Anda di halaman 1dari 10

1|Realisasi Pancasila

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya. Dan kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Drs. Abintoro Prakoso, S.H., M.S
selak dosen pengampu kami.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jember, 22 Mei 2018


Penyusun
2|Realisasi Pancasila

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................................. 1


Daftar Isi ........................................................................................................................................................... 2
Bab I (Pendahuluan) ....................................................................................................................................... 3
Latar Belakang ............................................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah .......................................................................................................................................... 3
Tujuan............................................................................................................................................................. 3
Bab II (Isi) ........................................................................................................................................................ 4
Pengertian Pancasila ....................................................................................................................................... 4
Realisasi Pancasila ......................................................................................................................................... 6
Internalisasi dari nilai-nilai pancasila ............................................................................................................. 7
Bab III (Penutup) ............................................................................................................................................ 9
Kesimpulan .................................................................................................................................................... 9
Saran ............................................................................................................................................................... 9
3|Realisasi Pancasila

BAB I
(PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa, sebagai Filsafat
Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dan fungsi lainnya, dalam realisasi
(pengalamannya) memiliki konsekuensi yang berbeda tergantung pada konteksnya.
Realisasi secara praktis ini sangat pentng karena Pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan
hidup yang hakikatnya adalah merupakan suatu sistem nilai, yang pada gilirannya untuk
dijabarkan, direalisasikan, serta diamalkan dalam kehidupan secara konkrit dalam konteks
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana telah dipahami bahwa nilai-niai pancasila itu sendiri, diangkat dari
nilai-nilai yang ada dalam kehidupan secara nyata bangsa Indonesia (local wisdom), yang
berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaaan serta bentuk Negara. Dala pengertian inilah
maka kuasa materialis pancasila pada hakikatnya adalah bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang
dimiliki oleh bangsa itu, oleh The Founding Fathers bangsa Indonesia (pendiri bangsa dan
Negara Indonesia ) kemudian dibahas dan dirumuskan dengan melakukan sintesis dengan
pandangan besar dunia, lalu disepakati melalui konsensus musyawarah munfakatan untuk
dijadikan dasar filsafat Negara Republik Indonesia, da sekaligus sebagai ideology dalam
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu berdasarkan pengertian tersebut, maka realisasi
serta pengalaman pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara nyata meupakan suatu
keharusan baik secara moral maupun hukum.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dari Pancasila ?
b) Bagaimana realisasi dari Pancasila ?
c) Bagaimana Internalisasi dari nilai-nilai Pancasila ?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
b) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan realisasi dari Pancasila.
c) Untuk mengetahui Internalisasi dari nilai-nilai Pancasila.
4|Realisasi Pancasila

BAB II
(PEMBAHASAN)

2.1 Pengertian Pancasila


Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan
dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan
secara objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami
secara kronologis. Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik
menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut
meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :

a. Pengertian Pancasila secara etimologis


Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara
leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
“susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis
kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal i
pendek yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar
yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

b. Pengertian Pancasila secara Historis


Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
5|Realisasi Pancasila

pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.


Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut
dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang secara bulat.

c. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya negara-negara yang merdeka, maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945
telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD
1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal
dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
6|Realisasi Pancasila

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah


yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

d. Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli

1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila
yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

2.2 Realisasi Pancasila

a) Pengertian realisasi Pancasila yang subjektif


Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksaan pada setiap pribadi
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, seriap penduduk, setiap penguasa setiap
orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjekltif justru lebih penting karena realisasi
yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang obejektif
(Notonegoro, 1975:44). Dengan demikian pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat
berkaitan dengan kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisasikan
Pnacasila. Dalam inilah pelaksanaan Pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib
moral. Dalam hal ini milai yang berkaitan pada diri seseorang adalah sikap dan tingkah laku
dalam realisasi Pancasila secara subjektif yang disebut moral Pancasila. Jadi aktualisasi
Pancasila yang bersifat subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan
dengan norma-norma moral.
7|Realisasi Pancasila

Dalam aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif bilamana nilai-nilai Pancasila


tealh diapahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang, maka orang itu telah memiliki moral
pandangan hidup. Jadi, aktualisasi subjektif dari Pancasila, meliputi pelaksanaan Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dalam
pelaksanaan kongkritnya tercemin dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.

b) Pengertian realisasi Pancasila yang objektif


Pengertian Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif maupun
yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasi dalam bentuk peraturan
perundang-undangan negara Indonesia. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut:

a. Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat negara
Pncasila sebagaimana tercantum dalam pebukaan UUD 1945 alinea IV
b. Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus mengingat
dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam filsafat negara Indonesia.
c. Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak dapat diganggu gugat,
interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam
filsafat negara.
d. Pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh
perundang-undangan di bawah Undang-Undang dan keputusan-keputusan
administrasi dari semua tingkat penguasa negara.
Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUD1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas kerohanian Pancasila.

2.3 Internalisasi nilai-nilai Pancasila

Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu secara berangsur-
angsur dengan jalan pendidikan baik disekolah, masyarakat, maupun di dalam keluarga
sehingga diperoleh hal – hal sebagai berikut:

1. Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek nilai, norma
maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan
kemampuan individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka dapat dipastikan bahwa
pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar filsafat Negara hanya dalam tingkat-tingkat
8|Realisasi Pancasila

yang sangat pragmatis, dalam hal ini sangat berbahaya terhadap ketahanan ideologi penerus
bangsa.
2. Kesadaran, yaitu selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri.
3. Ketaaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir dan batin,
lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari diri sendiri.
4. Kemampuan kehendak, yaitu yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan
perbuatan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
5. Watak dan hati nurani, yaitu agar seseorang selalu mawas diri dan dapat menilai diri sendiri
dengan baik. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang berdasarkan
keyakinan atas kebenaran Pancasila, sehingga dirinya akan merupakan sumber kemampuan
untuk memelihara, mengembangkan, mengamalkan, mewariskan, merealisasikan Pancasila
dalam segala aspek kehidupan.
Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan yangbersifat dinamis.
Statis dalam pengertian intinya atauesensinya (yaitu nilai-nilai yang bersifat rohaniah dan
universal). Sedangkan bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa bersifat
inovatif, sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan, serta konteks lingkungannya.

Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta metode yang
relevan dan memadai. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan aktualisasi harus
diterapkan strategi yang relevan serta metode yang efektif.
9|Realisasi Pancasila

BAB III
(PENUTUP)

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa, sebagai Filsafat
Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dan fungsi lainnya, dalam realisasi
(pengalamannnya) memiliki konsekuensi yang berbeda-beda tergantung konteksnya.
Pengertian Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama dari masyarakat, adalah
memiliki kekuasaan politik, mengatur hubungan-hubungan, kerjasama dalam masyarakat
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang hidup dalam suatu wilayah tertentu.

3.2. Saran
Menghimbau kepada kita semua agar merealisasikan dan mengamalkan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, serta saling menjaga persatuan dan kesatuan dalam NKRI
10 | R e a l i s a s i P a n c a s i l a

Daftar Pustaka

https://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-pancasila-artikel-lengkap.html
https://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html
https://fshalma.wordpress.com/2017/05/18/makalah-realisasi-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai