Anda di halaman 1dari 16

A.

PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK


Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat
anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun
keluarganya.
 Perkembangan Keperawatan Anak
1. Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai
pihak sehingga dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak ( the
dark age of paediatric).
2. Pertengahan tahun 1800 : mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan oleh
seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang melakukan
penyelidikan tentang kesehatan anak, khususnya pada tunawisma dan buruh.
3. Awal tahun 1900 : perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit
menular. Akan tetapi, pada Thn 1940, orientasi pelayanan keperawatan anak
berubah menjadi rooming in.
4. Indonesia: Era globalisasi dan era informasi membuat dunia keperawatan di
Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan yang berbasis teknologi informasi.

 PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

a) Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga
merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa
tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh
kembangnya yaitu
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan
antara orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat
dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum
matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak
lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah
berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak
dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna
sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit.
Pada aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman
yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu
trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak
traumatis anak.

b) Konsep Sehat Sakit


Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang
sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas
dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu
spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam
spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang
mengganggunya

c) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat
maupun sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan
external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti
tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi
fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external
yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi,
budaya

d) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang
ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang
mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga
merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai
individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.

 Masalah Kesehatan Anak


 DIARE
Diare diartikan sebagai penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari tiga
kali per hari) dan disertai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
baik disertai keluarnya darah dan lender maupun tidak (Suraatmaja, 2007).
Sedangkan menurut WHO (2007) diare didefinisikan sebagai berak cair tiga
kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) (Nutrisiani, 2010).  Sampai
saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar
kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito, 2007).
Banyak faktor yang menimbulkan penyakit diare antara lain faktor
lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor sosiodemografis. Dari
beberapa faktor tersebut, faktor lingkungan cukup banyak diteliti dan
dibahas dari segala aspek seperti dari Sarana Air Bersih (SAB), jamban,
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat
pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian
(Adisasmito, 2007).
Dari beberapa penelitian yang dilakukan mahasiswa menunjukkan
hasil yang bermakna pada aspek pengetahuan, perilaku dan higiene ibu.
Pada aspek perilaku ibu menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih yang
dilakukan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dalam mencegah
terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita. Salah satu perilaku hidup
bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci tangan sebelum
memberikan makan pada anaknya. Pada aspek pengetahuan ibu, rendahnya
pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang
menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita (Adisasmito, 2007).
Penyebab diare, antara lain infeksi dari berbagai bakteri yang
disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum, infeksi
berbagai macam virus, alergi makanan, khususnya susu atau laktosa
(makanan yang mengandung susu), parasit yang masuk ke tubuh melalui
makanan atau minuman yang kotor (USAID).
 ISPA
Prevalensi penyakit infeksi di Indonesia berdasarkan RISKESDAS
2007 ISPA menempati prevalensi tertinggi pada balita (>35%), prevalensi
campak tertinggi pada anak balita (3,4%), prevalensi diare tertinggi
terdeteksi pada balita (16,7%).
ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan
akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 
Istilah ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksanya saluran pernapasan.
Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
Terjadinya infeksi saluran pernapasan pada anak balita disamping
adanya bibit penyakit, juga dipengaruhi oleh faktor anak itu sendiri, seperti
anak yang belum mendapat imunisasi campak dan kontak dengan asap
dapur, serta kondisi perumahan yang ditempatinya.
KLASIFIKASI ISPA ISPA berat, ditandai sesak nafas yaitu adanya
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu inspirasi (secara
klinis ISPA berat=pneumonia berat). ISPA sedang, bila frekuensi nafas
menjadi cepat, yaitu; Umur 2 bulan sampai1 tahun = 50 kali/menit atau
lebih. Umur 1 sampai 4 tahun = 40 kali/menit atau lebih (secara klinis ISPA
sedang=pneumonia). ISPA ringan, ditandai dengan batuk atau pilek yang
bisa disertai demam, tetapi nafas cepat dan tanpa tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam.
 MASALAH GIGI DAN MULUT
Masalah kesehatan gigi dan mulut (gilut) penting dalam
pembangunan kesehatan, salah satunya disebabkan oleh rentannya
kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Hasil Riset
Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan
RI menunjukkan prevalensi anak yang mengalami masalah kesehatan gigi
dan mulut berdasarkan karakteristik umur adalah 5-9 tahun sebesar 21,6%,
umur 10-14 tahun sebesar 20,6% dan terjadi di pedesaan sebesar 24,4 %.
SKRT 2001 (Survey Kesehatan Rumah Tangga) penyakit gigi dan
mulut mencapai 60% dan hasil survey yang dilakukan Yayasan Kesehatan
Gigi Indonesia tahun 2003 terhadap anak-anak di Jakarta menunjukkan
bahwa 70% dari jumlah anak yang menderita karies gigi dan peradangan
gusi. Penyakit gigi pada peradangan merupakan ranking ke-10 di Indonesia.
 Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis
karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang biasanya
cenderung menetap sampai dewasa (Hariyanti, 2008). Salah satunya adalah
kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Karies gigi adalah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor di
antaranya terjadi interaksi dari empat faktor utama yang ada di dalam mulut
yaitu 1) host (gigi dan saliva). 2) microorganisms (plak), 3) substrat (diet
karbohidrat), 4) waktu
Hal-hal yang menjadi hambatan dalam membersihkan gigi adalah 1)
Anak tidak terbiasa dengan kegiatan menyikat gigi sehingga dianggap
sebagai hal yang menakutkan bahkan menyakitkan, 2) Trauma yang
diakibatkan penyikatan gigi yang dipaksa oleh orang tua, 3) Pemilihan pasta
gigi maupun sikat gigi yang tidak tepat sehingga anak tidak merasa nyaman
serta mengakibatkan muntah.
Penyakit gigi dan mulut terutama karies sering terjadi pada anak usia
sekolah. Salah satu penyebab terjadinya karies adalah pola makan atau diet.
Anak-anak sangat suka makanan yang lunak dan mengandung gula, hal ini
meningkatkan resiko terjadinya karies lebih besar dibandingkan anak yang
memiliki pola makan makanan yang berserat (Budisuari, 2010).  Perilaku
hidup sehat anak tentang gosok gigi harus terus terpelihara. Upaya untuk
memelihara perilaku tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
seperti pihak sekolah, orang tua, dan petugas kesehatan di wilayah tersebut.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh pihak sekolah dalam memupuk kebiasaan hidup sehat yang
salah satunya perilaku gosok gigi pada anak usia sekolah.
Peningkatnya rasa tanggung jawab terhadap tugas sekolah dan tugas
di rumah akan lebih terlihat pada anak usia sekolah (6- 12 tahun).
Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan.
Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi
dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung
jawab akan kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).

