Anda di halaman 1dari 18

1

A. Pengertian Perilaku Menyimpang


Suatu perilaku dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut dapat mengakibatkan
kerugian terhadap diri sendiri dan orang lain. Perilaku menyimpang cenderung mengakibatkan
terjadinya pelanggaran terhadap norma-norma, aturan-aturan, nilai-nilai, dan bahkan hukum.
Menurut Andi Mappiere, perilaku menyimpang disebut juga dengan Tingkah Laku
Bermasalah. Tingkah laku bermasalah masih dianggap wajar jika hal ini terjadi pada remaja.
Maksudnya, tingkah lau ini masih terjadi dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
sebagai akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis. Lebih luas lagi, para ahli berusaha
mendefinisikan pengertian perilaku menyimpang. Menurut Ronald A. Hordert, perilaku
menyimpang adalah setiap tindakan yang melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga
dianggap menodai kepribadian kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai sanksi. Keinginan
bersama yang dimaksud adalah sistem nilai dan norma yang berlaku. Sedangkan Robert M. Z.
Lawang beranggapan bahwa perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka
yang berwenang dalam sistem itn untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Selain dua tokoh
itu, James W. Van Der Zanden juga berusaha mendefinisikan konsep tersebut. Menurutnya,
perilaku menyimpang merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal tercela dan di luar batas toleransi.

B. Teori dan Pandangan Terhadap Kehidupan Remaja


1. Teori "Differential Association"
Teori ini dikembangkan oleh E. Suthedand yang didasarkan pada arti penting proses
belajar. Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sesungguhnya
merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang melandasinya adalah “a criminal act
occurs when situation apropriate for it, as defined by the person, is present” (Rose
Gialombardo; 1972). Selanjutnya menurut Sutherland perilaku menyimpang dapat ditinjau
melalui sejumlah proposisi guna mencari akar permasalahan dan memahami dinamika
perkembangan perilaku.
Proposisi tersebut antara lain: Pertama, perilaku remaja merupakan perilaku yang
dipelajari secara negatif dan berarti perilaku tersebut tidak diwarisi (genetik). Jika ada salah
satu anggota keluarga yang berposisi sebagai pemakai maka hal tersebut lebih mungkin
disebabkan karena proses belajar dari obyek model dan bukan hasil genetik. Kedua, perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja dipelajari melalui proses interaksi dengan orang lain dan
proses komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan melalui bahasa isyarat. Ketiga, proses
mempelajari perilaku biasanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan yang sangat akrab.
Dalam keadaan ini biasanya mereka cenderung untuk kelompok di mana ia diterima
sepenuhnya dalam kelompok tersebut. Termasuk dalam hal ini mempelajari norma-norma
dalam kelompok. Apabila kelompok tersebut adalah kelompok negatif niscaya ia harus
mengikuti norma yang ada. Keempat, apabila perilaku menyimpang remaja dapat dipelajari
maka yang dipelajari meliputi: teknik melakukannya, motif atau dorangan serta alasan
pembenar termasuk sikap. Kelima, arah dan motif serta dorongan dipelajari melalui definisi
dari peraturan hukum. Dalam suatu masyarakat terkadang seseorang dikelilingi oleh orang-
orang yang secara bersamaan memandang hukum sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan
dipatuhi. Tetapi kadang sebaliknya, seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang memandang
bahwa hukum sebagai sesuatu yang memberikan paluang dilakukannya perilaku
2

menyimpang. Keenam, seseorang menjadi delinkuen karena ekses dari pola pikir yang lebih
memandang aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya penyimpangan daripada
melihat hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi. Ketujuh, diferential
association bervariasi dalam hal frekuensi, jangka waktu, prioritas dan intensitasnya. Delapan,
proses mempelajari perilaku menyimpang yang dilakukan remaja menyangkut seluruh
mekanisme yang lazim terjadi dalam proses belajar. Terdapat stimulus-stimulus seperti:
keluarga yang kacau, depresi, dianggap berani oleh teman dan sebagainya merupakan sejumlah
eleman yang memperkuat respon. Sembilan, perilaku menyimpang yang dilakukan remaja
merupakan pernyataan akan kebutuhan dan dianggap sebagai nilai yang umum.

