73 112 2 PB
73 112 2 PB
WADUK SEMPOR, GOMBONG
The Study of Erosion Hazard Clasification by Geographic Information System in Sempor
Reservoir Upstream Area, Gombong
Dwi Priyo Ariyantoi dan Hery Widijanto
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah 57126
Abstract
Sempor reservoir, about 5 km north side of Gombong – Kebumen Regency, has decreased
of water reservoir volume about 45% in 2002. The aim of this research has established erosion
hazard classification in Sempor reservoir upstream area. This research was done on April until
October 2007. The method used explorative descriptive that was began with interpretation of
Landsat 7 ETM+ image satellite and continue with field survey. The erosion prediction calculating
used Universal Soil Loss Erosion Equation (USLE) based on land unit.
The result shows that erosion hazard level has dominated by very heavy level with
2,413.84 ha (55.70%). The erosion hazard index has been dominated by very high class (2,129.45
ha or 49.14%). The factor that caused high erosion is slope, especially on land whose very heavy
Erosion Hazard Level and high until very high Erosion hazard index. This research give 8
recommendations about soil conservation technical based on soil deep, erosion prediction
amount and erosion hazard level.
Keywords: Erosion, Erosion hazard, Sempor reservoir, USLE
i
Korespodensi: dp_ariyanto@yahoo.com
PENDAHULUAN pembangunannya sekitar tahun 1976 dan
Salah satu gangguan fungsi hidrologi beroperasi mulai tahun 1978 sudah sangat
alam yaitu terbentuknya lahan kritis. berat untuk mengairi lahan pertanian di
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi bawahnya (KAI, 2002).
peningkatan luas lahan kritis. Tentu saja hal Tindakan pencegahan kemerosotan
ini bukanlah hal yang menggembirakan, lahan Kawasan Sempor sebagai penyangga
bahkan sangat mengerikan karena akan serta penampung sumber air untuk pengairan
berdampak pada kerusakan sumberdaya yang lahan pertanian perlu adanya usaha
pada akhirnya akan menyengsarakan manusia konservasi yang tepat sasaran. Sebagai
itu sendiri. Dari hasil inventarisasi lahan kritis langkah awal yaitu pengumpulan data dan
seluas sekitar 21,7 juta ha, menunjukkan + informasi yang detail, akurat dan terbaru
14,4 juta ha berada di luar kawasan hutan terutama akibat perubahan lahan sebagai
dan + 8,3 ha di dalam kawasan hutan dampak penjarahan pada tahun 1998‐1999.
(Pasaribu, 1999 dalam Marwah, 2001). Tujuan penelitian ini yaitu untuk
Daerah Sempor – Gombong yang juga menentukan klasifikasi bahaya erosi di
berupa perbukitan serta terdapat sebuah daerah penelitian dengan menginventarisasi
waduk dengan luas sekitar 270 ha untuk data dan informasi secara cepat, tepat,
mengairi lahan pertanian sekitar 4.500‐6.500 efektif dan efisien, serta tanpa membutuhkan
ha telah menunjukkan gejala kemerosotan banyak tenaga.
lahan. Waduk yang pernah jebol pada masa
Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5(II)2008 121
Inventarisasi dan Klasifikasi Bahaya Erosi.... Ariyanto dan Widijanto
BAHAN DAN METODE analisis laboratorium. Analisis laboratorium
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan ini dilakukan setelah survei lapangan meliputi
dengan survai lapang di Daerah Hulu Waduk analisis: tekstur tanah; struktur tanah; kadar
Sempor dan analisis laboratorium di Fakultas C organik tanah; dan permeabilitas tanah.
