AIDA JUNIARTI
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Aida Juniarti
NIM G84120014
ABSTRAK
AIDA JUNIARTI. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Surian (Toona sinensis Roem.)
sebagai Agen Antidiabetogenik pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin.
Dibimbing oleh SYAMSUL FALAH dan MEGA SAFITHRI.
Ekstrak daun surian (Toona sinensis Roem.) di Indonesia dilaporkan
memiliki senyawa aktif yang berpotensi sebagai antihiperglikemia dan telah diuji
secara in vitro. Penelitian ini bertujuan mengukur kadar glukosa darah dan insulin
serum serta menganalisis kondisi histopatologi pankreas melalui pewarnaan
Haematoxylin-Eosin (HE) pada tikus jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi
streptozotosin setelah pemberian ekstrak etanol daun surian. Selain itu, dilakukan
juga pengukuran bobot badan dan konsumsi pakan selama perlakuan. Rata-rata
rendemen ekstrak etanol yang diperoleh sebesar 25.57% dan analisis fitokimia
ekstrak ini memberikan hasil positif pada senyawa flavonoid, fenolik hidrokuinon,
tanin, saponin, steroid dan glikosida. Peningkatan kadar glukosa darah sebesar
21.22% hingga akhir masa perlakuan terjadi pada kelompok ekstrak 200 mg/kg
BB, ekstrak 400 mg/kg BB mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus
diabetes sebesar 26.62% pada minggu pertama, namun peningkatan kadar glukosa
darah yang signifikan sebesar 24.80% terjadi setelah induksi STZ hingga akhir
perlakuan. Oleh sebab itu, ekstrak etanol daun surian dosis 200 mg/kg BB dapat
dikatakan tidak memiliki aktivitas antidiabetogenik, sedangkan dosis 400 mg/kg
BB tidak efektif sebagai agen antidiabetogenik.
Kata kunci: antidiabetogenik, streptozotosin, T.sinensis
ABSTRACT
AIDA JUNIARTI. The Activity of Surian (Toona sinensis Roem.) Leaf Ethanolic
Extract as Antidiabetogenic Agent in Streptozotocin-Induced Rats. Supervised by
SYAMSUL FALAH dan MEGA SAFITHRI.
Surian leaves (Toona sinensis Roem.) extract In Indonesia is reported to
have an active compound which has potential as antihyperglycemia using in vitro
test. The aim of this research is measuring the level of blood glucose, serum
insulin and conducting histopathological analysis of the pancreas condition
through Haematoxylin-Eosin staining (HE) on male Sprague-Dawley induced
streptozotosin after the ethanolic extract of T.sinensis leaves treatment. In
addition, weight of rats and feed consumption were also measured during the
treatment. Extraction process of T. sinensis leaves yielded 25.57% of dry extract
and phytochemical analysis of this extract gives positive results in flavonoids,
phenolic hydroquinone, tannins, saponins, steroids and glycosides. Dose 200
mg/kg BW increase blood glucose levels, which was 21.22% until the end of
treatment, dose 400 mg/kg BW gave 26.62% of the blood glucose lowering effect
in first week, but the significantly increase in blood glucose levels which was
24.80% occurred after STZ induction until the end of treatment. Therefore, 200
mg/kg BW ethanolic extract of T.sinensis leaves have no antidiabetogenic activity
and 400 mg/kg BW ethanolic extract of T.sinensis leaves was not effective as
antidiabetogenic agent.
Kata kunci: antidiabetogenic, streptozotocin, T.sinensis
AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SURIAN (Toona
sinensis Roem.) SEBAGAI AGEN ANTIDIABETOGENIK
PADA TIKUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOSIN
AIDA JUNIARTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
karena dengan rahmat dan karunia-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penelitian dengan judul Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Surian (Toona sinensis
Roem.) sebagai Agen Antidiabetogenik pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin
dilakukan dari bulan Juni 2016 hingga Oktober 2016. Kegiatan penelitian ini
bertempat di Unit Kandang Hewan Percobaan (UKHP) Pusat Studi Biofarmaka
(PSB) LPPM-IPB, Laboratorium Penelitian Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam IPB, dan Laboratorium Patologi Balai Besar Penelitian
Veteriner (Balitvet) Bogor.
