A. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter
& Perry, 2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan
dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam
Psychologymania, 2013).
C. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
c. Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
regiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
senyawa antara melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess,
1994 dalam Potter & Perry, 2005).
d. Teori Wear dan Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan
akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal.
e. Teori Imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya
keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh
menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang
terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun
itu sendiri.
f. Teori Neuroendokrin
Menurut teori ini, penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang
diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis,
tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan.
g. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen
dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan
dalam proses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan.
2. Teori Psikososial
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.
Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa
yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert. Ia berteori bahwa
keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi
oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau
putus asa.
c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial
telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami
dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu
komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan
bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan
hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara
kesehatan sepanjang kehidupan.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan
dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup.
Gejala:
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran darah ginjal
e. Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f. Peningkatan urgensi
10.Sistem Endokrin
Tanda:
a. Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron,
hormone tiroid
b. Penurunan termoregulasi
c. Penurunan respons demam
d. Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e. Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a. Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b. Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c. Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d. Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e. Penambahan berat badan
f. Peningkatan insiden penyakit tiroid
11. Sistem Integumen
Tanda:
a. Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b. Pendataran papilla
c. Atrofi kelenjar keringat
d. Penurunan vaskularisasi
e. Cross-link kolagen
f. Tidak adanya lemak sub kutan
g. Penurunan melanosit
h. Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a. Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b. Kekeringan dan pruritus
c. Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d. Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e. Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan
timbulnya nyeri
f. Penyembuhan luka makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a. Penurunan massa otot
b. Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c. Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d. Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a. Penurunan kekuatan otot
b. Penurunan densitas tulang
c. Penurunan tinggi badan
d. Nyeri dan kekakuan pada sendi
e. Peningkatan risiko fraktur
f. Perubahan cara berjalan dan postur
14.
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri local maupun radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-
sakral dan sering disertai dengan penjalarannyeri ke arah tungkai dan kaki.
(http://neurology.multiply.com)
Low back pain adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus
intervertebralis umumnya lumbal bawal L4-
L5 dan L5-S1.
Low back pain (LBP) adalah suatu
gejala dan bukan suatu diagnosis, dimana
pada beberapa kasus gejalanya sesuai
dengan diagnosis pathologisnya dengan
kecepatan yang tinggi, namun disebagian
besar kasus, diagnosis tidak pasti dan
berlangsung lama. Dengan demikian maka
LBP yang timbulnya sementara dan hilang
timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa.
Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat
akan membutuhkan pengobatan, walaupun
pada sebagian besar kasus akan sembuh
dengan sendirinya.
(http://neurology.multiply.com)
Low back pain menurut perjalanan
kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian .
kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melalui otot,
ligament dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut berfokus pada istirahat dan
pemakaian analgetik.
2. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan avau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahayadan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
B. KLASIFIKASI
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) disebabkan oleh berbagai kelainan
atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan
tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar
kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Klasifikasi LBP
sebagai berikut:
1. Low back pain Viserogenik
LBP yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis serva tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik ini tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu
mengeliat dalam upaya untuk meredakan perasaan nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus dan deudenum akan
menimbulkan induksi nyeri di daerah epigastrium. Tetapi apabila dinding
bagian belakang turut terlibat dan terutama apabila terasa di punggung. Nyeri
tadi biasanya terasa digaris tengah setinggi lumbal pertama dan dapat naik
sampai torakal ke-6.
2. Low Back Pain Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan LBP di
bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh.
3. Low Back Pain Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah yaitu:
a. Neoplasma
b. Araknoiditis
c. Stenosis kanalis spinalisis
4. Low Back Pain Spondoligenik
LBP Spondilogenik ialah suatu nyeri yang dirasakan oleh berbagai proses
pathologic di kolumna vertabralis yang terdiri dari unsure tulang (osteogenik),
diskus intervebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik
diartikulasio sakroiliaka.
5. Low Back Pain Psikogenik
Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tatapi biasanya ditemukan setelah
dilakukan pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak memberikan jawaban
yang pasti. Hal ini bersifat legeartis, dimana semua kemungkinan faktor organic
tidak dapat dibuktikan sebagai faktor etiologi LBP. LBP psikogenik pada
umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran antara kecemasan dan depresi.
