Anda di halaman 1dari 6

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi:


Perspektif Teori Normatif Media Massa

Nia Kurniati Syam

ABSTRACT

Social control as a means of mass media becomes very crucial in a democratic country. Within
this function, mass media has positioned itself to control executive decisions in development
process. But the functions of mass media are much more than to be a watchdog. As explored by
this article, many theories concerning mass media functions from normative perspective are
formulated by mass communication scholars. There are at least 6 (six) theories concerning
mass media system through which the function of mass media is derived: (1) Authoritarian;
(2) Free Press; (3) Social Responsibility; (4) Soviet Press; (5) Development Press;
(6) Democratic-Participant. As for Indonesia, in order to achieve national goals based on
democratic process, the press system must develop in ways that respected the diversity
of multicultural perspective and public opinion pluralism.

Kata kunci: sistem media massa, teori normatif, pers Indonesia.

1. Pendahuluan pengusaha media. Tekanan-tekanan itu dilakukan


dengan alasan demi stabilitas nasional dan
Gerakan moral yang dimotori oleh para kepentingan pembangunan ekonomi. Hal demikian
mahasiswa dan kalangan sivitas akademik, telah jelas telah membuat media massa cenderung hanya
membawa bangsa Indonesia ke babak baru, yakni berorientasi pada kepentingan pihak pemerintah
“era reformasi” yang menyeluruh dalam berbagai dan pihak pemilik modal, dan mengabaikan
bidang kehidupan bernegara dan berbangsa. Salah kepentingan khalayak dan masyarakat luas.
satu implikasinya adalah reformasi di bidang me-
dia massa. Fungsi kontrol sosial dari media massa dalam
Upaya reformasi yang dimaksudkan, menyampaikan kritikan serta pandangan yang
tentunya, diarahkan pada tujuan untuk berbeda mengenai realitas pembangunan
mewujudkan suatu sistem dalam kehidupan media cenderung menurun, bahkan tidak ada sama sekali.
massa yang “demokratis, adil, bebas, dan Dan, kalaupun ada yang melakukan kritikan, itu
bertanggung jawab”. pun dilakukan ekstra hati-hati, karena
Pengalaman di masa Orde Baru menunjukkan konsekuensinya cukup besar yakni pencabutan
bahwa media massa di Indonesia berada dalam SIUPP atau pembredelan. Padahal dalam UU Pokok
kondisi yang terkungkung, tidak berdaya, dari Pers tidak dikenal istilah pembredelan, ini
tekanan-tekanan kepentingan pihak penguasa dan merupakan pelanggaran hukum oleh pemerintah.