Pertanian Universitas Sebelas Maret Dan tahap terakhir berupa analisis data. Hasil
Surakarta. Waktu pelaksanaan dimulai bulan dari inventarisasi dihitung dengan metode
April 2007 selama 8 (delapan) bulan. USLE sehingga diketahui besarnya erosi
Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam dalam ton/ha/th. Dari data hasil pengolahan
kegiatan penelitian ini antara lain: peta dimasukkan dalam sistem informasi geografi
topografi; peta tanah; peta geologi; data sehingga akan diperoleh klasifikasi bahaya
curah hujan; citra satelit Landsat 7 ETM+; erosi yang ditampilkan dalam bentuk peta
bahan kimia; alat tulis; komputer dan printer; sehingga lebih mudah dipahami.
peralatan survei tanah; serta peralatan
laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan penelitian meliputi empat 1. Faktor‐faktor Erosi
tahap. Tahap pertama adalah interpretasi Data iklim berupa curah hujan diperoleh
citra satelit. Hasil interpretasi digabungkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Jawa
dengan data‐data pendukung lain yang akan Tengah dengan mengambil pencatatan dari
membagi daerah pengamatan menjadi stasiun pengamatan Sempor yang dicatat
satuan‐satuan peta lahan berdasarkan oleh dinas pengairan Kabupaten Kebumen.
keadaan yang dianggap homogen. Dalam Dari Tabel 1 kemudian dihitung nilai
penyusunan peta dimasukkan dalam sistem erosivitas hujan (R) dengan menjumlahkan
informasi geografi. Tahap kedua yaitu survei erosivitas selama satu tahun. Perhitungan
tanah. Dalam survei di lapangan ini dilakukan yang digunakan adalah yang diajurkan oleh
pengamatan serta pengambilan sampel tanah Sukmana (Hardjowigeno dan Sukmana,
secara purposive sampel yaitu dengan 1995). Perhitungan ini dipilih karena praktis,
mengambil sampel pada titik‐titik namun lebih mendekati kenyataan. Dari
pengamatan yang ditentukan pada masing‐ perhitungan tersebut diperoleh nilai
masing satu satuan peta lahan. Pengamatan erosivitas hujan rata‐rata setiap bulan
di lapangan dilakukan dengan mengisi borlist selama 10 tahun pada daerah penelitian yaitu
yang telah disediakan. Tahap ketiga adalah sebesar 205,193.
Tabel 1. Curah hujan selama 1997‐2006 di daerah penelitian (dalam mm)
Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2006 490 378 407 324 142 10 6 ‐ ‐ 6 118 244
2005 320 363 263 264 35 136 153 30 155 349 432 562
2004 290 366 476 53 294 69 68 2 13 68 597 596
2003 425 400 362 108 154 22 1 ‐ 12 266 500 614
2002 272 261 166 223 49 3 7 ‐ 1 1 448 398
2001 380 224 389 236 80 184 113 0,73 8,82 988 468 235
2000 299 354 346 301 158 39 9 40 115 599 777 278
1999 502,7 252,8 414,4 326,5 217,1 25,5 3,8 22 28,4 247,1 298,9 597,6
1998 227 316 386 486 132 341 246 89 176 468 561 465
1997 226,5 383,6 ‐ 69,9 87,4 7,3 ‐ ‐ 1,1 4,6 63,5 203,7
Rerata 343,22 329,84 320,94 239,14 134,85 83,68 60,68 18,37 51,03 299,67 426,34 419,33
Sumber: dihimpun dari kumpulan Kebumen Dalam Angka tahun 1997 – 2006
122 Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5(II)2008
Inokulasi Ja
amur Pengoksid
dasi Belerang.... Sumarno et al.
Faaktor erodibilitas tanah yaang merupakaan Haasil perhitunggan erodibilittas tanah pad da
faktorr ketahanan tanah terhaadap gangguaan daerah penelitian terendah adaalah 0,137 daan
yang timbul dari faktor luar sehingga
s dap
pat yang tertinggi adalah 0,402. Jikka
menyyebabkan ero osi tanah. faktor erodibilittas diklasifikasikan meenurut Arsyad d (2006), pad da
memp pertimbangkaan beberapa nilai dari siffat daerah penelitian n mempunyaai erodibilitaas
h yaitu tektur tanah, sttruktur tanaah,
tanah berkissar antara ren ndah sampai aagak tinggi.