Rangkaian penelitian hingga pelaporan kegiatan penelitian tentu saja tidak
terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr
Syamsul Falah, SHut, MSi selaku pembimbing utama dan Dr Mega Safithri, MSi
selaku pembimbing kedua atas bimbingan, kritik, dan sarannya selama
penyusunan karya ilmiah ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada bunda dan ayah beserta seluruh keluarga, rekan satu bimbingan: Enni,
Arifa, Iqbal, Yahya, Melati dan Listia, tidak lupa juga para sahabat: Dijah, Linda,
Anik dan semua rekan Biokimia IPB 49 atas doa dan segala bentuk dukungan
yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Aida Juniarti
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian 26
2 Bagan alir perlakuan antihiperglikemia dengan ekstrak daun surian 27
3 Rendemen ekstrak etanol daun surian 28
4 Bobot badan tikus selama masa adaptasi dan perlakuan 28
5 Rata-rata bobot badan tikus selama masa adaptasi dan perlakuan 28
6 Perbedaan rata-rata bobot badan tikus selama perlakuan 29
7 Hasil analisis beda nyata dengan uji Duncan 29
8 Hasil analisis paired T-test data bobot badan 30
9 Konsumsi pakan tikus selama masa adaptasi dan perlakuan 32
10 Glukosa darah tikus selama perlakuan 33
11 Rata-rata kadar glukosa darah tikus selama perlakuan 33
12 Perbedaan rata-rata glukosa darah selama perlakuan 33
13 Hasil analisis tes normalitas glukosa darah 34
14 Hasil analisis homogenitas glukosa darah 34
15 Hasil analisis beda nyata Duncan 34
16 Hasil analisis paired T- test glukosa darah 36
17 Absorbansi pengukuran kadar insulin serum dengan metode ELISA 37
18 Kurva standar insulin 38
19 Hasil analisis uji normalitas data insulin serum 38
20 Hasil analisis homogenitas data insulin serum 38
21 Hasil analisis beda nyata dengan uji Duncan 38
22 Contoh perhitungan rendemen ekstrak, rendemen terkoreksi, volume
cekok dosis ekstrak 200 dan 400 mg/kg BB 39
23 Komponen senyawa fitokimia ekstrak etanol daun surian 40
1
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang terjadi hampir di seluruh dunia adalah
diabetes melitus. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013
memperkirakan terdapat 382 juta penderita diabetes dari seluruh dunia. Selain itu,
dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun perkiraan tersebut meningkat hingga 592
juta penderita diabetes dari seluruh dunia dan sebanyak 80% kasus tersebut terjadi
di negara berkembang. Indonesia pada tahun 2013 menempati urutan ke-7 di
dunia dengan prevalensi diabetes tertinggi. Namun demikian, penderita diabetes
melitus di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, pada tahun
2030 penyandang diabetes diperkirakan mencapai 21.3 juta orang (Kemenkes
2013).
Diabetes melitus (DM) diketahui sebagai kelainan metabolik yang ditandai
dengan kondisi hiperglikemia, poliuria, polidipsia, polifagia hingga penyusutan
bobot badan yang dikaitkan dengan gangguan pada proses sekresi insulin,
mekanisme insulin ataupun keduanya. Hal tersebut mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein (ADA 2010; Patel et al. 2015). Saat
ini, penanganan diabetes dengan pemberian antidiabetika oral dan terapi insulin
dinilai belum mampu mengatasi peningkatan penyandang diabetes setiap
tahunnya. Selain itu, pengobatan tersebut seringkali menimbulkan berbagai efek
samping bagi penggunanya, salah satunya hipoglikemia (BPOM 2010). Oleh
sebab itu, sangat diperlukan pengobatan alternatif dengan bahan alami seperti
tanaman herbal dengan tingkat toksisitas dan efek samping yang lebih rendah.
Salah satu tanaman yang berpeluang menjadi obat herbal untuk diabetes
melitus adalah surian. Surian (Toona sinensis) merupakan tanaman asli pada
wilayah Asia dan tersebar luas hingga ke Indonesia. Surian adalah satu dari
berbagai tanaman dengan keragaman senyawa aktif yang memiliki efek
farmakologis untuk berbagai masalah kesehatan (Yang et al. 2014). Hampir
semua bagian pada tanaman ini dapat dimanfaatkan, salah satunya bagian daun.
Penelitian Falah et al. (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan air daun
surian mengandung golongan senyawa alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid, dan
terpenoid dan tidak bersifat toksik terhadap sel vero (sel normal) dengan IC50 >
100 µg/mL, sehingga aman untuk dijadikan alternatif obat herbal.
Penelitian terkait pemanfaatan daun surian sebagai alternatif pengobatan
herbal yang mulai dilakukan saat ini salah satunya menguji potensi senyawa
aktifnya sebagai antidiabetes. Ekstrak daun surian telah diteliti memiliki aktivitas
antidiabetes secara in vivo dengan mereduksi glukosa plasma sebesar 40% dan
meningkatkan kadar insulin plasma pada tikus dengan DM tipe 2 (Wang et al.
2008). Selain itu, dalam penelitian Liu et al. (2015) dijelaskan bahwa ekstrak daun
surian mampu meningkatkan transaktivitas dari PPARγ sebesar 88% sehingga
ekspresi protein PPARγ dan adiponektin pada mencit dengan DM tipe 2 kembali
normal yang akhirnya berimplikasi pada peningkatan sensitivitas insulin.