2. Teori Anomie
Teori ini dikemukakan oleh Robert. K. Merton dan berorientasi pada kelas. Konsep
anomi sendiri diperkenalkan oleh seorang sosiolog Perancis yaitu Emile Durkheim (1893),
yang mendefinisikan sebagai keadaan tanpa norma (deregulation) di dalam masyarakat.
Keadaan deregulation atau normlessness tersebut kemudian menimbulkan perilaku deviasi.
Oleh Merton konsep ini selanjutnya diformulasikan untuk menjelaskan keterkaitan antara kelas
sosial dengan kecenderungan adaptasi sikap dan perilaku kelompok. Adanya perbedaan kelas
sosial menimbulkan adanya perbedaan tujuan dan sarana yang dipilih. Kelompok masyarakat
kelas bawah (lower class) misalnya memiliki kesempatan yang lebih kecil dibandingkan
dengan kelompok masyarakat kelas atas. Keadaan tersebut terjadi karena tidak meratanya
kesempatan dan sarana serta perbedaan struktur kesempatan. Akibatnya menimbulkan frustrasi
di kalangan anggota masyarakat. Dengan demikian ketidakpuasan, frustrasi, konflik, depresi,
dan penyimpangan perilaku muncul sebagai akibat kurangnya atau tidak adanya kesempatan
untuk mencapai tujuan.
Berkaitan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan remaja, dapat dikemukakan
bahwa teori ini lebih memfokuskan pada kesalahan atau 'penyakit' dalam struktur sosial sebagai
penyebab terjadinya kasus perilaku menyimpang remaja. Teori ini juga menjelaskan adanya
tekanan-tekanan yang terjadi dalam masyarakat sehingga menyebabkan munculnya perilaku
menyimpang (deviance).

3. Teori Kenakalan Remaja oleh Albert K. Cohen


Fokus perhatian teori ini terarah pada suatu pemahaman bahwa perilaku delinkuen
(menyimpang) banyak terjadi di kalangan laki-laki kelas bawah yang kemudian membentuk
'gang'. Perilaku delinkuen merupakan cermin ketidakpuasan terhadap norma dan nilai
kelompok kelas menengah yang cenderung mendominasi. Karena kondisi sosial ekonomi yang
ada dipandang sebagai kendala dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan sesuai dengan
keinginan mereka sehingga menyebabkan kelompok usia muda kelas bawah ini mengalami
'status frustration'. Menurut Cohen para remaja umumnya mencari status. Tetapi tidak semua
remaja dapat melakukannya karena adanya perbedaan dalam struktur sosial.
Remaja dari kelas bawah cenderung tidak memiliki materi dan keuntungan simbolis.
Selama mereka berlomba dengan remaja kelas menengah kemudian banyak yang mengalami
kekecewaan. Akibat dari situasi ini anak-anak tersebut banyak yang membentuk 'gang' dan
melakukan perilaku menyimpang yang bersifat 'non multilitarian, nonmalicious and
nonnegativistick'. Cohen melihat bahwa perilaku delinkuen merupakan bentukan dari
subkulktur terpisah dari sistem tata nilai yang berlaku pada masyarakat luas. Subkultur
3

merupakan sesuatu yang diambil dari norma budaya yang lebih besar tetapi kemudian
dibelokkan secara berbalik dan berlawanan arah. Perilaku delinkuen selanjutnya dianggap
benar oleh sistem tata nilai sub budaya mereka, sementara perilaku tersebut dianggap keliru
oleh norma budaya yang lebih besar dan berlaku di masyarakat.

4. Teori Perbedaan Kesempatan dari Cloward dan Ohlin


Menurut Cloward dan Ohlin terdapat lebih dari satu cara bagi para remaja untuk
mencapai aspirasinya. Pada masyarakat urban yang merupakan wilayah kelas bawah terdapat
berbagai kesempatan yang sah, yang dapat menimbulkan berbagai kesempatan. Dengan
demikian kedudukkan dalam masyarakat menentukan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
mencapai sukses baik melalui kesempatan konvensional maupun kesempatan kriminal.
Menunit Cloward dan Ohlin terdapat 3 jenis sub kultur tipe gang kenakalan remaja.
Pertama, criminal subculture, bilamana masyarakat secara penuh berintegrasi, gang akan
berlaku sebagai kelompok para remaja yang belajar dari orang dewasa. Hal ini berkaitan
dengan organisasi kriminal. Kriminal sub kultur lebih menekankan pada aktivitas yang
menghasilkan keuntungan materi dan berusaha menghindari kekerasan. Kedua, a retreatist
subculture. Sub kultur jenis ini lebih banyak melakukan kegiatan mabuk-mabukan dan aktivitas
gang lebih mengutamakan pencarian uang untuk tujuan mabuk-mabukan termasuk juga
melakukan konsumsi terhadap narkoba. Ketiga, conflict sub culture. Dalam masyarakat yang
tidak terintegrasi akan menyebabkan lemahnya organisasi. Gang tipe ini akan memperlihatkan
perilaku yang bebas. Kekerasan, perampasan, hak milik dan perilaku lain menjadi tanda gang
tersebut. Para remaja akan melakukan kenakalan jika menghadapi keadaan tegang, menghadapi
tekanan-tekanan serta keadaan yang tidak normal.

