PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor epitel di mata berasal dari kelopak mata dan konjungtiva.
Keganasan di daerah tersebut kerap kali menyebabkan masalah dalam
penanganannya. Selain mempengaruhi fungsi vital bola mata atau secara tidak
langsung terhadap tajamnya penglihatan, palpebra dan konjungtiva mempunyai
area luas anatomi yang terbatas. Tumor ganas dapat mempengaruhi kelopak mata
atau wajah yang berdekatan (daerah peri-okular) (Moeloek, 2008).
Tumor ganas kelopak mata yang paling sering ditemukan adalah
karsinoma sel basal (Basalioma). Di negara Barat, Basalioma menempati lebih
dari 85% dari seluruh keganasan kelopak mata. Namun, di Cina, insiden
Basalioma hanya mencapai sekitar 50% dari seluruh keganasan kelopak mata.
Karsinoma sel skuamous dan karsinoma kelenjar sebaseous bersama-sama
menempati 50% sisanya, sedangkan di negara Barat, kedua tumor tersebut
menempati kurang dari 10% dari seluruh keganasan kelopak mata (Older, 2003).
Tumor ganas kelopak mata paling sering ditemukan pada daerah kelopak
mata bawah, tetapi dapat juga ditemukan di mana saja di pinggiran kelopak mata,
sudut mata, kulit alis mata atau wilayah di sekitar wajah. Tumor tersebut biasa
muncul sebagai suatu peninggian atau nodul tanpa nyeri, sering dengan
penampilan seperti timbil, baik disertai dengan hilangnya maupun distorsi bulu
mata. Dapat pula ditemukan adanya ulserasi pada daerah yang terlibat, dengan
perdarahan, krustae, kemerahan, dan / atau distorsi dari tampilan kulit normal.
Temuan ini perlu dievaluasi dan dibutuhkan biopsi untuk mengkonfirmasi
diagnosis sebagai suatu tumor ganas (Lane, 2007).
Keseluruhan tumor dapat menyebabkan kematian, namun juga memiliki
laju remisi yang tinggi bila dikenali dan diterapi secara dini untuk mencegah
penyebaran tumor ke luar kelopak mata. Basalioma merupakan jenis tumor
dengan prognosis paling baik, oleh karena sifat tumor ini tumbuh lambat dan
hanya menyebabkan kerusakan melalui perluasan langsung dan jarang metastasis.
Karsinoma sel skuamous sering mengalami metastasis dalam kondisi tertentu.
Karsinoma kelenjar sebaseous memiliki laju metastasis yang tinggi, sehingga
1
dibutuhkan terapi dini pada kasus-kasus ini. (Older, 2003).
Penangan tumor ganas dilakukan dengan prinsip onkologis, pengangkatan tumor
dengan eksisi di daerah bebas tumor, sejauh mungkin dari batas pinggir tumor.
Pada tumor yang cukup besar, luas palpebra yang terbatas akan menyukarkan
pembedahan eksisi (Moeloek, 2008).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tanda dan gejala klinis tumor ganas pada kelopak mata
2. Mengetahui cara menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan tumor ganas
pada kelopak mata.
3. Mengetahui komplikasi tumor ganas kelopak mata.
4. Mengetahui prognosis dari penderita tumor ganas kelopak mata.
1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
patofisiologi, dasar diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
penderita tumor ganas kelopak mata.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus oculi. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel
goblet yang menghasilkan musin (Ilyas, 2009).
4
mata. Karsinoma sel skuamous dan karsinoma kelenjar sebaseous bersama-sama
menempati 50% sisanya, sedangkan di negara Barat, kedua tumor tersebut
menempati kurang dari 10% dari seluruh keganasan kelopak mata (Older, 2003).
Dua jenis tumor lain, limfoma dan melanoma maligna, lebih jarang terjadi
pada keganasan kelopak mata, namun harus mendapat perhatian khusus oleh
karena potensi menjadi fatal. Keseluruhan tumor dapat menyebabkan kematian,
namun juga memiliki laju remisi yang tinggi bila dikenali dan diterapi secara dini
untuk mencegah penyebaran tumor ke luar kelopak mata. Basalioma merupakan
jenis tumor dengan prognosis paling baik, oleh karena sifat tumor ini tumbuh
lambat dan hanya menyebabkan kerusakan melalui perluasan langsung dan jarang
metastasis. Karsinoma sel skuamous sering mengalami metastasis dalam kondisi
tertentu. Karsinoma kelenjar sebaseous dan melanoma maligna memiliki laju
metastasis yang tinggi, sehingga dibutuhkan terapi dini pada kasus-kasus ini.
Limfoma dapat tampak pada area okuler dan terapi yang tepat dapat mencegah
penyebarannya ke bagian tubuh yang lain (Older, 2003).