Kemampuan ekstrak daun surian sebagai antidiabetes secara in vivo kembali
dilaporkan Zhang et al. (2016). Kuersetin dalam ekstrak daun surian mampu
menetralisasi kondisi hiperglikemia dan dislipidemia, serta mampu memperbaiki
fungsi sel hepatosit yang diindikasikan dengan penurunan kadar enzim alanin dan
aspartat aminotransferase (ALT/AST) pada mencit dengan DM tipe 2. Namun
demikian, penelitian daun surian di Indonesia sebagai antidiabetes baru dilakukan
2
Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah daun surian, tikus
putih jantan galur Sprague-Dawley, pakan standar, serbuk kayu (bedding), strip
test glukometer (Accu-Check®), daun tapak dara, daun meniran, daun kumis
kucing, serbuk teh, daun katuk, rimpang kunyit, dan kayu manis. Bahan kimia
yang digunakan yaitu streptozotosin (Sigma (S0130-1G)), buffer sitrat 50 mM pH
4.5, etanol teknis 70%, akuades, ketamine, xylazine, ELISA kit Rat-Insulin
(standar, standard diluent, special diluent, HRP-Conjugate reagent, 20x wash
solution, kromogen A, kromogen B, dan stop solution) (Qayee-Bio), kloroform,
NH3, H2SO4 2 M, pereaksi Dragendorf, Mayer dan Wagner, HCl pekat, amil
alkohol, serbuk Mg, FeCl3, NaOH 10%, etanol 96%, dietil eter, asam asetat
anhidrat, H2SO4 pekat BNF 10% pH 6.5-7.5, xylol, parafin, gliserin 99.5%,
albumin, larutan haematoxylin, litium karbonat, larutan eosin, dan DPX. Bahan
pendukung lainnya yaitu kertas saring Whattmann, kapas, betadine, alumunium
foil, plastic wrap, dan tissue.
Alat utama yang digunakan adalah mesin penggiling Willey Mill, neraca
analitik, labu erlenmeyer 500 mL (Pyrex), vacuum evaporator, penangas air,
glukometer (Accu-Check®), pipet mikro 0.1-10 µL dan 100-100 µL, micropipette
multi channel 20-200 µL (BioRad), microplate (Qayee-Bio), inkubator,
spektrofotometer sinar UV-tampak (Spectrostar Nano BMG Labtech), mesin
microtome, mesin processor otomatis, mesin vakum, mesin bloking, kandang
tikus, wadah pakan, dan air. Alat pendukung lain yaitu alat-alat gelas, plat tetes,
cawan pinggang, seperangkat alat bedah (skalpel, gunting, pinset), sonde oral,
dispossable syringe, needle 27G/23G, microtube (eppendorf), seal, tissue casseet,
3
Metode Penelitian
berbuih. Buih stabil selama 1 menit menunjukkan hasil yang positif. Kontrol
positif untuk uji ini yaitu daun meniran (flavonoid), teh (tanin) dan daun kumis
kucing (saponin).
Hidrokuinon, Steroid, dan Triterpenoid. Sebanyak 0.025 g ekstrak
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL etanol 96%.
Selanjutnya ekstrak dipanaskan hingga mendidih, lalu diaduk. Campuran disaring
kemudian filtratnya dibagi dua. Filtrat pertama diujikan di plat tetes dan
ditambahkan 3 tetes NaOH 10%. Hasil positif hidrokuinon ditunjukkan dengan
warna merah. Filtrat kedua kemudian diuapkan hingga kering pada penangas air
bersuhu 100 oC. Setelah itu ditambahkan 1 mL dietil eter dan dikocok hingga
homogen. Campuran tersebut dipindahkan ke cawan pinggang dan ditambahkan 4
tetes asam asetat anhidrat dan 4 tetes H2SO4 pekat. Hasil positif pada uji steroid
ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru dan hasil positif uji
triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah atau ungu. Kontrol positif
yang digunakan pada uji hidrokuinon yaitu kayu manis, kontrol positif untuk
steroid yaitu daun katuk, sedangkan kontrol positif untuk uji triterpenoid
menggunakan rimpang kunyit.
Glikosida. Sebanyak 0.025 g ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 5 mL akuades. Selanjutnya campuran disaring dan masing-
masing 1 mL filtratnya ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Filtrat pertama
ditambahkan dengan 1 mL Benedict, lalu dipanaskan pada suhu 100 oC selama 5
menit, sedangkan filtrat kedua dipanaskan selama 5 menit pada suhu 100 oC
kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl 1%. Larutan kemudian diamati dan
ditambahkan 1 mL Benedict lalu dipanaskan kembali selama 5 menit. Parameter
positif pada kedua uji ini yaitu terbentuknya endapan kuning/jingga, sedangkan
kontrol positif yang digunakan yaitu madu.
dilarutkan dalam 50 mM buffer sitrat pH 4.5 sesaat sebelum diinduksi pada tikus
uji. Induksi dilakukan secara intraperitonial dengan dosis STZ 40 mg/kg BB.
Setelah 48 jam dilakukan pengukuran kadar glukosa darah menggunakan
glukometer (Malini et al. 2011; Nagarchi et al. 2015).
Tikus uji yang digunakan berjumlah 15 ekor, kemudian secara acak dibagi
ke dalam 5 kelompok perlakuan dengan rincian: Kelompok (1) terdiri atas tikus
kelompok normal dengan perlakuan induksi 1 mL buffer sitrat 50 mM pH 4.5 dan
cekok akuades 1 mL, kelompok (2) terdiri atas tikus kelompok kontrol negatif
dengan perlakuan induksi STZ 40 mg/kg BB dan cekok akuades sebanyak 1 mL,
kelompok (3) terdiri atas tikus kontrol positif yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB
dan dicekok dengan glibenklamid 5 mg/kg BB. Selanjutnya, kelompok (4) terdiri
atas tikus yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB kemudian diberi ekstrak etanol daun
surian dengan dosis 200 mg/kg BB/hari, kelompok (5) yaitu tikus yang diinduksi
STZ 40 mg/kg BB kemudian diberi ekstrak etanol daun surian dengan dosis 400
mg/kg BB/hari. Perlakuan dilakukan selama 14 hari, dengan pemberian pakan
standar secara rutin dan air secara ad libitum.
mengandung 100 µL standard diluent. Standar, blanko dan sampel terdiri atas 2
ulangan. Setelah itu, Horseradish Peroxidase (HRP) sebanyak 50 µL
ditambahkan ke setiap well kecuali pada well blanko. Campuran kemudian
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 60 menit.