5. Teori Netralisasi yang dikembangkan oleh Matza dan Sykes


Menurut teori ini orang yang melakukan perilaku menyimpang disebabkan adanya
kecenderungan untuk merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai menurut persepsi dan
kepentingan mereka sendiri. Penyimpangan perilaku dilakukan dengan cara mengikuti arus
pelaku lainnya melalui sebuah proses pembenanan (netralisasi). Berbagai bentuk netralisasi
yang muncul pada orang yang melakukan perilaku menyimpang. Pertama, the denial of
responsibility, mereka menganggap dirinya sebagai korban dan tekanan-tekanan sosial,
misalnya kurangnya kasih sayang, pergaulan dan lingkungan yang kurang baik dan
sebagainya. Kedua, the denial of injury, mereka berpandangan bahwa perbuatan yang
dilakukan tidak mengakibatkan kerugian besar di masyarakat. Ketiga, the denial of victims,
mereka biasanya menyebut dirinya sebagai pahlawan, dan menganggap dirinya sebagai orang
yang baik dan berada. Keempat,condemnation of the condemnesr, mereka beranggapan bahwa
orang yang mengutuk perbuatan mereka adalah orang yang munafik, hipokrit atau pelaku
kejahatan terselubung. Kelima, appeal to higher loyalitiy, mereka beranggapan bahwa dirinya
terperangkap antara kemauan masyarakat luas dan hukum dengan kepentingan kelompok kecil
atau minoritas darimana mereka berasal atau tergabung misalnya kelompok gang atau saudara
kandung.

6. Teori Kontrol
Teori ini beranggapan bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecenderungan
yang sama kemungkinannya yakni tidak melakukan penyimpangan perilaku (baik) dan
4

berperilaku menyimpang (tidak baik). Baik tidaknya perilaku individu sangat bergantung pada
kondisi masyarakatnya. Artinya perilaku baik dan tidak baik diciptakan oleh masyarakat
sendiri (Hagan, 1987). Selanjutnya penganut paham ini berpendapat bahwa ikatan sosial
seseorang dengan masyarakat dipandang sebagai faktor pencegah timbulnya perilaku
menyimpang termasuk penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya.
Seseorang yang terlepas ikatan sosial dengan masyarakatnya akan cenderung berperilaku
bebas untuk melakukan penyimpangan. Manakala dalam masyarakat lembaga kontrol sosial
tidak berfungsi secara maksimal maka akan mengakibatkan melemahnya atau terputusnya
ikatan sosial anggota masyarakat dengan masyarakat secara keseluruhan dan akibatnya anggota
masyarakat akan leluasa untuk melakukan perilaku menyimpang.
Jika unsur-unsur tersebut tidak terbentuk maka penyimpangan perilaku termasuk
penyalahgunaan berbagai jenis narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya berpeluang besar
untuk dilakukan oleh masyarakat luas khususnya anggota masyarakat pada usia remaja atau
dewasa awal.

C. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang


Banyak ahli telah meneliti tentang ciri-ciri perilaku menyimpang pada remaja. Menurut
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri-ciri yang bisa diketahui dari perilaku
menyimpang sebagai berikut.
a. Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
b. Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang
dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
c. Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ada yang ditolak.
d. Mayoritas remaja tidak sepenuhnya menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang
relatif atau tersamar dan ada yang mutlak.

D. Faktor Pendorong Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang dapat terjadi di manapun dan dapat dilakukan oleh siapapun,
termasuk remaja. Sepanjang perilaku menyimpang terjadi, keseimbangan dalam masyarakat
akan terganggu. Banyaknya kejahatan di lingkungan masyarakat menunjukkan adanya
pelanggaran nilai dan norma. Dari hari ke hari modus kejahatan yang dilakukan remaja
semakin kompleks.
Banyak faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang,
baik berasal dari dalam diri individu, maupun dari pengaruh luar diri individu tersebut. Sebagai
contoh, dalam studi Lewin mengungkapkan bahwa 90 % anak-anak yang bersifat jujur berasal
dari keluarga yang keadaannya stabil dan harmonis, sedagkan 75 % anak-anak pembohong
berasal dari keluarga yang tidak harmonis atau disebut broken home. Adapun factor-faktor
yang penyebab terjadinya perilaku menyimpang dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor dari diri Individu :


a) Potensi kecerdasan yang rendah.
b) Mempunyai masalah yang kompleks dan tidak dapat ditanggulangi diri.
c) Mengalami kesalahan beradaptasi di lingkungan tempat tinggal.
5

d) Tidak menemukan figure yang tepat untuk dijadikan pedoman dalam berkehidupan sehari-
hari.

2. Faktor dari luar individu :


Lingkungan keluarga :
a) Kekacauan dalam kehidupan keluarga (broken home).
b) Kurangnya pengawasan dari orang tua.
c) Kesalahan cara orang tua dalam mendidik.
d) Tidak mendapat perlakuan yang sesuai dalam keluarga.

Lingkungan sekolah :
a) Longgarnya disiplin sekolah.
b) Kealahan dalam sistem pendidikan sekolah.
c) Perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswa.
d) Kecenderungan sekolah memandang kontribusi orang tua.
e) Perlakuan otoriter yang diterapkan guru-guru sekolah.

Lingkungan masyarakat :
a) Kurangya partisipasi masyarakat dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja
dilingkungan masyarakat.
b) Kemajuan teknologi informasi yang pesat menyebabkan kebablasan informasi bagi remaja.
c) Banyaknya masyarakat yang cenderung mencontohkan perbuatan yang dilarang dan
bahkan kriminal.
d) Kerusakan moral dalam komplek tempat tinggal.