2.3 Klasifikasi Tumor Ganas Kelopak Mata
Tumor ganas kelopak mata yang dikenal utamanya meliputi karsinoma sel
basal (Basalioma), karsinoma sel skuamous, karsinoma kelenjar sebaceous,
limfoma maligna, dan melanoma maligna. Disamping itu ada pula beberapa jenis
lain yang sangat jarang ditemukan, yaitu keratoacanthoma, keratosis aktinik,
karsinoma sel merkel, dan tumor ganas kelopak mata akibat metastasis.
5
Secara klinis, terdapat 2 tipe basalioma, yakni tipe noduler dan
morpheaform. Tipe noduler biasanya tampak sebagai suatu massa dengan batas
yang tegas, dan kadang ditemukan ulkus. Sel tumor pada tipe noduler tumbuh
seperti sarang dengan tepi palisading. Tipe ini cenderung kurang agresif dan
jarang meluas ke subkutan. Ada beberapa penulis yang membagi tipe noduler ini
menjadi 2 pola yakni pola ulseratif dan pola multisentrik. Pada pola ulseratif,
ditemukan ulkus berbentuk kawah dengan tepi menggaung (rodent ulcer), juga
sering ditemukan komponen dermis yang lebih infiltratif ke dalam tumor.
Sedangkan pada pola multisentrik ditemukan lobulus-lobulus tumor pada dasar
epitel atau pada khorion superfisial. Batas dari lesi ini seringkali melampaui batas
yang tampak secara klinis (Older, 2003).
Tipe morpheaform / sklerosing memiliki batas yang tidak jelas dan jarang
ditemukan ulserasi. Pada beberapa kasus, ditemukan suatu perluasan subkutan
yang tidak tampak secara klinis. Secara klinis, lesi tipe ini berupa plak datar
dengan indurasi, dapat ditemukan pada tepi kelopak atau tepat dibawah bulu mata.
Kadang menyerupai suatu blefaritis lokal. Jika lesi tipe ini ditemukan pada area
jauh dari tepi kelopak, akan tampak menyerupai suatu nodul subkutan yang tegas.
Kadang ditemukan inflamasi seiiring dengan timbulnya lesi. Secara histologis,
tipe ini tersusun atas sel tumor yang tumbuh membentuk suatu pola benang tipis
dengan suatu perluasan ke jaringan ikat disekitarnya (Older, 2003). Tidak
ditemukan adanya gambaran palisading yang tipikal, dan stromanya mengandung
banyak jaringan kolagen dan fibroblas. Pola pertumbuhan tipe morpheaform ini
secara konsisten berhubungan dengan adanya invasi yang dalam (Kourt, 2005).
6
Gambar 2.2 Karsinoma sel basal yang sudah invasi ke orbita (Kourt, 2005).
7
mata bagian bawah dan kanthus medial ke nodus submandibular dan submaksilar,
dan ke nodus preaurikuler jika tumor berada pada kanthus lateral atau kelopak
mata atas.
SCC pada awalnya dapat muncul sebagai suatu keratosis aktinik dimana
ada penggantian subtotal epidermis oleh sel atipikal. Meskipun demikian,
stratifikasi umum dari sel basal hingga lapisan epidermis superficial masih dapat
dipertahankan. SCC insitu, atau SCC intraepidermal (misalnya Bowen’s disease),
terjadi ketika keseluruhan epidermis diganti oleh sel atipikal yang terdisorganisir.
Lesi ini dapat tumbuh dari lesi prekanker yang telah ada atau de novo dan dapat
menjadi SCC invasif. Tanda khas dari suatu SCC invasif adalah adanya invasi ke
dermis. Derajat SCC dapat dibedakan berdasarkan jumlah sel yang
berdiferensiasi, derajat atipikalisasi sel, kedalaman invasi, dan derajat akantolisis.
Akantolisis yang luas berhubungan dengan prognosis yang lebih baik (Kourt,
2005).
Gambar 2.3 Karsinoma sel squamus yang telah invasi ke orbita (Kourt, 2005).
8
1% dari seluruh kasus keganasan kelopak mata di negara Barat. Namun di Korea,
insiden SGC meliputi 42,2% dari seluruh kasus keganasan kelopak mata, diikuti
basalioma sebesar 36,8%, dan SCC sebanyak 10,5%. Sebagian besar SGC tumbuh
pada kelopak mata bagian atas, dibandingkan dengan area predileksi lainnya
(Older, 2003).
Usia rata-rata timbulnya SGC adalah 61 tahun, namun dapat pula tumbuh
lebih awal pada dekade II kehidupan. Tidak ditemukan adanya predileksi ras
maupun jenis kelamin.
SGC dapat diklasifikasikan berdasarkan site of origin, derajat diferensiasi,
pola histopatologis, kecenderungan untuk infiltrasi, dan ada/tidaknya penyebaran
pagetoid dan/atau karsinoma insitu pada epitel konjungtiva, kornea, dan/atau kulit
kelopak mata.
Berdasarkan derajat diferensiasi sebaseous, tumor diklasifikasikan menjadi
well-differentiated, moderately-differentiated, dan poorly-differentiated. Tumor
yang well-differentiated terdiri dari sel neoplastik yang menunjukkan differensiasi
sebaseous. Sel ini memiliki sitoplasma yang foamy dan tervakuolisasi halus.
