PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya setiap benda yang berisolasi akan berhenti berisolasi jika
tidak digetarkan secara terus menerus. Benda yang pada mulanya bergetar atau
berisolasi bisa berhenti karena mengalami redaman. Redaman bisa terjadi akibat
adanya gaya hambat atau gaya gesekan. Jika hambatan atau gesekan cukup kecil
maka benda tersebut akan mengalami redaman adanya redaman menyebabkan
amplitude berkurang secara perlahan-lahan hingga menjadi nol. Amplitudo
berkaitan dengan energi. Berkurangnya amplitudo menunjukkan bahwa energi
benda yang berosilasi berkurang. Energy ini berubah menjadi kalor alias panas (
kalor ditimbulkan oleh adanya gesekan). Jika redaman yang dialami oleh benda
cukup kecil maka osilasi benda menyerupai gerak harmonic sederhana.
(Young,2002)
Apabila redaman cukup besar maka osilasi yang dialami oleh benda tidak
lagi menyerupai gerak harmonic sederhana. Dalam hal ini osilasi yang dialami
oleh benda termasuk osilasi teredam. Terdapat tiga jenis redaman yang dialami
oleh benda yang berisolasi, antara lain redaman terlalu rendah (underdamped),
redaman kritis (critical underdamping) dan redaman berlebihan (over damping).
(Giancoli,2001)
Underdamped
Critical damping
Over damping
2
Over damping mirip seperti critical damping. Bedanya pada critical
damping benda tiba lebih cepat diposisi setimbangnya. Sedagkan pada
overdamping benda lama sekali tiba di posisi setimbangnya. Hal ini disebabkan
karena redaman yang dialami oleh benda sangat besar.
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama
disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga
sebagai gerak harmonik. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada
lintasan yang sama maka gerakannya disebut gerak osilasi/getaran. Bentuk
sederhana dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung pegas.
Karenanya kita menyebutnya gerak harmonis sederhana.
Gerak harmonik sederhana disebabkan oleh gaya pemulih atau gaya balik
linier (F), yaitu resultan gaya yang arahnya selalu menuju titik kesetimbangan dan
besarnya sebanding dengan simpangannya, dimana arah gaya selalu berlawanan
dengan arah simpangan. Sehingga :
𝐹 = −𝑘𝑥
Dimana :
k = ketetapan gaya/konstanta pegas
x = simpangan (m)
F = gaya pemulih (N)
𝑅 = −𝑏𝑣
𝑑²𝑥
𝑅 = −𝑏 𝑑𝑡²
3
Dimana :
R = gaya gesek (N)
b = konstanta redaman
v = kecepatan gelombang (m/s)
x = simpangan (m)
t = waktu (s)
Jika faktor gaya gesek dan gaya pemulih osilasi disubtitusikan dengan
Hukum II Newton, maka :
∑𝐹 = −𝑘𝑥 + 𝑅 ; 𝑅 = −𝑏𝑣
𝑑²𝑥
𝑚𝑎 = −𝑘𝑥 − 𝑏𝑣 ; 𝑎= 𝑑𝑡²
𝑑²𝑥 𝑑𝑥
𝑚 𝑑𝑡² = −𝑘𝑥 − 𝑏 𝑑𝑡
𝑑² 𝑑
Misal 𝑑𝑡²
= 𝐴² ; 𝑑𝑡
= 0 ; 𝑘 = 𝑚ù²
Maka :
𝑑²𝑥 𝑑𝑥
𝑚 𝑑𝑡² + 𝑏 𝑑𝑡 + 𝑘𝑥 = 0 ; jika nilai m diabaikan
−𝑏±√𝑏2 −4𝜔²
𝜆1,2 = − 2
−𝑏 2
𝜆1,2 = ± √(𝑏) − 𝜔²
2 2
𝑏
Misal 𝑟 = 2 , maka :
𝜆₁‚₂ = −𝑟 ± √𝑟² − 𝜔²
4
Dimana : 𝑒−𝑟𝑡 adalah faktor redaman
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
6
3. Berikan redaman (ID = 0.4 A, ID = 0.8 A, dan ID = 1.2 A), langkah
selanjutnya sama dengan poin pertama. Diskusikan dengan asisten hasil
data yang telah diperoleh.
