dan
penampung urine. ketidaknyamanan untuk
Ø Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, mengonsentrasikan urine biasanya
dan keadaan fontanel anterior. mengakibatkan berat jenis yang rendah
Ø Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan pada bayi preterm ( rentang normal1,006-
arterial rata-rata (TAR) 1,013). Kadar yang rendah menandakan
Kolaborasi : volume cairan berlebihan dan kadar lebih
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai besar dari 1,013 menandakan
dengan indikasi Ht ketidakmampuan masukan cairan dan
Ø Berikan infus parenteral dalam jumlah dehidrasi.
lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada Ø Kehialangan atau perpindahan cairan
PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), yang minimal dapat dengan cepat
atau entero coltis nekrotisan (NEC) menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor
Ø Berikan tranfusi darah. kulit yang buruk, membran mukosa kering,
dan fontanel cekung.
Ø Kehilangan 25% volume darah
mengakibatakan syok dengan TAR < 25
mmHg menandakan hipotensi.
Ø Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
normal 45-53% kalium serum
Ø Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.

13
Ø Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui
PDA dan telah membantu dalam
penurunan komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.
Ø Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.

6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Ø Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
Ø Kurangi rangsangan lingkungan Ø Respons stres, terutama peningkatan
Ø Organisasikan asuhan selama jamsibuk tekanan darah, dapat miningkatkan resiko
normal sebanyak mungkin peningkatan TIK
Ø Tutup dan buka kelambu dan lampu Ø Untuk meminimalkan gangguan tidur
tidur dan kebisingan intermiten yang sering
Ø Tutup inkubator dengan kain dan Ø Untuk memungkinkan jadwal siang dan
pasang tanda “jangan diganggu” malam
Ø Kaji dan tangani nyeri menggunakan Ø Untuk mengurangi cahaya dan tidak
metode farmakologis dan non- membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis Ø Nyeri meningkatkan tekanan darah

14
Ø Kenali tanda stres fisik dan stimulasi Ø Untuk segera memberi intervensi yang
berlebih memadai
Ø Hindari obat dan larutan hipertonis Ø Akan meningkatkan tekanan darah otak
Ø Pertahankan oksigenasi yang adekuat Ø Hipoksia akan meningkatkan aliran
Ø Hindari memutar kepala ke samping darah otak tekanan intrakranial
tiba-tiba Ø Akan mengurangi aliran arteri karotis
dan oksigenasi ke otak

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.


Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
Ø Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
Ø Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal

Intervensi Rasional
Ø Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri Ø Beberapa upaya (misalnya menggosok)
non farmakologis dapat meningkatkan distres bayi prematur
Ø Dorong orang tua untuk memberikan Ø Sebagai orang tua bayi, kenyamanan
upaya kenyamanan bila mungkin lebih efektif diberikan langsung oleh orang
Ø Tunjukkan sikap sensitif dan kasih tua kepada bayinya
sayang pada bayi Ø Seorang bayi sangat membutuhkan
kasih sayang, khususnya dari orang tua

8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran


premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi Rasional
Ø Berikan nutrisi yang maksimal Ø Untuk menjamin penambahan berat
Ø Berikan periode istrahat yang teratur badan dan pertunbuhan otak yang tetap
tanpa gangguan Ø Untuk mengurangi panggunaan O2 dan
Ø Kenali tanda stimulus yang berlebihan kalori yang tidak perlu

15
(terkejut, menguap, aversi aktif, menangis) Ø Untuk membiarkan istirahat bayi
Ø Tingkatkan interaksi orang tua-bayi denagn tenang
Ø Sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal

9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Ø Kulit tetap bersih dan utuh
Ø Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
Ø Observasi tekstur dan warna kulit. Ø Untuk mengetahui adanya kelainan pada
Ø Jaga kebersihan kulit bayi. kulit secara dini
Ø Ganti pakaian setiap basah. Ø Meminimalkan kontak kulit bayi dengan
Ø Jaga kebersihan tempat tidur. zat-zat yang dapat merusak kulit pada bayi
Ø Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Ø Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
Ø Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang
tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Ø Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis
serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi Rasional
Ø Kaji tingkat pemahaman klien berikan Ø Belajar tergantung pada emosi dan
instruksi /informasi pada klien maupun kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan

16
keluarga tentang penyakitnya, baik tertulis individu
atau lisan. Ø Menurunkan ansietas dan dapat
Ø Jelaskan proses penyakit individu. menimbulkan perbaikan partisipasi pada
Dorong orang terdekat menanyakan rencana pengobatan.
pertanyaan Ø Meningkatkan kerjasama dalam program
Ø Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, pengobatan dan mencegah penghentian
tujuan pengobatan dan alasan tentang obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
pemberian obat kepeda keluarga Ø Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
Ø Kaji potensial efek samping pengobatan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
kerjasam dalam program

2.5. 4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

2.5. 5 Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai.

2.6 Penatalaksanaan/ terapi

2.6.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

17
 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
 Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)

2.6.2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks


menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling
kurang sehari sekali.
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama
3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

– Bayi Sehat

 Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2
jam) bila perlu.

18
 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

– Bayi Sakit

 Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
 Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
· Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
· Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.
· Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

– Bayi Sehat

 Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk
atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan
waktu lebih dari 1 minggu)

19
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

– Bayi Sakit

 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama


 Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah
stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

– Bayi Sehat

 Beri ASI peras melalui pipa lambung


 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

– Bayi Sakit

20
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

 Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama


 Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
 Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

2.6.3 Suportif

 Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
 Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti
kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan
hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh dengan berkala
 Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

21
 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

2.7 Pemantauan (Monitoring)

2.7.1 Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

 Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan


 Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

 Pantau berat badan bayi secara periodik


 Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
 Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)
dan telah berusia lebih dari 7 hari :
– Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
– Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah
pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
– Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari
– Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2.7.2 Pemantauan setelah pulang

22
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut
(3,4)
:

 Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
 Hitung umur koreksi
 Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
 Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
 Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan
dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor
risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan
ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas kita telah mengetahui bahwa BBLR adalah Berat badan
bayi yang lahir dibawah 2500 gram yang ditimbang 1 jam setelah kelahiran. BBLR ini banyak
terjadi di negara berkembang dibanding negara maju. Itu terjadi mungkin karena banyak
masyarakat di dalam negara berkembang mengalami krisis ekonomi sehingga ketika masa hamil
seorang ibu dalam suatu negara tidak bisa mengondisikan dirinya dan kebiasannya secara baik.
BBLR dapat disebabkan berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa jadi dari seorang ibu
maupun janinnya. Setiap individu yang mengalami kasus seperti ini faktor pemicunya berbeda
beda, ada yang karena krisis ekonomi sehingga seorang ibu kurang memperhatikan gizi janinnya,
kurangnya pengetahuan seorang ibu tentang kehamilan dan kebiasaan seorang ibu yang kurang
baik semasa dia hamil, dan lain-lain. Dari uraian diatas kita sebagai calon seorang perawat dapat
mengetahui tentang BLLR dan bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan kepada bayi
yang mengalami berat badan lahir rendah. Pada pembahasan diatas telah diuraikan bagaimana
melakukan pengkjian dan menentukan diagnose serta intervensi yang berujung kepada asuhan
keperawatan. Semoga uraian diatas sedikit membantu pembaca untuk memahami apa itu BBLR.

3.2 Saran

Kita telah mengetahui bahwa BBLR telah banyak dialami oleh janin yang berada
dinegara berkembang. Oleh karena itu kita sebagai perawat yang berada di negara berkembang
seperti Indonesia ini harus memperhatikan permasalahan ini dengan sedikit melirik sehingga ada
motivasi untuk belajar lebih dalam lagi mengenai BBLR dan memahamkan masyarakat akan hal
ini. Tidak hanya itu ketika kita sebagai seorang perawat mampu membantu negara untuk
mencapai pembangunan melenium di bidang kesehatan itu adalah capaian yang luar biasa. Hal
tersebut akan meningkatkan citra perawat sebagai tenaga kesehatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New
York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update
: Nov 2007 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 2 Desember
2007].

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal
growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last
update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].

Reza C. Determinan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal, 2014. FKM UNAIR

Liani K. ASKEP BBLR. 2014. http://lianerako.blogspot.co.id/2014/01/askep-bblr-berat-badan-


lahir-rendah-dan.html

25

Anda mungkin juga menyukai