Nia Kurniati Syam. Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: ... 71
Dalam kondisi yang tertekan, maka bila kita 2. Perumusan Masalah
cermati tidak mengherankan kalau pers yang
dikatakan independen dan masih memiliki idealis Sistem media massa yang bagaimana yang
selalu menggunakan sistem karet gelang guna sesuai dengan tuntutan reformasi di tengah-tengah
menengahi kondisi yang serba tidak berbagai kepentingan yang memengaruhi
menguntungkan ini. Dan, akibatnya, kredibilitas kehidupan pers.
media massa di mata khalayak semakin menurun.
Dalam konteks ini, Deddy N Hidayat (1996) 3. Kerangka Teoretis
mengatakan bahwa melemahnya kredibilitas me- 3.1 Teori Sistem Normatif Media Massa
dia massa nasional disebabkan oleh sistem
komunikasi politik dan kebijakan politik media Pendekatan yang digunakan dalam membahas
massa yang berlaku. masalah di atas adalah Teori Sistem Normatif Me-
Ada dua faktor yang menjadi penyebab dia Massa. Dennis Mc. Quail dalam bukunya
melemahnya kredibilitas media massa, yaitu: (1) Massa Communication Theory (1987), antara lain,
Ketidakberdayaan para pengelola media massa menjelaskan enam ragam teori sistem normatif me-
menghadapi tekanan politik eksternal dalam dia massa yang dapat diterapkan dalam suatu
mendefinisikan dan menggambarkan “realitas negara, yaitu (1) Teori Sistem Pers Otoriter, (2) Teori
sosial”. Tekanan eksternal ini akan memengaruhi Sistem Pers Bebas, (3) Teori Sistem Pers Tanggung
objektivitas antarmedia, dan hasilnya media massa Jawab Sosial, (4) Teori Sistem Pers Soviet, (5) Teori
dalam pemberitaannya tidak lagi mampu Sistem Pers Pembangunan, (6) Teori Sistem Pers
menyajikan pluralitas sikap dan opini yang dapat Demokratis Partisipan. Dari enam teori tersebut,
memperkaya wawasan pemikiran khalayak; (2) empat di antaranya (1 s.d. 4) merupakan buah
Secara struktural, politik media yang berlaku di pikiran Siebert, Peterson, dan Schramm yang
masa Orde Baru diasumsikan semakin terkenal dalam bukunya Four Theories Of The Pers
memperkokoh integrasi vertikal dalam sistem (196).
komunikasi politik. Hal ini tercermin dengan (1) Teori Sistem Media Massa Otoriter.
dimilikinya berbagai media massa oleh elite politik Teori ini lazim diterapkan dalam masyarakat
yang diperkirakan memiliki keseragaman konsepsi prademokrasi dan dalam masyarakat yang
mengenai realitas sosial. Pola demikian oleh masih didominasi kekuatan otoriter. Prinsip
khalayak luas akan dinilai kurang mewakili umum dari teori sistem media massa otoriter
spektrum realitas sosial secara komprehensif dan adalah: (a) Media massa tidak boleh melakukan
objektif, karena tidak menyertakan versi-versi hal-hal yang dapat merusak wewenang yang
alternatif yang berada di luar horison pemikiran berlaku; (b) Media harus tunduk pada
pihak-pihak pengendali massa. pemegang otoritas kekuasaan; (c) Media harus
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menghindari perbuatan yang menentang nilai-
merasa tergerak untuk membahas masalah nilai moral dan politik dari kalangan dominan
reformasi di bidang media massa. Di era reformasi atau mayoritas; (d) Sensorship dibenarkan
ini, semua unsur bangsa, termasuk pers (media untuk menegakkan prinsip-prinsip yang
massa) memunyai kesempatan yang sama untuk dianut; (e) Kecaman terhadap pemegang
memperbaiki segala sistem kehidupan yang dirasa otoritas tidak dibenarkan; (f) Kalangan
buruk pada masa Orde Baru. Pers mempunyai wartawan dan profesional tidak memiliki
kesempatan untuk meletakkan prinsip-prinsip indenpensi dalam organisasi medianya.
dasar idealismenya sebagai pers yang adil, bebas, (2) Teori Sistem Media Massa Bebas.
dan bertanggung jawab serta pers yang mampu Teori ini muncul pada abad ke-17 sebagai
menjaga keseimbangan di antara berbagai benturan reaksi atas kontrol penguasa terhadap pers,
kepentingan. dan kini diterapkan di berbagai dunia yang