Setelah inkubasi, semua larutan dalam well dibuang. Well dibilas kembali
menggunakan washing solution sebanyak 5 kali. Sebanyak 50 µL kromogen A
ditambahkan pada setiap well setelah microplate dikeringkan dengan kertas saring.
Kromogen B lalu ditambahkan sebanyak 50 µL ke setiap well. Inkubasi kembali
dilakukan selama 10 menit pada suhu 37 oC. Stop solution ditambahkan ke dalam
well sebanyak 50 µL. Cahaya perlu dihindari ketika pemberian stop solution.
Absorbansi diukur pada λ = 450 nm.
Analisis Statistika
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini berupa
rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor dengan lima kelompok perlakuan dan 3
kali ulangan. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada
selang kepercayaan 95%. Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dilakukan
untuk uji lanjut. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak Microsoft
Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS 20).
HASIL
masing-masing uji.
kelompok ekstrak 200 mg/kg BB, dengan penurunan rata-rata bobot badan sebesar
15.07%. Berdasarkan hasil tersebut, hingga akhir masa perlakuan (H16), bobot
badan semua kelompok berada pada rentang 178.33-206.00 g, dengan bobot
badan tertinggi pada kelompok normal.
270,00
250,00
230,00
Bobot badan (g)
K(-)
210,00 E400
E200
190,00 NORMAL
K(+)
170,00
150,00
H-8 H-1 H+2 H+9 H+16
Masa perlakuan (hari)
Gambar 1 Rata-rata bobot badan 5 kelompok tikus. K(-) adalah kontrol negatif
yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok akuades; E400 adalah
kelompok tikus yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok ekstrak
daun surian dosis 400 mg/kg BB; E200 adalah kelompok tikus yang
diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok ekstrak daun surian dosis
200 mg/kg BB; Normal adalah kelompok tikus yang diinduksi buffer
sitrat 50 mM pH 4.5 dan dicekok akuades; K(+) adalah kontrol positif
yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok glibenklamid
rata-rata jumlah konsumsi pakan tertinggi terdapat pada kelompok kontrol negatif,
sedangkan rata-rata jumlah konsumsi pakan terendah terdapat pada kelompok
normal.
20,00
18,00
Konsumsi pakan (g)
16,00 E200
K(-)
14,00 E400
NORMAL
K(+)
12,00
10,00
M0 M1 M2
Masa perlakuan (minggu)
Hingga hari ke-16 setelah perlakuan, peningkatan kadar glukosa darah terjadi
pada semua kelompok selain kelompok kontrol positif. Terjadinya peningkatan
kadar glukosa darah yang signifikan dari hari ke-2 hingga hari ke-16 perlakuan
terdapat pada kelompok normal dan ekstrak 400 mg/kg BB yaitu sebesar 46.21
dan 24.80%.
400,00
350,00
Glukosa darah (mg/dL)
300,00
250,00 K(-)
E200
200,00
K(+)
150,00 E400
NORMAL
100,00
50,00
H0 H+2 H+9 H+16
Gambar 3 Rata-rata kadar glukosa darah 5 kelompok tikus. K(-) adalah kontrol
negatif yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok akuades; E200
adalah kelompok tikus yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok
ekstrak daun surian dosis 200 mg/kg BB; K(+) adalah kontrol positif
yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok glibenklamid; E400
adalah kelompok tikus yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok
ekstrak daun surian dosis 400 mg/kg BB; Normal adalah kelompok
tikus yang diinduksi buffer sitrat 50 mM pH 4.5 dan dicekok akuades
0,250
0.213a ± 0.06
0.163a ± 0.02 0.160a ± 0.03 0.183a ± 0.03 0.153a ± 0.03
0,200
Kadar insulin (mIU/mL)
0,150
0,100
0,050
0,000
NORMAL K(-) K(+) E200 E400
Kelompok perlakuan
Gambar 4 Kadar insulin serum tikus pada hari ke-16. Huruf-huruf di atas balok
menunjukan perbandingan nilai tengah kadar insulin serum
antarkelompok perlakuan berdasarkan uji beda nyata Duncan pada
taraf nyata 0.05. Normal adalah kelompok tikus yang diinduksi buffer
sitrat 50 mM pH 4.5 dan dicekok akuades; K(-) adalah kontrol negatif
yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok akuades; K(+) adalah
kontrol positif yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan dicekok
glibenklamid; E200 adalah kelompok tikus yang diinduksi STZ 40
mg/kg BB dan dicekok ekstrak daun surian dosis 200 mg/kg BB;
E400 adalah kelompok tikus yang diinduksi STZ 40 mg/kg BB dan
dicekok ekstrak daun surian dosis 400 mg/kg BB
1 1
2
2
1
2
1
2
2
(d) (e)
Gambar 5 Kondisi histopatologi pankreas. (a) normal; (b) kontrol positif; (c)
kontrol negatif; (d) ekstrak daun surian dosis 200 mg/kg BB; (e)
ekstrak daun surian dosis 400 mg/kg BB. Pewarnaan HE perbesaran
200x. Keterangan: (1) Folikel pankreas, (2) Pulau Langerhans
PEMBAHASAN
Rata-rata rendemen ekstrak pada penelitian ini dikoreksi dengan kadar air
berdasarkan penelitian Manurung (2016) sebesar 8.90% pada simplisia daun
surian yang sama, sehingga rata-rata rendemen yang diperoleh sebesar 25.47%.
Persentase nilai rendemen ini tidak jauh berbeda dengan nilai rendemen pada
penelitian Monisa (2016) dan Manurung (2016) secara berturut-turut sebesar
21.90% dan 22.54%. Menurut Tiwari et al. (2011) parameter dasar yang
mempengaruhi kualitas ekstrak yaitu bagian tanaman yang digunakan, pelarut dan
prosedur ekstraksi, sedangkan perbedaan persentase ketiga rendemen tersebut
dapat disebabkan variasi metode selama proses ekstraksi berlangsung. Selain itu,
diketahui bahwa banyaknya rendemen menunjukkan korelasi positif dengan
jumlah senyawa aktif yang terekstrak (Ichsan 2011).
Menurut Salamah dan Widyasari (2015) serta Shams et al. (2015) hasil
ekstraksi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti proses pengadukan, jumlah
14
dan lama ekstraksi serta tingkat kepolaran pelarut. Pemilihan pelarut etanol 70%
didasarkan pada penelitian Falah et al. (2015) yang melaporkan senyawa aktif
pada daun surian lebih bersifat polar, dengan komponen fitokimia terbesarnya
yaitu asam galat dan rutin (Liu et al. 2015). Golongan senyawa yang cenderung
bersifat polar dapat larut dengan baik dalam pelarut yang juga memiliki sifat polar
(Shams et al. 2015), di samping itu konsentrasi komponen flavonoid lebih tinggi
dalam etanol 70% dibandingkan etanol absolut (Tiwari et al. 2011)
Selain itu dilakukan juga analisis senyawa fitokimia yang terkandung
dalam ekstrak etanol daun surian. Ekstrak ini memberikan hasil positif pada uji
flavonoid, tanin, saponin, hidrokuinon, steroid dan glikosida (Tabel 1). Namun
demikian, hasil positif pada penelitian ini menunjukkan sedikit perbedaan dengan
hasil penelitian Monisa (2016), Manurung (2016) Falah et al. (2015) dan Negi et
al. (2011). Uji alkaloid dan triterpenoid pada penelitian ini memberikan hasil
negatif, sedangkan pada penelitian sebelumnya melaporkan adanya golongan
alkaloid dan triterpenoid pada daun surian. Perbedaan kandungan metabolit
sekunder dalam suatu tanaman dapat disebabkan kondisi agrobiofisik tempat
tumbuh tanaman (Falah et al. 2015), faktor umur tanaman, kultivar, kondisi
ekologi (Centinkaya dan Kulak 2016) maupun variasi metode yang dilakukan
selama proses ekstraksi (Tiwari et al. 2011). Hasil positif pada uji fenolik
hidrokuinon dan flavonoid membuktikan keselarasan dengan penelitian Liu et al.
(2015) yang melaporkan bahwa kandungan fitokimia terbesar dalam ekstrak
etanol daun surian yaitu asam galat dan rutin.
Berdasarkan penelitian Chen et al. (2009) diketahui senyawa asam galat
dalam ekstrak daun surian memiliki aktivitas antikanker, adapun Yang et al.
(2014) melaporkan 5 jenis flavonol dan 3 senyawa turunan asam galat yang
diisolasi dari daun surian berpotensi sebagai antioksidan. Selain itu, menurut
Zhang dan Jiang (2012) golongan flavonoid dalam tanaman surian diketahui
mampu mereduksi glukosa darah pada mencit yang diinduksi streptozotosin dan
penelitian Zhang et al. (2016) membuktikan bahwa isolasi kuersetin dari daun
surian mampu mengurangi hiperglikemia dan melindungi sel hepatosit pada
mencit yang diinduksi aloksan dan diberi pakan tinggi lemak/karbohidrat yang
diindikasikan dengan menurunnya kadar enzim aspartat/alanin trasnferase dalam
hati.
tikus kembali sehat dan normal setelah induksi buffer sitrat, meskipun
peningkatan yang terjadi tidak signifikan pada taraf nyata 5%.
Penurunan bobot hingga akhir masa perlakuan (H16) pada semua
kelompok perlakuan selain kelompok normal, disebabkan induksi STZ. Hal ini
sesuai dengan penelitian Udo et al. (2013) dan Hasibuan et al. (2016) bahwa
terjadi penurunan bobot badan pada tikus diabetes hingga akhir perlakuan. Induksi
streptozotosin menyebabkan terganggunya produksi dan sekresi insulin sehingga
menghambat proses masuknya glukosa ke dalam jaringan dan salah satunya
berdampak pada penurunan bobot badan yang signifikan (Chandramohan et al.