4. Plotkan grafik amplitudo sebagai fungsi waktu.
7
BAB IV
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Osilasi Puntir dengan Variasi Arus
𝐀𝟏 𝐀𝟑 𝐀𝟓
No. I (A) (+) 𝐭 𝟏 (s) 𝐀 𝟐 (-) 𝐭 𝟐 (s) (+) 𝐭 𝟑 (s) 𝐀 𝟒 (-) 𝐭 𝟒 (s) (+) 𝐭 𝟓 (s)
16 0,61 15 1,43 11 2,33 10 3,28 7 4,18
𝐀𝟕
𝐀 𝟔 (-) 𝐭 𝟔 (s) (+) 𝐭 𝟕 (s) 𝐀 𝟖 (-) 𝐭 𝟖 (s) 𝐀 𝟗 (+) 𝐭 𝟗 (s)
1 0 6 5,09 3 6,08 2 6,96 0 7,89
14 0,77 12 1,52 8 2,39 6 3,25 3 4,30
𝐀𝟕
𝐀 𝟔 (-) 𝐭 𝟔 (s) (+) 𝐭 𝟕 (s) 𝐀 𝟖 (-) 𝐭 𝟖 (s) 𝐀 𝟗 (+) 𝐭 𝟗 (s)
2 0,4 1 5,18 0 6,12
11 1,05 7 1,84 1 2,75 2 3,83 0 5,04
𝐀𝟕
𝐀 𝟔 (-) 𝐭 𝟔 (s) (+) 𝐭 𝟕 (s) 𝐀 𝟖 (-) 𝐭 𝟖 (s) 𝐀 𝟗 (+) 𝐭 𝟗 (s)
3 0,8
6 0,63 2 1,42 0 2,51
𝐀𝟕
𝐀 𝟔 (-) 𝐭 𝟔 (s) (+) 𝐭 𝟕 (s) 𝐀 𝟖 (-) 𝐭 𝟖 (s) 𝐀 𝟗 (+) 𝐭 𝟗 (s)
4 1,2
4.2 Pembahasan
Percobaan ini adalah tentang osilasi puntir. Yang di amati pada percobaan
ini adalah banyaknya osilasi, amplitude, dan waktu dengan variasi arus mulai dari
0 A, 0.4 A, 0.8 A, dan 1.2 A. Berdasarkan tabel pengamatan kita dapat melihat
jika pada arus 0 A, maka osilasi yang terjadi sebanyak 9 kali dengan amplitude
maksimum sebesar 16. Pada arus 0,4 A, terjadi 7 kali osilasi dan amplitude
maksimumnya bernilai 14 . Pada arus 0,8 A osilasi yang terjadi sebanyak 5 kali
dan amplitude maksimum sebesar 11. Pada arus 1,2 A terlihat jelas bahwa osilasi
yang terjadi semakin sedikit yaitu 3 kali osilasi dengan amplitude maksimum
bernilai 6. Hal ini menunjukkan bahwa arus mempengaruhi amplitude, apabila
8
diberikan arus tinggi, maka osilasi yang terjadi semakin sedikit dan amplitude
yang dihasilkan semakin mengecil.
Prinsip kerja osilasi puntir yaitu ketika benda disimpangkan dari titik
kesetimbangannya, kemudian gerak osilasinya terganggu ketika kembali ke titik
kesetimbangannya akibat gaya pemulih, hal ini di karenakan adanya gaya redam
atau gaya gesek udara sehingga lama kelamaan gerakannya akan berhenti dalam
gerakan kembali ke titik kesetimbangan. Selain itu, redaman juga disebabkan oleh
adanya arus listrik yang dialirkan. Didalam arus listrik terdapat medan magnet
yang menyebabkan redaman lebih cepat.
20
15
10
5
Amplitudo
0
A
0 2 4 6 8 10
-5
-10
-15
-20
Waktu (s)
9
20
15
10
Amplitudo
A
0
0 1 2 3 4 5 6 7
-5
-10
-15
Waktu (s)
Grafik 4.2.2 Hubungan antara Amplitudo dan Waktu pada saat I = 0,4 A
12
10
8
6
Amplitudo
4
2
A
0
-2 0 1 2 3 4 5 6
-4
-6
-8
Waktu (s)
Grafik 4.2.3 Hubungan antara Amplitudo dan Waktu pada saat I = 0,8 A
10
7
6
5
4
Amplitudo
3
2
A
1
0
-1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
-2
-3
Waktu (s)
Grafik 4.2.4 Hubungan antara Amplitudo dan Waktu pada saat I = 1,2
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Redaman diakibatkan oleh adanya gaya gesek dan arus listrik (adanya
medan magnet)
a. Underdamped
b. Critical Damping
c. Over Damping
5.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
13