Nukleus terletak di sentral atau sedikit tergeser ke perifer. Daerah dengan
differensiasi sebaseous tampak pada pusat dari lobulus tumor. Sedangkan tumor
yang moderately differentiated memiliki area differensiasi sebaseous yang lebih
sedikit, namun sangat agresif. Sebagian besar tumor terdiri dari sel neoplastik
dengan nukleus hiperkromatik dan nukleolus prominen serta sitoplasma yang
sangat basofilik. Dan pada tumor yang poorly differentiated, memiliki sel dengan
nukleus pleomorfik, nukleolus prominen, dan sedikit sitoplasma. Sel
menunjukkan adanya suatu peningkatan aktivitas mitosis yang atipikal.
Pengecatan lipid seperti oil-red-O sangat membantu menentukan diagnosis
definitif. Derajat diferensiasi sangat berhubungan dengan prognosis (Kourt,
2005).
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa tumor yang well-differentiated
memiliki angka mortalitas 7%, moderately-differentiated memiliki angka
mortalitas 29%, dan poorly-differentiated memiliki angka mortalitas 60%. Selain
itu, tumor ini juga dibagi berdasarkan derajat infiltrasinya. Tumor dengan derajat
infiltrasi besar, memiliki angka mortalitas 40% dibandingkan dengan derajat
9
infiltrasi minimal yang menunjukkan angka mortalitas 10%. Pola invasi juga
berhubungan dengan angka kematian. Ditemukan 100% kematian pada pasien
dengan invasi tumor ke sistem vaskuler. Pada pasien dengan invasi limfatik,
angka kematian mencapai 83%, dan pada pasien dengan invasi orbital, angka
kematian mencapai 70%. Jika tidak ditemukan ketiga tipe invasi tersebut, maka
angka mortalitas hanya mencapai 16% (Older, 2003).
10
seluruh kasus melanoma pada kulit. Melanoma dapat tumbuh dari kulit kelopak
mata atau konjungtiva dan meluas ke berbagai arah. Melanoma pada kelopak mata
yang mengenai konjungitva cenderung lebih agresif dibandingkan dengan yang
hanya pada kelopak mata. Ada 3 tipe melanoma kutis, berbeda dalam sifat dan
prognosis. Melanoma kulit dapat berasal dari Hutchinson’s melanoma freckle atau
lentigo maligna, dari area melanosis premaligna, atau sebagai melanoma noduler,
yang berasal dari nevus atau de novo. Melanoma kutis paling sering ditemukan
pada ras Kaukasoid. Diduga adanya peranan radiasi sinar UV sebagai etiologi
timbulnya melanoma (Kourt, 2005).
Melanoma yang berasal dari lentigo maligna (Hutchinson’s melanoma
freckle) biasanya tampak sebagai suatu nodul invasif pada area pigmentasi
makular yang ireguler. Lentigo maligna biasanya ditemukan pada kulit yang
menunjukkan adanya degenerasi akibat sinar matahari, khususnya pada usia tua.
Lentigo maligna dapat bertahan hingga bertahun-tahun sebelum timbulnya area
melanoma yang invasif. Melanoma tipe ini cenderung memiliki derajat keganasan
yang rendah. Kelopak mata bawah dan area kanthus merupakan area tersering
munculnya lentigo maligna. Ketika terjadi invasi dermis, permukaan lesi menjadi
ireguler, dan lesi menjadi meninggi dan membentuk nodul berwarna coklar gelap
hingga hitam. Insiden transformasi maligna pada lentigo maligna diperkirakan
mencapai 30%. Ada 2 jenis pola pertumbuhan biphasic yang khas pada melanoma
tipe ini. Yang pertama, pada jenis radial/horizontal, fase pertumbuhan intraepitel
dapat bertahan dari bulan hingga tahun, dan jarang berhubungan dengan
metastasis. Yang kedua, pada jenis pola pertumbuhan vertikal, termasuk invasi ke
dermis, berhubungan dengan penyakit metastasis pada 35-75% kasus. Harus
diduga adanya suatu fase pertumbuhan vertikal bila ditemukan adanya perubahan
klinis pada lesi seperti perubahan warna atau bentuk, perubahan permukaan
seperti krusta, perdarahan, atau ulserasi, eritema jaringan sekitar, dan munculnya
gejala baru seperti nyeri atau gatal (Kourt, 2005).
Melanoma yang berasal dari area melanosis premaligna atau melanoma
yang menyebar secara superfisial, biasanya tampak sebagai suatu area yang lebih
terlokalisir, yang mengindikasikan adanya invasi ke dermis. Melanoma tipe ini
biasanya timbul setelah beberapa bulan hingga tahun sejak onset. Lesi dapat
11
timbul baik pada kulit yang terekspos sinar matahari maupun tidak, dan dapat
terjadi pula pada konjungtiva.
Melanoma nodular dapat berasal dari suatu junctional nevus atau de novo.