2008; Hussan et al. 2013). Penurunan bobot badan terjadi karena peningkatan
katabolisme protein akibat defisiensi karbohidrat sebagai sumber energi sehingga
berdampak pada kurangnya massa otot (Chandramohan et al. 2008; Latha dan
Daisy 2011; Hussan et al. 2013). Mobilisasi asam lemak berlebih dari jaringan
adiposa juga diketahui menjadi salah satu faktor berkurangnya bobot badan,
sedangkan gejala poliuria pada penderita diabetes yang dapat menyebabkan
dehidrasi menjadi faktor lain yang berperan dalam penurunan bobot badan tikus
diabetes (Okon et al. 2012).
Penurunan signifikan dari hari ke-2 hingga ke-16 setelah perlakuan terdapat
pada kelompok kontrol negatif dan ekstrak 200 mg/kg BB, dengan persentase
penurunan secara berturut-turut sebesar 16.81 dan 15.07%. Hal ini menunjukkan
masih terjadinya pengaruh induksi zat diabetogenik pada tikus (Prabowo 2012).
Selain itu, pemberian ekstrak etanol daun surian dosis 200 mg/kg BB hingga akhir
perlakuan tidak mampu menekan penurunan bobot badan tikus setelah diinduksi
STZ. Profil bobot badan tikus kelompok kontrol positif dan ekstrak 400 mg/kg
BB menunjukkan hasil berbeda dari 2 kelompok lainnya. Persentase penurunan
bobot badan kelompok ini lebih rendah dindingkan dengan kelompok kontrol
negatif dan ekstrak 200 mg/kg BB. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pemberian glibenklamid mampu menekan penurunan bobot badan pada tikus
yang diinduksi STZ, sedangkan kelompok ekstrak 400 mg/kg BB memiliki nilai
penurunan bobot badan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif dan ekstrak 200 mg/kg BB, namun efek pemberian ekstrak etanol
daun surian dosis 400 mg/kg BB untuk menekan penurunan bobot badan tikus
diabetes tidak sebaik efek pemberian antidiabetika oral glibenklamid.
sedangkan rata-rata konsumsi pakan pada kelompok normal relatif stabil dari
minggu ke-0 hingga minggu ke-2 perlakuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Udo et al. (2013) dan Okon et al. (2012) yaitu konsumsi pakan pada tikus diabetes
akibat induksi aloksan maupun STZ semakin meningkat hingga akhir perlakuan.
Peningkatan konsumsi pakan secara terus menerus pada tikus diabetes
akibat induksi STZ diduga karena terganggunya produksi dan sekresi insulin
(Mohan et al. 2013). Menurut Woods dan D’Alessio (2008) menurunnya
persinyalan insulin ataupun leptin di otak membuat saraf yang mengatur jumlah
konsumsi menjadi kurang sensitif terhadap sinyal yang mengatur rasa kenyang
dan sebagai akibatnya terjadi pengaturan homeostasis dengan cara peningkatan
konsumsi untuk tetap menjaga homeostasis energi dalam tubuh. Berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan induksi STZ yang menyebabkan terganggunya produksi
dan sekresi insulin sehingga berdampak pada peningkatan nafsu makan. Selain itu,
Kumar (1999) melaporkan homeostasis glukosa dalam tubuh diregulasi oleh
hipotalamus yang dibuktikan dengan teraktivasinya Ventromedial Hypotalamic
(VMH) sebagai pusat pengatur rasa kenyang dan terhambatnya aktivasi Lateral
Area Hypotalamic (LHA) sebagai pusat pengatur konsumsi ketika glukosa
ditambahkan secara intravena. Namun demikian, pada penderita diabetes, glukosa
dalam tubuh tidak mampu berpindah ke dalam sel di VMH sehingga terjadi
aktivasi LHA yang mengakibatkan peningkatan nafsu makan (Okon et al. 2012).
diperkuat dengan penurunan bobot badan pada hari ke-2 hingga hari ke-16
(Gambar 1) dan kondisi polifagia hingga akhir perlakuan.
Ekstrak etanol daun surian dosis 200 dan 400 mg/kg BB dapat dikatakan
tidak mampu mengatasi kondisi hiperglikemia pada tikus yang diinduksi STZ.
Kadar glukosa darah tikus yang tinggi (>300 mg/dL) di hari terakhir perlakuan
pada kedua kelompok tersebut membuktikan bahwa tikus masih dalam kondisi
diabetes. Selain itu, kadar glukosa darah >300 mg/dL pada tikus memperkuat
dugaan bahwa kondisi tikus masih dalam pengaruh STZ, karena pengaruh STZ
bahkan hingga 3 minggu setelah induksi mampu membuat kadar glukosa dapat
mencapai 300-600 mg/dL (Wu dan Huan 2008).
negatif dan ekstrak 200 mg/kg BB diduga untuk mencapai homeostasis glukosa
darah dalam tubuh.