kadarr bahan orgganik, dan permeabilitaas. Daari hasil annalisis menu unjukkan nilai
Perhittungan fakktor erodib bilitas tanaah erodib bilitas tanah masih di bawah klasifikaasi
menuurut Hammmer (19
978) dala
am tinggi. Sehingga dapat dikaatakan bahw wa
Hardjowigeno dan Sukmana (19 995). kemam mpuan tanah h untuk mempertahankaan
dari gangguan erossi masih cuku up baik. Namu un
Tabel 2. Klasifikassi nilai erodib
bilitas tanah di hal in
ni tidak berarti erosi yan
ng terjadi jugga
daerah ppenelitian sedikit karena faktor erosi tidak hanyya
N
Nilai K
Kelas Luas Lahan
tergan ntung pada siifat‐sifat tanaah. namun jugga
Eroddibilitas Erod dibilitas ha %
memp perhitungkan faktor lain di luar sifat
0,00 –– 0,10 Sangaat rendah 0,00 0,000
tanah.
0,11 –– 0,20 Rendaah 15 568,16 36,199
0,21 –– 0,32 Sedan ng 15 567,13 36,166 Faaktor kemirin ngan dan panjang
p leren
ng
0,33 –– 0,43 Agak ttinggi 8
843,39 19,466 juga menentukan
m besarnya eroosi tanah yan ng
0,44 –– 0,55 Tinggii 0,00 0,000 terjaddi, karena h hal ini berkkaitan dengaan
0,56 –– 0,64 Sangaat tinggi 0,00 0,000 kemam mpuan untu uk memindaahkan partikkel
Obyekk diluar penelittian 3
355,00 8,199 atau butiran
b tanah
h sebagai salaah satu bagiaan
Jumlah 4.3333,68 100,000 dari erosi
e tanah. Penentuan
P niilai kelerengaan
Sumbeer: Hasil analisis laboratoriumm (LS) yang digunakan bu ukan berup pa
Gambar 1. Peta sebaran erodibilitass tanah di daeerah penelitiaan
Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu TTanah dan Agro
oklimatologi 5((II)2008 12
23
Inventarisasi dan Klasifikasi Bahaya Erosi.... Ariyanto dan Widijanto
perhitungan rumus. Akan tetapi besarnya karena pinus merupakan tanaman tahunan
kemiringan lereng diklasifikasikan dalam 5 yang sengaja ditanaman secara homogen
kelas. Untuk memperoleh panjang lereng untuk dimanfaatkan getah pinusnya.
khususnya di derah yang heterogen seperti Selain ditanam pohon pinus, dari hasil
halnya pada daerah penelitian, dapat interpretasi juga ditemukan lahan yang
dibaaikan pengaruhnya sehingga hanya faktor berupa atau ditumbuhi alang‐alang atau
kemiringan yang berperan terhadap erosi. semak belukar. Secara nilai faktor
Hasil inventarisasi kelerengan pengelolaan tanaman yaitu 0,30 atau lebih
menunjukkan bahwa daerah penelitian besar dari lahan yang dimanfaatkan sebagai
didominasi kemiringan lereng antara 26‐45% budidaya pohon pinus. Nilai faktor
karena secara bentang lahan pada daerah pengelolaan tanaman yang paling kecil adalah
penelitian berupa perbukitan. Kelas lahan yang digunakan untuk persawahan
kemiringan antara 16‐25% yang tidak ada khususnya padi sawah, yaitu 0,01 dengan luas
bukan berarti pada daerah penelitian tidak 12,17 ha atau sekitar 0,28% dari luas daerah
ditemukan kemiringan lereng yang masuk hulu waduk Sempor.
dalam klasifikasi tersebut. Namun dari hasil Nilai faktor pengelolaan tanaman yang
analisis lahan yang mempunyai kemiringan paling tinggi adalah lahan yang dimanfaatkan
antara 16‐25% terlalu kecil sehingga satuan sebagai budidaya lahan kering atau tegalan
lahan yang lebih kecil dari 10 ha dihilangkan yaitu 0,70 dengan luas lahan sekitar 287,63
sesuai dengan aturan pembuatan peta (Soil ha atau sekitar 6,64% dari total luas daerah
Survey Division Staff, 1993). penelitian.