Lesi dapat timbul baik pada kulit yang tak terekspos maupun terekspos sinar
matahari, dan dapat pula timbul pada membran mukosa seperti konjungtiva. Lesi
tampak sebagai suatu nodul amelanotik atau biru-hitam yang membesar secara
cepat. Melanoma nodular sering berinvasi secara cepat dan berhubungan dengan
invasi orbita. Melanoma nodular berpotensi meginvasi jaringan yang lebih dalam
dan memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan melanoma tipe yang lain.
Melanoma biasanya berpigmen. Namun, kadang tidak berpigmen atau amelanotik,
khususnya pada tumor yang rekuren (Kourt, 2005).
2.3.5 Limfoma
Infiltrat limfomatous yang mempengaruhi mata dan adneksa okuler
biasanya tampak pada area orbita dan subkonjungtiva. Namun, pada beberapa
kondisi, infiltrat ini dapat mengenai jaringan kelopak mata. Derajat keganasan
dimulai dari hiperplasia limfoid hingga limfoma maligna. Diagnosis stadium
keganasan didasarkan pada evaluasi histologis jaringan, dan pada beberapa kasus,
didasarkan pada klasifikasi secara imunologis dari sel B atau sel T yang tampak
pada infiltrat limfositik (Older, 2003).
12
Infiltrat limfositik subkonjungtiva tampak berwarna seperti salmon, fleshy
mass, sehingga disebut sebagai salmon patch. Ketika tumor didapatkan pada
kelopak mata dan bukan pada subkonjungtiva, maka infiltrat tampak halus, jelas
dan berwarna coklat keabuan.
Limfoma sel B yang polimorfik pada kelopak mata, biasanya terjadi pada
pasien imunokompromais, tampak sebagai suatu penebalan dan nekrosis
konjungtiva palpebra dengan ulserasi yang mencakup permukaan luar kelopak
mata dan ditandai dengan hilangnya bulu mata. Limfoma kelopak mata dapat juga
tampak sebagai ptosis unilateral atau penebalan pada kelopak mata atas atau
bawah. Pada pasien dengan leukemia limfositik kronis, penebalan sakus lakrimal
dengan epifora merujuk pada suatu limfoma sakus lakrimal (Older, 2003).
13
4. Penyebaran intrakranial disepanjang nervus kranialis melalui fisura orbitalis
superior dan foramina kranialis. (Kourt, 2005).
14
2.5 Manifestasi Klinis
2.5.1 Karsinoma Sel Basal (Basalioma)
Secara klinis, terdapat 2 tipe basalioma, yakni tipe noduler dan
morpheaform. Tipe noduler biasanya tampak sebagai suatu massa dengan batas
yang tegas, dan kadang ditemukan ulkus. Tipe ini cenderung kurang agresif dan
jarang meluas ke subkutan. Ada beberapa penulis yang membagi tipe noduler ini
menjadi 2 pola yakni pola ulseratif dan pola multisentrik. Pada pola ulseratif,
ditemukan ulkus berbentuk kawah dengan tepi menggaung (rodent ulcer), juga
sering ditemukan komponen dermis yang lebih infiltratif ke dalam tumor.
Sedangkan pada pola multisentrik ditemukan lobulus-lobulus tumor pada dasar
epitel atau pada khorion superfisial. Batas dari lesi ini seringkali melampaui batas
yang tampak secara klinis (Older, 2003).
Tipe morpheaform / sklerosing memiliki batas yang tidak jelas dan jarang
ditemukan ulserasi. Pada beberapa kasus, ditemukan suatu perluasan subkutan
yang tidak tampak secara klinis. Secara klinis, lesi tipe ini berupa plak datar
dengan indurasi, dapat ditemukan pada tepi kelopak atau tepat dibawah bulu mata.
Kadang menyerupai suatu blefaritis lokal. Jika lesi tipe ini ditemukan pada area
jauh dari tepi kelopak, akan tampak menyerupai suatu nodul subkutan yang tegas.
Kadang ditemukan inflamasi seiiring dengan timbulnya lesi (Older, 2003).
15
orbita melalui hubungan dengan tumor kelopak mata, sinus paranasalis,
konjungtiva, atau sakus lakrimalis. Invasi pada orbita dapat juga menyebabkan
gangguan pada nervus orbita, cabang nervus trigeminus dan fasialis, dan nervus
kranialis. Pasien dapat mengeluh nyeri, parestesi, penurunan sensasi, ptosis
komplit, dan opthalmoplegia yang sebelumnya ditandai oleh proptosis, kelemahan
otot fasial, diplopia, atau palsi nervus kranialis progresif (Kourt, 2005).
2.6 Diagnosis
2.6.1 Karsinoma Sel Basal (Basalioma)
Basalioma merupakan tumor ganas yang berasal dari sel lapisan basal
epidermis, bersifat invasif, destruktif lokal dan sangat jarang bermetastasis.