Selain dikaitkan dengan kegagalan pada sekresi ataupun mekanisme kerja
insulin, diabetes melitus dapat ditandai dengan hiperglikemia, polidipsia, poliuria
dan polifagia (Petel et al. 2015). Setelah 48 jam diinduksi STZ sampai hari
terakhir perlakuan, tikus uji mengalami gejala-gejala diabetes seperti
hiperglikemia, penurunan bobot badan, polifagia, polidipsia dan poliuria. Selain
itu, kondisi histopatologi pankreas dan kadar AST/ALT pada hati juga dapat
dijadikan parameter lain untuk mengetahui kondisi diabetes pada tikus.
Streptozotosin diketahui masuk ke dalam pankreas melalui GLUT2 (Goud et al.
2015). Selain pada pankreas, GLUT2 tersebut terdapat pada hati dan ginjal,
sehingga STZ juga diduga berdampak pada organ hati/ginjal.
Penelitian Mohan et al. (2013) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan
kadar AST/ALT yang signifikan pada tikus yang diinduksi STZ, peningkatan
tersebut merepresentasikan kerusakan hati yang terjadi setelah induksi STZ.
Kadar AST dan ALT pada tikus yang diinduksi STZ di hari ke-16 perlakuan
sangat tinggi yaitu 528.76 U/L dan 258.80 U/L jika dibandingkan dengan
kelompok normal yang memiliki kadar AST/ALT sebesar 174.07 U/L dan 78.03
U/L. Selain itu, tikus yang diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun surian
dosis 200 dan 400 mg/kg BB memiliki kadar AST/ALT yang hampir sama dengan
kontrol negatifnya. Tikus yang diberi dosis 200 mg/kg BB memiliki kadar
AST/ALT sebesar 402.62 U/L dan 171 U/L, sedangkan untuk pemberian dosis
400 mg/kg BB memberikan hasil AST/ALT sebesar 473.30 U/L dan 229.50 U/L.
Kadar AST/ALT kedua kelompok perlakuan tersebut juga lebih tinggi dari kontrol
positif (Maulana 2016, komunikasi pribadi). Berdasarkan data-data tersebut dapat
diketahui bahwa tikus setelah diberi ekstrak daun surian masih mengalami
diabetes akibat induksi STZ hingga hari ke-16 perlakuan.
tikus yang diinduksi STZ mampu mengurangi nekrosis pada pulau Langerhans
sehingga ukurannya hampir sama dengan kelompok normal (Gambar 5b). Hasil
ini sesuai dengan penelitian Falah et al. (2010) bahwa pemberian glibenklamid
secara oral pada tikus yang diinduksi aloksan mampu memperbaiki nekrosis pulau
Langerhans.
Ekstrak etanol daun surian diketahui mengandung senyawa golongan
flavonoid dan fenolik. Menurut Safithri dan Fahma (2008) senyawa flavonoid
yang terkandung dalam P. crocatum berpotensi sebagai antihiperglikemia dengan
mekanisme regenerasi sel β pankreas, sedangkan senyawa asam galat (golongan
senyawa fenolik) pada ekstrak buah T. bellerica menyebabkan regenerasi pada sel
β pankreas dan menormalisasi parameter biokimia terkait diabetes melitus pada
tikus yang diinduksi STZ (Latha dan Daisy 2011). Selain itu, kedua golongan
senyawa tersebut diketahui memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Yang et al.
2014). Menurut Patel et al. (2015), regenerasi sel β pankreas dapat dilakukan
dengan mengurangi stress oksidatif pada sel akibat induksi STZ, salah satunya
dengan menggunakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Namun demikian, pada penelitian ini ekstrak etanol daun surian dosis 200
diketahui tidak memiliki aktivitas antidiabetogenik dan ekstrak etanol daun surian
dosis 400 mg/kg BB tidak efektif sebagai agen antidiabetogenik, hal ini
dibuktikan dengan kondisi histopatologi pulau Langerhans kelompok ekstrak
etanol daun surian dosis 200 mg/kg BB yang berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan kelompok normal, sedangkan pemberian ekstrak etanol
daun surian dosis 400 mg/kg BB menunjukkan kondisi yang lebih baik
dibandingkan kelompok ekstrak 200 mg/kg BB, namun diduga masih terjadi
peningkatan aktivitas sel α. Hasil tersebut diperkuat dengan parameter lain terkait
kondisi diabetes lainnya. Kedua kelompok ini masih menunjukkan gejala
hiperglikemia, polifagia, polidipsia, poliuria dan penurunan bobot badan yang
cukup signifikan hingga akhir perlakuan.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ghani NA, Shawkat MS, Umran MA. 2012. Effect of ethanol extract of Sesamum
indicum seeds on lipid profile in vivo. Current Research Journal of
Biological Science. 4(2): 159-163.
Goud JB, Dwarakanath, Swamy BKC. 2015. Streptozotocin-a diabetogenic agent
in animal models. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical
Research. 3(1): 254-269.
Harborne JB. 1987. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Technique of
Plant Analysis. London (UK): Chapman and Hall.
Hasibuan MS, Yasni S, Bintang M, Ranti AS. Antihyperglicemic activity of Piper
crocatum leaves and Cinnamomum burmanii bark mixture exctract in
streptozotocin-induced diabetic rats. Journal Mathematics and
Fundamental Science. 48(2): 178-191.
Hussan F, Zin NNM, Zullkefli MRB, Choon YS, Abdullah NAA, Lin TS. 2013.