72 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

menganut sistem demokrasi liberal. Beberapa mencegah publikasi yang sifatnya antisosial.
prinsip dari teori ini adalah: (a) tidak ada (5) Teori Sistem Media Massa Pembangunan.
penyensoran terhadap publikasi; (b) setiap or- Teori ini muncul tahun 60-an dan menjadi
ang bebas memiliki media dan tidak perlu ada model di banyak negara berkembang, di Asia,
izin atau lisensi; (c) kecaman terhadap Afrika, Amerika Latin. Prinsip utamanya: (a)
pemerintah tidak bisa dipidana; (d) wartawan media harus menginformasikan tugas-tugas
memiliki otonomi profesional yang kuat dalam positif pembangunan sesuai dengan kebijakan
organisasi medianya. yang ditetapkan; (b) kebebasan media dibatasi
(3) Teori Sistem Media Massa Tanggung Jawab sesuai dengan prioritas ekonomi dan
Sosial. kebutuhan masyarakat negara berkembang;
Teori ini didasarkan pada pertimbangan bahwa (c) isi media memprioritaskan kebudayaan dan
sistem pada pasar bebas, kenyataannya, telah bahasa nasional; (d) memprioritaskan isi berita
gagal untuk memenuhi tujuan kebebasan pers dan informasi tentang negara-negara
dan tidak mampu melindungi kepentingan tetangga; (e) wartawan memunyai tanggung
masyarakat banyak. Prinsip-prinsip utamanya: jawab dan kebebasan dalam menjalankan
(a) media harus menerima dan memenuhi tugasnya; (f) demi kepentingan negara
kewajiban tertentu kepada masyarakat; (b) dibenarkan untuk ikut campur, memberikan
kewajiban-kewajiban tersebut menyangkut pembatasan, dan pengoperasioan media,
keinformasian dengan standar kebenaran, melakukan penyesoran, memberikan subdisi,
akurasi, objektivitas dan keseimbangan; (c) dan pengendalian secara langsung.
media bebas dalam melaksanakan tugasnya; (6) Teori Sistem Media Massa Demokratis
(d) media bersifat pluraristis dan merefleksikan Partisipan.
kebinekaan masyarakat, memberikan Teori ini muncul belakangan dan diterapkan di
kesempatan yang sama untuk negara-negara berkembang yang menganut
mengekspresikan berbagai sudut pandang, paham liberal. Prinsip utamanya: (a) setiap or-
serta memberikan jaminan hak jawab; (e) me- ang berhak mendapatkan akses terhadap me-
dia harus menghindari diri dari setiap upaya dia dan berhak untuk dilayani; (b) media tidak
yang menjurus kepada tindak kejahatan, tunduk pada penguasa; (c) eksistensi media
kekerasan, merusak tatanan sosial, atau ditujukan untuk kepentingan khalayak bukan
menyakiti kelompok-kelompok minoritas; (f) untuk golongan tertentu; (d) setiap orang,
masyarakat dan publik memiliki hak untuk kelompok, bebas memiliki media; (e) kebutuhan
menuntut standar kinerja yang tinggi dari pers, sosial tertentu yang terkait dengan media tidak
dan karenanya intervensi dibenarkan cukup dikemukakan melalui tuntutan
mengingat media massa merupakan public konsumen secara individual, ataupun melalui
good wartawan dan kalangan profesional negara dan berbagai sasaran utama
bertanggung jawab terhadap masyarakat, kelembagaan.
pihak majikan, serta pasar.
3.2 Media Masaa vs Benturan
(4) Teori Sistem Media Massa Soviet.
Prinsip utamanya adalah: (a) media merupakan Kepentingan
kaki tangan penguasa; (b) kalangan swasta Media massa sebagai lembaga atau
tidak dibenarkan memiliki media; (c) media institusional di Indonesia merupakan salah satu
harus memberikan pemikiran yang lengkap bagian atau subsistem sosial politik, karenanya
dan objektif mengenai masyarakat dan dunia kajian tentang permasalahan media massa tidak
sesuai dengan ajaran Marxisme dan dapat dilepaskan dari kajian tentang permasalahan
Leninisme; (d) masyarakat berhak melakukan sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
sensor dan memberikan hukuman dalam upaya berlaku di masyarakat atau negara di mana media

Nia Kurniati Syam. Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: ... 73
tersebut tinggal. massa khususnya kalangan wartawan merupakan
Menurut McQuail (1987), operasional dan sarana bisnis. Sedangkan bagi para komunikator
tujuan media massa di suatu negara ditentukan massa, khususnya, kalangan wartawan dan
oleh beberapa pihak atau unsur. karyawan media masaa lainnya yang diutamakan
Terhadap gambaran konseptual ini kita bisa adalah kepuasan profesi. Bagi kalangan tertentu,
melihat bahwa sebagai bagian dari sistem khususnya tokoh pemuka pendapat, media massa
kenegaraan, maka kepentingan nasional, negara merupakan insfrastruktur kekuatan (power).
dan bangsa yang dirumuskan oleh kalangan Adapun kebijakan-kebijakan perundang-
pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme undangan, peraturan, dan lain-lain, merupakan
operasionalisme media massa dalam menjalankan refleksi dari keterlibatan kalangan dominant class.
fungsi dan tujuannya. Misalnya, pihak pemerintah Di pihak lain, kalangan masyarakat umum (subor-
menginginkan agar media massa berfungsi sebagai dinate class) merupakan media massa sebagai alat
sarana pemelihara integritas bangsa dan negara, kontrol sosial dan perubahan.
sarana pemiliharaan kestabilan politik, dan lain- Dari gambar 1, jelas bahwa media massa
lain. Sementara itu, pihak khalayak mengharapkan dihadapkan pada suatu dilema yakni menghadapi
media massa berfungsi sebagai sumber informasi berbagai benturan kepentingan. Kelangsungan
yang dipercaya, sarana pengetahuan budaya, dan media massa, dengan demikian, tergantung pada
lain-lain. bagaimana memelihara keseimbangan di antara
Bagi para pengusaha dan pemiliknya, media berbagai benturan kepentingan tersebut.

Gambar 1: operasional dan tujuan media massa di suatu negara ditentukan


oleh beberapa pihak atau unsur.

Nation

Integration goal Media Owners


Dominant class
At control

Power Profit status

Mass Work Mass


Communication Satisfaction Media

Acces Means of control


of change
Source of information
Volces in society
Culture, uses Suberdinate
class

Media Audience

Sumber: McQuail (1987)

74 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Misalnya, apabila yang dipentingkan hanya (1) Sistem yang diterapkan seyogianya suatu
kepentingan dan kebutuhan dominant class, maka sistem yang prinsip-prinsip operasionalnya
media massa tersebut belum tentu akan laku, dalam merupakan gabungan atau kombinasi dari
arti banyak khalayaknya. Di pihak lain, apabila sistem tanggung jawab sosial, sistem media
hanya mementingkan kepentingan dan kebutuhan pembangunan, dan sistem media demokratis
khalayak, sementara kebutuhan dominant class partisipan. Selama Orde Baru, kita mengenal
diabaikan, maka bisa jadi media massa tersebut akan sistem pers Pancasila, tetapi dalam prakteknya,
dikenakan tindakan hukuman. teori sistem pers Pancasila tersebut ternyata
tidak memperbaiki kehidupan media massa
4. Pembahasan Indonesia, justru sebaliknya sistem pers
Sistem pers Pancasila yang selama ini dianut Pancasila banyak diselewengkan pihak
sepertinya menjadi bumerang bagi pers (media penguasa. Sehingga, tidak ada salahnya di era
massa) Indonesia. Keterkungkungan sikap dan reformasi ini sistem pers Pancasila direformasi
ketidakberdayaan serta monotonitas isi dan harus disesuaikan dengan perkembangan
pemberitaan sepertinya menjadi ciri khas pers dan tuntutan zaman.
Pancasila. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem (2) Campur tangan pemerintah dalam bentuk
pers tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yakni regulasi atau pembatasan-pembatasan
sebagai alat kontrol sosial dan bukan alat penguasa (undang-undang, peraturan menteri, dan lain-
dan berpihak pada pengusaha dan kelompok- lain) sebaiknya difokuskan pada hal-hal yang
kelompok tertentu yang berkepentingan. berkaitan dengan hak dan kewajiban media
Terjadinya reformasi di negara kita merupakan massa sebagai institusi sosial, politik,
momen yang sangat tepat sekali dan membawa ekonomi. Sementara, yang menyangkut
angin segar bagi kehidupan media massa. Karena, kebijaksanaan isi redaksionalnya diserahkan
bagaimana pun media massa kita harus pada peraturan hukum peradilan yang berlaku.
menyesuaikan diri dengan perkembangan di masa Implikasinya, izin atau lisensi (izin terbit dan
sekarang (era globalisasi) dan masa yang akan izin siaran) tidak diperlukan lagi.
datang. Serta media massa juga harus (3) Diperlukan perlindungan dan kepastian hukum
memerhatikan berbagai kepentingan yang yang menjamin kepentingan dan kebutuhan
memengaruhinya sebagai sebuah sistem atau akses seluruh warga masyarakat sebagai
institusi sosial. khalayak media, termasuk terhadap kalangan
Guna menghadapi kondisi di atas, jelas pers minoritas etnis, agama, golongan politik.
Indonesia harus mereformasi diri. Menghadapi Selama ini, regulasi yang ada cenderung telah
tantangan semacam ini, sungguh sangat tidak berorientasi kepada kepentingan penguasa
memungkinkan pers Indonesia bertahan dengan dan pengusaha media.
sistem pers Pancasila yang nota bene dalam (4) Prinsip Bhineka Tunggal Ika perlu tetap
prakteknya lebih banyak membatasi ruang gerak dipertahankan termasuk dalam hal dinamika
media massa. pluralitas dan opini sikap. Kebebasan
Sependapat dengan Sasa Djuarsa Senjaya, berpendapat ini merupakan ciri negara dan
(Jurnal ISKI, 1998) bahwa media massa Indonesia masyarakat yang benar-benar menghargai
harus mulai mengarahkan orientasinya pada sistem demokrasi. Kebebasan berpendapat dan
media massa yang diarahkan pada upaya berbicara ini tetap hraus mengacu pada rambu-
mewujudkan “sistem media massa yang demokratis rambu hukum.
dan adil bagi segenap bangsa Indonesia.” (5) Pada tatanan sistem struktur sosial, kebebasan
Sistem yang dimaksud pada dasarnya dan independensi media massa perlu
ditandai oleh beberapa prinsip dasar sebagai ditingkatkan. Salah satu implikasinya adalah
berikut: perlunya mengubah status badan hukum TVRI