E. Jenis-Jenis atau Wujud Perilaku Menyimpang


Sudarsono, 1991 dalam bukunya Kenakalan remaja mengatakan Juvenille Delinquency
secara estimologis dapat diartikan sebagai kejahatan anak, akan tetapi pengertian tersebut
memberikan konotasi yang cenderung negative atau negative sama sekali. Atas pertimbangan
yang lebih moderat dan mengingat kepentingan subyek, maka beberapa ilmuwan
memberanikan diri untuk mengartikan Juvenille Delinquency sebagai kenakalan remaja.
Psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari kenakalan remaja sebagai
berikut : tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan
tersebut merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang
dilakaukan anak, khususnya anaka remaja.
Dr Fuad Hasan dalam B. Simanjuntak juga memberikan definisi kenakalan remaja
sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan anak remaja yang bilamana dilakukan orang
dewasa dikualifikasikan sebagai kejahatan. Dari kedua pengertian di atas, Sudarsana menarik
benang merah diantara keduanya yaitu, kenakalan remaja adalah perbuatan atau kejahatan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum anti social, anti
susila dan menyalahi norma-norma agama.
Ada banyak sekali jenis kenakalan yang telah dilakukan remaja pada saat ini, oleh karena
itu ada pengelompokkan kenakalan remaja di dalam seperti yang diungkapkan Sudarsono:
1. Kejahatan dengan kekerasan, termasuk didalamnya pembunuhan dan penganiayaan.
6

2. Kejahatan Pencurian, baik itu pencuriana biasa maupun pencurian dengan pemberatan.
3. Penggelapan.
4. Penipuan.
5. Pemerasan.
6. Gelandangan.
7. Pemerkosaan.
8. Kejahatan Narkotika, termasuk didalamnya memakai dan mengedarkan narkotika.

F. Dampak Perilaku Menyimpang


Apa yang akan terjadi jika perilaku menyimpang pada remaja semakin merebak? Jelas
situasi ini akan mengganggu keseimbangan dalam berbagai segi kehidupan. Konformitas tidak
tercapai, keamanan dan kenyamanan menjadi terganggu. Oleh karena itu, berbagai pihak
berusaha mengantisipasi meningkatnya perilaku menyimpang dengan berbagai cara. Dampak
yang timbul dari perilaku menyimpang ini ibarat pedang bermata dua. Artinya, baik pelaku
maupun masyarakat sekitar merasakan dampak dari perilaku menyimpang tersebut.
Setiap orang yang melakukan perilaku menyimpang oleh masyarakat akan dicap
sebagai penyimpang (devian). Hal ini dikarenakan setiap tindakan yang bertentangan dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai penyimpangan dan, harus ditolak.
Individu pelaku penyimpangan tersebut akan dikucilkan dari masyarakat. Pengucilan kepada
pelaku penyimpangan dilakukan masyarakat supaya pelaku penyimpangan menyadari
kesalahannya. Pengucilan ini dapat terjadi di segala bidang, baik hukum, adat atau budaya.
Pengucilan secara hukum melalui penjara, kurungan dan sebagainya. Kondisi ini membuat
perkembangan jiwa si pelaku menjadi terganggu. Seseorang yang ditolak dalam masyarakat
jiwanya menjadi tertekan secara psikologis. Timbul rasa malu, bersalah, bahkan penyesalan
dalam diri individu tersebut. Inilah dampak perilaku menyimpang bagi diri si pelaku.
Perilaku menyimpang berdampak pula terhadap kehidupan masyarakat. Pertama,
meningkatnya angka kriminalitas dan pelanggaran terhadap norma-norma dalam kehidupan.
Hal ini dikarenakan setiap tindak penyimpangan merupakan hasil pengaruh dari individu lain,
sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat. Misalnya seorang
residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama penjahat. Keluarnya dari penjara dia
akan membentuk "kelompok penjahat". Akibatnya akan meningkatkan kriminalitas.
Selain itu perilaku menyimpang dapat pula mengganggu keseimbangan sosial serta
memudarnya nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang yang
tidak mendapatkan sanksi tegas dan jelas akan memunculkan sikap apatis pada pelaksanaan
nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Akibatnya nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Pada akhirnya nilai dan norma
tidak dipandang sebagai aturan yang mengikat perilaku masyarakat.

G. Usaha Penanggulangan Perilaku Menyimpang Remaja


Usaha yang dilakukan dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja dapat
dikelmpokkan menjadi tindakan pencegahan (preventif), pengentasan (curative), pembetulan
(corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (perseverative). Usaha-usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Usaha di lingkungan keluarga
7

a. Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan
keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak remaja lebih sering tinggal dirumah
daripada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan hubungan orang tua dengan
anaknya.
b. Memberikan kemerdekaan kepada anak remaja untuk mengemukakan pendapatnya dalam
batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk
menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga
mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
c. Orang tua selalu berbagi (sharing) pengalaman, cerita dan informasi kepada anak-anak remaja.
Sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang cocok unutk dijadikan pegangan dalam
bertingkah laku.
d. Orang tua sebaiknya memperlihatkan sikap-sikap yang pantas dan dapat diteladani oleh anak-
anak mereka.