Nilai faktor teknik konservasi (P) pada
Tabel 3. Klasifikasi kelerengan (LS) di daerah daerah penelitian antara 0,15 sampai 0,90.
penelitian Nilai terkecil berupa pengelolaan teras
Luas
Kemiringan lereng (%) bangku yang biasanya dibuat untuk
ha %
penggunaan persawahan dan terbesar adalah
0 – 8 722,86 16,68
hutan. Untuk kawasan perumahan atau
9 – 15 1.510,29 34,85
pemukiman diasumsikan tidak terjadi erosi
16 – 25 0,00 0,00
atau diabaikan karena tanah di daerah
26 – 45 1.933,25 44,61
pemukiman tertutup oleh bangunan.
> 45 167,28 3,86
Jumlah 4.333,68 100,00
2. Prediksi Bahaya Erosi
Sumber: Analisis data lapangan dan
Tingkat bahaya erosi (TBE) adalah tingkat
laboratorium
bahaya erosi yang memprediksi kehilangan
tanah maksimum dibandingkan dengan jeluk
Jika dilihat dari faktor pengelolaan
solum (kedalaman tanah) pada setiap unit
tanaman dan tindakan konservasi, pada
lahan jika teknik pengelolaan tanaman dan
daerah penelitian mempunyai keragaman
konservasi tanah tidak mengalami
pengelolaan tanaman serta teknik atau
perubahan. Menurut Departemen Kehutanan
tindakan konservasi. Namun dari luasan
(1986) dalam Hardjowigeno dan Sukmana
daerah penelitian sebagian besar merupakan
(1995) menyatakan bahwa dalam penentuan
kawasan hutan pinus yang dikelola oleh
tingkat bahaya erosi menggunakan
Perhutani yaitu sekitar 3.238,97 ha (74,74%).
pendekatan jeluk solum yang telah ada dan
Pengelolaan tersebut dapat digolongkan
besarnya erosi seperti hasil prediksi besarnya
sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan
erosi menggunakan metode USLE. Semakin
124 Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5(II)2008
Inokulasi Ja
amur Pengoksid
dasi Belerang.... Sumarno et al.
dangkkal solum maka semakin n sedikit tanaah berat dapat m menimbulkan erosi daan
yang boleh tererossi atau semakkin kritis tanah. sedim
mentasi pada daerah yangg bersangkutaan
termaasuk kemungkkinan banjir.
Tabel 4. Tingkat BBahaya Erosi ((TBE) di daeraah Tingkat bahayya erosi yaang besar ini
penelitian tersebbar hampir di seluruh daeerah penelitiaan
Luas khusuusnya daerrah yang mempunyyai
TBE
haa % karaktteristik perrbukitan. Daerah
D yanng
Sangaat rendah 0,00 0,00
0
memp punyai tingkkat bahaya erosi sedan ng
Rendaah 0,00 0,00
0
hinggaa rendah terrletak di daerrah yang lebih
Sedanng 57
71,57 13,19 9
datar dan mempun nyai kedalaman solum lebih
Berat 99
93,26 22,92 2
besar..