Frekuensi terbanyak pada orang tua dekade ke VI dari kehidupan. Gejala klinik
basalioma dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Yang paling karakteristik berupa
ulkus. Untuk memudahkan diagnosis, gejala kliniknya dapat dibagi menjadi 2
bentuk, yaitu: bentuk nodular dan sklerosing (Duong, 2010).
16
Lesi nodular berbatas tegas, pada perabaan terasa keras basal, seperti
lilin dengan ulserasi di bagian tengahnya. nodul mulai di lapisan basal. Jenis ini
condong untuk tumbuh lambat, daerah ulserasinya makin lama makin dalam
serta menjadi sklerotik. Bentuk lesi ini yang paling banyak ditemukan. Dari
gambaran kliniknya saja sebagian besar diagnosis basalioma sudah dapat
ditegakkan walau belum dilakukan biopsi. Janis sklerotik bentuknya lebih datar
daripada jenis nodular, dengan batas pinggir tumor yang tidak tegas. Bentuk
pertumbuhan tumor ini seperti jari-jari yang menyebar ke arah lateral dan
vertikal. Diagnosisnya lebih sulit karena tidak mempunyai gambaran yang
khusus. Kadang-kadang ia tersimulasi oleh lesi granuloma piogenikum,
blefaritis atau lupus vulgaris (Duong, 2010).
Keterlambatan dalam diagnosis merupakan faktor utama terjadinya invasi
orbita. Resiko juga meningkat ketika lesi awal tereksisi tidak sempurna sehingga
cenderung untuk rekuren. Radioterapi berhubungan dengan peningkatan laju
rekurensi, oleh karena peningkatan aktivitas biologis sel tumor yang diinduksi
radiasi, sehingga perlu dihindari (Kourt, 2005).
17
radiologis sebagai peningkatan ukuran serabut saraf atau sebagai suatu pelebaran
dari foramina neural (Kourt, 2005).
2.7 Terapi
Secara umum, untuk menterapi suatu keganasan kulit, utamanya
dianjurkan suatu prosedur pembedahan, disamping banyak modalitas lain seperti
radioterapi, kemoterapi, terapi fotodinamik, ataupun terapi biologik.
Satu dari beberapa prosedur pembedahan berikut dapat digunakan untuk
menterapi suatu keganasan kulit, antara lain :
Bedah mikrografik Mohs, merupakan tipe operasi yang digunakan khususnya
untuk tumor yang besar, sering rekuren atau pada keganasan kulit yang sulit
untuk diterapi, termasuk SGC, SCC, dan BCC. Pada prosedur ini, ahli bedah
mengambil jaringan kulit yang bertumbuh secara lapis per lapis, menilai tiap
lapis dibawah mikroskop, hingga tak ditemukan lagi sel yang abnormal.
18
Prosedur ini menyebabkan sel-sel kanker dapat terambil tanpa menghilangkan
jaringan sehat sekitar secara berlebihan.
Bedah eksisi , merupakan tipe operasi yang dapat digunakan untuk seluruh
tipe keganasan kulit. Ahli bedah memotong / mengeksisi jaringan kanker
beserta batas kulit sehat sekitar. Suatu eksisi luas, mengambil ekstra kulit
normal disekitar tumor, dapat dianjurkan untuk beberapa kasus.
Elektrodesikasi dan kuretase, merupakan prosedur pemotongan tumor dari
kulit dengan menggunakan kuret (suatu alat berbentuk sendok dan tajam).
Elektroda berbentuk jarum digunakan untuk menterapi area lesi dengan arus
listrik sehingga menghentikan perdarahan dan menghancurkan sel kanker
yang tersisa disekitar pinggir dari luka. Proses ini dapat berulang satu hingga
tiga kali selama ahli bedah menghilangkan seluruh massa tumor.
Cryosurgery / cryotherapy, merupakan suatu terapi menggunakan instrument
untuk membekukan sehingga jaringan yang abnormal menjadi rusak, misalnya
pada kasus karsinoma-in-situ.
Terapi laser, merupakan suatu prosedur yang menggunakan sinar yang jelas
dan intens untuk menghambat pertumbuhan, biasanya dengan sedikit
kerusakan pada jaringan sekitar dan dengan perdarahan, bengkak, dan skar
minimal. Dokter biasanya menggunakan teknik ini untuk menterapi kanker
kulit superfisial atau pertumbuhan sel prekanker.
Dermabrasi, merupakan suatu teknik penghilangan lapisan teratas kulit
menggunakan roda berputar atau partikel kecil untuk menghapus sel kulit
yang abnormal (Guthoff, 2007).
19
sisa tumor untuk diidentifikasi dan tereksisi. Teknik ini adalah proses yang
memakan waktu dan melibatkan serangkaian pemeriksaan frozen section dan
reeksisi sampai batas yang jelas dicapai. Ini adalah metode intensif yang
dirancang untuk meminimalkan penghilangan jaringan normal. Dalam banyak
kasus invasi orbita, penyembuhan hanya mungkin dengan eksenterasi.
Pasien dengan invasi orbita, paling baik diterapi dengan menggunakan
pendekatan multidisiplin dengan menggabungkan keahlian dari ahli patologi
mata, ahli bedah kepala dan leher, ahli kanker, ahli onkologi, ahli bedah
mikrografi Mohs, dan ahli bedah rekonstruksi okuloplastik untuk mencoba
menyembuhkan penyakit yang berpotensi fatal ini (Kourt, 2005).
Eksenterasi orbita dilakukan pada kasus-kasus penyebaran neoplastik yang
advans ke dalam orbita sebagai upaya untuk memperpanjang hidup. Dalam hal ini
dapat dilakukan sebuah eksenterasi total, eksenterasi subtotal, atau eksenterasi
yang melibatkan reseksi jaringan tambahan. Teknik eyelid-sparing umumnya
tidak dianjurkan ketika ada keterlibatan yang luas dari kelopak mata. Rongga
orbital yang kosong dapat sembuh oleh adanya granulasi spontan atau epitelisasi.
Atau, mungkin dapat dilakukan oleh suatu cangkok kulit (Kourt, 2005).
20
kavernosus harus diberikan (Kourt, 2005).
2.7.3 Karsinoma Kelenjar Sebaceous
Terapi bedah merupakan modalitas terapi yang dianjurkan untuk tumor ini.
Eksisi lokal luas dengan analisis frozen section dari batas pembedahan merupakan
terapi awal pilihan untuk SGC yang terbatas pada kelopak mata. Oleh karena SGC
umumnya multisentrik, biopsi mapping konjungtiva dapat digunakan untuk
menentukan menyebarkan pagetoid (Fraunfelder, 2000). Manajemen tumor
dengan invasi konjungtiva intraepithelial (invasi pagetoid) adalah hal yang cukup
menantang. Eksisi bedah dengan batas yang memadai dan biopsi beberapa peta
konjungtiva direkomendasikan untuk menggambarkan tingkat invasi tumor
intraepithelial. Beberapa telah menyarankan meninggalkan wilayah intraepithelial
konjungtiva (pagetoid) reseksi tumor sendiri untuk pengamatan dekat, sedangkan
yang lain merekomendasikan cryotherapy ajuvan atau radioterapi (Wali, 2010).
Cryotherapy ajuvan mungkin berguna dalam perawatan penyebaran sisa pagetoid
intraepitel ke dalam kantung konjungtiva. Pasien dengan variasi pagetoid
memiliki prognosis buruk Baru-baru ini, operasi mikrografi Mohs telah
digunakan sebagai terapi awal SGC (Fraunfelder, 2000).
Perbedaan antara bedah mikrografik Mohs dengan eksisi metode standar
dimulai dengan penentuan batas pembedahan yang tepat. Dengan metode eksisi
apapun, ahli bedah harus menentukan batas pembedahan yang tepat disekitar
massa tumor yang tampak secara klinis dalam 2 dimensi, yaitu : lebar dan dalam.
Oleh karena tingginya insiden perluasan tumor secara subklinis pada area
periokuler, maka penilaian batas pembedahan dengan pemeriksaan klinis saja
tidak dapat diandalkan. Batas pembedahan standar untuk tumor periokuler
seringkali tidak tepat untuk menghilangkan keseluruhan tumor, dan tumor dapat
mempunyai perluasan subklinis yang melibatkan kulit normal pada lebih dari 85%
kasus. Oleh karena tumor meluas secara subklinis dalam suatu pola yang
asimetris, maka perlu ditentukan secara tepat lebar dan dalam batas pembedahan,
untuk menghindari pengambilan jaringan sehat yang berlebihan secara sia-sia
(Guthoff, 2007).
Pembedahan mikrografik Mohs menggunakan prinsip perluasan subklinis
yang asimetris dan mengambil jaringan sehat dengan defek pembedahan minimal
21
yang meluas sedikit diluar batas tumor yang sebenarnya. Dibandingkan dengan
menghilangkan jaringan sehat yang luas pada eksisi standar, teknik Mohs
mengijinkan ahli bedah untuk memulai dengan suatu batas pembedahan
konservatif 1-2 mm di luar batas tumor yang sebenarnya. Pada eksisi luas standar,
batas pembedahan konservatif adalah 5-10mm diluar batas tumor yang tampak
secara klinis. Evaluasi batas mikroskopik secara komplit dan mapping jaringan
mengarahkan ahli bedah untuk mendeteksi dan mengambil area yang mengalami
perluasan tumor secara subklinis (Guthoff, 2007).
Keuntungan penggunaan teknik pembedahan mikrografik Mohs :
Laju kesembuhan tinggi
Konservasi jaringan sehingga jaringan yang sehat tidak banyak terbuang
Mengoptimalisasi kerja berbagai divisi dalam rumah sakit
Kerugian penggunaan teknik pembedahan mikrografik Mohs :
Pertumbuhan tumor yang multifokal menyulitkan akurasi kontrol batas
pembedahan secara mikroskopik.
Batas pembedahan yang false-negative menyebabkan laju rekurensi tumor
lebih tinggi.