2. Usaha di lingkungan sekolah


a. Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa dan penhuni sekolah.
Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai
dan tidak merugikan berbagai pihak.
b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tinadakan dilakukan dengan cara
memberikan sangsi yang sesuai terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat
keadaan orang tua siswa tersebut. Seperti siswa yang berasal dari kaluarga terpandang atau
pejabat.
c. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah.
Dengan cara ini, masyarakat dapat melaporkan langsung penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan siswa di luar pekarangan sekolah. Seperti bolos, tawuran, merokok dan minum
minuman keras.
3. Usaha di lingkungan masyarakat
a. Menegur remaja-remaja yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah melanggar
norma.
b. Menjadi teladan yang baik bagi remaja-remaja yang tinggal di lingkungan tempat tinggal.
c. Mengadakan kegiatan kepemudaan di lingkungan tempat tinggal. Kegiatan ini dilakukan
bersama-sama dangan melibatkan remaja-remaja untuk berpartisipasi aktif.
8

2.1 Pengertian Narkoba

Narkoba merupkan singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif. Narkoba adalah obat, bahan, zat dan bukan tergolong makanan jika diminum , dihisap,
ditelan, atau disuntikan dapat mennyebabkan ketergantungan dan berpengaruh terhadap kerja
otak,demikian pula fungsi vital organ tubuh lain

Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika


yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan
dan dosis yang semestinya.

 Narkotika

Narkotik berasal dari bahasa Inggris, yaitu narcotics yang berarti obat bius. Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,atau
ketagihan yang sangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat
tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan
apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine,
putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidindan turunannya,
benzetidin, betametadol.

c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.Contoh : codein dan turunannya
(Martono,2006).

 Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis,bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan
jiwa(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997). Jenis psikotropika dibagi atas
4 golongan :
9

a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk
menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan
sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam
bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat
menthaphetamin).

b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk


menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: ampetamin dan metapetamin.

c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.

d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk


pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Martono, 2006).

 Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat–zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :

a. Rokok

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan


ketagihan.

c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin
yang bila dihirup akan dapat memabukkan.

2.2 Jenis-Jenis Narkoba

1. Narkotika

Macam-macam narkotik antara lain:

 Opium (opiad). Opiad atau opioid berasal dari kata opium. Jus dan bunga opium
(papaver somniverum) mengandung kurang lebih 20 alkaloid opium dan termasuk
dalam kelompok morfin. Nama opioid juga untuk opiate, yaitu suatu preparat atau
derivate dan opium dari narkotik sintetis yang kerjanya menyerupai opiate tetapi tidak
didapatkan dari opium. Opiate yang sintetis dan opiate alami adalah heroin, kodein, dan
hydro morphone (dilaudid). Bahan-bahan opiad yang sering disalahgunakan adalah
candu, morfin, heroin (putaw), codein, denero, dan methadone.
 Kokain (shabu-shabu). Kokain adalah zat adiktif yang sering disalahgunakan dan
merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kokain merupakan alkoloid
yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca yang berasal dari Amerika
Selatan. Saat ini kokain digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidup, dan tenggorokan karena efek vasokonstriksitnya juga
10

membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan
heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
 Ganja (canabis). Semua bagian dari tanaman ini mengandung kanabioid psikoaktif.
Tanaman kanabis biasanya dipotong-potong kecil dan digulung menjadi rokok disebut
joints. Pemakaian ganja akan mengikat pikiran dan dapat membuat ketagihan
pemakainya. Efek penggunaan ganja adalah kehilangan konsentrasi, meningkatnya
denyut nadi, koordinasi tubuh yang buruk, keseimbangan menurun, timbulnya
ketakutan dan rasa panik, depresi, kebingungan, dan halusinasi. Ganja dikenal juga
dengan sebutan mariyuana.

2. Psikotropika

Jenis-jenis psikotropika antara lain:

 Zat penenang. Contoh zat penenang yang termasuk psikotropika adalah valium yang
terdapat pada obat tidur. Penggunaan psikotropika zat penenang bisa menyebabkan
gangguan pada otak dan menyebabkan rasa takut, serta rasa bimbang diiringi rasa
cemas yang berlebihan.
 Zat psikostimulat. Contoh zat psikostimulat yang termasuk psikotropika adalah
amfetamin yang dapat dibuat menjadi ekstasi dan shabu-shabu. Efek penggunaan zat
psikostimulat adalah menimbulkan kerusakan saluran darah, jantung, dan hati.
 Zat halusinogetik. Contoh zat halusinogetik yang termasuk psikotropika adalah Lyseric
Acid Diethylamide (LSD). Penggunaan zat halusinogetik menyebabkan gangguan pada
otak serta menimbulkan halusinasi dan ketakutan yang berlebihan.

3. Zat Adiktif

Zat adiktif merupakan bahan lain yang bukan termasuk narkotika dan psikotropika.
Penggunaan zat adiktif dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi bagi
pemakainya. Contoh zat adiktif yang sering digunakan oleh masyarakat antara lain alkohol,
rokok, dan kafein.