 PRINSIP KEPERAWATAN ANAK


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &
peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan askep anak
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan
kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal )
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan
 PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
1. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai
dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana
sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan
adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi
makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk
memebantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt
ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang
akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran
ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga
kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus
bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare
merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health
educator )
4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola
interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan.
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi).
5. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan
lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan
termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien,
pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai
professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada
anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter
untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada
anak yang menderita infeksi

6. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator)
dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat
diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah
melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan
mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu
perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan
media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu
perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu
keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

B. PENDEKATAN FAMILY CENTRE CARE


Perlukah orang tua terlibat dalam merawat anak saat anaknya sedang dirawat? Tentu
harus terlibat. Mengapa harus melibatkan orang tua? Karena anak tidak bisa jauh dari orang tua
dan orang tua mempunyai sumberdaya yang bisa membantu penyembuhan anak sehingga
keluarga sangat penting dilibatkan dalam perawatan, dimana istilahnya adalah family centered
care. Family Centered Care (FCC) atau perawatan yang berpusat pada keluarga didefinisikan
sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga sebagai konstanta dalam
kehidupan anak. Family Centered Care meyakini adanya dukungan individu, menghormati,
mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga. Intervensi keperawatan
dengan menggunakan pendekatan family centered care menekankan bahwa pembuatan
kebijakan, perencanaan program perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi
sehari-hari antara klien dengan tenaga kesehatan harus melibatkan keluarga. Keluarga diberikan
kewenangan untuk terlibat dalam perawatan klien, yang berarti keluarga dengan latar belakang
pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan manfaat positif dalam perawatan
anak. Memberikan kewenangan kepada keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk
mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat anak.
Manfaat penerapan family centered care adalah sebagai berikut:
a. Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam meningkatkan
kesehatan dan perkembangan setiap anak.
b. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebih baik dan
proses kolaborasi.
c. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi dengan
keluarga.
d. Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan kapasitas pemberi
pelayanan.
e. Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga profesional lebih
efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan di rumah, mengurangi
kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu, lebih efektif dalam
menggunakan cara pencegahan).
f. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.
g. Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif.
h. Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga profesi lainnya
dalam pelatihan-pelatihan.
i. Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan profesional. j. Mempertinggi
kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan yang diterima.

Elemen-elemen Family Centered Care (FCC) Dalam family centered care kebutuhan semua
anggota keluarga tidak hanya harus dipertimbangkan, dengan mengacu pada elemen penting
family centered care yang meliputi:
a. Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik bahwa keluarga bersifat konstan
dalam kehidupan anak, sementara sistem pelayanan dari personal pendukung di dalam
sistem tersebut berubah-rubah.
b. Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua tingkat pelayanan keperawatan
di rumah sakit, rumah, dan di masyarakat. Perawatan anak secara individual,
pengembangan implementasi dan evaluasi program serta pembentukan kebijakan.
c. Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan profesional
dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat.
d. Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman budaya,
kekuatan dan individualitas di dalam dan diantara seluruh keluarga termasuk
keanekaragaman suku, ras, spiritual, sosial, ekonomi, bidang pendidikan dan geografi ke
dalam kebijakan praktik.
e. Mengenali dan menghormati metode koping yang berbeda dan menerapkan program dan
kebijakan menyeluruh yang menyediakan pelayanan perkembangan, pendidikan, emosi,
lingkungan dan dukungan keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang berbeda-
beda.
f. Mendorong dan memfasilitasi dukungan dan jaringan kerja sama keluarga dengan
keluarga. G
g. Menetapkan bahwa rumah, rumah sakit, dan pelayanan masyarakat dan sistem pendukung
untuk anak-anak yang memerlukan pelayanan kesehatan khusus dan keluarganya bersifat
fleksibel, dapat diakses, dan komprehensif dalam menjawab pemenuhan kebutuhan
keluarga yang berbeda sesuai yang diperlukan.
h. Menghargai keluarga sebagai keluarga, dan anak-anak sebagai anak-anak, mengakui
bahwa mereka memiliki beragam kekuatan, perhatian, emosi dan cita-cita yang melebihi
kebutuhan mereka untuk mendapatkan layanan dan dukungan kesehatan serta
perkembangan khususnya.