Sangaat berat 2.41
13,84 55,70 0
ndeks bahaya erosi (IBEE) merupakaan
In
Obyek diluar penelitian 35
55,00 8,19
9
petunnjuk besarnyaa bahaya ero osi pada suattu
Jumlaah 4.33
33,68 100,00 0
lahan yang hampiir sama tujuannya dengaan
Sumbber: hasil analisis
tingkaat bahaya ero uk mengetahui
osi yaitu untu
pengaaruh besarn nya erosi yang terjadi
Hasil analisis menunjukkan n bahwa pad da
terhaddap kelestarrian produkktivitas tanah.
daeraah penelitian sekitar 55,7
70% dari tottal
Indekss bahaya errosi lebih memperhatika
m an
daeraah penelitian mempunyai tingkat bahayya
jangkaa waktu kelestarian tanah yan ng
erosi yang sangaat berat. Dengan hasil iini
diharaapkan, jumlah h erosi yang diperbolehkaan
dapatt diduga adanya erosi daan sedimentaasi
serta kecepatan proses pembeentukan tanah,
yang terjadi padaa daerah pennelitian seperti
selain membandin ngkan jumlah tanah yan ng
yang dinyatakan oleh Departem men Kehutanaan
tereroosi dengan jelluk solum.
(1986
6) bahwa tin ngkat bahayaa erosi sanggat
Gambar 2. P
Peta sebaran tingkat bahaaya erosi di daaerah penelitian
Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu TTanah dan Agro
oklimatologi 5((II)2008 12
25
Inventa
arisasi dan Klassifikasi Bahaya
a Erosi.... Ariyan
nto dan Widija
anto
Gaambar 3. Petaa sebaran indeeks bahaya erosi di daerah
h peneliitian
Tabel 5. Klasifikasi
K Ind
deks bahaya Erosi (IBE) daerah penelitian cukkup tinggi, yaitu
y lebih
di daerah penelitian dari setengah daerah h penelitian tergolong
L
Luas tinggi atau berat ssehingga perrlu upaya
Nilai IBE Kelas IB
BE
ha % penguranggan erosi.
< 1,0 Rendah 939,9
94 21,69 Arahan yang diajjurkan sesuaai dengan
1,01 – 4
4,0 Sedang 449,7
74 10,38 klasifikasi daerah penelitian daan fungsi
4,01 – 10
0,00 Tinggi 459,5
55 10,60
lahannya yang didasarrkan pada Deepartemen
> 10,011 Sangat tinggi 2.129,4
45 49,14
Kehutanan n bahwa paada daerah penelitian
Obyek dilu
uar penelitian 355,0
00 8,19
perlu dilakkukan perbaikan pengelollaan lahan.
Jumlah 4.333,6
68 100,00
Arahan teknik konsservasi pada daerah
Sumber: h hasil analisis
penelitiann tersaji paada Lampiran 1 dan
sebarannyya tersaji pada Gambar 4.
Hasil analisis menunjukkan bah hwa indeks
bahaya erosi
e pada daerah
d penellitian lebih
KESIMPULLAN
didominasi kelas sanggat tinggi (Taabel 5 dan
1. Kelas Erodibilitas ttanah tergolo ong rendah
Gambar 3).
3 Hal ini akkan berdamp pak negatif
hinggaa agak tinggi
pada prooduktivitas taanah akibat erosi yang
2. Tinggiinya TBE dan n IBE lebih disebabkan
d
terjadi cukup besar.
faktorr diluar tanaah, seperti kemiringan
k
lerengg dan pengelo olaan lahan
3. Arahaan Teknik Kon nservasi Tanaah
3. Arahan rekomendasi yang diusulkan
Dari hasil perhitu ungan Tingkkat Bahaya
terdiri dari 8 araahan teknik konservasi
Erosi (TBEE) yang dikom mbinasikan de engan jeluk
tanah
solum dan n besarnya erosi maksimaal diketahui
bahwa prediksi klasiffikasi bahayaa erosi di
126 Sa
ains Tanah – Ju
urnal Ilmiah Ilm
mu Tanah dan A
Agroklimatolo
ogi 5(II)2008
Inokulasi Ja
amur Pengoksid
dasi Belerang.... Sumarno et al.
DAFTTAR PUSTAKA
A KAI. 2002.
2 Krisis, V
Volume Air Waduk
W Sempo
or.
Anonim. 2004. Lah
han Kritis di JJateng 428.68
87 http://www.in
h nawater.com//news,
H
Hektare. dim
muat dalam harian Suaara diakses pada ttanggal 4 Maret 2005.
M
Merdeka tangggal 22 Juli 20
004. Marw
wah, S. 2001. Daerah Alirann Sungai (DAS)
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐. 2007. Kebumen dalam
d Angkka. sebagai Sattuan Unit Perencanaa an
P
Pemerintah Kabupaten
n Kebumeen. Pembangunan
P n Pertanian Lahan Kerin ng
K
Kebumen. Berkelanjutan
B n. Makalah Falsafah
F Sain
ns.
Program Pasca
P asarjana S3. IPB. Bogor.
Hardjowigeno, S dan S. Suukmana. 199 95.
L
Laporan Tekknis No. 16:: Menentuka an Soil Survey
S Divisio
on Staff. 199
93. Soil Surveey
T
Tingkat Bahayya Erosi. Centtre For Soil an
nd Manual. USDA
M A. Wasington. 436p.
A
Agroclimate R
Research. Boggor. 42 hal.
Gambar 4. Peta sebaaran arahan tteknik konserrvasi
Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu TTanah dan Agro
oklimatologi 5((II)2008 12
27
Inventarisasi dan Klasifikasi Bahaya Erosi.... Ariyanto dan Widijanto
Lampiran 1. Arahan teknik konservasi tanah di daerah penelitian
Erosi
Arahan TBE Teknik konservasi Keterangan
ton/ha/th
1 < 15 S - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Datar, T. Fungsi lahan untuk
Bangku putus, T. Bangku putus, Dam terjunan budidaya tanaman
- Penanaman menurut kontur, Strip cropping, tahunan
Kebun campuran
- Penserasahan
2 < 15 B - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Datar, T. Fungsi lahan untuk
Individu, T. Bangku putus, Dam pengendali budidaya tanaman
- Penanaman tumpangsari, Penanaman menurut tahunan
kontur, Strip cropping, Penanaman penutup tanah,
Kebun campuran
3 60 – 180 B - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Datar, T. Fungsi lahan untuk
Individu, T. Bangku putus, Dam pengendali budidaya tanaman
- Penanaman tumpangsari, Penanaman menurut tahunan
kontur, Strip cropping, Penanaman penutup
tanah, Kebun campuran
4 15 – 60 SB - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Datar. T. Fungsi lahan untuk
Gunung, Dam pengendali, Dam penahan, Gully budidaya tanaman
control semusim
- Pengelolaan tanaman, Penanaman tumpangsari,
Penanaman menurut kontur, Strip cropping,
Penanaman penutup tanah
5 60 – 180 SB - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Gunung, Fungsi lahan untuk
Dam pengendali, Dam penahan, Gully control budidaya tanaman
- Pengelolaan tanaman, Penanaman tumpangsari, semusim
penanaman menurut kontur, Strip cropping,
Penanaman penutup tanah
6 180 – 480 SB - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Bangku, T. Fungsi lahan untuk
Datar, T. Individu, Dam pengendali, Dam penahan, budidaya tanaman
Gully control tahunan
- Penanaman tumpangsari, Penanaman menurut
kontur, Strip cropping, Penanaman penutup tanah,
Kebun campuran
- Penserasahan
7 > 480 SB - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Bangku, T. Fungsi lahan untuk
Datar, T. Individu, Dam pengendali, Dam penahan, budidaya tanaman
Gully control tahunan
- Penanaman tumpangsari, Penanaman menurut
kontur, Strip cropping, Penanaman penutup
tanah, kebun campuran
- Penserasahan
8 60 – 180 SB - Teras Saluran, T. Guludan, T. Kredit, T. Gunung, Fungsi lahan untuk
Dam pengendali, Dam penahan, Gully control budidaya tanaman
- Pengelolaan tanaman, Penanaman tumpangsari, semusim
Penanaman menurut kontur, Strip cropping,
Penanaman penutup tanah
Ket. R = Rendah; S = Sedang; B = Berat; SB = Sangat Berat
128 Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5(II)2008