Penilaian batas pembedahan preoperatif yang inakurat dapat menyebabkan
pengambilan jaringan yang berlebihan.
Karena ahli bedah Mohs hanya mempelajari luas tumor sebenarnya secara
intraoperatif, maka tumor periokuler dapat ditemukan melibatkan struktur
yang lebih dalam dimana ahli bedah tidak mampu mereseksi dibawah
pengaruh anestesi lokal (Guthoff, 2007).
Disamping ditemukan banyak fakta yang mendukung efiksasi pembedahan
mikrografik Mohs dalam mencapai laju kesembuhan yang sempurna dan
memaksimalkan penghematan jaringan, masih banyak modalitas terapi lain yang
dapat digunakan untuk menterapi keganasan periokuler, antara lain cryotherapy,
kuretase, kemoterapi topikal, radiasi, atau eksisi standar dengan evaluasi batas
pembedahan intra- atau pasca operasi (Guthoff, 2007).
Secara umum, bila karakteristik tumor menunjukkan resiko rendah
terjadinya rekurensi atau metastasis, penggunaan modalitas terapi ablasi atau
medis dapat dipertimbangkan. Terapi ablasi tidak menggunakan penilaian batas
patologis. Oleh karena itu, satu-satunya konfirmasi efiksasi adalah dengan tidak
ditemukannya rekurensi tumor. Ketika faktor resiko tinggi tumor mendominasi,
22
maka modalitas eksisional dengan penilaian batas pembedahan intra- atau
pascaoperasi sangat dianjurkan. Eksisi dengan frozen section durante operasi atau
pembedahan mikrografik Mohs menjadi standar pelayanan untuk menterapi tumor
periokuler.
Secara umum, pembedahan teknik Mohs diindikasikan utamanya untuk
keganasan periokuler resiko tinggi. “Resiko” merujuk pada kecenderungan untuk
rekuren atau metastasis. Faktor resiko yang memprediksi tingginya
kecenderungan rekurensi atau metastasis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan histopatologis (Guthoff, 2007).
Meskipun terapi radiasi dan cryotherapy telah dianjurkan dalam
pengobatan karsinoma sebaseous, namun operasi tetap menjadi modalitas
pengobatan primer (Guthoff, 2007). Terapi radiasi jarang dipercaya dalam
pengobatan primer SGC. Radiasi perlu dipertimbangkan sebagai terapi paliatif
pada pasien yang bukan merupakan kandidat yang diindikasikan untuk dilakukan
pembedahan. Dilaporkan dengan penggunaan sebanyak 9.800 rad, kadang
didapatkan remisi. Namun, SGC pada umumnya dianggap radioresisten
(Fraunfelder, 2000).
Secara historis, eksisi standar dengan batas pembedahan yang dianjurkan
adalah 5-6 mm, dimana menunjukkan tingkat kekambuhan lokal mendekati 30%.
Oleh karena didapatkan tingkat kekambuhan yang tinggi dengan terapi standar,
maka operasi mikrografi Mohs atau eksisi dengan kontrol frozen section yang
dikombinasikan dengan biopsi dengan mapping konjungtiva, merupakan terapi
pilihan. Dengan modalitas eksisi manapun, biopsi dengan mapping konjungtiva
tetap dianjurkan untuk membantu mendeteksi penyebaran intraepitel (pagetoid),
untuk membantu menentukan batas pembedahan yang tepat, dan untuk
mengidentifikasi pasien yang mungkin memerlukan eksenterasi (Guthoff, 2007).
Apabila dicurigai adanya invasi orbita, eksisi tumor dengan eksenterasi
orbita merupakan pengobatan yang efektif. Setelah eksisi awal, penderita harus
diobservasi secara hati-hati untuk kemungkinan rekurensi lokal, metastasis KGB
regional dan metastasis jauh. SGC kelopak mata dengan limfadenophati regional
paling baik ditangani dengan eksisi lokal, diseksi radikal kelenjar getah bening
servikal, parotidektomi, dan terapi radiasi pasca operasi (Fraunfelder, 2000).
23
2.8 Prognosis
2.8.1 Karsinoma Sel Basal (Basalioma)
Para ahli bedah harus waspada terhadap kemungkinan penyebaran
perineural. Pasien mungkin mengeluhkan gejala-gejala sebelumnya saat
timbulnya lesi. Pemantauan / kontrol seumur hidup harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya rekurensi. Prognosis tergantung pada kasus tiap individu,
gambaran patologis, pembersihan tumor dan luas dari penyakit. Outcome yang
baik sangat tergantung pada diagnosis dini yang tepat (Kourt, 2005).
24
mendiagnosis, kesalahan diagnosis, dan keterlambatan terapi. Kematian akibat
metastasis terjadi pada hampir 25% kasus (Wali, 2010).
Ciri-ciri klinis dan patologis yang mengindikasikan suatu prognosis yang
buruk meliputi:
• Keterlibatan kelopak mata atas atau kedua kelopak mata atas dan bawah.
• Diameter tumor melebihi 10 mm.