 Alkohol. Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sistem


pencernaan, gangguan usus, kerusakan hati, jantung, ginjal, timbulnya depresi, dan
hilang ingatan. Alkohol juga mempengaruhi kesuburan bagi pria dan wanita untuk
memperoleh keturunan.
 Solvent. Contoh solvent adalah zat perekat dan bensin yang dapat dihirup baunya. Efek
penggunaan solvent adalah gangguan pernafasan, infeksi tenggorokan, gangguan
fungsi kerja otak, dan kerusakan pada fungsi hati dan ginjal.
 Nikotin. Benda yang mengandung nikotin contohnya rokok. Manusia yang
mengkonsumsi nikotin dalam jumlah banyak bisa menimbulkan gangguan pernafasan,
jantung, dan paru-paru. Nikotin juga berperan mengubah susunan DNA sel sperma
sehingga janin yang dikandung seorang wanita akan beresiko terlahir dalam kondisi
cacat.
11

 Kafein. Zat kafein ditemukan pada minuman kopi. Kafein juga digunakan pada
komposisi obat-obat penyembuhan penyakit flu dan sakit kepala untuk mencegah
timbulnya rasa kantuk selama peminum obat bekerja. Ketergantungan pada kafein
dapat menimbulkan rasa cemas dan akan mengakibatkan gangguan pada jantung.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba Dikalangan Remaja

Setiap orang yang menyalahgunakan zat-zat terlarang pasti memiliki alasan mereka masing-
masing sehingga mereka dapat terjebak masuk ke dalam perangkap narkotika, narkoba atau zat
adiktif. Berikut di bawah ini adalah faktor sebab musabab kenapa seseorang menjadi pecandu
atau pengguna zat terlarang :

1. Ingin Terlihat Gaya

Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren,
percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain
tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang
itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya. Jelas bagi orang yang ingin disebut gaul
oleh golongan atau kelompok itu, ia harus memakai zat setan tersebut.

2. Solidaritas Kelompok / Komunitas / Genk

Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota
biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Jika ketua atau beberapa anggota kelompok
yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang lain
baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar merasa
seperti keluarga senasib sepenanggungan.

3. Menghilangkan Rasa Sakit

Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa
sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk mengobati
sakit yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.

4. Coba-Coba

Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,
seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang
tersebut. Jika iman tidak kuat dan dikalahkan oleh nafsu bejad, maka seseorang dapat mencoba
ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah
terkena zat terlarang itu akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa
berhenti.

5. Ikut-Ikutan
12

Orang yang sudah menjadi korban narkoba mungkin akan berusaha mengajak orang
lain yang belum terkontaminasi narkoba agar orang lain ikut bersama merasakan penderitaan
yang dirasakannya. Pengedar dan pemakai mungkin akan membagi-bagi gratis obat terlarang
sebagai perkenalan dan akan meminta bayaran setelah korban ketagihan. Orang yang melihat
orang lain asyik pakai zat terlarang bisa jadi akan mencoba mengikuti gaya pemakai tersebut
termasuk menyalah gunakan tempat umum.

6. Melarikan diri dari masalah dengan memakai narkoba

Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak, mabok, atau jadi
gembira ria.

7. Menonjolkan Sisi Berontak

Seseorang yang bandel, nakal atau jahat umumnya ingin dilihat oleh orang lain sebagai
sosok yang ditakuti agar segala keinginannya dapat terpenuhi. Dengan zat terlarang akan
membantu membentuk sikap serta perilaku yang tidak umum dan bersifat memberontak dari
tatanan yang sudah ada. Pemakai yang ingin dianggap hebat oleh kawan-kawannya pun dapat
terjerembab pada zat terlarang.

8. Menghilangkan rasa bosan

Rasa bosan, rasa tidak nyaman dan lain sebagainya bagi sebagaian orang adalah sesuatu
yang tidak menyenangkan dan ingin segera hilang dari alam pikiran. Zat terlarang dapat
membantu seseorang yang sedang banyak pikiran untuk melupakan kebosanan yang melanda.
Seseorang dapat mengejar kenikmatan dengan jalan mnggunakan obat terlarang yang
menyebabkan halusinasi / khayalan yang menyenangkan.

9. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko

Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat,
penuh tenaga dan penuh percaya diri.

10. Merasa Dewasa

Pemakai zat terlarang yang masih muda terkadang ingin dianggap dewasa oleh orang
lain agar dapat hidup bebas, sehingga melakukan penyalah gunaan zat terlarang. Dengan
menjadi dewasa seolah-olah orang itu dapat bertindak semaunya sendiri, merasa sudah matang,
bebas orangtua, bebas guru, dan lain-lain.

2.4 Dampak Dari Penyalahgunaan Narkoba


13

 Dampak Fisik

Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk jangka waktu yang
lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang tergolong dalam
kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-
organ tubuh kita menjadi tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal.

Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol. Alkohol mengganggu
pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak. Alkohol juga meningkatkan cytocell dan
mitokondria yang ada di dalam liver untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini
menjadi tergantung pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.

Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan dan
keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzym dan kurangnya
transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan
didalamnya. Biasanya, hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan
narkoba, akan dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.

Misalnya, bayangkan efek-efek yang menyenangkan dari suatu narkoba dengan cepat
berubah menjadi GPO yang sangat tidak mengenakkan saat seorang pengguna berhenti
menggunakan narkoba seperti heroin. Contoh: Saat menggunakan seseorang akan mengalami
konstipasi, tetapi GPO yang dialaminya adalah diare, dll.

GPO ini juga merupakan suatu yang mengkhawatirkan bagi para pengguna narkoba.
Bagi para pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan dirasakan saat mengalami
GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka sulit untuk berhenti menggunakan narkoba,
terutama jenis putaw/heroin. Mereka tidak mau meraskan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur
tubuh dan persendian, kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu muncul
bila pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.

Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver,
jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka
panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang
bocor, paru-paru yang bolong, gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik
yang muncul akibat infeksi virus (Hepatitis C dan HIV/AIDS) yang sangat umum terjadi di
kalangan pengguna jarum suntik.

 Dampak Terhadap Mental

Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental. Ketergantungan


mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada ketergantungan fisik. Ketergantungan yang
dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul
ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal dengan istilah ‘sugesti’. Orang seringkali
menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah.
14

Sakaw bersifat fisik, dan merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti
adalah ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali menggunakan
narkoba. Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah kembali berfungsi secara normal.

Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang menggema di dalam kepala
seorang pecandu yang menyuruhnya untuk menggunakan narkoba. Sugesti seringkali
menyebabkan terjadinya 'perang' dalam diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian
dirinya yang sangat ingin menggunakan narkoba, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang
mencegahnya. Suara-suara ini seringkali begitu kencang sehingga ia tidak lagi menggunakan
akal sehat karena pikirannya sudah terobsesi dengan narkoba dan nikmatnya efek dari
menggunakan narkoba. Sugesti inilah yang seringkali menyebabkan pecandu relaps (kambuh).
Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak bisa disembuhkan, karena inilah yang membedakan
seorang pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu. Orang-orang yang bukan pecandu
dapat menghentikan penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi para pecandu akan
tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dibilang normal kembali. Sugesti
memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kita dapat merubah cara kita bereaksi atau merespon
terhadap sugesti itu.

Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif kompulsif, serta tindakan
impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba.
Narkoba adalah satu-satunya hal yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua
daya pikirannya untuk memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan uang untuk membeli
narkoba. Tetapi ia tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, seperti
mencuri, berbohong, karena perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah dipikirkan terlebih
dahulu.

Ia juga selalu berpikir dan berperilaku kompulsif, dalam artian ia selalu mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya, seorang pecandu yang sudah keluar dari sebuah
tempat pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak bisa mengendalikan penggunaan
narkobanya, tetapi saat sugestinya muncul, ia akan berpikir bahwa mungkin sekarang ia sudah
bisa mengendalikan penggunaannya, dan akhirnya kembali menggunakan narkoba hanya untuk
menemukan bahwa ia memang tidak bisa mengendalikan penggunaannya. Bisa dikatakan
bahwa dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunanya, terutama
yang sudah dalam tahap kecanduan.

 Dampak Emosional

Narkoba adalah zat-zat yang mengubah suasana hati. Saat menggunakan narkoba,
susana hati, perasaan, serta emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan
oleh narkoba adalah perubahan emosional. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya
perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan
jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat
memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali
15

mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Terutama bila orang tersebut
pada dasarnya memang orang yang emosional dan bertemperamen panas.

Ini mengakibatkan tingginya domestic violence dan perilaku abusive dalam keluarga
seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Karena pikiran yang terobsesi oleh narkoba
dan penggunaan narkoba, maka ia tidak akan takut untuk melakukan tindakan kekerasan
terhadap orang-orang yang mencoba menghalaginya untuk menggunakan narkoba. Emosi
seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampaknya ia
baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba semenit kemudian ia bisa berubah menjadi
orang yang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan memukuli
siapapun yang ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang alkoholik atau
pengguna Shabu-shabu. Mereka tidak segan-segan memukul istri atau anak-anak bahkan
orangtua mereka sendiri. Karena melakukan semua tindakan kekerasan itu di bawah pengaruh
narkoba, maka terkadang ia tidak ingat apa yang telah dilakukannya.

Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul dalam
dirinya, yaitu kepribadian pecandu. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain,
satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus
menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional yang tampak jelas
dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang,
dan jujur berubah total mejadi seorang pecandu yang brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago
berbohong dan mencuri.

Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya.


Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang
muncul dalam dirinya. Dan perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan, karena
pecandu adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam. Para
pecandu seringkali diselimuti oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, dan depresi
mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Perasaan-perasaan ini pulalah yang membuatnya ingin terus menggunakan, karena


salah satu efek narkoba adalah mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh
narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasakan perasaan-perasaan yang
tidak mengenakkan. Tetapi perasaan-perasaan ini tidak hilang begitu saja, melainkan
terpendam di dalam diri kita. Dan saat si pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-
perasaan yang selama ini terpemda, dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti
inilah pecandu membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi dan
mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.

Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah satu dampak buruk narkoba
adalah mengakibatkan pecandu memiliki suatu retardasi mental dan emosional. Contoh
seorang pecandu berusia 16 tahun saat ia pertama kali menggunakan narkoba, dan saat ia
berusia 26 tahun ia berhenti menggunakan narkoba. Memang secara fisik ia berusia 26 tahun,
tetapi sebenarnya usia mental dan emosionalnya adalah 16 tahun. Ada 10 tahun yang ‘hilang’
16

saat ia menggunakan narkoba. Ini juga sebabnya mengapa ia tidak memiliki pola pikir dan
kestabilan emosi seperti layaknya orang-orang lain seusianya.

2.5 Dampak positif narkotika bagi kehidupan manusia

Di balik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif. Jika
digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan
membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Berikut dampak positif narkotika:

1. Opioid

Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk
mencegah batuk dan diare.

2. Kokain

Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek


stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah.

3. Ganja (ganja/cimeng)

Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung karena
serat yang dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat
minyak.

2.6 Cara Menjauhkan Diri dari Narkoba


 Tingkatkan iman dan taqwa.
Semua agama mengajarkan tentang kebaikan. Salah satu diantaranya adalah dengan
menjauhkan diri dari barang haram yaitu narkoba, obat-obatan terlarang dan minuman
keras. Dengan keimanan dan ketaqwaan yang bersumber dari diri pribadi, kita akan
mampu menghindarkan diri dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

 Siapkan diri dan mental untuk menolak apabila ditawari narkoba.


Kemampuan diri dan mental dalam menghindari penyalahgunaan narkoba sejak dini
bisa terbentuk mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari
lingkungan yang baik akan timbul pribadi yang baik pula pada setiap individunya.

 Hati-hati dalam memilih teman bergaul.


Dalam pergaulan kita juga harus selektif dalam memilih teman. Kita pilih teman atau
kelompok yang dapat meningkatkan pengetahuan kita dan yang menambah nilai positif
bagi diri kita. Apalagi saat ini, pergaulan sudah dibilang "bebas", dalam arti tanpa ada
batasan-batasannya. Padahal, pergaulan itu ada tata caranya. Pergaulan yang baik akan
membentuk kita menjadi pribadi yang baik dan mampu menangkal penyalahgunaan
narkoba.
17

 Belajar berkata "Tidak" apabila ditawari dengan alasan yang tepat, kalau tidak
mampu segera tinggalkan tempat itu.
Apabila ada orang yang berusaha menawari kita barang haram (narkoba) dalam bentuk
apapun, kita harus mengatakan "tidak" dengan alasan yang tepat. Jangan sampai
menyinggung perasaan. Orang yang memakai narkoba biasanya akan berperangai
beringas. Kalau tidak mampu segera tinggalkan saja tempat itu. Dan jangan sekali-kali
untuk bertemu orang tersebut.Lebih baik menghindar.

 Tingkatkan prestasi untuk mengejar cita-cita dan keinginan yang lebih mulia.
Sebagai generasi muda, lebih baik meningkatkan prestasi untuk mengejar cita-cita dan
keinginan mulia daripada menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Narkoba
membuat hidup kita sia-sia. Sesal dikemudian hari yang akan kita dapat.
Menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba, itu yang lebih utama.

 Untuk mengisi waktu luang lakukan kegiatan yang positif. Banyak dari kita yang
kebingungan dalam mengisi waktu luang. Terkadang kita berakhir pada pilihan yang
salah yaitu pergaulan bebas. Padahal banyak kegiatan positif yang dapat kita lakukan.
Misalnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan ataupun kegiatan berkebun.

 Jangan Mencoba
Kesalahan terbesar semua remaja pengguna narkoba adalah mereka pernah mencoba.
Sekali anda mencoba, anda telah menjadi pengguna dan akan kecanduan. Anda tidak
akan pernah menjadi pecandu narkoba jika anda tidak pernah mencoba. Oleh karena itu
jangan pernah mencoba menggunakan narkoba.
18

DAFTAR PUSTAKA

http://www.organisasi.org/1970/01/macam-jenis-narkotika-yang-sering-disalahgunakan-
dipakai-ganja-opium-kokain-morfin-heroin-dkk.html 26 April 2015 09.25

http://www.organisasi.org/1970/01/faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai-
menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.html 26 April 2015 09.35

http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak-langsung-dan-tidak-
langsung-penyalahgunaan-narkoba# 26 April 2015 9.45

http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2014/03/24/jenis-jenis-narkoba-dan-dampaknya-
642994.html 26 April 2015 10.05

http://www.terindikasi.com/2012/03/pengertian-narkotika.html 26 April 2015 10.20

Anda mungkin juga menyukai