Prinsip-prinsip Family Centered Care (FCC) Beberapa prinsip Family Centered Care
meliputi:
a. Menghormati setiap anak dan keluarganya. Perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak menghormati anak dan keluarga sebagai subjek perawatan.
Perawat menghormati anak dan keluarga memiliki pilihan yang terbaik bagi
perawatan mereka.
b. Menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi, agama, dan pengalaman
tentang sehat sakit yang ada pada anak dan keluarga. Perawat menghargai perbedaan
suku, budaya, sosial ekonomi, agama dan pengalaman tentang sehat sakit anak dan
keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan yang diberikan mengacu
kepada standar asuhan keperawatan dan diperlakukan sama pada semua pasien dan
keluarga.
c. Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak dan keluarga. Mengkaji
kelebihan keluarga dan membantu mengembangkan kelebihan keluarga dalam proses
asuhan keperawatan pada klien.
d. Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan keluarga dalam memilih pelayanan
kesehatannya. Memberikan kesempatan kepada keluarga dan anak untuk memilih
fasilitas kesehatan yang sesuai untuk mereka, menghargai pilihan dan mendukung
keluarga.
e. Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan keluarga sesuai dengan kebutuhan,
keyakinan, nilai, dan budaya mereka. Memonitor pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan, nilai, keyakinan dan budaya pasien dan keluarga.
f. Berbagi informasi secara jujur dan tidak bias dengan anak dan keluarga sebagai cara
untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Petugas kesehatan memberikan informasi yang berguna bagi pasien
dan keluarga, dengan benar dan tidak memihak. Informasi yang diberikan harus
lengkap, benar dan akurat.
g. Memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan keluarga.
Memfasilitasi pembentukan support grup untuk anak dan keluarga, melakukan
pendampingan kepada keluarga, menyediakan akses informasi support grup yang
tersedia dimasyarakat.
h. Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam penyusunan dan pengembangan
program perawatan anak di berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Melibatkan
keluarga dalam perencanaan program perawatan anak, meminta pendapat dan ide
keluarga untuk pengembangan program yang akan dilakukan.
i. Mendorong anak dan keluarga untuk menemukan kelebihan dan kekuatan yang
dimiliki, membangun rasa percaya diri, dan membuat pilihan dalam menentukan
pelayanan kesehatan anak. Petugas kesehatan berupaya meningkatkan rasa percaya
diri keluarga dengan memberikan pengetahuan yang keluarga butuhkan dalam
perawatan anak (American Academy of Pediatric, 2003).
 ATRAUMATIC CARE
Atraumatic care atau asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam
lingkungan oleh seseorang (personal) dengan melalui penggunaan intervensi yang
menghilangkan atau memperkecil distres psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan
keluarga mereka dalam sistem pelayanan kesehatan. Atraumatic care yang dimaksud di sini
adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan
tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh
kembang sangat penting karena masa anak-anak merupakan proses menuju kematangan, yang
mana jika proses menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan maka anak tidak
akan mencapai kematangan.
Prinsip-prinsip atraumatic care Apakah Anda sudah pernah praktik di rumah-sakit terutama
di ruang anak? Tentu beberapa sudah pernah, sebagai contoh bagaimana cara perawat saat mau
memasang infus pada anak? Tentu anak ketakutan, menangis, merajuk tidak mau tangannya
ditusuk sementara orang tua juga ketakutan, tidak tega melihat anaknya, sehingga sering anak
tersebut di pegang kuat-kuat bahkan diikat agar cairan infus bisa masuk, padahal kita bisa
mempelajari prinsip atau teknik untuk mengatasi hal tersebut supaya anak tidak mengalami
trauma. Tujuan utama perawatan atraumatik adalah ˜Pertama, jangan melukai, yang memberikan
kerangka kerja untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mencegah atau meminimalkan
pemisahan anak dari keluarganya, meningkatkan pengendalian perasaan dan mencegah atau
meminimalkan nyeri dan cedera pada tubuh. Beberapa contoh pemberian asuhan atraumatik
meliputi pengembangan hubungan anak-orang tua selama dirawat di rumah sakit, menyiapkan
anak sebelum pelaksanaan terapi dan prosedur yang tidak dikenalinya, mengendalikan rasa sakit,
memberikan privasi pada anak, memberikan aktivitas bermain untuk mengungkapkan ketakutan
dan permusuhan, menyediakan pilihan untuk anak-anak dan menghormati perbedaan budaya.
Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang menimbulkan trauma
pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat
menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan
anak.
Dengan demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan
pada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologi dari tindakan keperawatan yang
diberikan seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak terjadinya trauma, untuk mencapai
perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga. Dampak
perpisahan dari keluarga maka anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, kurang kasih sayang sehingga gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak, diharapkan anak mandiri
dalam kehidupannya, anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal, serta pendidikan terhadap
kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.
c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan
anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering kali tidak bisa dihilangkan secara cepat
akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi,
imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri
akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan
gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi
pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak
sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
e. Modifikasi lingkungan. Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa
anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan
anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/AmaliaSenja1/masalah-kesehatan-pada-anak-sekolah
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Anak-Komprehensif.pdf
http://www.academia.edu/8600667/Konsep_Dasar_Perkembangan
TUGAS KEPERAWATAN ANAK

OLEH
MEIS HORLENE MANGERONGKONDA
NIM : 17061053

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2019

Anda mungkin juga menyukai