• Durasi gejala lebih dari 6 bulan.
• Terapi sebelumnya dengan radiasi.
• Invasi vaskuler, limfa, atau orbita.
• Asal tumor multisentrik.
• Pola infiltrasi yang luas.
• Diferensiasi sebaseous moderate atau buruk.
• Invasi pagetoid pada epitel konjungtiva, kornea dan/atau epidermis kelopak
mata (Gutthoff, 2007).
Tumor dengan diameter < 6mm memiliki prognosis yang baik. Prognosis
baik bila SGC timbul dari kelenjar Zeis. Perlu benar-benar diperhatikan, bahwa
SGC merupakan “great imitator”. Pada satu sisi, ia dapat menyerupai suatu
kondisi klini yang sederhana seperti blepharitis, sedangkan disisi lain dapat
berubah menjadi tumor metastasis yang fatal (Wali, 2010).
BAB III
25
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tumor ganas kelopak mata merupakan suatu kelainan patologik pada kulit,
yang sebagian besar sangat invasif dan berpotensi menyebabkan kerusakan lokal
maupun menyeluruh baik pada orbita dan sekitarnya bahkan hingga kelainan
sistemik. Tumor ganas kelopak mata yang paling sering ditemukan adalah
Basalioma / BCC (85%), kemudian diikuti oleh karsinoma sel skuamous / SCC
(9%), dan karsinoma kelenjar sebaceous / SGC (6%). Untuk diagnosis pasti dari
jenis karsinoma pada kelopak mata diperlukan pemeriksaan histopatologis untuk
menemukan ciri dan karakteristik masing-masing sel tumor serta mengetahui
adanya invasi ataupun progresifitas tumor ke jaringan sekitar. Karsinoma kelenjar
sebaseous merupakan keganasan yang timbul utamanya dari kelenjar Meibom
dimana paling sering tumbuh pada kelopak mata atas. Gambaran klinis yang
ditemukan antara lain berupa nodul keras berbatas tegas, kadang berdungkul,
tidak nyeri, serta didapatkan ulserasi dengan krusta dan perdarahan pada
konjungtiva tarsal di belakang lesi. Tumor ini bersifat meluas secara progresif,
mudah invasif, serta sering metastasis. Penatalaksanaan dari karsinoma kelenjar
sebaseous antara lain dengan pembedahan teknik en-bloc wide excision,
pembedahan teknik mikrografik Mohs, atau dengan modalitas lain seperti
elektrodesikasi dan kuretase, cryosurgery/cryotherapy, bedah laser, maupun
teknik dermabrasi. Untuk monitor pasca operasi perlu diperhatikan kemungkinan
kejadian rekurensi tumor.
DAFTAR PUSTAKA
26
Duong, H. 2010. Basal Cell Carcinoma, Eyelid.
http://emedicine.medscape.com/article/1211925. Diakses tanggal 14
Februari 2019.
Fraunfelder, F. T., dan Roy, F. H. 2000. Current Ocular Therapy. Philadephia: W.
B. Saunders Company.
Gunduz, K. dan Esmaeli, B. 2008. Diagnosis and Management of Malignant
Tumors of the Eyelid, Conjunctiva, and Orbit.
http://www.medscape.com/viewarticle/570543. Diakses tanggal 14
Februari 2019.
Guthoff, R. F., dan Katowitz, J. A. 2007. Update on Mohs Micrographic Surgery
Techniques for Excision and Reconstruction of Periocular Tumors: A
Multidisciplinary Approach. Dalam Krieglstein’s Essentials In
Ophthalmology: Oculoplastics and Orbit. Hal: 14-40. New York: Springer
Berlin Heidelburg.
Ilyas, S., dkk. 2009. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Kourt, G., dan Martin, P. 2005. Eyelid and Periocular Skin Tumors. Dalam
Karcioglu’s Orbital Tumors: Diagnosis and Treatment. Hal: 233-243. Los
Angeles: Springer Inc.
Lane, C. 2007. Eyelid and Periocular Skin Cancer.
http://www.bopss.org/page.php?edi_id=529. British Oculoplastic Surgery
Society. Diakses tanggal 14 Februari 2019.
Moeloek, N. 2008. Palpebra dan Konjungtiva.
http://www.scribd.com/doc/50781259/Palpebra-dan-Konjungtiva. Diakses
tanggal 14 Februari 2019.
Older, J. 2003. Eyelid Tumors: Clinical Diagnosis and Surgical Treatment. 2nd
Edition. http://books.google.co.id/books?id=dZEUqzAsDR4C. Diakses
tanggal 14 Februari 2019.
Wali, U., dan Mujaini, A. 2010. Sebaceous Gland Carcinoma of the Eyelid.
www.ojoonline.org/article.asp?issn=0974-620X;year=2010. Oman Journal
of Ophthalmology. Diakses tanggal 14 Februari 2019.
27
Yen, M. 2009. Squamous Cell Carcinoma, Eyelid.
http://emedicine.medscape.com/article/1212601. Diakses tanggal 14
Februari 2019.
28