Nia Kurniati Syam. Sistem Media Massa Indonesia di Era Reformasi: ... 75
dan RRI menjadi otonomi independen. mewujudkan sistem dan kehidupan media massa
Dengan kata lain, statusnya berubah menajdi nasional yang demokratis dan adil bagi segenap
Public Broadcasting Service. lapisan masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan
(6) Mengurangi semaksimal mungkin upaya-upaya pembenahan secara menyeluruh
pengendalian atau kontrol dari pihak pemilik yang mencakup berbagai aspek, dari sistem dan
media terhadap kebijakan isi redaksional dan kebijaksanaan media massa nasional secara makro,
kreativitas wartawan dan pekerja profesional. sampai ke sistem dan pola pengelolaan berbagai
(7) Untuk mencegah terjadinya dampak sosial aspek mikro operasional media massa. Sistem yang
yang tidak diinginkan, diperlukan self censor- ideal tentu saja yang diharapkan mampu memenuhi
ship di kalangan pengelola media. tuntutan aspirasi dan kepentingan segenap lapisan
(8) Pengendalian birokrasi organisasi profesi me- masyarakat serta antisipatif terhadap tantangan
dia massa, seperti PWI, perlu ditiadakan. dan perkembangan situasi era globalisasi
Untuk itu, dibenarkan munculnya berbagai komunikasi dan informasi di masa mendatang.
asosiasi profesi media massa yang sesuai
dengan aspirasi dan kepentingan kalangan
profesional media massa.
(9) Dihilangkannya monopoli kepemilikan media Daftar Pustaka
massa.
(10) Eksistensi media massa lokal perlu lebih Mc. Quail, Dennis. 1987. Mass Communication
diberdayakan dengan mengurangi berbagai Theory, An Introducton. Baverly
restriksi yang pada dasarnya memperlemah Hills,California: Sage Publication.
daya saing dan daya hidup media massa lokal
tersebut. Nur Hidayat, Deddy. 1996 “Politik Media dan Krisis
Sistem Komunikasi,” Kompas, 27 Juni.
5. Penutup Siebert, F. Peterson, T., and W. Schramm. 1956.
Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa Four Theories of The Press. Urbana: Univer-
upaya reformasi di bidang media massa pada sity of Illionis Press.
dasarnya ditujukan pada tujuan untuk Jurnal ISKI, Volume I, 1998.

76 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai