1. Model Budaya Politik (Political Culture) Kabupaten Rembang pada Pemilu
Legislatif 2014 Budaya politik didefinisikan oleh Almond dan Verba (1963) sebagai suatu sikap orientasi yang khas suatu warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu. Konsep budaya politik yang didefinisikan oleh Almond dan Verba di atas sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu, dapat mengandung pemahaman yang luas. Pengertian budaya politik ini membawa pada suatu pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu orientasi sistem dan orientasi individu. Sebagai sebuah sistem, organisasi politik hendaknya memiliki orientasi yang hendak mengupayakan kesejahteraan warga negara. Aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan pada adanya fenomena dalam masyarakat tertentu yang semakin mempertegas bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak dapat terlepas dari orientasi individu. Artinya, hakikat politik sebenarnya bukan berorientasi pada individu pemegang kekuasaan dalam politik, melainkan kesejahteraan rakyat yang menjadi orientasinya. Kesejahteraan rakyat menjadi tujuan dari politik dalam negara. Warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalamsistempolitik. Model Budaya Politik (Political Culture) menurut Almond & Verba: 1963, terdapat 3 macam yang diantaranya : 1. Parochial Political Culture : masyarakat atau warga negara di wilayah budaya parokial sebagian besar tidak peduli (awareness) terhadap pemerintah, tidak cukup informasi dan peranan sangat sedikit. 2. Subject Political Culture : perhatian terhadap pemerintah sudah mulai muncul tetapi dengan tingkat intensitas partisipasi dalam proses politik yang masih rendah, masyarakat sudah mendapat informasi sehingga membuat mereka mulai berpartisipasi. 3. Participant Political Culture : masyarakat sudah dikatakan aktif berpartisipasi dalam proses politik, memilki informasi yang banyak, akses yang mudah sehingga mereka dapat berpartisipasi dengan mudah.
Berdasarkan penjelasan mengenai budaya politik diatas dapat dianalisis bahwa
kabupaten rembang dalam pemilu legislatif 2014, masyarakatnya dikategorikan ke dalam model budaya politik subject political culture. Berdasarkan penelitian berjudul Analisis Fenomena Swing Voters Pada Pemilu Reformasi Di Kabupaten Rembang oleh Susi Dian Rahayu mengatakan bahwa terkait dengan pemilu di kabupaten rembang terdapat beberapa keunikan diantaranya adalah :
1. Sebagian besar menganggap masyarakat kabupaten Rembang cenderung pragmatis.
Dimana pemilih yang terlibat dalam aktivitas pemilu atau voting dengan cara harus diberi kompensasi terlebih dahulu misalnya uang atau imbalan. 2. Pemilih yang menggunakan rational choice, di kabupaten Rembang sendiri model pendekatan rational choice banyak dianut oleh pemilih menengah kritis. Arah pilihan politik mereka sebagian besar dilandasi karena faktor kebijakan, visi misi yang diusung oleh kandidat tertentu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat kabupaten Rembang sebenarnya sudah memiliki rasa kepedulian terhadap pemerintah daerah melalui partisipasinya dalam proses politik. Namun dalam hal ini bukan berarti sudah adanya kepedulian masyarakat kabupaten Rembang terhadap adanya pemilu menyebabkan tingkat partisipasi politiknya menjadi tinggi karena masyarakat kabupaten rembang memilik dua keunikan yaitu pragmatis dan rational choice. Seperti yang dijelaskan diatas masyarakat yang cenderung pragmatis ketika berpartisipasi hanya karena adanya kompensasi sedangkan masyarakat yang memiliki sifat rational choice lebih mengedepankan pemikiran yang kritis. oleh karena itu dengan adanya perbedaan sifat keunikan masyarakat kabupaten rembang menyebabkan mereka tidak selalu ikut andil dalam proses politik.
2. Social Capital (Modal Sosial) masyarakat Kabupaten Rembang terkait Pemilu
Legislatif 2014
3. Komunikasi antara elite politik dan masyarakat Kabupaten Rembang terkait
Pemilu Legislatif 2014 (dijelaskan kalo masyarakat rembang itu termasuk yg high atau low context culture ? diberi alasan)