C. ETIOLOGI
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder. Trauma
primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan. Trauma
sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Obesitas.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Gaya berjalan.
10. Merokok.
11. Duduk terlalu lama.
12. Kurang latihan (olah raga).
13. Depresi /stress.
14. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
D. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat di anggap sebagai sebuah batang elastic yang
tersusun atas banyak unit rigit (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligament dan otot paravertebralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan thoraks sangat penting
pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk
menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang
belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet join lepas dan disertai
tarikan dari samping, terjadi gesekan sampai kedua permukaan faset sendi
menyebabkan ketegangan otot didaerah tersebut yang akhirnya menimbulkan
keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah
struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Diskus lumbal bawah L4-L5 dan L4-S1, menderita stress paling berat
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset dapat mengakibatkan penekanan
pada akar syaraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan nyeri
menyebar sepanjang syaraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung
bawah yang menderita hernia nucleus pulposus.
Dibawah ini gambar tulang belakang mulai dari yang normal dan tidak
normal menunjukkan berbagai masalah-masalah yang terjadi pada tulang belakang
sehingga dapat menyebabkan terjadinya nyeri pinggang.
E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam 3
kelompok berikut ini:
1. Simple back pain (LBP sederhana) dengan karakteristik:
a. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbasakral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
b. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu dan tergantung dari
aktivitas fisik
c. Kondisi kesehatan pasien secara umum baik
2. LBP dengan keterlibatan neurologis, dikaitkan dengan adanya 1 atau lebih
tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya keterlibtan neurologis :
a. Gejala : nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai dan kaki ataupun adanya rasa
baal di daerah nyeri.
b. Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun sensorik
atau reflex.
3. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
a. Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor.
b. Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
c. Ditemukan nyeri abdominal dan/atau thorakal
d. Nyeri lebih pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi telentang.
e. Riwayat atau ada kecurigaan kan ker, HIV, atau keadaan pathologis
lainnya yang dapat menyebabkan kanker.
f. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
g. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, mengigil dan atau
demam.
h. Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
i. Saddle anastesia dan adanya inkontinensia urine.
j. Resiko untuk terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NBP pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan / hambatan aliran
LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk menentukan ada
tidaknya sumbatan dilakukan tes Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan
pungsi lumbal diperhatikan kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena
jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan kecepatan tetesannya. Bila
bertambah cepat dengan segera, dan waktu tekanan dilepas kecepatan tetesan
kembali seperti semula berarti tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah
dan kembalinya
terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila tidak ada
perubahan makin lambat tetesannya berarti sumbatan total.
2. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau prosesus
spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine, destruksi vertebra,
osteofit, ruang antar vertebra menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan
foramen antar vertebra, dan sudut ferguson lebih dari 30°.
3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan hantar sarf
tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot yang mengalami
kelainan. Tujuan ENMG yaitu untuk mengetahui radiks yang terkena dan
melihat ada tidaknya polineuropati.
4. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma, penyempitan
canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan vertebra.
G. PANATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif
Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa
hari dengan tempat tidur dari papan dan ditutup selembar busa tipis. Tirah
baring ini bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan
HNP.
2. Medikamentosa
Obat – obat simptomatik yaitu: analgetika, kortikosteroid, AINS. Obat – obat
kausal: anti tuberculosis, antibiotic, nukleolisis misalnya khimopapain,
kolagenase (untuk HNP).
3. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma mekanik akut,
serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
4. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata atau terhadap
kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.
H. PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Low Back Pain dan cara mengurangi
nyeri apabila LBP telah terjadi, diantaranya adalah :
1. Latihan Punggung Setiap Hari
Dimana latihan ini bisa dilakukan sehari-hari dengan gerakan-gerakan ringan,
tekniknya adalah :
a. Sikap dasar terlentang, gunanya untuk menguatkan otot gluteus maksimus,
mencegah hiperlordorsis lumbal. Tekniknya menekan punggung anda pada
alas sambil menegangkan otot perut dan kedua otot gluteus maksimus,
pertahankan selama 5 – 10 hitungan.
b. Lutut ke dada, gunanya untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan
spasme. Tekniknya adalah tarik lutut ke dada bergantian semaksimal
mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit, dipertahankan 5 – 10 detik, lakukan
juga dengan kedua lutut.
c. Meregangkan otot bagian lateral, gunanya untuk meregangkan otot lateral
tubuh yang tegang. Tekniknya adalah dengan tangan di bawah kepala dan
siku menempel pada alas, paha kanan disilangkan ke paha kiri kemudian
tarik kesamping kanan dan kiri sejauh mungkin, lakukan juga dengan
meyilangkan paha kiri di atas paha kanan.
d. Straight Leg Raising, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot
hamstring dan gluteus. Tekniknya adalah satu lutut kanan di tekut, kaku kiri
dinaikkan ke atas tanpa bantuan lengan dan tangan, pertahankan 5 – 10
detik, ulangi sebaliknya.
e. Sit Up, gunanya untuk menguatkan otot perut dan punggung bawah.
Tekniknya adalah pelan – pelan menaikkan kepala dan leher sehingga dagu
menyentuh dada, diterukan dengan mengangkat punggung bagian sampai
kedua tangan mencapai lutut (tangan diluruskan), sedangkan punggung
bagian tengah dan bawah tetap menempel pada dasar.
f. Hidung ke lutut, gunanya menguatkan otot perut dan meregangkan otot
iliopsoas. Tekniknya adalah dengan posisi menekuk, lutut secara bergantian
ditarik sampai ke hidung, pertahankan 5 – 10 detik, lakukan pada lutut
satunya.
g. Gerakan gunting, gunanya untuk meregangkan dan menguatkan otot
hamstring, punggung, gluteus dan abdomen. Tekniknya adalah kedua
tangan di belakang kepala, tarik kedua tungkai ke atas kemudian kedua kaki
disilangkan, tungkai ditarik ke muka belakang bergantian, lakukan 10 kali,
kemudian ke samping kanan dan samping kiri.
h. Hipertekstensi sendi paha, gunanya untuk menguatkan otot gluteus dan
punggung bawah serta meregangkan otot fleksor paha. Tekniknya adalah
dengan posisi tengkurap, tungka ditarik keatas, ulangi pada kaku
sebelahnya.
2. Memberikan edukasi
a. Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
b. Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok
c. Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk mengurangi
hiperlordosis lumbal.
d. Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda berat, jangan
langsung membungkuk, tapi regangkan kedua kaki lalu tekuklah lutut dan
punggung tetap tegak dan angkatlah barang tersebut sedekat mungkin
dengan tubuh.
e. Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa –
gesa
f. Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan criteria busa jangan
terlalu lunak, punggung kursi berbentuk huruf S, bila duduk seluruh
punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan kursi, bila duduk dalam
waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya
g. Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi pemakain alas
kasur yang memakai alas dari per)
h. Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. EGC: Jakarta.
Brunner & Suddarth. (2002). Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. EGC: Jakarta,
Ruth F. Craven, EdD, RN. (2000). Fundamentals Of Nursing, Edisi II. Lippincot:
Philadelphia.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada
tanggal 29 November 2017. http://sedetik.multiply.com/journal
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, no register, agama, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis dan penanggung jawab.
2. Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan
setepat- tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat
diketahui engan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau
nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat, mendeyut, terbakar,
yang terus – menerus, dan sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita yang
dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita
mempunyai sikap tertentu untuk meredakan rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan aktivitas
tubuh, perlu ditanyakan posisi yang bagaimana dapat memperberat dan
meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada
penderita misalnya mendorong mobil mogok, memindahkan almari yang
cukup berat, mencabut singkong, dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan,
menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai
timbul, hilang timbul, makin lama makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa saja
yang pernah diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami LBP
yang cukup mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hamil muda, dalam
trimester pertama, khususnya bagi wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan
menolak bila kita langsung menanyakan tentang “banyak pikiran” atau
“pikiran sedang ruwet” dan sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental tadi secara
tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak sadar mau berbicara
mengenai faktor stress yang menimpanya.
3. Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari
berbaring.
Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulasi, pelvis yang asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
b. Palpasi dan perkusi
Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa nyerinya,
kemudian menuju daerah yang paling nyeri.
Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi
Tanda vital (vital sign)
4. Pemeriksaan neurologik
a. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksi involunter.
b. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
c. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
5. Pemeriksaan range of movement:
Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada tidaknya
penjalaran nyeri.
6. Percobaan – percobaan:
a. Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak dapat
mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
b. Tes Patrick dan anti-patrick
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif
pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.
c. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan
LCS akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah,
timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
d. Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS
akan meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
e. Tes Prespirasi
Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dan
dikeringkan dulu, kemudian diolesi campuran yodium, minyak kastroli,
alcohol absolute. Kemudian bagian tersebut diolesi tepung beras. Pada
bagian yang berkeringat akan berwarna biru, yang tidak berkeringat akan
tetap berwarna putih. Tes ini untuk menunjukkan adanya ganguan saraf
otonom.
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktivitas dan latihan (cara berjalan : pincang , diseret, kaku merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
c. Pola nutisi dan metabolisme
d. Pola tidur dan istiraahat ( pasien LBP sering mengalami gangguan pola
tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat )
e. Pola kognitif dan perceptual (perilaku penderita apakah konsisten dengan
keluhan nyerinya).
f. Persepsi diri atau konsep diri
g. Pola toleransi dan koping stress (nyeri yang timbul hamper pada semua
pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk
menguraani rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor atau
fraktur)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan masalah musculoskeletal, agen injuri (trauma
jaringan, inflamasi, kompresi syaraf)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan
berkurangnya kelenturan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
tindakan berhubungan dengan kesalahan informasi/kurang pengetahuan tentang
tehnik mekanika tubuh melindungi punggung.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek-efek iritan
mekanika atau tekanan sekunder terhadap tirah baring.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC : NIC :
Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
Nanda hal: 469 pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Domain 12 : Kenyamanan comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kelas 1 : Kenyamanan fisik Kriteria Hasil: dan faktor presipitasi
Code : 00132 Mampu mengontrol nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu menggunakan ketidaknyamanan
Defenisi : tehnik nonfarmakologi untuk Bantu pasien dan keluarga untuk
Pengalaman sensori dan emosional mengurangi nyeri, mencari bantuan) mencari dan menemukan dukungan
tidak menyenangkan yang muncul Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kontrol lingkungan yang dapat
akibat kerusakan jaringan actual atau dengan menggunakan manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
potensial atau yang digambarkan Mampu mengenali nyeri (skala, pencahayaan dan kebisingan
sebagai kerusakan, awitan yang tiba- intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Kurangi faktor presipitasi nyeri
tiba atau lambat, dari intensitas ringan Menyatakan rasa nyaman setelah Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sampai berat dengan akhir yang dapat nyeri berkurang menentukan intervensi
diantisipasi atau diprediksi Tanda vital dalam rentang normal Ajarkan tentang teknik non
Tidak mengalami gangguan tidur farmakologi: napas dala, relaksasi,
Batasan Karakteristik : distraksi, kompres hangat/ dingin
Diaphoresis Berikan analgetik untuk mengurangi
Dilatasi pupil nyeri: ……...
Ekspresi wajah nyeri Tingkatkan istirahat
Focus menyempit Berikan informasi tentang nyeri
Keluhan tentang intensitas standar seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi
skala nyeri ketidaknyamanan dari prosedur
Keluhan tentang karakteristik nyeri Monitor vital sign sebelum dan
Laporan tentang perilaku nyeri sesudah pemberian analgesik pertama kali
Perilaku distraksi
Internal
Agen Farmaseutucal
Factor psikogenik
Gangguan metabolism
Gangguan pigmentasi
Gangguan sensasi
Gangguan sirkulasi
Gangguan turgor kulit
Imunodefisiensi
Nutrisi tidak adekuat
Perubahan hormonal
Tekanan pada tonjolan tulang