Piper sarmentosum water extract attenuates diabetic complications in
streptozotocin induced Sprague-Dawley rats. Sains Malaysiana. 42(11):
1605-1612.
Ichsan SA. 2011. Aktivitas ekstrak kulit kayu suren (Toona sinensis Merr.)
sebagai antioksidan dan antidiabetes secara in vitro. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[IDF] International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas 6th Ed.
Brussels: International Diabetes Federation.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Diabetes
Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 di Dunia: Kemenkes Tawarkan
Solusi Cerdik Melalui Posbind [terhubung berkala].
http://www.depkes.go.id/article/print/2383/diabetes-melitus-penyebab-
kematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-
posbindu.html (23 Maret 2016).
Kumar VM. 1999. Neural regulation of glucose homeostasis. Indian Journal
Physiology and Pharmacology. 43(4): 415-424.
Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Uji. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Latha RCR, Daisy P. 2011. Insulin-secretagogue, antihyperlipidemic and other
protective effects of gallic acid isolated from Terminalia bellerica Roxb.
in streptozotocin-induced diabetic rats. Chemico-Biological Interaction.
189: 112-118.
Liu HW, Huang WC, Yu WJ, Chang SJ. 2015. Toona sinensis ameliorates insulin
resistance via AMPK and PPARγ pathway. Food and Function. 1(1): 1-
25.
Malini P, Kanchana G, Rajadurai. 2011. Antibiabetic efficacy of ellagic acid in
streptozotocin induced diabetes mellitus in albino wistar rats. Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 4(3): 124-128.
Manurung LV. 2016. Kinetika inhibisi α-glukosidase oleh ekstrak daun surian
(Toona sinensis Roem.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
23
LAMPIRAN
25
26
Induksi streptozotosin
pada tikus Sprague-
Dawley
Pencekokan sesuai
kelompok perlakuan tikus
Cek glukosa darah
Analisis data
27
15 Tikus Sprague-Dawley
Terminasi
Histopatologi pankreas
Serum
darah
NORMAL
HARI_PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1
H2 3 198.33
H_8 3 198.67
H9 3 202.67
H16 3 206.00
H_1 3 209.33
Sig. .511
POSITIF
HARI_PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1
H16 3 178.33
H9 3 182.67
H2 3 184.67
H_8 3 197.00
H_1 3 199.33
Sig. .240
NEGATIF
HARI_PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1 2
H16 3 189.67
H9 3 208.67 208.67
H2 3 228.00 228.00
H_8 3 235.33 235.33
H_1 3 246.00
Sig. .068 .126
30
NORMAL
T df Sig. (2-tailed)
Nilai p > 0.05, maka dapat dikatakan data memiliki sebaran yang normal
Contoh perhitungan:
0,7
0,6
0,5
Kadar isulin (µIU/mL)
y = 0,0033x - 0,0267
0,4 R² = 0,9974
0,3
0,2
0,1
0
0 50 100 150 200 250
-0,1
Konsentrasi (µIU/mL)
11.4985
= ×100% = 19.16%
60.0024
11.4985 (g)
= ( ) × 100%=21.03%
(60.0024 ×(1-8.8959%))
Dragendorf
Tapak dara
-
Meyer
Tapak dara
-
Wagner
Tapak dara
-
Fenol hidrokuinon
++ Kayu manis
Flavonoid
+++ Meniran
Tanin
+++ Teh
Saponin
++ Kumis kucing
Steroid
++ Katuk
Triterpenoid
- Rimpang kunyit
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1994 dari pasangan Iwan
Nirwansyah dan Mariniati. Penulis terlahir sebagai anak tunggal. Pendidikan
penulis dimulai di TK Aisiyah Muhammadiyah Jakarta. Tahun 2000-2006 penulis
menempuh pendidikan di SDN Cigombong 02, melanjutkan pendidikan ke SMPN
1 Cigombong dari tahun 2006-2009, kemudian pada tahun 2009-2012 penulis
menempuh pendidikan di SMAN 1 Cigombong. Penulis kembali melanjutkan
studinya pada tahun 2012 di Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai
mahasiswa pada departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai staff divisi Research and
Education Himpunan profesi Community of Research and Education in
Biochemistry (CREBs) tahun 2014-2015. Penulis pada tahun 2014-2015 berhasil
lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian (PKM-P) oleh Dikti
dengan judul Sediaan Farmasi Nanopartikel Selaginella doederleinii Berbasis
Teknik Inhalasi Sebagai Media Pengobatan Praktis Kanker Paru-Paru, sehingga
pada tahun tersebut dilakukan publikasi artikel pada seminar internasional
Workshop and International Seminar on Science of Complex Natural System (ISS-
CNS) dengan judul artikel ilmiah Nanoparticles of Selaginella doederleinii Leaves
Extract Inhibit Human Lung Cancer Cells A549. Selain itu, pada tahun 2015
penulis menjadi finalis paper pada MIPA Youth Scientist Challenge (EXPLO
Science) FMIPA IPB dengan judul Nanopartikel Salitsang (Salep Kulit Pisang)
Sebagai Solusi Pengobatan Katarak Yang Praktis Dan Ekonomis dan juga
melakukan praktik lapangan di Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB serta menulis
laporan ilmiah dengan judul Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Berbagai
Tanaman Biofarmaka dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH).